Anda di halaman 1dari 15

PERENCANAAN DAN EVALUASI PEMBANGUNAN

PROSES PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3

1. Ahmad Rizal (1822170)


2. Hestiana (1822172)
3. Santi (1822193)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI
TAHUN AKADEMIK 2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul “Proses Perencanaan
Pembangunan Daerah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari paper ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan. Selain itu, paper ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Proses Perencanaan Pembangunan
Daerah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Hijrah Lail, S.Sos., M.Si , selaku dosen
mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, paper yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
paper ini.

Sinjai, 11 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 3
A. Perencanaan Pembangunan ............................................................. 3
B. Aspek Legal Perencanaan Pembangunan ......................................... 6
C. Sistem Perencanaan Pembangunan .................................................. 7
D. Paradigma Perencanaan Pembangunan Nasional ............................. 8
E. Perencanaan Pembangunan Nasional menurut Teori Tradisional...... 9
F. Perencanaan Pembangunan Partisipatif ........................................... 10
G. Perencanaan Pembangunan Partisipatif Antara
Tantangan Dan Harapan ....................................................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................. 12
Kesimpulan ................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah Daerah memerlukan
perencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap
pembangunan yang dilakukannya.Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan
bidang ekonomi, maka terjadi peningkatan permintaan data dan indikator-indikator
yang menghendaki ketersediaan data sampai tingkat Kabupaten/Kota. Data dan
indikator-indikator pembangunan yang diperlukan adalah yang sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan.
Struktur perencanaan pembangunan di Indonesia berdasarkan hirarki dimensi
waktunya berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dibagi menjadi perencanaan jangka panjang,
jangka menengah dan jangka pendek(tahunan), sehingga dengan Undang-Undang ini
kita mengenal satu bagian penting dari perencanaan wilayah yaitu apa yang disebut
sebagai rencana pembangunan daerah, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) serta Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renja-SKPD) sebagai kelengkapannya.
Perencanaan pembangunan daerah seperti diamanatkan oleh Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN, mewajibkan daerah untuk menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Panjang yang berdurasi waktu 20 (dua puluh) tahun yang berisi
tentang visi, misi dan arah pembangunan daerah. Perencanaan ini kemudian
dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang berdurasi
waktu 5 (lima) tahun, yang memuat kebijakan keuangan daerah, strategi

1
pembangunan daerah, kebijakan umum, program SKPD dan lintas SKPD, program
kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Selanjutnya RPJM Daerah dijabarkan
dalam perencanaan berdurasi tahunan yang disebut sebagai Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,
prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perencanaan Pembangunan Itu?
2. Bagaimana Aspek Legal Perencanaan Pembangunan?
3. Bagaimana Sistem Perencanaan Pembangunan?
4. Bagaimana Paradigma Perencanaan Pembangunan Nasional?
5. Bagaimana Perencanaan Pembangunan Nasional Menurut Teori Tradisional
6. Bagaimana Perencanaan Pembangunan Partisipatif Antara Tantangan Dan
Harapan?
7. Bagaimana Cara Perencanaan Pembangunan Partisipatif?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan Pembangunan
Konsep dasar perencanaan adalah rasionalitas, ialah cara berpikir ilmiah dalam
menyelesaikan problem dengan cara sistematis dan menyediakan berbagai alternatif
solusi guna memperoleh tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu perencanaan sangat
dipengaruhi oleh karakter masyarakat dalam mengembangkan budaya ilmiah dalam
permasalahan yang dihadapinya.
Disisi lain Campbell dan Fainstain (1999:1) menyatakan bahwa dalam
pembangunan Kota atau daerah dipengaruhi sistem ekonomi kapitalis atau demokratis.
Dalam konteks tersebut maka pada prakteknya perencanaan tidak dapat dipisahkan
dengan suasana politik kota atau daerah sebab keputusan-keputusan publik
mempengaruhi kepentingan-kepentingan lokal. Hal ini menjadi relevan apabila
kekuasaan mempengaruhi perencanaan. Ketika perencanaan telah dipengaruhi oleh
sistem politik suatu kota atau daerah sebagaimana pernyataan di atas, maka
sebenarnya yang terjadi adalah wilayah rasional yang menjadi dasar dalam
perencanaan telahkehilangan independensinya. Selanjutnya perencanaan akan
menjadi tidak efektif dan efesien, bersifat mendua antara idealisme “kepakaran
seorang perencana” atau mengikuti selera atau kemauan-kemauan, sehingga
berimplikasi pada kualitas perencanaan dalam pencapaian goal(tujuan) dan objektif
(sasaran) yang dituju.
Disamping itu karena perencanaan merupakan pekerjaan yang menyangkut
wilayah publik maka komitmen seluruh pemangku kepentingan (stake holder) yang
terlibat sangat dibutuhkan sehingga hasil perencanaan dapat dibuktikan dan dirasakan
manfaatnya. Menghadapi realitas kehidupan yang menunjukkan adanya kesenjangan
kesejahteraan mengakibatkan adanya pekerjaan berat kepada para ahli pembangunan
termasuk di dalamnya para pembuat kebijakan. Ini dimaksudkan untuk mengatasi
berbagai persoalan yang muncul akibat kesenjangan kesejahteraan, perlu dilakukan

