Anda di halaman 1dari 33

LITERATUR REVIEW

PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP LAMA PENYEMBUHAN


DAN PENGURANGAN RASA NYERI LUKA LASERASI PERINEUM
PADA IBU NIFAS

Proposal Skripsi

IRMA AYU LARASATI


NIM : P27224020018

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA JURUSAN
KEBIDANAN PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2021
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Nifas

Masa nifas ( Postpartum ) merupakan masa setelah

kelahiran plasenta dan berakhir Ketika rahim sudah Kembali

seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6

minggu. Di dalam masa nifas diperlukan Asuhan masa Nifas

karena periode ini merupakan periode kritis baik ibu ataupun

bayinya. Perubahan yang terjadi pada masa nifas yaitu perubahan

fisik, involusi uteri, laktasi / pengeluaran air susu ibu, perubahan

system tubuh ibu dan perubahan Psikis ibu. Masa Nifas merupakan

masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi

minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi

Kembali ke keadaan tidak hamil yang normal . Masa nifas adalah

masa setelah plasenta lahir dan berakhir Ketika alat-alat kandungan

Kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kira-kira

selama 6-8 minggu. Masa Nifas (Puerperium) dimulai sejak 2 jam

setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah

itu. Pueperium yaitu masa setelah melahirkan bayi yaitu masa

pulih Kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat kandungan


Kembali seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam

24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan pasca persalinan

yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi ( Wahida & Bawon ,2020:

Tonasih & Vianty ,2020: Rini & Susilo,2017)

2. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Setiap ibu nifas memiliki kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi, apabila ibu memiliki masalah kesehatan sehingga tidak

dapat memenuhi kebutuhan dasarkan, maka tenaga kesehatan

membantu dalam pemenuhannya. Asih dan Risneni (2016)

menyatakan kebutuhan dasar ibu masa nifas adalah sebagai

berikut: a. Nutrisi dan Hidrasi Ibu harus mengkonsumsi makanan

yang seimbang, bergizi, dan mengandung cukup kalori guna

memulihkan kondisi ibu serta mempertahankan tubuh dari infeksi,

dan mempercepat pengeluaran ASI serta mencegah konstipasi. Ibu

memerlukan tambahan kalori 500 tiap hari. Pil zat besi juga harus

diminum ibu nifas untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40

hari setelah melahirkan dan minum air putih disarankan sedikitnya

3 liter air setiap harinya, b. Kebutuhan Ambulasi Ibu yang bersalin

normal mobilisasi dini diperlukan 6-12 jam postpartum sedangkan

pada ibu dengan sectio cesarea mobilisasi dini dilakukan paling

tidak 12 jam. Tahapannya dengan miring kanan kiri terlebuh

dahulu kemudian duduk, apabila sudah cukup kuat maka ibu dapat
berdiri dan bila sudah yakin ibu dapat berjalan. Manfaat ambulasi

dini yaitu memperlancar peredaran darah, mempercepat

mengembalikan tonus otot, dan mengeluarkan lochea, c.

Kebutuhan Eliminasi Pengeluaran urine akan meningkat selama 24

jam sampai hari kelima postpartum karena volume darah ekstra

yang dibutuhkan selama hamil sudah tidak diperlukan sehingga ibu

dianjurkan tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit pada

jahitan karena dapat menghambat uterus berkontraksi sehingga

dapat menyebabkan perdarahan. Ibu nifas sering mengalami

kesulitan buang air besar, hal ini dikarenakan ketakutan ibu 9 akan

rasa sakit pada luka jahitan dan adanya hemoroid. kesulitan

tersebut dapat dibantu dengan mobolisasi dini, mengkonsumsi

makanan tinggi serat, dan minum air putih yang cukup sehingga

dapat buang air besar. ,d. Kebutuhan Istirahat Istirahat yang cukup

akan membantu mempercepat proses involusi uterus, mengurangi

perdarahan, memperbanyak jumlah pengeluaran ASI, dan

mengurangi depresi pada ibu nifas, e. Kebersihan Diri Kebersihan

diri dibutuhkan untuk mencegah terjadinya infeksi pada perineum

dan kulit.

Kebersihan diri yang dilakukan ibu meliputi: 1) Perawatan

perineum dilakukan dengan cara membersihkan daerah sekitar

vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang kemudian

membersihkan daerah sekitar anus selanjutnya dikeringkan dengan


kain yang bersih. Ibu harus cuci tangan dengan sabun sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kelaminnya dan ibu harus sering

