Anda di halaman 1dari 45

REFERAT

FRAKTUR MANDIBULA

Disusun oleh :
Malawi Saputra 18710131
Linda dwi 18710149

KEPANITERAAN KLINIK
SMF ILMU KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat dan
rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan tugas Referat ini sebagai salah satu
syarat untuk dalam menyelesaikan Pendidikan dokter muda di Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Selain itu penulis inginmengucapkan rasa hormat dan terimakasih yang


sebesar-besarnyakepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

2. drg. EnnyWillianti, M.Kes selaku Kepala Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan
Mulut di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kumuma Surabaya.

3. Drg. Theodora, Sp. Ort selaku pembimbing di Fakultas Kedokteran


Universitas Wijaya Kumuma Surabaya.

4. drg. Wahyuni Dyah Parmasari, Sp. Ort selaku pembimbing di Fakultas


Kedokteran Universitas Wijaya Kumuma Surabaya.

5. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukunganmoril, materil,


maupun spiritual.

Penulis menyadari bahwa Referat ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun. Semoga referat ini dapat
bermanfaat untuk dokter muda yang melaksanakan kepanitraan klinik pada
khususnya, serta masyarakat pada umumnya.

Surabaya, April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Fraktur mandibula..........................................................................3
B. Etiologi Fraktur mandibula..........................................................................4
C. Klasifikasi....................................................................................................7
D. Pemeriksaan dan Menegakkan Diagnosis..................................................14
E. Penatalaksanaan.........................................................................................17
BAB III SKENARIO KASUS
A. Close reduction of the unilateral angle frakture of the mandibula case
report..........................................................................................................12
B. Unusual mandibel frakture caused by metalic spear case andreport.........17
C. Surgical management of complek mandibuler frakture case repot............19
D. Mandibuler parasimpiseal fracture its management case and report ........22
E. Parasimpisis mandibuler prakture a case and report..................................24
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Trauma pada wajah sering melibatkan tulang-tulang pembentuk

wajah, diantaranya mandibula. Fraktur mandibula menempati urutan kedua

dari fraktur daerah wajah, karena merupakan tulang yang menonjol yang

terletak di tepi dan posisinya di sepertiga bawah wajah sehingga sering

menjadi sasaran ruda paksa. Disamping itu merupakan tempat perlekatan

otot-otot pengunyahan sehingga mempunyai pergerakan yang aktif.1

Diagnosis fraktur mandibula dapat ditunjukkan dengan adanya rasa sakit,

pembengkakan, nyeri tekan, maloklusi, patahnya gigi, adanya gap, tidak

ratanya gigi, tidak simetrisnya arkus dentalis, adanya laserasi intra oral,

gigi yang longgar dan krepitasi.

Secara khusus penanganan fraktur mandibula dan tulang

maksilofasial mulai diperkenalkan oleh Hipocrates tahun 460-375 SM

dengan menggunakan panduan oklusi atau hubungan yang ideal antara gigi

bawah dan gigi rahang atas sebagai dasar pemikiran dan diagnosis fraktur

mandibula.Tujuan dari penatalaksanaan fraktur mandibula adalah

memperoleh reduksi anatomi dari garis fraktur, mendapatkan kembali

oklusi sebelum cedera, imobilisasi mandibula dalam periode tertentu untuk

penyembuhan, menjaga nutrisi yang adekuat, mencegah infeksi, malunion

dan nonunion. Manajemen dari teknik yang sering digunakan adalah

mengikat gigi-gigi dengan arch bars dan elastic band untuk fiksasi

intermaksila untuk fraktur yang stabil. Dapat juga digunakan dengan

1
kombinasi reduksi terbuka dan interosseus wire atau plate yang rigid pada

fraktur yang tidak stabil atau unfavorable. Pada perkembangan selanjutnya

oleh para klinisi menggunakan oklusi sebagai konsep dasar penanganan

fraktur mandibula dan tulang maksilofasial terutama dalam diagnostik dan

penatalaksanaannya. Pada prinsipnya ada dua cara penatalaksanaan

fraktur mandibula yaitu cara tertutup atau disebut juga perawatan

konservatif dan cara terbuka yang ditempuh dengan cara pembedahan.

Pada teknik tertutup imobilisasi dan reduksi fraktur dapat dicapai dengan

peralatan fiksasi maksilomandibular. Pada prosedur terbuka bagian yang

mengalami fraktur dibuka dengan pembedahan dan segmen fraktur

direduksi serta difiksasi secara langsung dengan menggunakan kawat atau

plat yang disebut dengan wire atau plate osteosynthesis. Kedua teknik ini

tidak selalu dilakukan tersendiri tetapi kadang-kadang diaplikasikan

bersama atau disebut dengan prosedur kombinasi. Pada penatalaksanaan

fraktur mandibula selalu diperhatikan prisip-prinsip dental dan ortopedik

sehingga daerah yang mengalami fraktur akan kembali atau mendekati

posisi anatomis sebenarnya dan fungsi mastikasi yang baik.

2
3
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Definisi Fraktur mandibula

Fraktur adalah diskontiunitas dari jaringan tulang yang biasanya

disebabkan oleh adnaya kecelakaan yang timbul secara langsung.Fraktur

mandibula ialah putusnya kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kontinuitas

pada rahang mandibula, yang diakibatkan trauma oleh wajah ataupun keadaan

patologi dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar.

B. Etiologi Fraktur mandibula

Setiap pukulan keras pada muka dapat mengakibatkan terjadinya

suatu fraktur mandibula. Daya tahan mandibula terhadap kekuatan impak

adalah lebih besar dibandingkan dengan tulang wajah lainnya. Meskipun

demikian fraktur mandibula lebih sering terjadi dibandingkan dengan bagian

skeleton muka lainnya..Fraktur mandibula dapat terjadi karena kecelakaan

lalulintas, kecelakaan industri atau kecelakaan kerja, kecelakaan rumah

tangga, abuk dan perkelahian atau kekerasan fisik. Menurut survey di District

of Columbia Hospital, dari 540 kasus fraktur, 69% kasus terjadi akibat

kekerasan fisik (perkelahian), 27% akibat kecelakaan lalu-lintas, 12% akibat

kecelakaan kerja, 2% akibat kecelakaan saat olahraga dan 4% karena patologi.