3
upaya pembangunan yang terencana.Upaya pembangunan yang terencana dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yang dilakukan. Lebih jauh lagi
berarti perencanaan yang tepat sesuai dengan kondisi di suatu wilayahmenjadi syarat
mutlak dilakukannya usaha pembangunan.
Perencanaan ada sebagai upaya untuk mengantisipasi ketidakseimbangan
yang terjadi yang bersifat akumulatif. Artinya perubahan pada suatu keseimbangan
awal dapat mengakibatkan perubahan pada sistem sosial yang akhirnya membawa
sistem yang ada menjauhi keseimbangan awal. Perencanaan sebagai bagian daripada
fungsi manajemen yang bila ditempatkan pada pembangunan daerah akan berperan
sebagai arahan bagi proses pembangunan berjalan menuju tujuan di samping itu
menjadi tolok ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilaksanakan. Menurut
Tjokroamidjojo (1992), perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu
proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu. Perencanaan adalah suatu cara bagaimana
mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih
efisien dan efektif. “Melihat ke depan dengan mengambil pilihan berbagai alternative
dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan tersebut dengan terus mengikuti
supaya pelaksanaan tidak menyimpang tujuan”, Albert Waterston mendefinisikan
perencanaan pembangunan seperti demikian.Berbagai ahli memberikan definisi
perencanaan. Bahkan ada yang memberikan pengertian lebihluas contohnya Prof. Jan
Tinbergen mengemukakan lebih kepada kebijaksanaan pembangunan(development
policy) bukan hanya perencanaan (plans) semata.
Perencanaan dapat dilakukan dalam berbagai bidang. Namun tidak semua
rencana merupakan perencanaan pembangunan Terkait dengan kebijaksanaan
pembangunan maka pemerintah berperan sebagai pendorong pembangunan (agent of
development), ini terkait dengan definisiperencanaan yang merupakan upaya institusi
public untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan di sebuah

