Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Sebab, perkembangan

dan pertumbuhan anak, sangat memerlukan asupan gizi yang cukup. Akan

tetapi, gizi kurang menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup banyak

menimpa anak-anak di Indonesia. Masalah gizi tentu merupakan hal yang

harus segera diatasi, agar tidak semakin meningkat, dan berbahaya.

Permasalahan gizi dimulai dari pola makan. Pentingnya pola konsumsi gizi

seimbang agar terhindar dari masalah gizi perlu ditekankan. Masalah gizi

merupakan ancaman besar bagi negara karena berdampak pada menurunnya

kualitas sumber daya manusia bagi Indonesia ke depannya. Permasalahan

tersebut tidak boleh diabaikan yang mana usia – usia pertumbuhan anak sangat

menentukan tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas

seseorang dalam belajar maupun berprestasi (Rahman, 2019).

Banyak faktor yang bisa mengakibatkan gangguan nitrisi pada anak seperti

pola makan anak dan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian jenis

makanan yang seimbang, bisa juga karena adanya penyakit atau kondisi

tertentu yang menyebabkan tubuh tidak mampu mencerna dan menyerap

makanan secara sempurna. Badan Kesehatan dunia yaitu World Health

Organization menyebutkan bahwa banyak faktor dapat menyebabkan gizi

buruk, yang sebagian besar berhubungan dengan pola makan yang

1
2

buruk, infeksi berat dan berulang terutamapada populasi yang kurang

mampu. Diet yang tidak memadai, dan penyakit infeksi terkait erat dengan

standar umum hidup, kondisi lingkungan, kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, perumahan dan perawatan

kesehatan (WHO, 2012).

Menurut data dari Riskesdas 2018, secara Nasional diperkirakan

Prevalensi Balita Gizi Buruk dan Kurang sebesar 17,7 %. Proporsi spesifik

status gizi kurang pada anak tahun 2007 hingga 2018, pada tahun 2007

sejumlah 13,0%, tahun 2013 sebesar 13,9%, dan tahun 2018 sebesar 13,8%.

Jawa Tengah menduduki peringkat 14 dari 34 provinsi di seluruh Indonesia.

Angka peningkatan dan penurunan dari data riskesdas tersebut tidak terlalu

signifikan, yang berarti kasus gizi kurang masih belum dapat terlihat

keberhasilannya (Riskesdas, 2018).

Keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum

menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti: gizi kurang dan gizi buruk,

kekurangan vitamin A, anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium dan

gizi lebih (obesitas) masih banyak tersebar di kota dan desa di seluruh tanah

air. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut antara lain adalah

tingkat kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan sesuai dengan

kebutuhan anggota keluarga, pengetahuan dan perilaku keluarga dalam

memilih, mengolah, dan membagikan makanan ditingkat rumah tangga,

ketersediaan air bersih dan fasilitas sanitasi dasar, serta ketersediaan dan
3

aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat yang

berkualitas (Supariasa dalam Kosasih, 2018).

Masalah gizi perlu diperhatikan melalui kegiatan-kegiatan penelitian agar

masalah gizi dapat dimimalisir. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan

dihubungkan dengan faktor lain akan menemukan intervensi bagaimana

menurunkan angka gizi kurang. Perlunya penelitian ini dikarenakan

mengingat dampak yang akan ditimbulkan apabila masalah gizi tidak

ditangani seperti ancaman besar bagi negara karena berdampak pada

menurunnya kualitas sumber daya manusia bagi Indonesia ke depannya.

Sumber daya manusia yang berkualitas tentunya didapatkan dari anak yang

memiliki gizi yang baik dan berkualitas (Rahman, 2019).

Kejadian gizi buruk, bukan hanya terjadi pada masyarakat/keluarga

dengan status ekonomi kurang saja namun juga terjadi pada keluarga/

masyarakat dengan status ekonomi menengah ke atas meski ada

kecenderungan lebih sedikit. Salah satu faktor kejadian gizi buruk adalah

rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap pemberian makan dengan gizi

yang tepat. Posyandu mempunyai peran yang vital untuk menumbuhkan

dan mendidik masyarakat dalam hal pentingnya pengetahuan gizi balita.

Peran kader kesehatan sangat penting dalam kegiatan posyandu. Kader

merupakan ujung tombak dalam sosialisasi kepada masyarakat.