C. Klasifikasi

Banyak klasifikasi fraktur yang ditulis dalam berbagai buku, namun

secara praktis dapat dikelompokkan menjadi:

4
Menurut penyebab terjadinya fraktur

1. Fraktur traumatik :

Trauma langsung (direk), trauma tersebut langsung mengenai anggota

tubuh penderita.Trauma tidak langsung (indirek), terjadi seperti pada

penderita yang jatuh dengan tangan menumpu dan lengan atas

bawahlurus, berakibat fraktur kaput radii atau klavikula. Gaya tersebut

dihantarkan melalui tulang-tulang anggota gerak atas dapat berupa

gaya berputar, pembengkokan (bending) atau kombinasi

pembengkokan dengan kompresi yang berakibat fraktur butterfly,

maupun kombinasi gaya berputar, pembengkokan dan kompresi seperti

fraktur oblik dengan garis fraktur pendek. Fraktur juga dapat terjadi

akibat tarikan otot seperti fraktur patella karena kontraksi quadrisep

yang mendadak.

2. Fraktur fatik atau stress

Trauma yang berulang dan kronis pada tulang yang mengakibatkan

tulang menjadi lemah. Contohnya pada fraktur fibula pada

olahragawan.

3. Fraktur patologis

Pada tulang telah terjadi proses patologis yang mengakibatkan tulang

tersebut rapuh dan lemah. Biasanya fraktur terjadi spontan

Menurut Hubungan dengan Jaringan Ikat Sekitarnya

5
1. Fraktur simple/tertutup, disebut juga fraktur tertutup, oleh karena kulit di

sekelilingnya fraktur sehat dan tidak sobek.

2. Fraktur terbuka kulit di sekitar fraktur sobek sehingga fragmen tulang

berhubungan dengan dunia luar (bone expose) dan berpotensi untuk

menjadi infeksi. Fraktur terbuka dapat berhubungan dengan ruangan di

tubuh yang tidak steril seperti rongga mulut.

3. Fraktur komplikasi, fraktur tersebut berhubungan dengan kerusakan

jaringan atau struktur lain seperti saraf, pembuluh darah, organ visera atau

sendi.

Menurut Bentuk Fraktur

1. Fraktur komplit, Garis fraktur membagi tulang menjadi dua fragmen

atau lebih. Garis 2.fraktur bisa tranversal, oblik atau spiral. Kelainan ini

dapat menggambarkan arah 3.trauma dan menentukan fraktur stabil

atau unstable.

2. Fraktur inkomplit, kedua fragmen fraktur terlihat saling impaksi atau

masih saling tertancap.

3. Fraktur komunitif, fraktur yang menimbulkan lebih dari dua fragmen

4. Fraktur kompresi, fraktur ini umumnya terjadi di daerah tulang

konselus.

Hal tersebut di atas merupakan klasifikasi fraktur secara umum.

Sedangkan klasifikasi fraktur mandibula diantaranya adalah :

6
Menunjukkan regio-regio pada mandibula yaitu : badan, simfisis, sudut,

ramus, prosesus koronoid, prosesus kondilar, prosesus alveolar. Fraktur yang

terjadi dapat pada satu, dua atau lebih pada region mandibula ini.

Berdasarkan ada tidaknya gigi. Klasifikasi berdasarkan gigi pasien penting

diketahui karena akan menentukan jenis terapi yang akan kita ambil. Dengan

adanya gigi, penyatuan fraktur dapat dilakukan dengan jalan pengikatan gigi

dengan menggunakan kawat. Berikut derajat fraktur mandibula berdasarkan

ada tidaknya gigi :

Fraktur kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada fraktur

kelas 1 ini dapat melalui interdental wiring

(memasang kawat pada gigi)

Fraktur kelas 2 : gigi hanya terdapat di salah satu fraktur.

7
Fraktur kelas 3 : tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada keadaan

ini

dilakukan melalui open reduction, kemudian dipasangkan plate and screw,

atau bisa juga dengan cara intermaxillary fixation.

Berdasarkan cara perawatan, fraktur mandibula dapat digolongkan menjadi :

1. Fraktur unilateral

Fraktur ini biasanya hanya tunggal, tetapi kadang terjadi lebih dari

satu fraktur yang dpaat dijumpai pada satu sisi mandibula dan bila hal ini

terjadi, sering didapatkan pemindahan fragmen secara nyata. Suatu fraktur

korpus mandibula unilateral sering terjadi.

2. Fraktur bilateral

Fraktur bilateral sering terjadi dari suatu kombinasi antara

kecelakaan langsung dan tidak langsung. Fraktur ini umumnya akibat

mekanisme yang menyangkut angulus dan bagian leher kondilar yang

berlawanan atau daerah gigi kanius dan angulus yang berlawanan.

3. Fraktur Multipel

Gabungan yang sempurna dari kecelakaan langsung dan tidak

langsung dapat menimbulkan terjadinya fraktur multiple. Pada umumnya

fraktur ini terjadi karena trauma tepat mengenai titik tengah dagu yang

mengakibatkan fraktur pada simpisis dan kedua kondilus.

4. Fraktur berkeping-keping (Comminuted)

8
Fraktur ini hamper selalu diakibatkan oleh kecelakaan langsung

yang cukup keras pada daerah fraktur, seperti pada kasuskecelakaan

terkena peluru saat perang. Dalam sehari-hari, fraktur ini sering terjadi

pada simfisis dan parasimfisis. Fraktur yang disebabkan oleh kontraksi

muskulus yang berlebihan. Kadang fraktur pada prosesus koronoid terjadi

karena adanya kontraksi reflex yang datang sekenyang-kenyang mungkin

juga menjadi penyebab terjadinya fraktur pada leher kondilar. Oikarinen

dan Malstrom (1969), dalam serangkaian 600 fraktur mandibula

menemukan 49,1% fraktur tunggal, 39,9% mempunyai dua fraktur, 9,4%

mempunyai tiga fraktur, 1,2% mempunyai empat fraktur, dan 0,4%

mempunyai lebih dari empat fraktur.

D. Pemeriksaan dan Menegakan Diagnosis


Gejala yang timbul dapat berupa dislokasi, yaitu berupa perubahan posisi

rahang yang menyebabkan maloklusi atau tidak berkontaknya rahang bawah

dan rahang atas. Jika penderita mengalami pergerakan abnormal pada rahang

dan rasa yang sakit jika menggerakkan rahang, pembengkakan pada posisi

fraktur juga dapat menentukan lokasi fraktur pada penderita. Krepitasi berupa

suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran dari ujung tulang yang fraktur

bila rahang digerakkan, laserasi yang terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut

dan daerah sekitar fraktur, discolorisasi perubahan warna pada daerah fraktur

akibat pembengkaan, terjadi pula gangguan fungsional berupa penuempitan

pembukaan mulut, hipersalifasi dan halitosis, akibat berkurangnya pergerakan

normal mandibula dapat terjadi stagnasi makanan dan hilangnya efek self

cleansing karena gangguan fungsi pengunyahan.