4
wilayah baik negara maupun di daerah dengandidasarkan keunggulan dan kelemahan
yang dimiliki oleh wilayah tersebut.
Perencanaan pembangunan memiliki ciri khusus yang bersifat usaha
pencapaian tujuan pembangunan tertentu. Adapun ciri dimaksud antara lain:
1. Perencanaan yang isinya upaya-upaya untuk mencapai perkembangan
ekonomi yang kuatdapat tercermin dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi
positif.
2. Ada upaya untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.
3. Berisi upaya melakukan struktur perekonomian
4. Mempunyai tujuan meningkatkan kesempatan kerja.
5. Adanya pemerataan pembangunan.
Dalam prakteknya pelaksanaan pembangunaan akan menemui hambatan baik dari
sisi pelaksana, masyarakat yang menjadi obyek pembangunan maupun dari sisi luar
semua itu. Lebih rinci alasan diperlukannya perencanaan dalam proses pembangunan
sebagai berikut:
1. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan memberikan perubahan yang
sangat cepat dalam masyarakat.
2. Perencanaan merupakan tahap yang penting apabila dilihat dari dampak
pembangunan yang akan muncul setelah proses pembangunan selesai.
3. Proses pembangunan yang dilakukan tentu saja memiliki keterbatasan waktu
pelaksanaan, biaya serta ruang lingkup pelaksanaannya.
4. Perencanaan juga dapat berperan sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan
pembangunan sehingga proses pembangunan yang dilakukan dapat dimonitor
oleh pihak-pihak terkait tanpa terkecuali masyarakat.
Perencanaan yang baik seperti sebuah perjalanan yang sudah melewati separo
jalan, karenasisanya hanyalah tinggal melaksanakan dan mengendalikan. Apabila
dalam pelaksanaannya konsisten, pengendalian yang efektif, dan faktor-faktor

5
pengganggu sedikit atau tidak memberi pembiasan pelaksanaan pembangunan, maka
pembangunan dapat dikatakan tinggal menanti waktu untuk mencapai tujuan.
Negara besar sekalipun tetap menghadapi berbagai masalah pembangunan yang
bertahap harus diselesaikan. Ada berbagai alasan sebagai pendorong untuk
melakukan perencanaan seperti menonjolnya kemiskinan, adanya perbedaan
kepentingan, keterbatasan sumber daya, sistemekonomi pasar dan adanya tujuan
tertentu yang ditetapkan. Jadi Perencanaan pembangunan menjadi prioritas
utama.dalam pembanguna itu sendiri.
B. Aspek Legal Perencanaan Pembangunan
Implementasi otonomi daerah dan desentralisasi di Indonesia menuntut
perubahan paradigm perencanaan dan keuangan daerah yang bersifat komprehensif
mengarah kepada transparansi, akuntabilitas, demokratisasi, desentralisasi dan
partisipasi masyarakat. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan adalah suatu proses
untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Pembangunan dalam UU ini dimaksud
sebagai upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka
mencapai tujuan bernegara. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) itu
sendiri adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan
rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan
yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara danmasyarakat di tingkat pusat
dan daerah.
Tujuan perencanaan pembangunan nasional menurut Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004,antara lain:
1. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar-daerah,
antar-ruang,antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan
Daerah

6
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan
menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan.
Lebih lanjut proses perencanaan menurut UU Nomor 25 Tahun 2009, yakni:
1. Proses Politik: Pemilihan langsung Presiden dan Kepala Daerah menghasilkan
rencana pembangunan hasil proses (publik choice theory of planning)
Khususnya penjabaran Visidan Misi dalam RPJM
2. Proses Teknokratik: Perencanaan yang dilakukan oleh perencana profesional,
atau olehlembaga/unit organisasi yang secara fungsional melakukan
perencanaan khususnya dalam pemantapan peran, fungsi dan kompetensi
lembaga perencana
3. Proses partisipatif: perencanaan yang melibatkan masyarakat (stakeholders)
antara lain melalui pelaksanaan Musrenbang
4. Proses Bottom-Up dan Top-Down: Perencanaan yang aliran prosesnya dari
atas ke bawah atau dari bawah ke atas dalam hierarki pemerintahan.
C. Sistem Perencanaan Pembangunan
Reformasi yang dimulai pada tahun 1998 telah memberikan pengaruh pada
pergeseran nilai, pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Perubahan nilai yang
terjadi setelah reformasi meliputi pergeseran dari sentralistik menjadi desentralistik,
dari pendekatan top down menjadi bottom up sudah jelas dampak langsungnya adalah
diberikannya kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengurus rumah
tangganya sendiri. Kewenangan tersebut dijamin dengan lahirnya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang diikuti oleh Undang-
undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Selanjutnya kedua Undang-undang tersebut disempurnakan menjadi Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan diikuti Undang-
Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

