Anda di halaman 1dari 20

UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

PENGOLAHAN SAMPAH PADAT MEDIS

UPT PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR

Oleh :

dr. Chandra Ristiadi

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

PUSKESMAS TASIKMADU

KABUPATEN KARANGANYAR

2018
LEMBAR PENGESAHAN

PENGOLAHAN SAMPAH PADAT MEDIS

UPT PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR

Disusun oleh :

dr. Chandra Ristiadi

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Dokter Pendamping Kepala Puskesmas Tasikmadu

dr. Okce Krisnawati dr. Ibnu Ridhwan

NIP. 19791005 200604 2 012 NIP. 1970125 200312 1 003


BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan.


Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik
pula. Dalam hal ini rumah sakit sebagai sarana kesehatan harus pula
memperhatikan keterkaitan tersebut. Di lain pihak, rumah sakit juga dapat di
katakan sebagai pendonor limbah karena buangannya berasal dari kegiatan non-
medis maupun medis yang bersifat berbahaya dan beracun dan dalam jumlah
besar. Oleh karena itu di perlukan suatu pengolahan limbah yang sesuai sehingga
tidak membahayakan bagi lingkungan. Aktivitas rumah sakit akan menghasilkan
sejumlah hasil samping berupa limbah, baik limbah padat, cair, dan gas yang
mengandung kuman patogen, zat-zat kimia serta alat-alat kesehatan yang pada
umumnya bersifat berbahaya dan beracun. Limbah padat diklasifikasikan sebagai
limbah padat medis/klinis dan limbah padat non medis/domestik (Atik, 2011).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun


2016 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) yangbertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama.
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan
kabupaten/kota, sehingga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan
mengacu pada kebijakan pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota bersangkutan, yang tercantum dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Penanganan limbah medis, salah satunya yaitu limbah medis padat perlu
diperhatikan secara serius sesuai dengan teknik penanganan limbah medis padat
yang ditetapkan oleh kementerian kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya potensi
bahaya yang dapat ditimbulkan dari pembuangan limbah medis padat secara
sembarangan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3). Teknik
penanganan tersebut diatur dalam Permenkes No: 1204/Menkes/SK/X/2004,
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, poin Pengolahan Dan
Pemusnahan Limbah Medis Padat, sebagai berikut :

1. Limbah medis padat tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat


pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.

2. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat


disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat
yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan
pembakaran menggunakan insinerator.

Pengelolaan limbah medis padat harus dilakukan secara khusus. Pewadahan


harus menggunakan tempat khusus yang kuat, anti bocor, anti tusuk, dan tidak
mudah untuk dibuka sehingga orang lain tidak dapat membukanya. Pemusnahan
menggunakan insenerator dengan suhu tinggi sekitar 1.200º C setelah itu residu
yangsudah aman di buang ke landfill. Prosedur pengangkutan sampah medis
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu pengangkutan internal dan pengangkutan
eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat
pembuangan atau ke incenerator (on-site). Pengangkutan eksternal yaitu
pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site),
pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus
dipatuhi oleh petugas yang terlibat dengan prosedur tersebut termasuk memenuhi
peraturan angkut lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus
kuat dan tidak bocor. Pengangkutan limbah medis ke tempat pembuangan
memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus selalu diikuti oleh semua
petugas yang terlibat (Ditjen Ditjen P2MPL, 2004).
1.1 Tujuan

Tujuan dari kegiatan adalah guna mengetahui proses pengolahan limbah


padat medis Puskesmas Tasikmadu.

1.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui unit pelayanan Puskesmas Tasikmadu yang menghasilkan


sampah padat medis.
2. Mengetahui total sampah yang dihasilkan Puskesmas Tasikmadu selama
satu bulan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah

Menurut KepMenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004 adanya berbagai


sarana pelayanan kesehatan baik rumah sakit, klinik maupun puskesmas, akan
menghasilkan limbah baik cair maupun padat. Limbah padat rumah sakit /
puskesmas lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit. Limbah padat
(sampah) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang
harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia,
dan umumnya bersifat padat.

Menurut KepMenKes R.I. No.1428/MENKES/SK/XII/2006 limbah padat


puskesmas adalah semua limbah puskesmas yang berbentuk padat akibat kegiatan
yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.

Limbah padat layanan kesehatan adalah semua limbah yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan layanan kesehatan yang terdiri dari limbah medis dan non
medis, yaitu (Dewi, C, 2014) :

a. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di RS
di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari halaman yang
dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi.
b. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,
limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat
yang tinggi.
c. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen
yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia
yang rentan.
d. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan
stock (sediaan) bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan,
dan bahan lain yang diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang
sangat infeksius.