9
Gangguan jalan nafas pada fraktur mandibula juga dapat terjadi akibat

kerusakan hebat pada mandibula menyebabkan perubahan posisi, trismus,

hematom, edema pada jaringan lunak. Jika terjadi obstruksi hebat saluran

nafas harus segera dilakuakn trakeostomi, selain itu juga dapat terjadi

anasthesi pada satu sisi bibir bawah, pada gusi atau pada gigi dimana terjadi

kerusakan pada nervus alveolaris inferior.

1. Anamnesis
Diagnosis pasien dengan fraktur mandibula dapat dilakukan

dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Setiap fraktur

mempunyai riwayat trauma. Posisi waktu kejadian merupakan

informasi yang penting sehingga dapat menggambarkan tipe fraktur

yang terjadi. Bila trauma ragu-ragu atau tidak ada maka kemungkian

fraktur patologis tetap perlu dipikirkan. Riwayat penderita harus

dilengkapi apakah ada trauma daerah lain (kepala, torak, abdomen,

pelvis dll).

Pertanyaan-pertanyaan kepada penderita maupun pada orang

yang lebih mengetahui harus jelas dan terarah, sehingga diperoleh

informasi menganai; keadaan kardiovaskuler maupun sistem respirasi,

apakah penderita merupakan penderita diabetes, atau penderita dengan

terapi steroid yang lama maupun meminum obat-obat lain, alergi

terhadap obat, makan atau minum terakhir dengan penggunaan obat-

obat anestesi.

10
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : deformitas angulasi medial, lateral, posterior atau

anterior, diskrepensi, rotasi, perpendekkan atau perpanjangan, apakah

ada bengkak atau kebiruan. Bercak kebiruan (ekimosis) pada dasar

mulut merupakan tanda khas fraktur simfiseal. Pada luka yang

mengarah ke fraktur terbuka harus diidentifikasikan dan ditentukan

menurut derajatnya menurut klasifikasi Gustillo et. Al.

Palpasi : Nyeri tekan pada daerah fraktur, nyeri bila digerakkan.

Pemeriksaan bimanual dapat dilakukan untuk memastikan adanya false

movement (Gambar 4). Krepitasi : biasanya penderita sangat nyeri oleh

sebab itu pemeriksaan ini harus gentle dan bila perlu dapat ditiadakan.

11
Gambar 4. Palpasi bimanual pada mandibula

Gerakan : Gerakan luar biasa pada daerah fraktur, atau biasa disebut false

movement. Gerakan sendi di sekitarnya terbatas karena nyeri, akibatnya

fungsi terganggu. Pemeriksaan trauma di tempat lain seperti kepala, torak,

abdomen, traktus urinarius dan pelvis. Pemeriksaan komplikasi fraktur

seperti neurovaskuler bagian distal fraktur yang berupa : pulsus arteri,

warna kulit, tmperatur kulit, pengembalian darah ke kapiler.

pemeriksaan penunjang pada fraktur mandibula

1. Pemeriksaan Radiologis.

Pemeriksaan sinar-X A-P. Bila perlu dilakukan foto waters. Untuk

pencitraan wajah digunakan proyeksi Waters sehingga bayangan

bagian wajah tidak terganggu atau disamarkan oleh struktur tulang

dasar tengkorak oleh struktur tulang dasar tengkorak dan tulang

servikal (Gambar 5). Identitas penderita dan tanggal pemeriksaan

dengan sinar penting dikerjakan sesudah tindakan atau pada tindak

lanjut (follow up) penderita guna menentukan apakah sudah terlihat

kalus, posisi fragmen dan sebagainya. Jadi pemeriksaan dapat

berfungsi memperkuat diagnosis, menilai hasil dan tindak lanjut

penderita.

12
Gambar 5. Foto proyeksi waters fraktur mandibular

E. Penatalaksanaan

Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat

kedaruratan seperti jalan nafas atau airway, pernafasan atau breathing,

sirkulasi darah termasuk penanganan syok atau circulation, penanganan

luka jaringan lunak dan imobilisasi sementara serta evaluasi terhadap

kemungkinan cedera otak. Tahap kedua adalah penanganan fraktur

secara definitif. Penanganan fraktur mandibula secara umum dibagi

menjadi dua metoda yaitu reposisi tertutup dan terbuka. Pada reposisi

tertutup atau konservatif , reduksi fraktur dan imobilisasi mandibula

dicapai dengan menempatkan peralatan fiksasi maksilomandibular.

Reposisi terbuka bagian yang fraktur dibuka dengan pembedahan,

segmen direduksi dan difiksasi secara langsung dengan menggunakan

kawat atau plat yang disebut wire atau plate osteosynthesis. Teknik

terbuka dan tertutup tidak selalu dilakukan tersendiri, tetapi

kadangkadang dikombinasi. Pendekatan ketiga adalah merupakan

modifikasi dari teknik terbuka yaitu metode fiksasi skeletal eksternal.

Pada penatalaksanaan fraktur mandibula selalu diperhatikan prinsip-

prinsip dental dan ortopedik sehingga daerah yang mengalami fraktur

akan kembali atau mendekati posisi anatomis sebenarnya dan fungsi

13
mastikasi yang baik.

Reposisi tertutup (closed reduction) patah tulang rahang bawah

yaitu, penanganan konservatif dengan melakukan reposisi tanpa operasi

langsung pada garis fraktur dan melakukan imobilisasi dengan

interdental wiring atau eksternal pin fixation. Indikasi untuk closed

reduction antara lain:

a. fraktur komunitif selama periosteum masih utuh sehingga dapat

diharapkan kesembuhan tulang,

b. fraktur dengan kerusakan soft tissue yang cukup berat dimana

rekontruksi soft tissue dapat digunakan rotation flap dan free flap bila

luka tersebut tidak terlalu besar.

c. edentulous mandibula,

d. fraktur pada anak-anak,

e. fraktur condylus.

Tehnik yang digunakan pada terapi fraktur mandibula secara

closed reduction adalah fiksasi intermaksiler. Fiksasi ini

dipertahankan 3-4 minggu pada fraktur daerah condylus dan 4-6

minggu pada daerah lain dari mandibula. Keuntungan dari reposisi

tertutup adalah lebih efisien, angka komplikasi lebih rendah dan

waktu operasi yang lebih singkat. Tehnik ini dapat dikerjakan di

tingkat poliklinis. Kerugiannya meliputi fiksasi yang lama, gangguan

nutrisi, resiko ankilosis TMJ atau temporomandibular joint dan

masalah airway. Beberapa teknik fiksasi intermaksiler antara lain;

14
a. teknik eyelet atau ivy loop, penempatan ivy loop menggunakan

kawat 24-gauge antara dua gigi yang stabil dengan menggunakan

kawat yang lebih kecil untuk memberikan fiksasi

maksilomandibular (MMF) antara loop ivy. Keuntungan teknik

ini, bahan mudah didapat dan sedikit menimbulkan kerusakan

jaringan periodontal serta rahang dapat dibuka dengan hanya

mengangkat ikatan intermaksilaris. Kerugiannya kawat mudah

putus waktu digunakan untuk fiksasi intermaksiler.