mengganti pembalut, 2) Pakaian yang digunakan ibu sebaiknya

dari bahan yang menyerap keringat, yang agak longgar di daerah

dada sehingga payudara tidak tertekan. Pakaian dalam juga

demikian agar tidak mengiritasi ibu, 3) Kebersihan kulit diperlukan

karena jumlah keringat ibu yang lebih banyak akibat cairan yang

dibutuhkan ekstra pada kehamilan tidak diperlukan lagi sehingga

dikeluarkan. Usahakan ibu mandi lebih sering dan menjaga kulit

tetap dalam keadaan kering. 4) Perawatan payudara dilakukan

untuk memperlancar sirkulasi darah di payudara dan mencegah

penyumbatan saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran

ASI. Perawatan dilakukan 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan

dilakukan 2 kali sehari. Ibu harus menjaga payudara tetap bersih

dan kering, menggunakan BH yang menyokong payudara,

mengoleskan ASI sebelum menyusui pada putting yang lecet dan

sebagainya. 10, 5) Kebutuhan Seksual Ibu aman

melakukanubungan seksual apabila darah merah sudah berhenti

dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vaginanya

tanpa rasa sakit, 6) Senam Nifas Senam nifas perlu dilakukan agar

mempercepat proses involusi uteri, mempercepat pemulihan

kondisi tubuh, mencegah komplikasi, memelihara kekuatan

panggul serta otot dan mencegah pembengkakan. Senam nifas


dapat dilakukan setelah 6 jam persalinan bila ibu dalam keadaan

sehat dan terus diulang dirumah.

3. Pengertian Laserasi Perineum

Laserasi perineum merupakan perlukaan akibat persalinan

pada bagian perineum. Robekan perineum biasanya terjadi pada

garis tengah dan bisa meluas akibat kepala bayi lahir terlalu cepat,

sudut arkus pubis lebih kecil, kepala janin berukuran lebih besar

daripada sirkumferensia bregmatika (Damayanti, dkk, 2014).

4. Penyebab Laserasi Perineum

Robekan perineum dapat terjadi secara spontan maupun

dilakukan episiotomi (pemotongan daerah perineum). Ruptur

perineum yang terjadi secara spontan dapat diakibatkan karena

persalinan yang tidak maju, panggul sempit, hidrosefalus, janin

letak lintang, makrosomia, dan sebagainya sehingga segmen bawah

uterus semakin lama semakin regang. Robekan dapat dihindari

dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui kepala janin

dengan cepat (Prawirohardjo, 2007).

Beberapa pengkajian yang dapat mendukung kemungkinan

terjadi robekan jalan lahir antara lain: a. Data subjektif yang

meliputi umur kehamilan, umur pasien, paritas ,b. Data objektif

mencakup umur kehamilan, tinggi badan pasien, taksiran berat

janin, elastisitas otot perineum, dan presentasi janin c. Observasi


saat inpartu meliputi keadaan umum, hasil pemantauan partograf,

keterampilan mengejan ibu, berat badan bayi, partus dengan

tindakan, dan lain-lain (Asih dan Risneni, 2016)

5. Proses Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka terdapat empat tahap yaitu: a.

Tahap respon inflamasi akut terhadap cedera Dimulai saat

terjadinya luka, terjadi proses homeostatis yang ditandai dengan

pelepasan histamin dan mediator lain dari sel-sel yang rusak,

disertai dengan proses peradangan dan migrasi sel darah putih ke

sel-sel yang rusak, b. Tahap destruktif yaitu Terjadi pembersihan

jaringan yang mati oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag.

c. Tahap poliferatif yaitu Pembuluh darah baru diperkuat oleh

jaringan ikat dan infiltrasi luka. d. Tahap maturasi yaitu Terjadi

reepitelisasi, konstraksi luka, dan organisasi jaringan ikat (Uliyah

dan Hidayat, 2008)

6. Faktor Penyembuhan Luka

Uliyah dan Hidayat (2008) menyatakan bahwa proses

penyembuhan luka dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi : a.

