Anda di halaman 1dari 12

REVIEW MATERI SASTRA INDONESIA

Wafa Syaripatul Auliya 1185020138

Email : wafasyarifatul@gmail.com

RINGKASAN

Setiap rangkaian kata yang menjadi sebuah kalimat bisa menciptakan dan
merubah persepsi seseorang terhadap suatu hal, salah satu hal yang terpenting dalam
dunia kepenulisan adalah sastra. Sastra merupakan sebuah tulisan hasil ciptaan atau
kreasi seseorang yang memiliki tujuan dengan berlandaskan pada suatu fakta namun
dilapisi oleh imajinasi serangkaian kata sehingga memiliki estetika tersendiri dalam
tulisannya. Sastra yang telah hadir sejak dahulu melakukan penyebaran secara luas
dari abad ke abad sehingga sastra bisa sampai di Indonesia. Sastra Indonesia sudah
dikenal dengan salah satu jenis sastranya yakni hikayat, syair, dan lain sebagainya.
Karya sastra pada waktu itu bermodalkan tulisan yang tidak diketahui pengarangnya
namun masih dapat diketahui bahwa karya sastra berbentuk hikayat tersebut termasuk
ke dalam sastra lama. Adapun sastra baru dimulai pada angkatan pujangga lama,
dengan mengangkat tema karya sastra yang kontroversial yakni mengenai kondisi
peperangan.

Sastra Indonesia sebagai salah satu ilmu dengan memiliki materi-materi yang
saling keterkaitan, menjadikan materi-materi tentang kesusatraan khususnya sastra
Indonesia menjadi sumber atau landasan bagi seseorang untuk mendalami sastra
Indonesia dengan baik. Sehingga pemahaman yang ditimbulkan mengenai
kesusastraan tidak semata-mata hanya mengetahui ataupun menikmati karya nya saja,
namun bisa menganalis suatu karya sastra yang berlandaskan teori, kritik, kajian, dan
hal lainnya yang berkaitan dengan sastra.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Karya sastra yang diketahui dan bisa dinikmati oleh masyarakat
merupakan sebagian kecil dari yang kita ketahui mengenai sastra. Pada
kenyataannya, dibalik karya sastra yang sangat memukau pembacanya ada banyak
teori serta materi-materi yang perlu dipahami. Sehingga nantinya bukan hanya
menghasilkan tulisan yang bisa dibaca saja, namun memiliki manfaat serta peran
dalam kehidupan sehari-hari.

Maka dari itu, pentingnya untuk mengetahui materi-materi yang berkenaan


dengan sastra. Baik itu bagi seseorang yang menganalisis karya sastra, penulis,
maupun pembaca. Agar nantinya, suatu karya sastra yang dibaca berlandaskan
dengan materi-materi tentang kesusastraan akan bisa melihat karya sastra itu dari
berbagai sisi dan memahami tujuan penulis dalam setiap rangkaian kata yang
dibuatnya.

B. Pembahasan
1. Periodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi sastra di Indonesia memunculkan berbagai versi sejarawan yang
berbeda-beda, namun terdapat kesamaan dalam setiap angkatan sastra juga
tema yang terkait. Setelah meninjau dari berbagai versi menurut para ahli,
maka Rachmat Djoko Pradopo menyebutkan mengenai periodisasi sejarah
yakni1,
a. Periode Balai Pustaka (1920-1940)

Periode ini muncul dengan didirikannya Balai Pustaka. Sastra yang


mendominasi pada Balai Pustaka ini yakni roman yang biasanya mengambil
tema kawin paksa dengan berlatar pedesaan atau suatu daerah serta belum
menggambarkan cita-cita bangsa. Pada periode ini belum ada unsur
menyinggung golongan tertentu, perlawanan terhadap kolonial, serta tidak
memihak salah satu agama.