2.2.1 Limbah Medis

Menurut KepMenkes RI No. 1428/Menkes/SK/XII/2006 Limbah medis


yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak dipakai ataupun tidak berguna
termasuk dari limbah pertamanan. Limbah medis cenderung bersifat infeksius dan
kimia beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk
kelestarian lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah medis
puskesmas adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan puskesmas dalam
bentuk padat dan cair.

a. Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, oleh


Departemen Kesehatan RI limbah medis telah digolongkan sebagai
berikut (Adisamito, 2009) :Limbah benda tajam, yaitu obyek atau alat
yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol
yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas dan pisau bedah.
b. Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular dan limbah laboratorium yang
berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang
perawatan/isolasi penyakit menular.
c. Limbah jaringan tubuh, yang meliputi organ, anggota badan, darah
dan cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau
autopsi.
d. Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat
sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
sitotoksik.
e. Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan kedaluwarsa, obat yang
terbuang karena karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau
limbah dari proses produksi obat.
f. Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan
kimia dalam tindakan medis, veterenary, laboratorium, proses
sterilisasi atau riset. Dalam hal ini dibedakan dengan buangan kimia
yang termasuk dalam limbah farmasi dan sitotoksik.

2.2.2 Limbah Medis Padat Puskesmas

Limbah medis merupakan berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah


sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan
menimbulkan gangguan kesehataan bagi pengunjung, masyarakat terutama
petugas yang menanganinya. Berdasarkan jenisnya, limbah medis dibedakan
menjadi tiga yaitu limbah medis padat, cair dan gas. Limbah medis padat adalah
limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi.

Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkan limbah medis dapat


digolongkan dalam 7 jenis limbah, yang meliputi (Kementerian Kesehatan RI
2006) :

1. Limbah benda tajam


Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit.
Misalnya jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan
gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang
yang terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan
beracun.
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang
berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan
dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini antara
lain limbah mikrobiologis, produk darah manusia, benda tajam, bangkai
binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah
pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan terkontaminasi (medical
waste).
3. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan,,
darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi.
Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan dan
hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke insinerator.
4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi citotoksik. Limbah yang terdapat limbah citotoksik harus
dibakar
5. Limbah farmasi
Limbah farmasi berasal dari obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang
terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi,
obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang
sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi
obat-obatan.
6. Limbah kimia
Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,
vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga
meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.
7. Limbah plastic
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit
dansarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang
terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
2.3. Pengolahan Limbah Padat Medis

2.3.1 Teknologi Pengolahan Limbah Padat Medis

Konsep pengelolaan lingkungan yang memandang pengelolaan lingkungan


sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang
dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environment Management
System), melalui pendekatan ini, pengelolaan lingkungan tidak hanya meliputi
bagaimana cara mengolah limbah sebagai by product (output), tetapi juga
mengembangkan strategi-strategi manajemen dengan pendekatan sistematis untuk
meminimasi limbah dari sumbernya dan meningkatkan efisiensi pemakaian
sumber daya sehingga mampu mencegah pencemaran dan meningkatkan performa
lingkungan. Hal ini berarti menghemat biaya untuk remediasi pencemaran
lingkungan ( Adisasmito, 2009).

Ada beberapa konsep tentang pengelolaan lingkungan sebagai berikut


(Adisamito, 2009):
1. Reduksi limbah pada sumbernya (source reduction)
2. Minimisasi limbah
3. Produksi bersih dan teknologi bersih
4. Pengelolaan kualitas lingkungan menyeluruh (Total Quality
Environmental Management/TQEM)
5. Continous Quality Improvement (CQI)

Pengelolaan limbah medis secara konvensional meliputi hal-hal sebagai


berikut: pemilahan pada sumber, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan,
pemilahan, pemotongan, pengolahan dan pembuangan akhir.

1. Pemilahan dan pengurangan pada sumber


Limbah dipilah-pilah dengan mempertimbangkan hal-hal yaitu kelancaran
penanganan dan penampungan, pengurangan jumlah limbah yang
memerlukan perlakuan khusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non B3,
diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non B3,
pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah
untuk mengurangi biaya, tenaga kerja, dan pembuangan, pemisahan limbah
berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil limbah akan
mengurangi kemungkinan kesalahan petugas dan penanganan (Adisasmito,
2009).
2. Pengumpulan (Penampungan)
Sarana penampungan harus memadai, diletakkan pada tempat yang pas,
aman, dan higienis. Pemadatan merupakan cara yang paling efisien dalam
penyimpanan limbah yang bisa dibuang dan ditimbun. Namun tidak boleh
dilakukan untuk limbah infeksius dan benda tajam (Adisasmito, 2009).
3. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan pengenalan jenis limbah adalah dengan cara
menggunakan kantong berkode (umumnya dengan kode berwarna). Kode
berwarna yaitu kantong warna hitam untuk limbah domestik atau limbah
rumah tangga biasa, kantong kuning untuk semua jenis limbah yang akan
dibakar (limbah infeksius), kuning dengan strip hitam untuk jenis limbah
yang sebaiknya dibakar tetapi bisa juga dibuang ke sanitary landfill bila
dilakukan pengumpulan terpisah dan pengaturan pembuangan, biru muda
atau transparan dengan strip biru tua untuk limbah autoclaving (pengolahan
sejenis) sebelum pembuangan akhir (Adisasmito, 2009).

