Fiza : Haloo! Kalian pada bisa diskusi untuk bahas materi tentang kewenangan PA
dalam sistem Peradilan di Indonesia sama KHI dan KHES sebagai hukum materiil dalam
Penegakan Hukum Islam dan sistem peradilan litigasi dan non-litigasi.
Annura : Bisa-bisa fiz, aku juga kurang paham tentang materi itu
Yogi : Iya bener, beberapa materi juga belum terlalu aku pahami
Anat : Aku pengen nanya nih, kedudukan Peradilan Agama dalam sistem hukum di
Indonesia itu gimana sih?
Annura : Aku coba jawab ya, kemaren aku udah sempet baca-baca tentang itu.
Kedudukan Peradilan Agama dalam Sistem Hukum di Indonesia
- Kalau dulu (masa kolonial Belanda), namanya tahkim yaitu penyelesaian sengketa
antara orang islam dan diselesaikan oleh para ahli agama. Dulu ga ada juru sita
dalam susunan pengadilan agamanya.
- Kedudukan peradilan agama jaman sekarang (setelah merdeka) lebih kuat,
mandiri, dan independent, lebih leluasa dalam pengambilan keputusan. Ada juru
sita di dalam UU No.7 Tahun 1989 yang diperbaharui dengan UU No.3 Tahun
2006.
Anat : Landasan hukum tentang peradilan agama di Indonesia apa aja Anat?
UU No.14 Tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman > UU No.48 Tahun 2009.
Pasal 49 UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama > UU No.3 Tahun 2006 > UU
No.50 Tahun 2009.
Najwa : Oiya kemarin aku denger penjelasan kalau kekuasaan kehakiman itu dibagi
menjadi eksekutif, legislative, dan yudikatif ya? Itu pembagiannya gimana ya?
UU No.48 Tahun 2009 Pasal 10, Pasal 18 Ayat 2 mengatur mengenai kedudukan peradilan
agama, dimana peradilan agama merupakan peradilan yang sejajar dengan peradilan yang lain.
Disebut sejajar karena ketika mengambil keputusan, peradilan agama juga memiliki kewenangan
yang sama untuk memutuskan dan tidak ada pembeda dengan peradilan-peradilan lainnya, udah
SAH keputusannya.
Peradilan agama itu ada dibawah lembaga eksekutif (departemen agama) dulu. Kemudian dalam
UU No.7 Tahun 1989, administrasi keuangannya di departemen agama, tapi sistemnya udah di
bawah MA.
Yogi : Terus perbedaan saat peradilan agama ada di bawah kuasa MA sama department
agama apa?
Peradilan banding ini yang digunakan untuk melakukan upaya hukum lain apabila di peradilan
negeri atau agama itu dianggap tidak adil atau tidak sesuai. Pengadilan tinggi juga gabisa
dicampuri. Kalau emang ga sesuai para pihak boleh melakukan kasasi lagi ke MA.
- Peradilan adalah proses dalam mencari keadilan, dimana hakim berperan untuk
mengadili.
- Pengadilan adalah lembaga yang berhak mengadili.
Adriel : Kalau perkaranya itu perkara perdata, tapi apa aja aku kurang tahu
Yogi : Aku menambahkan ya, kalau berdasarkan asas personalitas keislaman, asas
utama yang melekat pada Undang-Undang Peradilan Agama yang memberikan makna bahwa
pihak yang tunduk dan dapat ditundukkan kepada kekuasaan di lingkungan Peradilan Agama
adalah hanya mereka yang beragama Islam atau jika perkaranya menyakut dengan keislaman.
Maka menurut Pasal 59 UU No.7 Tahun 1989 yang terus diperbaharui (ada di atas), pengadilan
agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat
pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:
- Perkawinan,
- Waris,
- Wasiat,
- Hibah,
- Wakaf,
- Zakat,
- Infaq,
- Shadaqoh,
- Ekonomi Syariah.
Anat : Kalau praktek di sistem peradilannya gimana nih peran peradilan agama islam di
sistem hukum Indonesia?
Evelyn : Sengketa adalah aktualisasi dari sebuah konflik. Ada 3 macam penyelesaian
sengketa:
- Ajudikatif: penyelesaian dengan win lose (ada yang menang dan kalah, seperti
dalam pengadilan).
- Konsensual: penyelesaian dengan win win
- Kuasiajudikatif: penyelesaian dengan melakukan perundingan dan gugatan dan
hasilnya antara winwin (kebanyakan) dan winlose.
Ketika terjadi sengketa maka sengketa itu (baik dari perbankan atau perusahaan) yang
melibatkan perjanjian kemudian bisa diselesaikan melalui litigasi (penyelesaian sebuah
sengketa melalui proses peradilan) atau peradilan agama. Untuk melalui peradilan agama
harus memenuhi syarat-syarat, harus lengkap dan jelas.
Tapi, mereka bisa menyelesaikan sengketa dengan cara non litigasi (di luar pengadilan)
di dalam UU No.30 Tahun 2008 mengenai AGR, dalam pasal 1 ayat 1 sudah menyatakan
bahwa arbitrase terbagi 2:
- Institusional,
- Adhoc.
Kewenangan Bazarnas adalah untuk menyelesaikan sengketa dengan cara arbitrase (non
litigasi) dan keputusannya harus dipakai karena bersifat final. Arbitrase: konfrontasi,
mediasi. Kelebihannya, penyelesaian perkara lebih cepat waktunya karena ga menumpuk
di MA.
Ada juga yang namanya short cut mengenai peradilan sederhana (adopsi dari Inggris,
Singapore) yang termasuk dalam litigasi.
- Artinya, udah ada keputusan MA yang menjadi terobosan untuk menyelesaikan
sengketa yang sederhana, yaitu PERADILAN SEDERHANA (oleh peradilan
umum dan menggunakan pendaftaran online). Ini termasuk dalam litigasi.
- Fungsinya emang untuk mempercepat perkara karena maksimal hanya 6 bulan.
Sejak dimulai adanya peradilan sederhana, sekarang udah banyak perkara yang
dapat diselesaikan.
Fiza : Nah, melengkapi tuh penjelasan evelyn, jadi kita udah bahas peradilan agama
secara kedudukan dalam sistem hukum Indonesia dan juga secara praktik di sistem hukum
Indonesia. Kesimpulan……………………..
Secara kedudukan
- Di bahwa MA
Secara praktik
- Litigasi
- No Litogasi