Vaskularisasi, hal ini mempengaruhi karena dalam penyembuhan

luka memerlukan keadaan peredaran darah yang baik sehingga

dapat memperbaiki sel. b. Anemia, perbaikan luka memerlukan

protein yang cukup sehingga anemia memperlambat penyembuhan

luka. Orang yang mengalami anemia akan mengalami proses


penyembuhan yang lama. c. Usia, kecepatan perbaikan sel

berlangsung sejalan dengan pertumbuhan usia seseorang naum

proses penuaan dapat menurunkan system perbaikan sel sehingga

dapat memperlambat penyembuhan luka, d. Penyakit lain yang

mempengaruhi proses penyembuhan luka, seperti diabetes mellitus

dan ginjal, penyakit ini dapat memperlambat proses penyembuhan

luka, e. Nutrisi merupakan unsur utama yang dapat membantu

perbaikan sel karena kandungan gizi yang terdapat didalamnya,

seperti contohnya vitamin A diperlukan untuk membantu proses

penutupan luka dan sintesis kolagen; vitamin B kompleks

diperlukan sebagai kofaktor sistem enzim yang mengatur

metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak; vitamin C berperan

dalam mencegah infeksi, membentuk kapiler darah, dan berfungsi

sebagai fibroblast; vitamin K membantu sintesis protombin dan zat

pembekuan darah, f. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stress

dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka. Hal tersebut dapat

membuat proses penyembuhan luka lebih lama

7. Pengertian Nyeri Laserasi Perineum

Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan

akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam

tubuh yang diberikan ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik,

fisiologis, maupun emosional. Nyeri laserasi perineum merupakan

keadaan yang tidak menyenangkan akibat perlukaan persalinan


pada bagian perineum yang disebabkan oleh persalinan. Ibu nifas

cenderung merasakan memar di sekitar jaringan vagina dan

perineum beberapa hari pertama setelah melahirkan, apabila

mengalami cedera perineum dalam derajat tertentu akan

mengalami nyeri dalam beberapa hari atau sampai terjadi

pemulihan (Uliyah & Hidayat, 2008: Fraser & Cooper, 2012).

8. Fisiologis Nyeri

Nyeri disebabkan oleh stimulus yang dapat menyebabkan

kerusakan pada jaringan, oleh karena itu sensasi nyeri dapat

dibedakan dengan sensasi lainnya. Adanya sistem saraf simpatis,

stimulasi nyeri dapat mengakibatkan perubahan seperti peningkatan

frekuensi jantung, pelepasan adrenalin, peningkatan glukosa darah,

dan peningkatan tekanan darah, penurunan motilitas lambung dan

penurunan suplai darah ke kulit yang menyebabkan berkeringat.

Jaras nyeri berasal dari ujung saraf sensorik di tempat trauma.

Impuls ini berjalan sepanjang saraf sensorik dari ganglion akar

dorsal dari saraf spinal terkait dan masuk ke dalam kornu posterior

medulla spinalis yaitu neuron pertama. Neuron kedua muncul di

kornu posterior melintang didalam medulla spinalis dan

menghantarkan impuls melalui medulla oblongata, pons varolii, dan

otak tengah ke thalamus. Impuls berjalan sepanjang neuron ketiga

menuju korteks sensorik. Pada nyeri akut, sensasi diteruskan

sepanjang serat delta (serat berdiameter besar).


Nyeri yang dirasakan seperti nyeri tusuk yang mudah

ditentukan letaknnya. Nyeri kronis, sensasinya diteruskan oleh

serabut saraf 16 yang berdiameter lebih kecil yaitu serat C,

seringkali digambarkan sebagai nyeri terbakar yang sulit

ditentukan lokasinya. Sensasi somatik merupakan fungsi sensori

kulit dan dinding tubuh yang berasal dari reseptor somatik.

Terdapat reseptor tertentu untuk setiap sensasi seperti panas,

dingin, sentuhan, tekanan, dan sebagainya. Reseptor yang

stimulasinya menyebabkan nyeri berada di bagian perifer neuron

aferen kecil tanpa atau sedikit myelin yang disebut noniseptor yang

mendeteksi adanya cedera (Fraser dan Cooper, 2012)

9. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri berdasarkan sumbernya adalah sebagai

berikut: a. Nyeri superfisial yaitu nyeri yang mengenai kulit atau

jaringan subkutan biasanya rasanya seperti terbakar. b. Nyeri

somatik dalam yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemberian

darah, tendon, dan syaraf, rasa nyerinya menyebar dan lebih lama.,

c. Nyeri visceral atau organ paling dalam yaitu stimulasi reseptor

nyeri dalam rongga abdomen, cranium, dan thorax. Terjadi karena

spasme otot, iskemia dan regangan jaringan (Maryunani, 2010).

Klasifikasi nyeri berdasarkan penyebabnya yaitu: 1) Nyeri fisik

merupakan nyeri karena adanya stimulus fisik, 2) Nyeri psikogenik

merupakan nyeri akibat yang kurang jelas atau susah diidentifikasi,


sumbernya dari emosi atau psikis yang tidak disadari (Maryunani,

2010).

Klasifikasi nyeri berdasarkan letaknya yaitu: a. Nyeri

menyebar dari sumber nyeri ke sekitar jaringan didekatnya

(radiating pain), b.Nyeri dirasakan pada jaringan tubuh tertentu

yang berasal dari jaringan penyebab (referred pain), c. Nyeri sangat

susah dihilamgkan (intractable pain), d. Nyeri yang dirasakan pada

bagian tubuh yang hilang atau yang lumpuh karena injuri medulla

spinalis (phantom pain) (Maryunani, 2010).

Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Uliyah dan Hidayat (2008)

menyebutkan nyeri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai

berikut : a. Arti nyeri Setiap individu memiliki perbedaan dalam

mengartikan nyeri, sebagian besar mengartikannya sebagai hal

negatif seperti membahayakan, merusak dan sebagainya. Keadaan

ini dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, latar belakang sosial

kultural, lingkungan, dan pengalaman seseorang, b. Persepsi nyeri

Penilaian individu mengenai nyeri sangat subjektif. Persepsi

dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi reseptor

nyeri (nociceptor), c. Toleransi nyeri Toleransi yang dimaksud

yaitu adanya hubungan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi

seseorang dalam menahan nyeri. Faktor yang mempengaruhi

toleransi nyeri meliputi obat-obatan, alkohol, hipnotis, pengalihan

perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya.


