Anda di halaman 1dari 6

Jangan Biarkan

Nama : Hani Ari Shaputra

Kelas : XII MIPA 2

Ubin-ubin warna merah itu berjejer rapi di lantai dan menimbulkan sedikit
suara saat sepasang sepatu menginjaknya. Hembusan angin yang kencang meniup-
niup kecil rambut lelaki itu membuat siluet matanya yang hitam semakin terlihat,
sepertinya lelaki itu sedang berlari. Entahlah mau kemana? Tapi kaki jejangnya itu
enggan untuk berhenti hingga ia tiba di ruangan pojok sekolah.

Lelaki itu Kyan Hendrahatama anak SMA yang jago olahraga, aktif di
kegiatan OSIS, Ekstrakulikuler dan merupakan orang sangat menjujung tinggi hal-hal
yang menyangkut tentang rovolusi mental. Di sekolahnya kyan sangat terkenal karena
ia orang yang sangat kritis juga berintelektual, dikenal banyak guru, dan yang paling
penting kyan adalah pembicara yang sangat baik. Sekarang di sinilah kyan, sedang
berdiri di ruangan kecil yang di atasnya tertera tulisan OSIS dengan huruf yang besar.
Mukanya sedikit tegang mungkin ia gugup, kyan melepaskan jaket yang ia pakai
merapikan sedikit pakaiannya, lalu masuk ke ruangan itu.

Kyan terdiam, baru saja dia masuk ia sudah diberikan tatapan dari banyak
siluet mata yang tajam. Ia sedikit menetralisir detak jantungnya, tapi percuma saja. Ia
tetap gugup.

“Maafkan aku. Aku belum terlambat kan?” ucap kyan akhirnya pada orang-
orang di ruangan itu.

“Sudahlah lupakan itu, kami sudah menunggumu dari tadi. Kemana saja
kau?” kali ini temanya kyan, Reza yang angkat bicara.
“aku sudah berusaha.” Ucap kyan menyesal. “tapi sepertinya-”

Belum sempat kyan melanjutkan kalimatnya, perkataannya sudah dipotong oleh reza.

“Kau sangat terkenal di sekolah, dan dipuji-puji oleh guru. Tapi kali ini aku
meragukannmu.” Reza berdiri dan menatap kyan marah.

Mata kyan yang hitam beralih mentap reza dan kemudian jam tangannya.

“Sepertinya aku belum terlambat. Bukankah perkumpulannya dimulai pukul 4


tepat sedangkan, sekarang masih 15 menit lagi sebelum pukul empat.”

Akhirnya sosok kyan yang kritispun muncul, dan orang-orang di ruangan itupun
hanya menatap kyan dengan pandangan yang memuji.

“Baiklah sudah selesai?”

Kita mulai rapatnya. Jihan berdiri dan menyindir mereka dengan perkataanya.

Kyan maupun reza akhirnya diam dan melupakan kejadian barusan, walau sepertinya
hati mereka masih kesal. Kyan duduk tapi sebelum itu dia meletakkan terlebih dahulu
jaketnya di sandaran kursi.

“Aku akan mulai.”

Jihan selaku ketua Osis pun memulai pembicaraannya.

“Ini menyangut tentang MOS tahun ini. Pak rian sudah memberitahu
bahwasannya mos tahun ini akan dilaksanakan. Kita sebagai Osis harus membuat
agenda selama kegiatan Mos itu dilakukan.”

Jiihan menatap semua peserta rapat di ruangan itu, semua diam menunggu jihan
melanjutkan pembicaraannya.
“Sekarang aku persilahkan kalian mengajukan pendapat tentang agenda-
agenda untuk MOS tahun ini. Siapa yang ingin mengajukan pertama kali?”

Semua masih tetap dalam keadaan diam termasuk kyan. Diihat dari raut wajahnya
mungkin kyan sedang berpikir keras. Entahlah apa yang ia pikirkan?

Seseorang mengajukan tangan, pandangan semua pesertapun terarah padanya itu


Reza. Ia berdiri dan meminta izin kapada jihan, jihan hanya mengangguk memberi
izin.

“Sebelumnya perkenalkan saya Reza. Saya akan memberikan usulan tapi


bukan tentang agenda”. Reza menggantung kalimatnnya

“Lalu?”

“Ini tentang penampilan saat MOS.” Ucap reza melanjutkan

“Usulanmu?” tanya jihan

“Saat pertama masuk kita suruh mereka kuncir kepang pakai pita buat
ceweknya, dan buat cowoknya kita suruh pakai flower crown. Terus pakai kalung
dari snack, bawa empeng, dan name tag nama hewan. Gimana?”

Kyan terkejut, Ia sebenarnya marah mendengar usulan reza itu. Mukanya mungkin
sudah merah padam, tapi lihatlah teman-temannya tetap beku seperti patung. Diam
mendengar celotehan reza yang tidak masuk akal itu.

“Semua setuju?” tanya jihan

“Kalo kami setuju-setuju saja” ucap salah satu peserta mewakili.

kyan mengacungkan tangannya

“Maaf aku tidak setuju. Aku mengusulkan pakaian untuk Mos biasa-biasa
saja. Pakaian putih abu-abu lengkap. Gimana?”
Reza dan semua peserta memandang kyan dengan tatapan tajam. Kyan tidak takut,
kyan rasa ini adalah hal yang benar. Kenapa toh tidak diperjuangkan -batin kyan.
Ruangan itu sekarang ricuh semua peserta berbicara tentang perkataan kyan, pasalnya
dari tahun ke tahun pakain Mos selalu seperti yang diusulkan reza itu. tidak pernah
ada perubahan, walaupun ada mungkin tahun ini yang akan merubahnya.

“Udahlah kyan jangan perpanjangin urusan. Semua udah setuju sama usulan
reza dan yang nolak Cuma kamu. Kamu kalah banyak sama kami. “

“Iya, itu betul.”

Kini tanggapan pedas pun terlontar dari teman-teman kyan untuk usulannya. Kyan
tidak berbicara, dia hanya diam menunggu saat yang tepat untuk menanggapi
perkataan mereka semua.

“Aku juga mau nambahin sesuatu buat agenda Mos nanti nih.” Alea teman
kyan mengusulkan.

Mereka mengabaikan kyan, dan beralih membahas topik tentang agenda Mos
sekarang. Kyan mengelus dada mencoba bersabar sebab mereka sudah hampir 2 jam
berbincang-bincang tapi hasil rapat belum tuntas.

“Aku mengusulkan. Bagaimana kalau kita buat mereka segan kepada kita.
Jadi kita buat agenda sharing dimana selama agenda tersebut kita jadi pengisi
materinya. Buat mereka tau gimana kita sebenarnya. Setuju?.” Alea yang nyatanya
anak kekinian itu mengusulkan hal yang benar-benar tidak terduga.

Semua peserta rapat berbincang-bincang, sepertinya mereka menyetujui. hal ini dapat
di lihat dari tanggapan mereka, tapi lain halnya dengan kyan.

“Aku setuju. Tahun kemarin kita seperti itu, tahun ini juga kita buat mereka
merasakan gimana rasanya. TERTEKAN selama Mos!” ucap reza kembali dengan
penuh penekanan.
Kyan yang tidak setuju, mulai berbicara. Ia berdiri dan menggebrak meja dengan
marah.

“Cara rapat bukan seperti ini!. Kita belum tuntas membahas masalah tentang
pakaian untuk Mos, tapi kalian sudah beralih dan mengabaikan usulanku.”

Semua membisu terkejut melihat sosok kyan yang marah di hadapan mereka secara
langsung. Reza yang melihat itu mencoba untuk berbicara, tapi sebelum ia berbicara
kyan sudah memotongnya.

“Dengarkan aku terlebih dahulu. Kita di sini sama-sama belajar, cobalah


untuk menghargai satu sama lain. Dan satu hal lagi yang perlu kuperjelas MOS itu
masa orietasi sekolah, masa perkenalan lingkungan sekolah. Bukan ajang BALAS
DENDAM!.” Ucap kyan penuh penekanan.

“Coba berbifikirlalah. Seharusnya ilmu yang tinggi juga harus diikuti dengan
sikap moral yang semakin baik. Mos seharusnya diisi dengan hal-hal yang mendidik
dan mampu mengembangkan kemampuan siswa. bukan seperti ini!.” Kyan berhenti
berbicara dan mengambil nafas dalam-dalam menghilangkan rasa sesaknya.

“Pendidikan itu bukan Cuma membahas tentang ilmu tapi juga tentang
karakter siswa. Kekerasan tidak akan membuat ilmu bertambah banyak. Buatlah
MOS yang baik. Agenda-agendanya yang mampu mengembangkan kreativitas siswa.
Kalian harus belajar bagaimana revolusi mental itu terus berjalan seiring waktu.”
Kyan menatap semua teman-teman di ruangannya itu satu persatu, dengan harapan
mereka mengerti apa yang ia katakan.

“Jangan berbicara omong kosong. Kau menceramahi kami, kami tidak perlu
itu!.” reza membentak balik kyan dengan menggebrak meja, sama seperti yang kyan
lakukan tadi.
Kyan bersabar, dan mengarahkan pandangannya pada bendera merah putih di rungan
itu.

“apa yang kau lihat?” tanya reza

“coba tebak?. Apa yang kira-kira aku lihat.” Bukannya menjawab kyan malah
bertanya balik pada reza.

Reza mengikuti arah mata yang kyan lihat.

“bendera merah putih” tebak reza

“kau benar, yang kulihat sekarang adalah sang saka. Merah putih itu saat ini
membutuhkan kita. Sayapnya garuda makin lemah karena karekter bangsanya yang
lemah juga. Terkadang siswa yang berkarakter di indonesia itu sangatlah sulit
ditemukan, dan yang pantas membangun kesadaran tetang hal itu harus dimulai dari
diri kita!. Sadari bahwa revolusi mental berubah dengan berjalannya waktu. Jangan
terus berpikir bahwa semua hal akan tetap sama. Sebab, negara ini membutuhkan
pemimpin dan sumber daya manusia yang berkualitas juga berkarakter.” Kyan
menyudahi kalimatnya dengan senyum mengembang, matanya sudah berair mungkin
ia akan menangis.

“sekolah di Indonesia bukan Cuma satu. tahun ini biarlah seperti ini, dan
untuk tahun depan terserahlah.” Reza berucap kembali.

Kyan menatap teman-temannya dan jihan. Sepertinya kyan membutuhkan pembelaan


jihan, tapi jihan hanya diam. Bukannya mengacuhkan kyan, jihan hanya tak tau harus
berbuat apa? Ia tidak mempunyai keberanian yang kuat untuk itu.

Kyan berdiri dan menyambar jaketnya di kursi. “Osis kegiatan siswa yang
memajukan sekolah bukan sebaliknya. Osis salah satu tempat pembentukan karakter
di sekolah bukan sebaliknya.” Kyan membungkukkan badan dan lalu berjalan ke arah
pintu keluar.

Anda mungkin juga menyukai