b. teknik arch bar, indikasi pemasangan arch bar adalah gigi kurang

atau tidak cukup untuk pemasangan cara lain, disertai fraktur

maksila dan didapatkan fragmen dentoalveolar pada salah satu

ujung rahang yang perlu direduksi sesuai dengan lengkungan

rahang sebelum dipasang fiksasi intermaksilaris. Keuntungan

penggunaan arch bar adalah mudah didapat, biaya murah, mudah

adaptasi dan aplikasinya. Kerugiannya ialah menyebabkan

keradangan pada ginggiva dan jaringan periodontal, tidak dapat

digunakan pada penderita dengan edentulous luas.Reposisi

terbuka (open reduction); tindakan operasi untuk melakukan

koreksi deformitas maloklusi yang terjadi pada patah tulang

rahang bawah dengan melakukan fiksasi secara langsung dengan

menggunakan kawat (wire osteosynthesis) atau plat (plat

osteosynthesis) . Indikasi untuk reposisi terbuka (open reduction):

a. displaced unfavourable fraktur melalui angulus,

15
b. displaced unfavourable fraktur dari corpus atau parasymphysis

c. multiple fraktur tulang wajah,

d. fraktur midface disertai displaced fraktur condylus bilateral.

Tehnik operasi open reduction merupakan jenis operasi bersih

kontaminasi, memerlukan pembiusan umum.

Keuntungan dari open reduction antara lain: mobilisasi lebih

dini dan reaproksimasi fragmen tulang yang lebih baik.

kerugiannya adalah biaya lebih mahal dan diperlukan ruang

operasi dan pembiusan untuk tindakannya Tindak lanjut setelah

dilakukan operasi adalah dengan memberikan analgetika serta

memberikan antibiotik spektrum luas pada pasien fraktur terbuka

dan dievaluasi kebutuhan nutrisi, pantau intermaxilla fixation

selama 4-6 minggu. Kencangkan kabel setiap 2 minggu. Setelah

wire dibuka, evaluasi dengan foto panoramik untuk memastikan

fraktur telah union.

BAB III
SKENARIO KASUS

KASUS 1 (Close Reduction of the Unilateral Angle Fracture of


the Mandible: A Case Report)

SKENARIO

16
Seorang pasien berusia 20 tahun melapor ke departemen Bedah Mulut dan

Maksilofasial dari Kolese dan Rumah Sakit Gigi Sapporo, Dhaka dengan keluhan

utama nyeri di rahang kanan bawah selama 6 hari dan kesulitan membuka atau

menutup mulut. Pasien mengungkapkan bahwa dia mengalami kecelakaan

olahraga (sepak bola). Pasien didiagnosis dengan pembengkakan wajah yang

menyakitkan yang terlokalisasi di sudut kanan bawah mulut. Riwayat medisnya

tidak signifikan. Pemeriksaan klinis terperinci menunjukkan bahwa pasien tidak

dapat menutup mulut atau tidak dapat mengunyah makanan dan pemeriksaan

radiografi dengan ortopantamograf menunjukkan fraktur sudut unilateral (kanan)

pada rahang bawah . Pembukaan mulut terbatas dan deviasi mandibula selama

pembukaan dan penutupan , pada saat menguyah dan berbicara keduanya sangat

terpengaruh.

PENATALAKSANAAN

fiksasi intermaxillary (IMF) dipilih sebagai metode perawatan utama untuk

memungkinkan penyatuan fibrous awal.

Di bawah semua tindakan pencegahan diberikan antiseptik, anestesi lokal

diberikan. Batang lengkung diukur agar pas dari molar pertama ke molar pertama.

Bilah lengkung ditempatkan sedemikian rupa sehingga kait menghadap ke tepi

gingiva. Sekarang 15 cm kabel ukuran 26 diambil dan mulai dari gigi distal,

kawat dilewatkan dari sisi bukal ke sisi lingual di bawah batang lengkung dan dari

lingual ke bukal di atas batang lengkung dan dipelintir bersama. Ini dilanjutkan

untuk semua gigi dan batang lengkung diamankan. Ada hal penting yang perlu

17
dipertimbangkan sebelum memulai. Oklusi harus diperiksa. Dalam kasus

malformasi rahang, seperti deformitas deep bite, penggunaan arch bar mungkin

tidak dapat dilakukan. Salah satu kendala saat menggunakan arch bar adalah

risiko kontaminasi infeksi yang ditularkan melalui darah dari pasien. Melewati

kabel untuk mengamankan arch bar dapat menyebabkan tusukan atau robekan

pada sarung tangan ahli bedah dan kemungkinan penularan penyakit ke ahli

bedah. Periksa oklusi sebelum memasukkan batang lengkung. Harus ada inter

digitasi penuh pada gigi dengan kontak teratur. Sebuah bur lengkung dipasang di

rahang atas dan bawah dengan kawat pengikat. Kemudian dilakukan fiksasi

intermaxillary (IMF) biasanya traksi elastis diberikan selama (48 - 72) jam,

kemudian diganti dengan wire fixation (IMF) selama sisa waktu (4 - 6) minggu.

Diet lembut dan istirahat disarankan. Instruksi diberikan kepadanya seperti untuk

membersihkan gigi dan lengkungan bur dengan sikat gigi yang lembut. Pasien

disarankan untuk hadir untuk tindak lanjut 4 minggu kemudian. Setelah 4 minggu,

pasien diperiksa secara klinis dan radiologis. Kemudian traksi elastis dihilangkan

diikuti dengan irigasi dan pembalutan yang tepat. Kemudian meminta pasien

untuk memberikan gigitannya dan gigitannya diobservasi dan dicatat. Terlihat

bahwa pasien memiliki oklusi kelas I dengan anterior crowding. Setelah 48 jam,

arch bur dilepas dari kedua rahang. Kemudian minta lagi pasien untuk

memberikan gigitan dan gigitan itu diamati dan dicatat. Terlihat pasien memiliki

oklusi kelas I yang sama dengan anterior crowding yang menunjukkan bahwa

oklusi pasien normal dan pembukaan mulut dalam batas normal.

SEBELUM OPERASI

18
Gambar 1:Menunjukkan deformitas wajah di sisi kanan mandibula.

SEBELUM OPERASI

Gambar 2:Orthopentomogram menunjukkan fraktur sudut unilateral (kanan) dari rahang bawah (menguntungkan).

Gambar 2: Orthopentomogram menunjukkan fraktur sudut unilateral


(kanan) dari rahang bawah

19
Gambar 3a:Menunjukkan bur lengkung dipasang di rahang atas dan bawah dengan kawat pengikat.
Gambar 3a: Menunjukkan bur lengkung
dipasang di rahang atas dan bawah dengan
kawat pengikat.