7
Daerah.Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
PerencanaanPembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka substansi dan esensi dari sistem
perencanaan pembangunan ditingkat nasional dan daerah menjadi semakin perlu
untuk dimantapkan dan disempurnakan, gunalebih menjamin penyelenggaraan
pembangunan di pusat dan daerah yang lebih berhasil guna danberdayaguna.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun
rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu dan tanggap terhadap
perubahan (Pasal 2 ayat 2), dengan jenjang perencanaan jangka panjang (25 tahun),
jangka menengah (5 tahun) maupun jangka pendek atautahunan (1 tahun). Setiap
daerah (propinsi/kabupaten/kota) harus menetapkan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Dalam Undang-Undang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, juga dinyatakan bahwa rencana
pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang
ditawarkanpresiden/kepala daerah pada saat kampanye ke dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional/Daerah, yang penyusunannya dengan
mengacu pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional/Daerah.
D. Paradigma Perencanaan Pembangunan Nasional
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
merupakan landasan konstitusional penyelenggaraan negara, dalam waktu relatif
singkat (1999-2002), telah mengalami 4 (empat) kali perubahan. Dengan berlakunya
amandemen UUD 1945 tersebut, telah terjadi perubahan dalam pengelolaan
pembangunan, yaitu : (1) penguatan kedudukan lembaga legislatif dalam penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); (2) ditiadakannya Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman penyusunan rencanapembangunan

8
nasional; dan (3) diperkuatnya otonomi daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mengenai dokumen perencanaan pembangunan nasional yang selama ini
dilaksanakan dalam praktek ketatanegaraan adalah dalam bentuk GBHN yang
ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI).
Ketetapan MPR ini menjadi landasan hukum bagi Presiden untuk dijabarkan dalam
bentuk Rencana Pembangunan Lima Tahunan dengan memperhatikan saran DPR,
sekarang tidak adalagi.
E. Perencanaan Pembangunan Nasional menurut Teori Tradisional
Pemerintah memiliki wadah yang sangat luas dalam pembangunan. Dengan
adanya keterbukaan dalam proses penyelenggaraana negara maka pemerintah
mendorong masyarakat untuk berpartisifasi aktif dalam pemerintahan atau dalam
pelaksanaan pembangunan, mendorong masyarakat untuk melakukan kontrol sosial
terhadap setiap kebijaksanaan pemerintah, sehingga akan terhindar terjadinya KKN
dalam pemerintahan.
Dengan keterbukaan berarti pemerintah atau penyelenggara negara sanggup
bertanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan kepada rakyat. Tanggung jawab
ini menyangkut masalah proses pengerjaan, pembiayaan dari segi manfaatnya bagi
masyarakat, bangsa dan negara, maka terjalin hubungan yang harmonis antara
pemerintah dan rakyat yang pada gilirannya akan menciptakan kondisi yang kondusif
bagi pelaksanaan pembangunan nasional.
Menurut Growth (1960) teori pertumbuhan ekonomi dapat dikemukakan
menjadi beberapa tahap yaitu:
1. Tahap Masyarakat Tradisional Masyarakat menciptakan produksi yang amat
rendah sehingga pendapatan per kapita yang kurang pemerataan, di bidang
pertanian sumber tenaga mesin sangat kurang maka masyarakat atau pemerintah
bahan memperbaiki kondisi ekonomi sosial dan budaya berbagai komunitas

9
menginvestasikan ke dalam kehidupan bangsa, menciptakan kemampuan
menjalankan bangsa.
2. Tahap Masyarakat Dewasa Tahap masyarakat dewasa dalam arti masyarakat
yang mampu memilih dan memberi respon terhadap perubahan dan mampu
mengendalikan masa depannya sehingga tidak bergantung kepada pihak lain.
F. Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Salah satu pola pendekatan perencanaan pembangunan yang kini sedang
dikembangkan adalah perencanaan pembangunan partisipatif. Perencanaan
pembangunan partisipatif merupakan pola pendekatan perencanaan pembangunan
yang melibatkan peran serta masyarakat pada umumnya bukan saja sebagai obyek
tetapi sekaligus sebagai subyek pembangunan, sehingga nuansa yang dikembangkan
dalam perencanaan pembangunan benar-benar dari bawah (bottom-up approach).
Nampaknya mudah dan indah kedengarannya, tetapi jelas tidak mudah
implementasinya karena banyak factor yang perlu dipertimbangkan, termasuk
bagaimana sosialisasi konsep itu ditengah-tengah masyarakat. Meskipun demikian,
perencanaan pembangunan yang melibatkan semua unsur / komponen yang ada
dalam masyarakat tanpa membeda-bedakan ras, golongan,agama, status sosial,
pendidikan, tersebut paling tidak merupakan langkah positif yang patutuntuk
dicermati dan dikembangkan secara berkesinambungan baik dalam tataran
wacanapemikiran maupun dalam tataran implementasinya di tengah-tengah
masyarakat.
G. Perencanaan Pembangunan Partisipatif Antara Tantangan Dan Harapan
Seiring dengan penerapan UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah atau yang lebih dikenal dengan otonomi daerah, maka peran daerah menjadi
sangat penting artinya bagi upaya meningkatkan peran serta dan kesejahteraan
masyarakat pada umumnya. Semangat seperti itulah yang saat ini terus bergulir
ditengah-tengah masyarakat, meskipun dalam prakteknya belum sebagaimana yang

10
diharapkan banyak pihak. Barangkali itulah proses yang harus dilalui secara bertahap
dan berkesinambungan untuk bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Kalau merujuk pada UU No 22 Tahun 1999, yang dimaksud otonomi daerah adalah
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan kata lain bahwa otonomi daerah memberikan keleluasaan daerah untuk
mengatur urusan rumah tangganya sendiri, termasuk bagaimana suatu daerah
melakukan perencanaan pembangunan di daerahnyamasing-masing.

11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah Daerah memerlukan
perencanaan yangakurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap
pembangunan yang dilakukannya. Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan
bidang ekonomi, maka terjadi peningkatan permintaan data dan indikator-indikator
yang menghendaki ketersediaan data sampai tingkatKabupaten/Kota. Data dan
indikator-indikator pembangunan yang diperlukan adalah yangsesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan.
Menghadapi realitas kehidupan yang menunjukkan adanya kesenjangan
kesejahteraan mengakibatkan adanya pekerjaan berat kepada para ahli pembangunan
termasuk di dalamnya para pembuat kebijakan. Ini dimaksudkan untuk mengatasi
berbagai persoalan yang muncul akibat kesenjangan kesejahteraan, perlu dilakukan
upaya pembangunan yang terencana.Upaya pembangunan yang terencana dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yang dilakukan. Lebih jauh lagi
berarti perencanaan yang tepat sesuai dengan kondisi di suatu wilayah menjadi syarat
mutlak dilakukannya usaha pembangunan.Perencanaan pembangunan memiliki ciri
khusus yang bersifat usaha pencapaian tujuanpembangunan tertentu. Adapun ciri
dimaksud antara lain:
1. Perencanaan yang isinya upaya-upaya untuk mencapai perkembangan
ekonomi yang kuat dapat tercermin dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi
positif.
2. Ada upaya untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.
3. Berisi upaya melakukan struktur perekonomian
4. Mempunyai tujuan meningkatkan kesempatan kerja.
5. Adanya pemerataan pembangunan.

12

Anda mungkin juga menyukai