1
Yudiono K.S. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 48
Roman Azab dan Sengsara, Buah Tangan Merari Siregar merupakan
kritik tak langsung kepada berbagai adat dan kebiasaan buruk yang tidak lagi
sesuai dengan zaman modern. Roman ini ialah roman pertama tentang kawin
paksa yang kemudian untuk kurang lebih dua puluh tahun lamanya menjadi
tema yang paling digemari dan paling banyak dikemukakan dalam roman-
roman Indonesia.

Roman terpenting yang diterbitkan balai pustaka pada tahun dua


puluhan adalah Salah Asuhan (1928) dan Buah Tangan Abdul Muis (1886-
1959).

b. Periode Pujangga Baru (1930-1945)


Periode ini ditandai dengan lahirnya Pujangga Baru oleh Armijn Pane,
Amir Hamzah dan Sutan Takdir Alisjahbana. Pujangga Baru merupakan
sebuah nama majalah. Pada periode ini banyak sastra puisi serta mulai
menuliskan cerita pendek (cerpen) dan drama yang bertema romantis dengan
pengaruh Belanda. Adapun karakteristik karya sastra pada periode ini yakni
bercorak politik, nasionalis, serta bertema pendidikan. Karya Sastra yang
terkenal pada periode ini antara lain “Rindu Dendam” karya J.E Tatengkeng
dan “Nyanyi Sunyi” karya Amir Hamzah.
c. Periode Angkatan 45 (1940-1955)
Periode angkatan 45 dengan ciri khas tema yakni perang dengan
berlatar belakang dimulai dari Jepang mendatangi Indonesia sampai merdeka
nya Indonesia. Situasi perang dan penderitaan baik secara fisik maupun mental
menjadi landasan para sastrawan dalam membuat karya sastra dengan tema
tersebut. Hal ini karena realita yang tejadi sudah menjadi saksi bisu nyata
perjuangan masyarakat Indonesia dalam melawan penjajah. Salah satu contoh
karya yang terkenal yakni “Karawang-Bekasi” karya Chairil Anwar.
d. Periode Angkatan 50 (1950-1970)
Periode angkatan 50 banyak mengambil tema kondisi masyarakat
setelah kemerdekaan, dengan berbagai kondisi politik serta berbagai masalah
yang datang dari bangsa Indonesia sendiri. Selai mengenai kondisi
masyarakat, keindahan Indonesia juga banyak dicantumkan sebagai tema pada
Angkatan 50 ini. adapun karya sastra yang ada di angkatan ini antara lain
“Ballada Ornag-orang Tercinta” karya WS. Rendra, “Dua Dunia” karya Nh.
Dini, dan “Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer. 
e. Periode Angkatan 70 (1965-sekarang)
Periode angkatan 70 memiliki corak yang tidak jauh berbeda dengan Angkatan
50 mengenai politik, sebuah perlawanan, banyak menyeruakan kritik sosial,
serta mengandung sastra kontemporer. Banyak sastrawan yang berasal dari
kalangan pejabat pemerintah serta para aktivis politik. Adapun sastrawan pada
masa ini yakni Sapardu Djoko Damono dengan karya “Dukamu Abadi” dan
Habibburahman el-Shirazy dengan karya “Ayat-ayat Cinta”.