Faktor yang menurunkan toleransi nyeri antara lain rasa

marah, bosan, cemas, kelelahan, sakit, nyeri tidak kunjung hilang,

dan sebagainya, d. Reaksi terhadap nyeri Bentuk respon seseorang

terhadap nyeri seperti ketakutan, gelisah, cemas, menjerit dan

menangis merupakan reaksi terhadap nyeri.

Faktor yang mempengaruhi nyeri yang dinyatakan oleh

Maryunani (2010) adalah sebagai berikut: a. Usia Anak-anak

belum bisa mengungkapkan nyeri sehingga harus dikaji terlebih

dahulu, pada dewasa terkadang melaporkan rasa nyeri bila sudah

patologis atau sudah mengalami kerusakan fungsi, dan pada ansia

cenderung memendam rasa nyeri tersebut akibat ketakutan atau

kecemasan akan mengalami penyakit berat atau meninggal bila

nyeri diperiksakan. Usia muda cenderung dikaitkan dengan kondisi

psikologis yang masih labil sehingga memicu kecemasan maka

nyeri yang dirasakan menjadi lebih berat (Perry & Potter, 2005

dalam Judha, 2012), b. Jenis Kelamin Respon nyeri antara laki-laki

dan perempuan tidak ada perbedaan secara signifikan namun lebih

dipengaruhi dari budaya yang beranggapan bahwa laki-laki tidak

pantas mengeluh nyeri dan perempuan diperbolehkan, c. Budaya

Suatu daerah ada yang memiliki kepercayaan bahwa nyeri

merupakan suatu akibat yang harus diterima dari kesalahan yang

diperbuat, sehingga mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.

Menurut Perry & Potter (2005) dalam Judha (2012) menyatakan


bahwa keyakinan dan budaya mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Hampir sebagian kebudayaan mengekspresikan

rasa nyeri dengan merintih dan menangis, d. Kecemasan Cemas

dapat meningkatkan persepsi tentang nyeri dan nyeri juga dapat

menyebabkan cemas, e. Pengalaman Masa Lalu Seseorang yang

berhasil mengatasi rasa nyeri di masa lampau, dan saat mengalami

nyeri yang sama, maka lebih mudah mengatasinya, sehingga

mudah tidaknya dalam mengatasi nyeri bergantung pengalaman di

masa lalu.

Menurut Bobak (2000) dalam Judha (2012) menyatakan

bahwa pengalaman ibu sebelumnya juga mempengaruhi respon ibu

terhadap nyeri yang dirasakan. Ibu yang mengalami pengalaman

yang menyakitkan dan sulit pada persalinan sebelumnya akan

mempengaruhi sensifitas terhadap nyeri. Ibu yang primipara dan

multipara kemungkinan memiliki perbedaan dalam merespon nyeri

yang dihadapi meskipun dihadapkan dalam kondisi yang sama

yaitu nyeri luka perineum.

Perhatian Pasien yang memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat

pada nyeri dapat meningkatkan rasa nyerinya juga, maka upaya

distraksi dapat digunakan untuk menurunkan respon nyeri.

Dukungan keluarga dan sosial Seseorang yang mengalami nyeri

membutuhkan dukungan, bantuan dan perlindungan dari keluarga


dan teman dekatnya. Dukungan dari pasangan, keluarga maupun

pendamping diperlukan ibu dari persalinan hingga akhir persalinan,

hal ini dapat membantu mengatasi rasa nyeri (Martin, 2002 dalam

Judha, 2012)..

Faktor yang dapat meredakan nyeri yang dikemukakan oleh

Nurlely (2016) yaitu dengan gerakan, istirahat, pengerahan tenaga,

obat-obatan, dan apa yang dipercaya pasien dapat mengatasi nyeri.

Setiap orang memiliki persepsi tertentu mengenai cara

menghilangkan nyeri, yang didasari pada pengalaman.