PASCA OPERASI

Gambar 4a:menunjukkan penghapusan traksi elastis selama sisa waktu (4 - 6) minggu dalam oklusi terbuka.

20
g. Kemudian minta lagi pasien untuk memberikan gigitan dan gigitan itu diamati dan dicatat. Terlihat pasien memiliki oklusi kelas I yang sama dengan anterior crowd

Gambar 4a:menunjukkan penghapusan traksi elastis selama sisa waktu (4 - 6) minggu dalam
oklusi terbuka.

Gambar 5: Pertunjukan setelah minggu ke-4, bur lengkung telah dilepas dari kedua
rahang. Kemudian minta lagi pasien untuk memberikan gigitan dan gigitan itu diamati dan
dicatat. Terlihat pasien memiliki oklusi kelas I yang sama dengan anterior crowding yang
menunjukkan bahwa oklusi pasien normal dan pembukaan mulut dalam batas normal.

DISKUSI

Fraktur mandibula sebagian besar dideskripsikan oleh lokasi anatomi di

mandibula apakah terjadi perpindahan, comminuted, atau “greenstick”. Mereka

juga dapat diklasifikasikan sebagai menguntungkan atau tidak menguntungkan,

berdasarkan lokasi dan konfigurasinya. Fraktur yang menguntungkan adalah

yang tidak bergeser. Fraktur sudut yang meluas ke posterior dan ke bawah

secara horizontal tidak menguntungkan dan cenderung digantikan oleh otot

pengunyahan. Fraktur sudut seringkali tidak menguntungkan karena aksi otot

masseter, temporalis, dan medial pterigoid, yang mengganggu segmen

proksimal secara superomedial. Fraktur sudut mandibula sering terjadi .Alasan

untuk ini mungkin termasuk luas penampang tipis relatif terhadap tubuh,

21
simfisis dan parasimfisis anterior, keberadaan molar ketiga dan perubahan arah

mendadak antara tubuh dan ramus naik di dua bidang. Pengobatan fraktur sudut

terganggu oleh tingkat komplikasi tertinggi di antara fraktur mandibula, dan

tidak ada konsensus mengenai pengobatan yang optimal. Meskipun ada banyak

pilihan pengobatan yang tersedia untuk fraktur sudut, fraktur sudut unilateral

menimbulkan tantangan unik bagi ahli bedah karena fiksasi menurut garis juara

tidak cukup untuk mencapai oklusi stabil yang baik. Melalui laporan kasus ini

kami telah menempatkan rangkaian perawatan yang sederhana dan efektif yang

berhasil kami dapatkan dengan oklusi yang baik dan pembukaan mulut yang

memadai. dan tidak ada konsensus mengenai pengobatan yang optimal.

Meskipun ada banyak pilihan pengobatan yang tersedia untuk fraktur sudut,

fraktur sudut unilateral menimbulkan tantangan unik bagi ahli bedah karena

fiksasi menurut garis juara tidak cukup untuk mencapai oklusi stabil yang baik.

Melalui laporan kasus ini kami telah menempatkan rangkaian perawatan yang

sederhana dan efektif yang berhasil kami dapatkan dengan oklusi yang baik dan

pembukaan mulut yang memadai. dan tidak ada konsensus mengenai

pengobatan yang optimal . Meskipun ada banyak pilihan pengobatan yang

tersedia untuk fraktur sudut, fraktur sudut unilateral menimbulkan tantangan

unik bagi ahli bedah karena fiksasi menurut garis juara tidak cukup untuk

mencapai oklusi stabil yang baik. Melalui laporan kasus ini kami telah

menempatkan rangkaian perawatan yang sederhana dan efektif yang berhasil

kami dapatkan dengan oklusi yang baik dan pembukaan mulut yang memadai.

KESIMPULAN

22
Mungkin pengalaman kolektif dari banyak ahli bedah yang merawat patah tulang

ini paling baik dicirikan sebagai berikut:

 Fraktur sudut unilateral mandibula paling baik diobati dengan reduksi

tertutup.

 Fraktur pada anak-anak paling baik dirawat reduksi tertutup kecuali bila

fraktur itu sendiri secara anatomis melarang fungsi rahang. Sebagian

besar patah tulang pada orang dewasa dapat diobati dengan reduksi

tertutup.

KASUS 2 (Unusual mandible fracture caused by metallic spear: case

report and literature review)

SKENARIO

Pria berusia 38 tahun itu dirujuk ke Oral and Maxillofacial Layanan Bedah

Rumah Sakit Umum Brasil, dengan riwayat cedera tembus di wajah yang

disebabkan oleh tembakan tidak disengaja dari senjata tombak, yang

menembakkan tombak pasien sendiri yang dibuat oleh pasien sendiri, yang

membuat tombak dari baja dengan tiga kait. dari kait trisula untuk memfasilitasi

transportasi pasien. Setelah stabilisasi awal pasien, computed tomography (CT)

dilakukan untuk menentukan lokasi tombak. Dari hasil CT menunjukkan tombak

besar yang tertusuk di simfisis mandibula, menembus tulang mandibula dan

beristirahat di ruang sublingual. Angio-CT tidak diperlukan karena kurangnya

pembuluh darah penting di regio anterior mandibula. Pasien dibawa ke ruang

operasi gawat darurat, dan di bawah anestesi umum, dengan tabung orotrakeal

23
seperti yang ditunjukkan oleh tim anestesi karena situasinya, tombak dilepas

secara manual. Tidak ada kekhawatiran pada kait trisula tombak, karena tim pra-

rumah sakit melaporkan bahwa bagian tombak yang tidak dipotonglah yang

menimpa pasien. Dengan tombak dicabut, tabung diubah menjadi intubasi

nasotrakeal. Fiksasi maxillomandibular dibuat dengan menggunakan arch bar

Erich. Mandibula diakses melalui pendekatan vestibular intraoral dan fraktur

mandibula dikurangi dan difiksasi dengan dua miniplate 2.0 non-locking. Setelah

3 hari rawat inap, pasien dipulangkan tanpa defisit fungsional atau sensitif.

Kontrol pasca operasi berjalan lancar tanpa tanda-tanda infeksi setelah 6 bulan.

DISKUSI

dengan usia rata-rata 25,4 tahun. Orbit merupakan daerah wajah yang

paling terpengaruh (41,1%), diikuti oleh Hidung (17,6%), daerah frontal

(11,7%) dan infraorbital.rim (5,8%), rahang atas (5,8%), mulut (5,8%), daerah

submental (5,8%) dan simfisis mandibula (5,8%).