Tabel 2.1 Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
No Kategori Warna Lambang Keterangan
Kontainer
1 Sangat Kuning Kantong plastik kuat,
Infeksius anti bocor, atau plastik
yang dapat disterilisasi
dengan otoklaf
2 Limbah Kuning Kantong plastik kuat
Infeksius, dan anti bocor, atau
patologi dan container
3 Sitotoksis Ungu Kontainer plastik kuat
dan anti bocor

4 Limbah kimia Coklat Kantong plastik atau


dan farmasi container

Sumber : Dewi,- C. 2014


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengolahan Limbah Padat Medis Puskesmas Tasikmadu

Proses pengolahan limbah padat medis di Puskesmas Tasikmadu ini yakni


sampah dipisahkan antara sampah medis dan non medis. Setiap hari sampah padat
medis diambil dari setiap unit pelayanan dan lalu sampah tersebut dimasukkan
dalam wadah yang berbeda dengan sampah non medis. Setelah itu sampah medis
disimpan didalam ruangan yang khusus untuk menyimpan sampah tersebut, dan
yang terakhir adalah pengangkutan setiap satu bulan oleh pihak ketiga yang
merupakan pengolah sampah padat medis

Gambar : Alur pengolahan sampah medis Puskesmas Tasikmadu


3.2 Sumber Sampah Medis Puskesmas Tasikmadu

Limbah padat medis yang dihasilkan Puskesmas Tasikmadu berasal dari beberapa
pelayanan seperti poli umum, ruang gigi, ruang KIA (Kesehatan Ibu dan Anak),
ruang imunisasi dan ruang apotek. Berikut neraca sampah Puskesmas Tasikmadu
tahun 2018.

Tabel 3.1 Neraca Sampah Padat Medis Puskesmas Tasikmadu Tahun 2018

Tanggal Jumlah Limbah


No
Pengambilan
1 23 Januari 2018 18 kg
2 21 Februari 2018 11,5 kg
3 20 Maret 2018 6,4 kg
4 17 April 2018 11,5 kg
5 15 Mei 2018 8 kg
6 3 Juli 2018 5,6 kg
7 2 Agustus 2018 12,5 kg
8 6 September 2018 10,7 kg
9 4 Oktober 2018 6,25 kg
BAB IV

PEMBAHASAN

Menurut KepMenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004 adanya berbagai


sarana pelayanan kesehatan baik rumah sakit, klinik maupun puskesmas, akan
menghasilkan limbah baik cair maupun padat. Limbah padat rumah sakit /
puskesmas lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit. Limbah padat
puskesmas sendiri termasuk golongan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
yang perlu suatu pengolahan dan pemisahan dari sampah lainnya. Sehingga
puskesmas perlu melakukan pengolahan terhadap limbah padat medis tersebut.

Sampah padat medis ini apabila tidak dilakukan suatu pengolahan maka
dapat menimbulkan suatu rantai penyakit atau yang disebut infeksi nosokomial.
Karena dalam sampah padat medis tersebut telah terkontaminasi bakteri, virus,
dan mahluk mikrobiologi lain yang dapat menularkan penyakit. Oleh karena itu
sampah medis ini perlu dipisahkan dengan sampah lain dan tempat pembuangan
serta penyimpanan sementara sampah padat medis juga harus terdapat ruangan
atau bangunan sendiri (PerMen LH No 30 Tahun 2009).