10. Penilaian Respon Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri dibagi menjadi 3 yaitu nyeri berat, nyeri

sedang, dan nyeri ringan. Intensitas nyeri dapat diukur berdasarkan

skala yang bersifat subjektif (Maryunani, 2010). Berbagai macam

skala nyeri yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: a. Skala

Analog Visual Suatu garis lurus horizontal sepanjang 10 cm yang

mewakili intensitas nyeri yang terus-menerus dan pendeskripsian

verbal pada setiap ujungnya. Pasien diminta untuk menunjukkan

seberapa nyeri pada garis itu, ujung kiri menandakan tidak nyeri dan

ujung kanan menandakan nyeri berat. Menilai hasilnya digunakan

penggaris sepanjang garis dan jarak yang dibuat pasien pada garis

dari tidak ada nyeri diukur dalam sentimeter. Gambar 2.1 Skala

Analog Visual (Andriyani, 2018), b. Simple Deskriptif Skala Skala


deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang

lebih objektif. Skala deskriptif menggunakan sebuah garis yang

terdiri dari 3-5 kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang

sama sepanjang garis. Pendeskripsian ini dari tidak ada nyeri sampai

nyeri tidak tertahankan. Pasien diminta memilih intensitas nyeri

yang dirasakan. 22 Gambar 2.1 Skala Nyeri Deskriptif (Andriyani,

2018), c. Numerik Skala Skala penilaian numerik lebih digunakan

sebagai alat pendeskripsi kata, pasien menilai dengan skala 0-10.

Skala ini paling efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri

sebelum dan setelah tindakan terapeutik. Skala numerik dinyatakan

berikut ini: 0 = tidak nyeri 1-2 = nyeri ringan (secara objektif pasien

dapat berkomunikasi dengan baik, nyeri masih bisa ditahan,

aktivitas tidak terganggu) 3-5 = nyeri sedang (secara objektif pasien

mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik, namun

mengganggu aktivitas) 6-7 = nyeri berat (secara objektif pasien

terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi masih dapat

merespon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak

dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan distraksi

(pengalihan perhatian) dan tarik napas panjang, tidak dapat

melakukan aktivitas secara mandiri) 8-10 = nyeri sangat berat

(pasien tidak mampu lagi dalam berkomunikasi, tidak dapat

melakukan aktivitas secara mandiri)


Gambar 2.1

Gambar 2.1

Skala Nyeri Numerik (Andriyani, 2018)

Manajemen Nyeri Luka Perineum Manajemen nyeri terdiri dari

farmakologis dan nonfarmakologis. Farmakologis merupakan

tindakan kolaborasi dengan tim medis yaitu menggunakan analgetik

yang daya kerjanya mengganggu stimulasi nyeri dan hasilnya

menekan fungsi thalamus dan korteks serebri. Analgesik terbagi

menjadi beberapa jenis yaitu analgesik inhalasi, analgesik opium,

anestesi, dan obat-obatan yang mengandung analgesik (Maryunani,

2010).

Nonfarmakologis merupakan manajemen nyeri dengan tindakan

mandiri bidan yaitu dengan sentuhan terapeutik, akupresur, guided

imagery, distraksi, anticipatory guidance, hipnotis, biofeedback, dan

stimulasi kutaneus (massase, mandi air hangat, kompres dengan

kantong es, stimulasi saraf elektrik transkutan) (Maryunani, 2010).


11. Pengertian Kompres Dingin

Kompres dingin merupakan tindakan memberikan terapi dingin

untuk memenuhi rasa nyaman, mengurangi rasa nyeri yang dirasakan,

mencegah pembengkakan, menurunkan suhu tubuh, dan mengontrol

peredaran darah (Uliyah dan Hidayat, 2008).

12. Manfaat Kompres Dingin

Scrivner (2007) menyatakan penerapan dingin dalam jangka

pendek akan memiliki manfaat sebagai berikut : a. Menyebabkan

vasokontriksi Vasokontriksi akan mengurangi pasokan darah ke area-

area tubuh dan akibatnya mendorong darah menjauh dari area yang

dipenuhi darah, b. Memiliki efek analgetik Saat diberikan dingin, tubuh

akan melepaskan bahan pereda nyeri alami yaitu prostaglandin ke

dalam otot. Bahan ini akan mengurangi kekejangan otot dan meredakan

nyeri yang diakibatkannya, sehingga otot tidak akan terlalu sakit bila

melakukan aktivitas jika telah didinginkan terlebih dahulu, c.

Menciptakan efek kejutan yang bermanfaat Ketika diberikan kompres

dingin, siraman air dingin, atau melompat ke kolam air yang dingin, hal

yang terjadi yaitu penghirupan napas yang dalam untuk mengejar

ketinggalan akibat kejutan dingin maka paru-paru akan mengembang

selebar mungkin dan memberikan oksigen sebanyak mungkin ke darah,


d. Mencegah kerusakan otot Nekrosin merupakan bahan kimia alami

yang menghancurkan jaringan ketika terjadi cidera pada otot.