Pemeriksaan propaedeutic dengan gambar sangat penting untuk kasus

luka tembus di wajah. X-ray diterapkan pada 84,8% kasus, CT digunakan pada

69,3% kasus dan pemeriksaan angiografi pada 15,3% kasus.

Pengangkatan dengan pembedahan adalah wajib dalam semua kasus yang

dijelaskan dalam literatur berbahasa Inggris. Traksi manual langsung dari

tombak dan pengangkatan di bawah penglihatan langsung dengan pendekatan

bedah memiliki penggunaan yang sama pada 46,1% kasus. Dalam salah satu

kasus, tombak tidak dicabut karena kondisi klinis pasien. Komplikasi utama

untuk cedera ini adalah paresis (23,5%), namun tidak ada komplik Trauma

24
tembus kraniofasial yang berhubungan dengan senjata tombakcedera sangat

jarang terjadi. Hal tersebut dapat mengancam jiwa karena kedekatannya dengan

struktur neurologis, dan struktur vital lainnya seperti pembuluh dan organ indera.

Sangat penting untuk melakukan pemeriksaan gambar sebelum prosedur

pembedahan untuk menentukan perluasan dari patah tulang dan cedera pada

struktur neurovaskular. Selain itu, lintasan benda asing penting untuk

merencanakan prosedur pembedahan yang menentukan titik masuk dan titik

keluar jika ada ,Pemeriksaan radiografi konvensional berguna dalam diagnosis

dan membantu menentukan bentuk dan posisi tombak, meskipun CT scan .

Prosedur pembedahan harus dilakukan secepat mungkin untuk

meminimalkan risiko infeksi. Selain itu, pendekatan bedah untuk mengangkat

benda-benda semacam itu unik dan harus dipersonalisasi untuk setiap kasus.

Debridemen dan pengangkatan objek harus dilakukan dengan hati-hati, dengan

eksisi jaringan nekrotik dan bekuan di sekitarnya. Yang dipaksakanpenghapusan

objek harus dicegah, karena tidak berhasil pada sebagian besar kasus. Selain itu,

sayatan besar biasanya tidak diperlukan dan dapat menyebabkan bekas luka

estetik yang kurang disukai dan dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar.

25
Gambar. 2. A) Foto klinis menunjukkan adanya benturan tombak di aspek anterior mandibula. B)
Rekonstruksi 3D dari computed tomography yang mengungkapkan keberadaan tombak dan kedalaman
impaksi. C) Fotografi membandingkan tombak yang diambil dengan penjepit 18 cm. D) Fotografi klinis
pasien pada saat keluar, pada hari ketiga pasca operasi.

KESIMPULAN

Penggunaan proyektil senjata tombak sering terjadi dalam memancing

dan olahraga air dan cedera sangat jarang terjadi. Lesi yang parah dan mungkin

bervariasi dari hilangnya ketajaman visual, paresis dan bahkan kematian.

Protokol gambar harus dibuat sebelumnya sebelum prosedur pembedahan, dan

CT-Scan adalah standar emas untuk mengenali posisi, lintasan, keterlibatan

neurovaskular dan untuk memandu prosedur pembedahan. Angio-CT harus

diindikasikan pada kasus yang berhubungan dengan pembuluh darah utama di

26
daerah kraniofasial untuk meminimalkan dan / atau mencegah perdarahan

penting selama prosedur pembedahan. Prosedur pembedahan harus dilakukan

secepat mungkin dan pengangkatan tombak.

KASUS 3 (SURGICAL MANAGEMENT OF COMPLEX MANDIBULAR


FRACTURE: CASE REPORT)
SKENARIO

Pasien 25 tahun, melanoderma, pria, lahir di Goianesia - Goiás,

datang intalasi gawat darurat di layanan Bedah Buccomaxillofacial dan

Traumatologi Rumah Sakit das Clínicas, Universidade Federal de Goiás

untuk rehabilitasi. Sebagai keluhan utama, pasien melaporkan nyeri dan

ketidakmampuan mengunyah. Pasienadalah korban agresi fisik, dengan

rahang patah. Dia menyangkal penggunaan obat kronis, alergi obat, operasi

sebelumnya, patologi yang mendasari. Mengenai riwayat keluarga, dia

dilaporkan memiliki ibu yang menderita hipertensi. Terkait riwayat sosial, dia

membantah penggunaan zat ilegal, yakni penggunaan alkohol dan tembakau.

Pemeriksaan fisik menunjukkan perubahan oklusal yang signifikan,

kebersihan mulut yang teratur, rahang atas yang stabil, keretakan dan

mobilitas yang ditandai pada manipulasi rahang, pembesaran di daerah mulut

kiri, hipestesia di daerah bibir bawah

27
Gambar 1.Fotografi awal - oklusi tidak stabil, inkompetensi mastektomi dan edema.

Gambar 2.Foto intraoral awal.

TATALAKSANA

Pembedahan dilakukan pada Agustus 2019.Pasien diposisikan dalam

posisi terlentang, intubasi nasotrakeal dengan anestesi umum, asepsis dan

antisepsis dengan klorheksidin, aposisi bidang operasi, pemasangan sumbat

orofaringeal, infiltrasi di daerah tubuh mandibula ke sudut kanan dan kiri

mandibula, oral ekstra dengan 2% lidokain dengan 1.200.000 epinefrin,

akses tipe Risdon di sebelah kiri, divulsi oleh bidang, pelepasan

subperiosteal, paparan fraktur, reduksi dan fiksasi fraktur internal yang kaku

dengan 02 perangkat pelat (2.0mm dan sistem 2.4mm), pelat 01 di daerah

kompresi dan satu lagi di daerah ketegangan (Gambar 4), dalam kasus

fraktur tubuh, kami memilih akses intraoral di bagian bawah ruang depan,

pelepasan subperiosteal, paparan fraktur, reduksi dan fiksasi dengan 02

pelat (sistem 2.0mm), 04 lubang dan 04 sekrup, daerah ketegangan dan

28
kompresi (Gambar 5), ekstraksi unit 38 (Gambar 6), irigasi berlebihan

dengan saline 0,9%, jahitan datar dengan internal vicryl 4-0 dan 5-0 nilon

untuk jahitan kulit.

Pasien dipulangkan setelah 24 jam dengan resep amoxicillin 500mg

setiap 8h / 8h selama tujuh hari, deksametason 4mg setiap 8h / 8h selama tiga

hari dan sodium dipyrone 500mg setiap 6h / 6h selama tiga hari. Bimbingan

juga diberikan tentang diet dan perawatan luka operasi. Dalam kontrol klinis

satu minggu pasca operasi,

Gambar 7.Tomografi pasca operasi.

Gambar 8.Oklusi terakhir

29
DISKUSI

Fraktur mandibula adalah fraktur tulang wajah yang paling sering

kedua, menonjol di antara agen etiologi dan kecelakaan sepeda motor dan

otomatis setelah serangan fisik,Mereka dapat meluas ke daerah (cabang,

sudut, tubuh, parasimfisis dan simfisis), melibatkan daerah yang tidak biasa

dan struktur sekitarnya. Mereka dapat diklasifikasikan tergantung pada

kerusakan jaringan yang telah terpengaruh, aksi otot pengunyahan dan lokasi

anatomisnya. Daerah yang paling terpengaruh adalah sudut dan parasimfisis.

Ketidakmampuan pengunyahan, mobilitas atipikal saat memanipulasi rahang,

pembukaan mulut terbatas, edema, ekimosis dan asimetri wajah adalah yang

paling sering terjadi. tanda dan gejala.

Tujuan pengobatan fraktur mandibula adalah untuk mengembalikan

fungsi, anatomi dan estetika, melalui reduksi dan seringkali fiksasi fragmen.

Perawatan akan ditentukan setelah analisis jenis dan wilayah fraktur, adanya

disfungsi TMJ, perubahan oklusal, usia, kondisi medis dan / atau psikologis,

keterbatasan fungsional (pembukaan mulut, lateralitas dan tonjolan) dan /

atau estetika dalam kaitannya dengan sabar, selain keluhan.

Di antara bentuk pengobatan adalah fiksasi internal, stabil secara

fungsional atau kaku. Mereka mempromosikan coaptation yang lebih baik

dari jejak patah tulang dan memungkinkan evolusi yang baik dengan tingkat

30
komplikasi yang sangat rendah. Mereka dilakukan melalui perangkat

Pembagian Beban dan Bantalan Beban. Pembagian Beban berbagi beban

dengan tulang di setiap sisi fraktur, merupakan pelat mini dengan ketebalan

1,5 mm hingga 2,0 mm, diindikasikan untuk fraktur dengan fragmen tulang

padat yang dapat menahan sebagian dari beban fungsional (fraktur linier

sederhana). Bantalan Beban, di sisi lain, tahan dan cukup kaku untuk

menopang semua beban yang dihasilkan ke rahang, mereka adalah pelat

rekonstruksi dari tebal 2,4mm hingga 2,7mm, dengan indikasi patah tulang

dengan kominusi dan permukaan tulang kecil karena atrofi atau kerusakan,

mengakibatkan hilangnya bagian mandibula.

Dalam kasus yang dilaporkan, perawatan bedah ditentukan dengan

menggunakan sistem pembagian beban untuk fraktur tubuh dan bantalan

beban untuk fraktur sudut, menilai area yang paling tidak tahan, dengan

mempertimbangkan kehilangan gigi 38. Dengan panduan diet cair selama 45

hari . Akses bedah pilihan adalah Risdon yang diindikasikan untuk fraktur

dan sudut dan intraoral untuk fraktur sudut, karena tingkat perpindahan dan

kompleksitas kasus yang disajikan.

Komplikasi dalam pengobatan patah tulang rahang bawah dapat

terjadi karena kegagalan mengurangi segmen tulang yang retak, yang dapat

menyebabkan terbentuknya jaringan fibrotik pada garis patah tulang, yang

menghambat pembentukan tulang dan menyebabkan nyeri lokal, suatu

kondisi yang disebut pseudoarthrosis. Dalam kasus seperti itu, pendekatan

bedah ulang mungkin diperlukan.

31
KESIMPULAN

Metode terbaik untuk merawat fraktur mandibula kompleks dilakukan

ketika diagnosis yang benar dibuat, mengikuti prosedur bedah dan fisiologis

dengan cara minimal, selain tindak lanjut pasca operasi yang ketat. Ketika

bentuk yang benar diindikasikan, pengurangan bedah terbuka dan fiksasi

fraktur berikut, penggunaan pelat dan sekrup, terkait dengan kembalinya

gerakan mandibula lebih awal, meningkatkan kapasitas fungsional dan

mengurangi tingkat komplikasi.

KASUS 4 (Mandibular Parasymphyseal Fracture and its Management: A


Case Report)

SKENARIO

Seorang pasien laki-laki 17 tahun dilaporkan dengan dugaan riwayat

trauma akibat jatuh dari tempat tidur beberapa jam yang lalu tanpa riwayat THT

(telinga, hidung dan tenggorokan) berdarah. Pasien diperiksa secara menyeluruh

secara ekstra-oral dan intraoral dan ditemukan gerakan TMJ normal dan tidak

ada laserasi ekstra-oral atau intra-oral. Secara intraoral, sedikit langkah terasa di

daerah taring rahang bawah kanan dengan nyeri tekan. Oklusi ditemukan

menjadi gila karena tarikan otot. Pasien diperiksa secara menyeluruh untuk

cedera kepala dan diobservasi selama 72 jam berikutnya diikuti dengan GCS

normal (Glasgow Coma Scale). Semua pemeriksaan hematologi dasar bersama

dengan OPG (Orthopantomogram) telah dilakukan. OPG menunjukkan fraktur

Parasymphyseal mandibula kanan.

TATALAKSANA

32
GA (anestesi umum). Fiksasi arch bar Erich dilakukan dengan LA

(anestesi lokal). Insisi vestibular anterior yang memanjang dari insisi sentral

kanan ke regio premolar kedua dipasang setelah pemberian LA untuk

hemostasis. Otot Mentalis dipotong miring dan tulang terbuka. Setelah

mengurangi segmen tulang menggunakan IMF (fiksasi rahang atas internal),

prinsip garis osteosintesis Champy digunakan untuk mencapai fiksasi semi-kaku

menggunakan miniplate pada fraktur parasimfisis. Dua pelat 2 mm dipasang

menggunakan empat sekrup 2 x 6 mm dan empat sekrup 2x8 mm pada batas

superior tepat di bawah apeks akar gigi dan pada batas inferior rahang bawah

untuk menetralkan kekuatan kompresi dan ketegangan masing-masing pada

batas inferior dan superior. Jahitan terputus diperoleh dengan menggunakan

jahitan resorbable dan perban tekanan ekstra-oral yang diberikan untuk

mencegah ptosis pada bibir dan otot. Pasien dieksturbasi dengan lancar. Oklusi

intra-oral diperiksa saat keluar dan ditemukan dalam batas normal .

(Sebuah)

(b)

Gambar 1:Oklusi
Gambar 1:Oklusi Intra-oral pasca-operasi
Intra-oral pasca-operasi (a dan b).
(a dan b).

33
DISKUSI

Cedera Maxillo-facial menyebabkan kerusakan fungsional dan kosmetik

yang mempengaruhi kehidupan normal orang yang sehat. Kekerasan

interpersonal, kecelakaan lalu lintas, luka tembak, cedera olahraga, jatuh adalah

beberapa faktor penyebab patah tulang rahang bawah. Kecelakaan lalu lintas

jalan raya di negara berkembang dan kekerasan antarpribadi di daerah pedesaan

adalah penyebab utama patah tulang rahang bawah. Umumnya, fraktur sudut

mandibula atau gabungan fraktur parasimfisis sudut terlihat dalam kasus

kekerasan interpersonal dan hanya paragraf Fraktur simfisis terlihat pada

kecelakaan lalu lintas jalan raya, Laki-laki kelompok umur 18 - 34 tahun lebih

rentan terhadap patah tulang karena terlibat dalam kegiatan kekerasan,

perkelahian, olah raga dan transportasi berkecepatan tinggi. Modalitas

pengobatan dalam mengobati patah tulang maksilofasial bergantung pada

keterjangkauan pasien, kemauan pasien, dan keterampilan dokter.

Kesimpulannya, penanganan fraktur mandibula sangat penting untuk

mendapatkan hasil kosmetik dan fungsional yang memuaskan.

KESIMPULAN

Mandibula memainkan peran penting dalam menjaga tampilan fungsional

dan kosmetik pasien. Fraktur mandibula yang tidak menguntungkan yang

dirawat menggunakan prinsip “garis juara osteosintesis” mencapai oklusi dan

hasil fungsional yang lebih baik.

KASUS 5 (parasymphisis mandibuler frakture A case report)

SKENARIO

34
Seorang pasien pria berusia 19 tahun dengan trauma rahang bawah akibat

kecelakaan sepeda severs dilaporkan di klinik gigi, Delhi. Secara klinis pasien

menunjukkan pembengkakan dan trismus, nyeri tekan pada parasimfisis, palpasi

dan maloklusi pasca trauma. Radiografi panoramik (Gambar 1) diperoleh dan

menunjukkan fraktur parasimfisis. Selain itu menunjukkan adanya kaninus

mandibula kanan di garis fraktur

Gambar 1A: Radiografi panoramik pra operasi menunjukkan parasimfisis di


garis fraktur.

TATALAKSANA
Setelah mendapat informed consent, operasi dimulai dengan anestesi

lokal, fraktur diekspos dengan insisi intraoral. Pada sisi ini fraktur dikurangi

dan difiksasi dengan lubang 4 dengan pelat mini titanium nonkompresi ruang

tengah (Synthes, Michigan, USA) di sepanjang garis fraktur (Gambar 2). Untuk

memastikan fiksasi yang kaku pada sisi yang lebih bergeser, lubang 4-kedua

dengan pelat mini titanium nonkompresi ruang tengah (Synthes, Michigan,

USA) diterapkan.

35
Gambar 1B: Paparan bedah pra operasi yang menunjukkan parasimfisis di
garis fraktur.

36
Gambar 2: Klinis dan radiologis dengan Penempatan miniplate pada fraktur
parasimfisis mandibula.

37
DISKUSI

Fraktur wajah pada anak-anak mencapai sekitar 5% dari semua fraktur

wajah. Predileksi pria terlihat pada semua kelompok umur. Penyebab patah

tulang rahang bawah pada anak-anak biasanya jatuh dan cedera olahraga. Pasien

anak-anak datang dengan tantangan unik bagi ahli bedah maksilofasial karena

jenis dan frekuensi patah tulang yang diderita oleh anak-anak seringkali berbeda

dengan orang dewasa. Manajemen patah tulang pada anak-anak berbeda dari

orang dewasa karena variasi anatomi, kecepatan penyembuhan, tingkat

kerjasama pasien dan potensi perubahan dalam pertumbuhan mandibula.

Sebagian besar fraktur pediatrik adalah tipe greenstick, sehingga

pendekatan konservatif lebih disukai karena fraktur sembuh dengan cepat seiring

pertumbuhan anak normal. Pengobatan fraktur mandibula pada anak-anak

bergantung pada jenis fraktur dan tahap perkembangan tulang dan gigi.

Pertumbuhan dan perkembangan gigi rahang bawah merupakan perhatian utama

saat menangani patah tulang rahang bawah pada anak. Mayoritas tubuh pediatrik

dan fraktur parasimfisis tidak bergeser karena elastisitas tulang dan kuncup gigi.

Sedikit ketidaksesuaian oklusal akibat kurangnya reduksi sempurna terkoreksi

secara spontan dengan erupsi gigi permanen. Fraktur tubuh atau simfisis non

pengungsi tanpa maloklusi dapat ditangani dengan observasi ketat, diet lunak

dan menghindari aktivitas fisik.

KESIMPULAN

Metode pasti yang digunakan untuk imobilisasi tergantung pada usia

38
anak dan tahap perkembangan gigi. Di bawah usia dua tahun, tidak ada jangkar

yang dapat diambil dari gigi karena gigi tersebut belum erupsi. Pada orang

dewasa, reduksi absolut dan fiksasi fraktur diindikasikan, sedangkan pada anak-

anak manipulasi minimal dari kerangka wajah diamanatkan. Ukuran rahang yang

kecil, pusat pertumbuhan tulang aktif yang ada, dan gigi sulung yang penuh

sesak dengan tunas gigi permanen yang terletak sangat dekat dengan saraf

mandibula dan mental, semuanya secara signifikan meningkatkan risiko yang

terkait dengan terapi dari fraktur mandibula pediatrik dan kelainan terkait

pertumbuhannya.

39
KESIMPULAN

40
DAFTAR PUSTAKA

Juhi, priyanka chandela, himanshu trukal, anchal khater. 2020. parasimpisis

mandibular fraktur a case report.

Samuel Macedo Costa, Bruna Campos Ribeiro, Bernardo Barcelos Greco Rodolfo

César Gual Alessandro Oliveira de Jesus, Marcio Bruno Figueiredo

Amaral. 2020. Unusual mandible fracture caused by metallic

spear: case report and literature review

Barrera J.E, Batuello T.G. (2010). Mandibular Angle Fractures : Treatment.

Available at http://emedicine.medscape.com/article/868517-

treatment. Diakses pada tanggal 8 April 2021.

Laub D, R. Facial Trauma, Mandibular Fractures. (2009). Available at

http://emedicine.medscape.com/article/1283150-treatment. Diakses

pada tanggal 8 April 2021.

Ashek Elahi Noor., et al. “Close Reduction of the Unilateral Angle Fracture of the

Mandible: A Case Report”. EC Dental Science 18.5 (2019); 1021-

1026.

Ramos , Jonh Elton Reis., Et Al. Surgical Management Of Complex Mandibular

Fracture: Case Report. Brazilian Journal Of Surgery And Clinical

Research. V.30 N.3,Pp.49-52 (Mar - Mai 2020).

41
42

Anda mungkin juga menyukai