Pengelolaan sampah padat medis di Puskesmas Tasikmadu Karanganyar ini


yakni bekerja sama dengan pihak pengelola dan pemanfaat limbah B3 yaitu PT.
ARAH ENVIRONMENTAL INDONESIA yang beralamat domisili di Menjing
RT 002/ RW 005 Kayu Sukoharjo. Perusahaan ini akan mengambil sampah padat
medis yang ada di puskesmas setiap satu bulan sekali. Terdapat biaya yang perlu
dikeluarkan oleh puskesmas untuk membayar pengolahan limbah padat medis
dengan hitungan per kilogram. Petugas sanitarian Puskesmas Tasikmadu sendiri
sudah memilah antara sampah medis dan non medis, serta terdapat safety box
untuk pembuangan jarum suntik. Tempat penyimpanan sementara limbah padat
medis juga sudah ada di Puskesmas Tasikmadu dimana tempat tersebut khusus
untuk menyimpan sementara limbah padat medis puskesmas.
Setiap sampah yang dihasilkan harus dipisah sesuai kategorinya dan
dimasukkan dalam kantong dan diberi label yang sesuai dengan sampah tersebut
dan kantong yang digunakan untuk wadah sampah medis infeksius menggunakan
kantong warna kuning dengan diberi lambang infeksius. Setiap sampah harus
dipisahkan sesuai kategorinya agar untuk memudahkan mengetahui jenis limbah
apa yang ada didalam kantong tersebut (Adisasmito, 2009).

Tempat penyimpanan sementara limbah padat medis yang ada di Puskesmas


Tasikmadu sudah memenuhi persyaratan bangunan menurut PerMen LH No 30
Tahun 2009 seperti bangunan yang tidak mudah diresapi air hujan, cukup untuk
menampung limbah maksimal 90 hari, atap dan dinding yang tahan korosi dan
tidak mudah terbakar, dan lantai yang rata, kedap air dan tidak retak. Namun,
tempat penyimpanan limbah padat medis ini tidak dilengkapi label serta warna
kantong untuk penyimpanan sampah medis infeksius tidak sesuai kriteria menurut
Keputusan MenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004 dengan warna kuning
dan diberi label untuk sampah medis infeksius, tetapi pada Puskesmas Tasikmadu
mengunakan kantong plastik bewarna hitam serta tidak adanya label yang jelas
dan menyebabkan sulitnya mengetahui jenis limbah yang ada didalam kantong
tersebut.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Sampah padat medis yang dihasilkan oleh Puskesmas Tasikmadu
berasal dari beberapa unit pelayanan seperti, apotik, ruang KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak), poli gigi, poli umum dan ruang imunisasii.
2. Proses pengolahan sampah padat medis Puskesmas Tasikmadu yaitu
dengan pemilahan sampah medis dan non medis yang selanjutnya
sampah medis disimpan sementara di ruangan penyimpanan. Untuk
pengelolaan sampah medis pihak puskesmas bekerja sama dengan PT.
ARAH ENVIRONMENTAL INDONESIA sebagai perusahaan
pengolah/pengumpul/pemanfaat limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun).

5.2 Saran

1. Sebaiknya ruangan penyimpanan sampah padat medis diberi


nama/label agar orang tahu kalau tempat tersebut merupakan tempat
penyimpanan sampah padat medis.
2. Sebaiknya safety box yang sudah penuh segera dipindahkan ke tempat
penyimpanan sementara sampah padat medis agar tidak menumpuk
dan mengindarkan dari jangkauan pengunjung.
3. Sebaiknya penggunaan kantong dan pemberian label harus sesuai
dengan jenis limbah yang ada didalamnya agar mudah diketahui jenis
limbah apa yang ada dalam kantong tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito. 2009. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta :


Rajawali Pers.
Amro, AMA. 2011. Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Secara Terpadu Di
Rumah Sakit Jurnal Dian. Vol 11 No. 2
Depkes RI. 2004. Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 2006. Kepmenkes RI No.1428/Menkes/SK/XII/2006 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas,
Jakarta: Depkes RI.
Dewi, C. 2014. Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit Umum Daerah
Kelet Kabupaten Jepara. Skripsi : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Ditjen P2MPL. 2004. Kepmenkes RI Nomor : 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Effendi, Ferry. Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Elok Fatchiyati. 2010. Penentuan Alokasi Limbah Medis Padat Puskesmas
Menuju Instalasi Penanganan Limbah Medis Padat Wilayah Surakarta
Menggunakan Model Integer Linear Programming. Skripsi : Jurusan Teknik
Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hapsari. 2010. Analisis Pengelolaan Sampah Dengan Pendekatan Sistem Di
Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Tesis: Universitas Diponegoro
Semarang
Permen LH Nomor 30 .2009. Tentang Tata Laksana Perizinan Dan Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Serta Pengawasan
Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Oleh Pemerintah Daerah

Permenkes RI No 13. 2015. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan


Di Puskesmas.
Permenkes RI Nomor 44. 2016. Pedoman Manajemen Puskesmas.
Pratiwi, Dyah. 2013. Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat Pada Puskesmas
Kabupaten Pati. Skripsi : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahragaan.
LAMPIRAN

Dokumen Limbah B3 (Bukti Pengangkutan Limbah B3 Puskesmas Tasikmadu

Tempat sampah medis dan non medis


Tempat penyimpanan sementara sampah padat medis

Anda mungkin juga menyukai