2. Tokoh-tokoh yang Berperan dalam Perkembangan Sastra
Setelah periodisasi sastra Indonesia, maka perlu diketahui tokoh-tokoh
sastrawan dari setiap angkatan. Berikut tokoh-tokoh sastrawan dalam setiap
periode sastra Indonesia,
a. Angkatan Balai Pustaka
Berikut para sastrawan yang berada di angkatan Balai Pustaka,
1) Abdul Muis
Abdul Muis lahir di Solok, Sumatera Barat pada tanggal 3 Juli 1883 dan
meninggal di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 17 Juni 1959. Adapun karya-
karya Abdul Muis yakni Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Surapati, Robert
Anak Surapati, dan Tanah Airku.
2) Marah Roesli
Marah Roesli yang memiliki nama lengkap Marah Rusli bin Abu Bakar,
dilahirkan di Padang, 7 Agustus 1889 dan meninggal pada tanggal 17 Januari
1968 di Bandung. Adapun karya-karya Marah Rusli yakni Siti Nurbaya, La
Hami, Anak dan Kemenakan, Memang Jodoh, dan Gadis yang Malang.
3) Merari Siregar
Sastrawan yang lahir di Siprok, Sumatera Barat pada tanggal 13 Juli 1896 dan
wafat di Kalianget, Madura 23 April 1941. Adapun karya-karya sastra nya
yaitu, Azab dan Sengsara, Binasa Karena Gadis Priangan, Cinta dan Hawa
Nafsu, dan Cerita tentang Busuk dan Wanginya Kota Betawi.
b. Angkatan Pujangga Baru
1) Armijn Pane
Lahir pada tanggal 18 Agustus 1908 di Sipongi, Tapanuli kemudian
meninggal 16 Februari 1970 di Jakarta. Adapun karya sasta nya beliau yakni
Gamelan Djiwa, Djiwa Berdjiwa, Belenggu, dan Antara Bumi dan Langit.
2) Mohammad Yamin
Lahir di Sawahlunto, 17 Oktober 1962. Adapun karya sastra nyayakni Tanah
Air, Indonesia Tumpah Darahku, Ken Arok dan Ken Dedes, Gajah Mada, dan
Revolusi Amerika.
c. Angkatan 45
1) Chairil Anwar
Lahir di Medan pada tanggal 26 Juli 1922 dan wafat pada tanggal 28 April
1949 di Jakarta dengan karya-karya sastra nya yakni Deru Campur Debu,
Derai-derai Cemara, Pulanglah Dia si Anak Hilang, dan Kena Gempur.
2) Utuy Tatang Sontani
Dilahirkan pada tanggal 1 Mei 1920 di Cianjur dan wafat di Moswaka pada
tanggal 17 September 1979. Adapun karya-karya nya yakni Tambera, Selamat
Djalan Anak Kufur, Si Kampeng, dan Si Sapar.
d. Angkatan 50
1) W.S Rendra
Adapun karya sastra nya yakni, Balada Orang-orang Tercinta, Empat, dan Ia
Sudah Bertualang.
2) Ajip Rosidi
Karya sastra nya yakni Tahun-tahun Kematian, Pesta, Di Tengah Keluarga,
dan Sebuah Rumah buat Hari Tua.
e. Angkatan 66
1) Arifin C. Noer
Lahir pada 10 Maret 1941 dan meninggal 28 Mei 1995. Beberapa karya
Arifin C. Noer adalah Tengul, Sumur tanpa Dasar, dan Kapal-kapal.
2) Sapardi Djoko Damono
Lahir pada 20 Maret 1940 di Surakarta. Adapun karya sastra nya yakni
Perahu Kertas, Hujan Bulan Juni, Ayat-ayat Api.
f. Angkatan 80

Tokoh sastrawan nya yakni Seno Gumira Ajidarma yang lahir di


Boston, 19 Juni 1958. Karya-karya nya diantaranya Atas Nama Malam,
Wisanggeni Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola tak
Berdawai dan Negeri Senja.

g. Angkatan 2000

Salah satu sastrawan yang terkenal pada angkatan 2000 yakni Acep
Zamzam Noor dengan karya sastra nya yakni Tamparlah Mukaku!, Aku Kini
Doa, Kasidah Sunyi, The Poets Chant, dan Aseano.

3. Perkembangan Sastra Indonesia

Munculnya sastra tidak akan luput dari sejarah, periodisasi, juga


perkembangannya. Setelah pembahasan mengenai periodisasi yang di
dalamnya sudah mencakup sejarah. Maka pembahasan perkembangan sastra
Indonesua akan menitikberatkan pada isi dari sastra dari masa ke masa. Pada
permulaan sastra muncul, sastra yang dikenal oleh masyarakat lama yakni
sastra lama. Sastra lama erat kaitannya dengan adat, kebudayaan, serta bahasa
suatu daerah. Ciri khas yang sangat nampak pada sastra lama yakni sastra
yang disebarluaskan, diwariskan, dan diciptakan dari mulut ke mulut ataupun
dalam bentuk yang lain seperti karya pahat, pakaian tradisional, serta kerajinan
tangan.

Sedangkan masyarakat baru yang merupakan masyarakat lama yang


berubah menyeseuaikan dengan peradaban yang dipengaruhi oleh agama,
masyarakat Eropa, dan lain sebagainya. Masyarakat baru mulai membaca
buku-buku dengan dalih akan menciptakan suatu karya sastra baru yang mana
bisa untuk dicantumkan ke dalam suatu tulisan.

Adapun memasuki abad ke-19, sastra mulai berkembang dengan


adanya fasilitas alat untuk menulis serta penerbit-penerbit yang bersedia
menerima naskah karya sastra meskipun masih sangat jarang. Sehingga
muncullah angkatan di setiap periode untuk mengklasifikasi setiap tema yang
terkandung pada setiap angkatan. Dokumen-dokumen sastra lama mungkin
hanya tersisa perkataan dari lisan ke lisan sehingga tidak diketahui siapa
pengarangnya. Namun untuk dokumen sastra baru masih tersisa dan pernah
dipamerkan dalam sebuah pameran oleh Direktorat Bahasa dan Kesusastraan.

4. Genre Karya Sastra


Berkenaan dengan genre karya sastra, tidak lepas dengan objek studi sastra
yakni puisi, prosa, dan drama.
a. Puisi
Puisi sebagai salah satu genre sastra merupakan sebuat rangkaian bait yang
mterikat dengan rima, irama, ritma, dan larik dengan mengandung unsur
esetetika bahasa didalamnya. Adapun puisi ternagi menjadi dua yakni puisi
lama dan puisi baru. Puisi lama yakni puisi yang terikat dengan aturan-aturan
tertentu sebagai syarat dijadikannya suatu puisi dengan ciri-ciri nya yaitu puisi
rakyat yang tidak diketahui pengarangnya, berisikan tentang kerajaan,
fantastis, serta terikat oleh aturan-aturan. Sedangkan puisi baru yakni puisi
yang tidak terikat oleh aturan-aturan yang baku. Adapun ciri-ciri nya yakni
diketahui nama pengarang, bertemakan kehidupan, menggunakan majas, dan
lain sebagainya.
b. Prosa
Prosa sebagai teks naratif yang biasanya menceritakan pengalaman ataupun
dari pengamatannya sehari-hari. Istilah prosa dibagi menjadi dua yakni prosa
lama dan prosa baru. Prosa lama merupakan karya sastra yang berbentu narasi
atau cerita dengan bersifat tidak diketahui pengarangnya serta dianggap milik
bersama. Adapun jenis prosa lama yakni dongeng dan hikayat. Sedangkan
prosa baru hampir serupa denga prosa lama. Namun yang membedakan dari
segi pegarangnya yang diketahui dan bersifat dinamis dimana mengalami
perubahan sesuai dengan zamannya. Adapun jenis prosa baru yakni cerpen
dan novel.
c. Drama dan Teater
Drama dan teater merupakan salah satu genre sastra yang banyak dijadikan
sebagai pertunjukkan hiburan namun memiliki nilai sastra. Perbedaan diantar
keduanya yakni bahwa drama lebih mendalami lakon yang akan dipentaskan
sedangkan teater harus dipertunjukkan dengan perwujudan suatu pagelaran

Selain membahas genre sastra, didalam sastra terdapat aliran sastra


diantaranya realisme, ekspresionisme, naturalisme, romantisme, idealisme,
mistisme, surealisme, simbolisme, dan psikologisme.

5. Kajian Sastra
Kajian sastra memiliki maknanya yang beriringan dengan apresiasi. Adapun
kajian sastra merupakan proses atau cara mengkaji suatu karya sastra dengan
mempelajari unsur-unsurr serta hubungannya yang berdasarkan pada teori
serta faktor tertentu, sedangkan apresiasi sastra yakni penghargaan seseorang
terhadap karya sastra dengan menikmati tulisannya tanpa menganalisis lebih
dalam mengenai hubungan antar unsur-unsur yang berkaitan dalam karya
sastra. Dalam kajian sastra ada beberapa metode pendekatan, diantaranya
a. Pendekatan Objektif
Pendekatan obejktif merupakan pendekatan yang berkaitan dengan teori-teori
serta hubungan antar unsur satu sama lain. Adapun teori-teori sastra yang
dapat digunakan dalam menganalisis menggunakan pendekatan objektif yakni
teori struktural, semiotik, neokritisme, dan dekontruksi.
b. Pendekatan Mimetik
Pendekatan mimetik menempatkan karya sastra sebagai produk peniruan
kenyataan yang diwujudkan secara dinamis, representasi kenyataan semesta
secara fiksional, produk dinamis yang kenyataan didalamnya tidak dapat
dihadirkan dalam cakupan yang iideal, serta produk imajinasi yang utama
dengan kesadaran tertinggi atas kenyataan. Pendekatan mimetik tentu terdapat
teori yang digunakan dalam analisis menggunakan pendekatan mimetik,
diantaranya teori feminisme, sosiologi sastra, teori poskolonial, dan marxisme.
c. Pendekatan Ekspresif
Pada pendekatan ini menempatkan karya sastra sebagai curahan, ungkapan,
atau proyeksi pikiran pengarang. Pada pendekatan ini membutuhkan biografi
serta pendekatan terkait dengan sastrawan yang membuat karya tersebut.
Karena pendekatan ekspresif bisa merupakan sebagai produk pandangan dunia
pengarang terhadap suatu hal. Adapun langkah-langkah yang dilakukan ketika
menggunakan pendekatan ekspresif yakni memerikan sejumlah kata,
memetakan sejumlah pemikiran, menunjukkan data yang diperoleh pada tahap
satu dan dua untuk dikaitkan dengan fakta yang menyangkut pengarang,
kemudian membicarakan secara menyuluruh sesuai tujuan dengan
mempertimbangkan hubungan antar teks denan data biografisnya.
d. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatik mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca
dengan melalui pendekatan ini dalam diketahui tanggapan masyarakat sebagai
pembaca karya sastra terkait dengan tema karya sastra yang terkandung
didalamnya.

Selain kajian terhadap suatu karya satra, terdapat kajian terhadap sastra
bandingan. Sastra bandingan merupakan relasi antara dua buah karya yang
berbeda bahasa atau budaya namun memiliki kesamaan dalam bentuk atapun
isi. Adapun pendekatan yang digunakan ntuk mengkaji sastra bandingan yakni
penelitian bersifat komparatif, bersifat historis, bersifat teoritis, dan bersifat
antar disiplin.

6. Sastra Anak
Sastra anak dan sastra yang biasanya pada umumnya diketahui oleh
orang dewasa memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh. Namun,
penggunaan bahasa dalam sastra anak yang lebih mudah dipahami dan dengan
tema yang yang berkisaran pada permasalahan anak kecil diantaranya
bullying, keluarga, teman, sekolah, bermain, dan lain sebagainya. Dalam
sastra anak banyak menumbuhkan nilai postif diantaranya memberi
kesenangan dengan mengetahui informasi serta menemukan minat anak-anak
sedari kecil, mengembangkan imajinasi anak-anak yang dapat membuka
pemikiran mereka mengenai alam serta makhluk hidup, memberikan
pengalaman aneh yang seolah-olah dialami oleh setiap anak yang membaca,
serta menumbuhkan rasa keingintahuan yang besar mengenai alam semesta
sehingga anak-anak ketika tumbuh dewasa akan tetap membaca karena rasa
tidak puasa atas keingintahuan suatu hal. Adapun dalam sastra anak terdapat
genre yang terbagi kedalam enam macam yakni realisme, fiksi formula,
fantasi, sastra tradisional, puisi, dan nonfiksi.
7. Sastra Digital

Sastra digital merupakan salah satu cara sastra dengan tujuan


diperkenalkan kepada masyarakat luas melalui media digital atau masyarakat
umum biasanya menyebut dengan sastra cyber. Istilah sastra digital didorong
dari kebiasaan masyarakat pada abad ke-20 yang banyak menggunakan digital
sebagai salah satu media yang mudah diakses kapan pun dan dimana pun.
Sastra digital menjawab sastrawan tentang eksistensi karya sastra khususnya
bagi pada sastrawan pemula dalam membuat karya sastra. Adapun kelebihan
karya sastra diantaranya siapapun bisa menjadi sastrawan, karya sastra dapat
dikenal secara universal, serta karya sastra dapat bisa langsung dimuat dalam
media tanpa harus menyerahkan naskah kepada penerbit. Namun, dibalik
kelebihan sastra digital, terdapat kekurangan yang terkandung didalamnya,
diantaranya sastra digital kurang bermutu dengan sastra melalui media cetak,
karena telah melewati beberapa tahap penyeleksian serta karya sastra yang
dikembangkan dalam media digital akan lebih banyak yang menyebabkan
turunnya kritik pada suatu karya sastra. Adapun contoh dan sarana sastra
digital diantaranyya Wattpad, Twitter, Instagram, dan lain sebagainya.
C. Simpulan
Dari materi-materi tentang Sastra Indonesia tersebut dapat disimpulkan
bahwa, Materi mengenai periodisasi, tokoh-tokoh, perkembangan, genre, kajian,
sastra anak, dan sastra digital merupakan beberapa materi terkait dengan
kesusastraan. Dimana periodisasi sastra Indonesia meliputi angkatan balai
pustaka, pujangga baru, angkatan 45, angkatan 50, angkatan 66, angkatan 80,
sampa angkatan 2000 memiliki tokoh-tokoh sastrawan yang terkenal pada setiap
angkatannya diantaranya Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, W.S Rendra,
Arifin C. Noer, Mohammad Yamin, Ayu Utami, Marah Roesli. Tokoh-tokoh
sastrawan tersebut tidak lepas dari karya sastra nya yakni Balada Orang-orang
Tercinta, Kapai-kapai, Tamparlah Mukaku!, Ayat-ayat Cinta, Sumur tanpa Dasar.
Adapun perkembangan sastra Indonesia mengalami perubahan dari
sastra lama menjadi sastra baru. Dalam genre sastra terdapat tiga objek kajian
sastra yakni puisi, prosa, dan drama. Dalam kajian sastra terdapat beberapa
pendekatan diantaranya pendekatan objektif, pendekatan mimetik, pendekatan
ekspresif, dan pendekatan pragmatik.
Sedangkan dalam sastra anak mengangkat tema yang berkisah pada usia
anak-anak. Diantaranya keluarga, teman, bullying, sekolah, dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam sastra digital memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan
diantara kelebihan sastra digital tersebut yakni dapat eksis dalam media digital
tanpa harus melewati prosedur penerbitan suatu teks sedangakan kekurangan
sastra digital yakni kualitas yang dimiliki oleh sastrawan dalam media digital
diragukan bila dibandingkan dengan karya sastra yang di muat dalam media cetak.
D. Daftar Pustaka
Nurgiyantono, Burhan. 2016. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Susanto, Dwi. ____. Pengantar Kajian Sastra. Jakarta: Buku Seru
Teeuw, A. 2017. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: Dunia Pustaka Jaya
Yudiono K.S. 2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo

Anda mungkin juga menyukai