Mendinginkan otot segera setelah terjadi kerusakan akan menghambat

pelepasan nekrosin maka kerusakannya akan terbatas, e. Mengurangi

peradangan Cidera pada otot berpotensi besar terjadinya peradangan

yang akan membatasi gerakan di sekitar area kerusakan, ini bias

melindungi namun dapat juga terbentuk jaringan parut yang akhirnya

menghambat gerakan. Penerapan dingin akan mengurangi peradangan

dengan menjauhkan kelebihan darah dari area cidera sehingga

pembengkakan berkurang dan dapat dikelola. Penerapan dingin pada

jangka pendek sangat bermanfaat namun bila digunakan dalam jangka

panjang dapat menyebabkan penghambatan dan pengurangan aliran

darah ke area cidera dalam tingkat yang membahayakan (Scrivner,

2007),

Alat dan Bahan Persiapan alat dan bahan untuk kompres dingin

yaitu air dingin atau es, kain/kantong pelindung, dan kantong es atau

sejenisnya, dapat juga menggunakan termometer (Uliyah dan Hidayat,

2008). Varney, Kriebs, & Gegor (2008) menyatakan kompres dengan

kantong es bermanfaat mengurangi pembengkakan dan membuat

perineum baal, jika tidak ada kantong es kimiawi, kantong es dapat

dibuat dengan menggunakan es yang dihancurkan atau bongkahan es

yang dimasukkan kedalam sarung tangan karet tanpa bedak dan

mengikatnya dengan manset sarung tangan dengan pengikat karet


kemudian dibungkus dengan pelindung yang lembut yang menyerap

dibagian luar agar tetap terjaga kebersihan dan perlindungan terhadap

cedera karena kedinginan. Alat dan bahan yang digunakan dalam

kompres dingin pada penelitian Nurlely (2016) adalah: 1)

Perlak/pengalas, 2) Handscoon, 3) Waslap atau kain, 4) Handuk yang

bersih , 5) Baskom berisi air dingin

13. Waktu yang Tepat untuk Melakukan Kompres Dingin

Terapi dingin digunakan segera setelah melahirkan dan selama 24

jam sampai 48 jam pertama jika terdapat trauma/luka perineum yang

hebat atau episiotomi yang besar. Terapi dingin yang dilakukan segera

setelah trauma efektif untuk meredakan nyeri dan meningkatkan

vasokontriksi yang berguna untuk mengurangi perdarahan dan

pembengkakan sehingga mengurangi terjadinya trauma jaringan yang

hebat (Reeder, Martin, Griffin, 2017).

Penggunaan kompres dingin akan optimal hasilnya bila kantong es

diletakkan di perineum selama 30 menit diikuti dengan periode istirahat

minimal selama 30 sampai 60 menit. Terpajan dingin selama lebih dari

1 jam akan memicu efek sekunder (reaksi Lewis) yaitu aliran darah

secara 27 bergantian naik dan turun pada jaringan yang didinginkan

untuk mempertahankan jaringan diatas garis beku dan mencegah

kerusakan jaringan, namun terapi dingin yang diberikan terus menerus


lebih dari 24 jam sampai 48 jam akan mengganggu penyembuhan luka

(Rhode et al., 1990 dalam Reeder, Martin, Griffin, 2017).

Rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada area perineum dapat diatasi

dengan kompres dingin pada area perineum setiap 2 jam sekali selama

24 jam pertama sesudah melahirkan (Murkoff, 2006 dalam Nurlely,

2016).

14. Cara Melakukan Kompres Dingin

Cara melakukan kompres dingin Menurut Uliyah dan Hidayat

tahun 2018 adalah sebagai berikut: a. Cuci tangan terlebih dahulu, b.

Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan, c.

Masukkan air dingin pada kantong es atau masukkan kain pada air

dingin lalu diperas bila menggunakan kain, d. Letakkan kantong/kain

pada bagian yang akan dikompres, e. Catat perubahan yang terjadi

selama Tindakan, f. Cuci tangan.


B. Kerangka Teori

Permasalahan:
a. Nyeri luka laserasi
Perineum
b. Lama penyembuhan
luka
Ibu Nifas dengan luka
laserasi perineum
Perawatan:
a. Mempercepat
penyembuhan luka
laserasi
b. Mengurangi rasa nyeri
pada luka laserasi

KOMPRE
S DINGIN

Modifikasi Indri Septiyuvita (2016), Alin Septianingrum (2017)


Bagan 2.1 Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT


KOMPRES DINGIN LASERASI PERINEUM PADA
IBU NIFAS
Bagan 2.2 Kerangka Konsep

Hipotesa

H0 : Tidak ada pengaruh Kompres dingin terhadap Laserasi Perineum Ibu

Nifas

Ha : Ada pengaruh kompres dingin Terhadap Laserasi Perineum Ibu nifas


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Literature Review. Literature

review adalah suatu survey artikel ilmiah, buku, dan sumber lainnya yang

relevan dengan isu tertentu, bidang penelitian, atau teori, dan dengan

demikian memberikan deskripsi, ringkasan, atau evaluasi kritis. Literature

review dirancang untuk memberikan gambaran tentang sumber yang telah

dieksplorasi sementara meneliti topik tertentu dan untuk menunjukan

kepada pembaca bagaimana penelitian ini sesuai dengan bidang studi yang

lebih besar (Ramdhani, et al. 2014)