Kader kesehatan adalah seseorang yang dipilih oleh masyarakat dan

bertugas meningkatkan kesehatan masyarakat dengan sukarela. Tugas kader

salah satunya adalah memberikan informasi kesehatan saat posyandu


4

berlangsung. Pentingnya peran kader tentunya harus diimbangi dengan

pengetahuan kader dan sikap kader dalam perannya terhadap sosialisasi

atau penyuluhan yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak. Pengetahuan

dan sikap positif kader akan berdampak pada kehendak kader untuk selalu

proaktif dan bertanggung jawab dalam memberikan sosialisasi tentang

pentingnya gizi balita kepada masyarakat (Kusuma, dkk, 2015).

Kasus gizi buruk di Indonesia sulit untuk dapat diturunkan jika tingkat

kemampuan kader gizi di Posyandu masih rendah. Sehingga dibutuhkan

pelatihan untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader gizi.

Menurut Kusuma (2015) salah satu faktor kejadian gizi adalah rendahnya

pengetahuan masyarakat terhadap pemberian makan dengan gizi yang tepat.

Peran kader kesehatan sangat penting dalam kegiatan posyandu. Kader

merupakan ujung tombak dalam sosialisasi kepada masyarakat. Kader

kesehatan adalah seseorang yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas

meningkatkan kesehatan masyarakat dengan sukarela. Tugas kader salah

satunya adalah memberikan informasi kesehatan saat posyandu berlangsung.

Kader merupakan sumber referensi rujukan masyarakat, dipercaya oleh

masyarakat dan memiliki hubungan yang dekat dengan masyarakat karena

kader tersebut merupakan bagian dari masyarakat. Peran kader dalam

menjalankan tugasnya sebagai pemberi informasi kesehatan tersebut

berpengaruh besar terhadap perilaku yang ada di masyarakat (Pradana dalam

Kusuma, 2015).
5

B. Rumusan Masalah

Kasus gizi buruk di Indonesia sulit untuk dapat diturunkan jika tingkat

kemampuan kader gizi di Posyandu masih rendah. Sehingga dibutuhkan

pelatihan untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader gizi.

Gizi kurang yang terjadi di Indonesia biasanya hanya dikaitkan pada faktor

tingkat kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan sesuai dengan

kebutuhan anggota keluarga, pengetahuan dan perilaku keluarga dalam

memilih, mengolah, dan membagikan makanan ditingkat rumah tangga,

ketersediaan air bersih dan fasilitas sanitasi dasar, serta ketersediaan dan

aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan. Secara analisa seluruh faktor

tersebut dapat diminimalisir dengan pengetahuan yang mencukupi agar faktor

tersebut bisa teratasi. Untuk mengatasi masalah gangguan gizi pada balita,

berdasarkan uraian diatas, diperlukan suatu kerjasama antara puskesmas,

tenaga kesehatan, dan integratif dengan kader kesehatan dan melibatkan

puskesmas sebagai penangunggungjawab dan pembina dari kader kesehatan.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut peneliti tertarik

untuk meneliti dengan judul: pengaruh pelatihan kader tentang gizi kurang

terhadap pengetahuan dan kemampuan memotivasi dalam mengatasi balita

kurang gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Mungkid Kabupaten Magelang.


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pelatihan kader terhadap pengetahuan

dan ketrampilan motivasi dalam mengatasi balita kurang gizi di Wilayah

Kerja Puskesmas Mungkid Kabupaten Magelang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pengetahuan kader tentang balita gizi kurang

sebelum dan sesudah pelatihan kader

b. Mendeskripsikan keterampilan kader melakukan motivasi dalam

mengatasi balita gizi kurang sebelum dan sesudah pelatihan kader

c. Menganalisa pengaruh pelatihan kader terhadap pengetahuan dalam

mengatasi balita gizi kurang

d. Menganalisa pengaruh pelatihan kader terhadap keterampilan kader

melakukan motivasi dalam mengatasi balita gizi kurang

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kader

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi kader

dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan memotivasi bagi

lingkungan sekitar yang mengalami gizi kurang. Kader merupakan orang

yang dekat dengan masyarakat sehingga diharapkan dapat memberikan

informasi yang berhubungan dengan kesehatan kepada masyarakat sekitar.


7

2. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kegiatan yang dapat

dimaksukkan dalam program kerja puskesmas yang berhubungan dengan

gizi kurang dengan cara sering melakukan kegiatan pelatihan terhadap

kader kesehatan sehingga dapat membantu program kerja puskesmas

tentang minimalisir gizi kurang di masyarakat.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada area komunitas dan kesehatan

anak, khususnya berhubungan dengan gizi kurang pada anak.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Mungkid

Kabupaten Magelang, diperkirakan mulai bulan Desember 2019 sampai

dengan Februari 2020.

