Anda di halaman 1dari 3

1.

Pengertian Analisis Kebutuhan Belajar Kurikulum

Analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya sebab musabab dan duduk perkaranya. Analisis juga bisa dikatakan sebagai penguraian
suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antara
bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Sedangkan kebutuhan itu sendiri pada hakikatnya merupakan kesenjangan antara harapan dan
kenyataan.

Kebutuhan adalah kecenderungan yang bersifat permanen yang ada di dalam diri seseorang yang
akan menimbulkan dorongam dalam upaya untuk mencapai tujuan tertentu.

Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak
paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil dan dari kebiasaan lama menjadi
kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri (Trianto, 2009: 16).
Belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh ilmu, berlatih serta dapat merubah tingkah laku
yang disebabkan oleh pengalaman belajar.

Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak
didiknya, baik dilakukan didalam maupun di luar sekolah. Sementara menurut pandangan
tradisional, kurikulum adalah rencana pendidikan dan pengajaran atau program pendidikan. Karena
kurikulum terdiri atas mata pelajaran tertentu yang harus diajarkan kepada siswa-siswi yang diambil
dari buku-buku pelajaran tertentu yang dipandang baik. Pengembangan kurikulum adalah
serangkaian aktivitas yang memberikan kontribusi terhadap tumbuhnya konsensus antara guru, staf
administrasi dan para siswa.

Dalam need assessment atau analisis kebutuhan, terdapat beberapa poin salah satunya yaitu need
assessment ini merupakan suatu proses, artinya ada rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan
asesmen, bukan merupakan suatu hasil tetapi merupakan suatu aktivitas tertentu dalam upaya
mengambil keputusan tertentu.

Dengan demikian, need assessment itu adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
kesenjangan yang seharusnya dimiliki setiap siswa dengan apa yang telah dimiliki.

Selanjutnya menurut M, Atwi Suparman (2001), kebutuhan belajar didefinisikan sebagai suatu
kesenjangan keadaan saat ini dibandingkan dengan keadaan yang seharusnya dalam redaksi yang
berbeda tapi sama. Dengan kata lain setiap keadaan yang kurang dari seharusnya, menunjukkan
adanya “kebutuhan” apabila kesenjangan itu besar atau menimbulkan akibat lebih jauh perlu
ditempatkan sebagai prioritas yang harus diatasi. Jangan melompat ke pemecahan masalah sebelum
yakin apa masalahnya.

Kebutuhan belajar itu beragam, setiap orang cenderung memiliki kebutuhan belajar yang berbeda.
Seperti kebutuhan belajar yang dirasakan oleh seseorang yang berada di daerah pedesaan mungkin
akan berbeda dengan kebutuhan belajar yang dirasakan orang yang tinggal di daerah kota.
Kebutuhan belajar yang dirasakan tahun lalu mungkin akan berbeda pula dengan kebutuhan belajar
yang dirasakan pada tahun mendatang. Apabila suatu kebutuhan belajar telah terpenuhi maka akan
muncul kebutuhan belajar lainnya yang harus dipenuhi melalui kegiatan belajar, kebutuhan belajar
perlu diidentifikasi melalui pendekatan perorangan.

Kebutuhan belajar dapat bersumber dari adanya kebutuhan yang dari bawah dipunyai individu
semenjak ia dilahirkan. Kebutuhan ini akan menjadi tenaga pendorong bagi individu untuk hidup
dalam beberapa situasi dan kondisi tertentu serta untuk berkembang terus. Menurut Maslow,
seoarang ahli psikologi kebutuhan dasar manusia itu berjenjang dari tingkat yang paling rendah
sampai ketingkat yang paling tinggi.

Kebutuhan belajar perlu diidentifikasi sebagai landasan penyusunan program belajar. Dimana
kebutuhan belajar yang telah diidentifikasi akan memberikan arahan kemana program kegiatan itu
di tujukan. Kebutuhan pembelajaran merupakan suatu kompetensi peserta didik saat ini
dibandingkan dengan kompetensi peserta didik yang seharusnya dikuasai. Kesenjangan yang
dimaksud adalah kesenjangan pengetahuan, keterampilan atau sikap, bukan kesenjangan yang lain
yang akan diatasi dengan desain pembelajaran.

Menurut John McNeil, makna analisis kebutuhan belajar kurikulum merupakan proses dimana
seseorang mendefinisikan kebutuhan pendidikan dan memutuskan apa prioritas mereka. Dari
penjelasan tersebut maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa, analisis kebutuhan belajar
kurikulum merupakan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan ketimpangan dan kekurangan
siswa dalam memenuhi kebutuhan belajarnya. Dengan menganalisis setiap permasalahan baik
secara individu atau kelompok maka akan diperoleh apa saja kebutuhan kebutuhan belajar dari
siswa yang bersifat urgen atau mendesak sehingga harus segera disediakan. Begitupun dengan
kebutuhan-kebutuhan belajar yang bersifat jangka panjang dan memerlukan waktu yang lama serta
harus selalu ada dan berkesinambungan selama proses pembelajaran berlangsung. Pada
hakekatnya, analisis kebutuhan belajar kurikulum ini merupakan aktivitas ilmiah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat (kesenjangan) proses pembelajaran guna
mencapai tujuan pembelajaran (goals and objective) yang mengarah pada peningkatan mutu
pendidikan.

Nurjannah. 2018. Analisa Kebutuhan sebagai Konsep Dasar dalam Pengembangan Kurikulum Bahasa
Arab di MAN Curup. Jurnal Bahasa Arab. 2(1): 50-72.

Sri Hanipah. 2016. Analisis Kebutuhan dalam Pembelajaran.


http://blog.unnes.ac.id/haniktp/2016/11/09/analisis-kebutuhan-dalam-pembelajaran/. (Diakses
pada 14 Desember 2020).

Lilis Herlina. 2012. Need Assessment. http://lilisherlinaznyemnyem.blogspot.com/2012/03/need-


assessment.html?m=1. (Diakses pada 12 Desember 2020).
Bivisyani. 2019. Assessment.
https://www.google.com/amp/s/www.jojonomic.com/blog/assessment/. (Diakses pada 12
Desember 2020).

Putracongot. 2013. Makalah Analisis Kebutuhan. http://asakhasan.blogspot.com/2013/04/makalah-


analisis-kebutuhan.html?m=1. (Diakses pada 13 Desember 2020).

Anda mungkin juga menyukai