Literature review merupakan salah satu tahap penting pada tahap awal

penelitian sebab proses ini dilakukan pada hampir semua jenis penelitian,

baik pada paradigm kualitatif maupun kuantitatif. Kemudian literature

review memiliki 3 tujuan yakni 1) membagi pada pembaca hasil dari

penelitian yang dapat terkait dengan penelitian yang akan dilaporkan, 2)

mengetahui studi-studi yang sedang hangat didiskusikan, dan prioritas-


prioritas yang dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya, 3) dapat

memberikan kerangka berpikir untuk mengemukakan pentingnya

penelitian yang sedang dilakukan dan juga menjadi tolak ukur dalam

membandingkan temuan penelitian dengan penelitian lainnya (Manzilati,

2017).
B. Strategi Pencarian

1. Data Base yang digunakan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi dari hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Sumber data

sekunder yang didapat berupa artikel jurnal yang bereputasi nasional

maupun internasional dengan tema yang sudah ditentukan. Pencarian

literature dalam penelitian ini mengguanakan empat database yaitu

Pubmed, Jane Biosemantics, ScienceDirect, dan Google Scholar.

2. Kata kunci yang digunakan

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan Boolean

operator (AND, OR NOT, or AND NOT) yang digunakan untuk

memperluas atau menspesifikasikan pencarian, sehingga memudahkan

dalam penentuan artikel atau jurnal yang digunkan, kata kunci yang

dipilih dalam literature review ini adalah Postpartum atau masa Nifas,

cold compress atau Kompres dingin ,Perineum Injury atau Luka

Laserasi Perineum, perineum wound pain atau nyeri luka laserasi

perineum dan Healing Perineal Wounds atau lama penyembuhan luka

laserasi perineum

3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

a. Kriteria Inklusi

Kritera inklusi dalam literature review ini yaitu:


1) Artikel memuat pembahasan tentang Pengaruh Kompres dingin

Terhadap Laserasi Perineum Ibu Nifas

2) Journal full text,

3) Artikel berbahasa Inggris atau Indonesia.

4) Artikel dengan metode Original Research/penelitian langsung.

5) Artikel yang dimuat dalam 5 tahun terakhir.

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria Ekslusi dalam literature review ini yaitu:

1) Jenis penelitian Review

2) Artikel hanya berbentuk abstrak

3) Skripsi, tesis, dan disertasi yang bukan dalam bentuk publikasi

ilmiah

C. Penyaringan Data

Penyaringan yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian

yang sesuai dengan topik yang diteliti. Topik yang diteliti dalam penelitian

ini adalah pengaruh kompres dingi terhadap Laserasi Perineum ibu nifas

1. Research Question

Pertanyaan penelitian dibuat berdasarkan kebutuhan topik yang dipilih.

Berikut pertanyaan penelitian:

a. Apakah jurnal membahas tentang Laserasi Perineum?

b. Apakah ibu ibu nifas mendapat intervensi Kompres dingin ?

c. Apakah Kompres dingin memberi pengaruh terhadap laserasi

Perineum ibu nifas ?


2. Search Process

Proses pencarian digunakan untuk mendapatkan sumber yang

relevan untuk menjawab Research Question (RQ) dan referensi terkait

lainnya. Proses dilakukan melalui website jurnal-jurnal yang dapat diakses

seperti Google scholar, PubMed, Sicence Direct, Jane Biosematic

3. PICOT framework

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOT

framework, yang terdiri dari:

a. Population/problem yaitu populasi atau masalah yang akan di analisis

sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam systematic review.

b. Intervention yaitu suatu tindakan penatalaksanan terhadap kasus

perorangan atau masyarakat serta pemaparan tentang penatalaksanaan

studi sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam systematic

review.

c. Comparation yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang

digunakan sebagai pembanding, jika tidak ada bisa menggunakan

kelompok kontrol dalam studi yang terpilih.

d. Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperolah pada studi terdahulu

yang sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam systematic

review.
e. Time frame / batas waktu

KRITERIA KETERANGAN
P Ibu nifas dengan laserasi perineum

dari hari ke 1 – hari ke 40


I Kompres dingin
C Ibu nifas dengan laserasi perineum

yang tidak di berikan kompres dingin


O Mempercepat penyembuhan luka

laserasi dan mengurangi rasa nyeri

pada luka laserasi perineum ibu nifas


T Jurnal penelitian yang digunakan yaitu

jurnal penelitian tahun 2016-2021

D. Waktu

Artikel jurnal yang digunakan literature review ini dalam kurun

waktu 5 tahun terakhir yaitu tahun 2016-2021, dan penelitian

dilaksanakan mulai bulan Januari 2021


E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi

Jumlah identifikasi Jumlah identifikasi Jumlah identifikasi Jumlah identifikasi


melalui database melalui database melalui database Jane melalui database
Pubmed ScienceDirect Biosemantics Google Schoolar
(n = 134) (n = 32) (n = 51) (n = 577)

Identifikasi Total n = 794

Jurnal ditolak karena:


Populations
Jumlah yang Tidak berfokus pada permasalahan pemberian
diskrinning melalui kompres dingin pada ibu nifas (n =18 )
Screening judul dan abstrak Intervention
(n =46 ) Intervensi tidak sesuai dengan pelaksanaan
therapy kompres dingin (n = 0)
Outcome
Tidak membahas mengenai intervensi pemberian
Jumlah yang sesuai kompres dingin pada ibu nifas (n =12)
direview secara
Eligibility
penuh Jurnal ditolak karena tidak memenuhi kriteria
(n = 16) inklusi (n = 7)

Jumlah termasuk
dalam analisis akhir
Included
(n = 9)

Bagan 3.1 Diagram Flow Literature Review

2. Mekanisme Penngumpulan Data


Mekanisme pengumpulan data dalam literature review ini sebagai

berikut:

a) Membaca tulisan artikel literature terkait

b) Mengevaluasi semua tulisan ilmiah yang dibaca, yang meliputi

akurasi, Obyektivitas, Kemutahiran dan cakupan terhadap bidang

yang diteliti.

c) Membuat ringkasan semua tulisan ilmiah yang dibaca.

d) Menganalisis semua tulisan literature yang dibaca dengan lengkap

sesuai permasalahan.

F. Teknik Literatur Review

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Mencari kesamaan (Compare) adalah mencari kesamaan diantara

beberapa literatur dan diambil kesimpulannya.

2. Mencari ketidaksamaan (Contrast) adalah menemukan perbedaan

diantara beberapa literatur dan diambil kesimpulannya.

3. Membandingkan (Synthesize) adalah menggabungkan beberapa

sumber menjadi sebuah ide baru.

4. Meringkas (Summarize) adalah menulis kembali sumbernya dengan

kalimat sendiri.

Dalam penelitian ini juga menggunakan matriks sintesis (synthesis

matrix), matrik sintesis adalah sebuah tabel/diagram yang memungkinkan

peneliti untuk mengelompokkan dan menglasifikasi argumen-argumen

yang berbeda dari beberapa artikel dan mengombinasikan berbegai elemen


yang berbeda untuk mendapatkan kesan/simpulan terhadap keseluruhan

artikel secara umum. Metrik sintesis digunakan untuk mengelola sumber-

sumber literatur dan mengintegrasikannya dengan interpretasi yang unik.

Matrik sintesis dibuat dengan cara (1) identifikasi 6-12 artikel yang

sangat relevan dengan fokus penelitian dan (2) buat kolom-kolom untuk

mengidentifikasi beberapa hal, seperti pertanyaan penelitian yang diajukan

penulis, metode yang digunakan, karakteristik sampel penelitian,

persamaan yang ditemukan dan perbedaan masing masing artikel yang

tidak ditemukan pada artikel yang lain.

G. Teknik Analisa Data

Analisis jurnal hasil literature review ini menggunakan metode critical

appraisal. Critical appraisal adalah proses analisis jurnal yang digunakan

menjadi dasar teori terkait perbedaan, persamaan dan kekurangan dari

jurnal yang digunakan. Jurnal ditelaah untuk memilih jurnal hasil

pengukuran yang sesuai dengan topik. Dari pencarian yang telah dilakukan

ada 9 Jurnal penelitian dari tahun 2016 sampai tahun 2021 yang memenuhi

topik penelitian. Setelah itu di analisis menggunakan tabel Critical

Appraisal dengan mencantumkan : judul dan penulis jurnal, tahun

publikasi, variabel yang diukur, hasil studi penelitian serta keterkaitan

dengan penelitian skripsi.


H. Kesimpulan

Penelitian dengan studi literatur sebuah penelitian yang persiapannya

sama dengan penelitian lainnya akan tetapi sumber dan metode

pengumpulan data dengan mengambil data di pustaka, membaca,

mencatat, dan mengolah bahan penelitian. Penelitian dengan studi literatur

juga sebuah penelitian yang dikategorikan sebagai sebuah karya ilmiah

karena pengumpulan data dilakukan dengan sebuah strategi dalam bentuk

metodologi 3 penelitian. Variabel pada penelitian studi literatur bersifat

tidak baku. Data yang diperoleh dianalisis secara mendalam oleh penulis.

Sumber data untuk penelitian studi literatur dapat berupa sumber yang

resmi akan tetapi dapat berupa laporan/kesimpulan seminar,

catatan/rekaman diskusi ilmiah, tulisan-tulisan resmi terbitan pemerintah

dan lembaga-lembaga lain, baik dalam bentuk buku/manual maupun

digital seperti bentuk piringan optik, komputer atau data komputer.


I. JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan januari Februari Maret April Mei juni


1. Penyusuna
n Proposal
Skripsi
2. Ujian
Seminar
Proposal
3. Penyusuna
n laporan
4. Sidang
Hasil
Skripsi

Anda mungkin juga menyukai