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Kusuma, Agnes Ria. Metode Penelitian Hasilnya sebagian
Kusumawati, Yuli. Astuti, Penelitian ini pengetahuan dan sikap
Rukma. 2015. menggunakan analitik tentang gizi balita
observasional dengan berpengaruh signifikan
Pengaruh Pengetahuan pendekatan cross terhadap perilaku kader gizi
Dan Sikap Kader sectional. Sampel bayi di posyandu wilayah
Terhadap Perilaku Kader dalam penelitian kerja Puskesmas Ngemplak
Dalam Penyuluhan Gizi diperkirakan 259 kader. Kecamatan Ngemplak
Balita Di Posyandu Instrumen penelitian Kecamatan Boyolali (p =
Wilayah Kerja Puskesmas menggunakan 0,000). Bersama-sama
Ngemplak Kabupaten kuesioner. Data analisis pengetahuan dan sikap
Boyolali. menggunakan regresi tentang gizi balita signifikan
linier berganda pada terhadap perilaku kader gizi
Program Studi Kesehatan tingkat signifikan 95%. bayi di posyandu wilayah
8

Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian


Masyarakat Fakultas Ilmu kerja Ngemplak. Puskesmas
Kesehatan Universitas Ngemplak Kecamatan
Muhammadiyah Surakarta Boyolali 63% (p = 0,000).
Sulistyorini, Lantin. 2015. Penelitian ini Sebagian besar motivasi
menggunakan desain kader sebagai prokes sebelum
Pengaruh Pelatihan Kader pre ekperimental, diberikan intervensi kader
Posyandu Terhadap dengan rancangan memiliki motivasi rendah
Motivasi Dan Keaktifan penelitian onegroup sebanyak 20 orang (44,4 %),
Sebagai Prokes (Promotor pretest and posttest sedangkan setelah diberi
Kesehatan Desa) Dalam design. Tekniksampel pelatihan kader sebagian
Pencegah Penyakit Dipteri dalam penelitian ini besar memiliki motivasi
Pada Anak Balita Di Desa adalah totalsampling tinggi sebagai prokes yaitu
Karangharjo Kecamatan dengan responden 45 sebesar 29 orang (64,4 %)
Silo Kabupaten Jember. kader posyandu.
Sebagian besar keaktifan
Keperawatan Anak Pengolahan kader sebagai prokes sebelum
Program Studi Ilmu datamenggunakan uji di berikan intervensi kader
Keperawatan Universitas wilcoxon match pairs memiliki motivasi rendah
Jember The Indonesian testdengan derajat sebanyak 26 orang (57,8 %),
Journal Of Health Science, kepercayaan 95% sedangkan setelah di beri
2015 (α=0,05) pelatihan kader sebagian
besar memiliki motivasi
tinggi sebagai prokes yaitu
sebesar 30 orang (66,7 %)

Terdapat pengaruh yang


signifikan antara pelatihan
kader terhadap motivasi kader
dalam mencegah penyakit
dipteri di Desa Karangharjo
Kecamatan Silo dengan hasil
p value 0.000

G. Perbedaan dengan Penelitian Lain

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain sesuai dengan keaslian

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Kader Terhadap Perilaku Kader Dalam

Penyuluhan Gizi Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas


9

Ngemplak Kabupaten Boyolali. Kusuma, Agnes Ria. Kusumawati, Yuli.

Astuti, Rukma. 2015.

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan variable pelatihan

kader, pengetahuan dan keterampilan motivasi kader, menggunakan desain

pre experiment bukan potong lintang. Analisis bivariate dan sampel yang

berbeda.

2. Pengaruh Pelatihan Kader Posyandu Terhadap Motivasi dan Keaktifan

Sebagai Prokes (Promotor Kesehatan Desa) Dalam Pencegah Penyakit

Dipteri Pada Anak Balita Di Desa Karangharjo Kecamatan Silo Kabupaten

Jember. Sulistyorini, Lantin. 2015.

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan variable pelatihan

kader, pengetahuan dan keterampilan motivasi kader bukan keaktifan

sebagai prokes. Fokus penelitian adalah masalah balita gizi kurang bukan

balite dengan dipteri. Menggunakan desain pre experiment bukan potong

lintang. Analisis bivariate dan sampel yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai