Anda di halaman 1dari 18

SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Oleh :

Muhammad Adhim Arasy


D52113020

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGEMBANGAN WILAYAH & KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
Metode yang diusulkan adalah solusi terpadu mengenai geo-spasial teknologi antara
lain Penginderaan Jauh (RS dan Sistem Informasi Geografis (GIS) yang dapat memberikan
kontribusi substansi yang lebih praktis / mudah dimengerti dan lebih menarik untuk
dipresentasikan ke dalam beberapa operasi interaktif yang akan menjadi aset dalam
penilaian, pemahaman, perangkat pemetaan dan fasilitas layanan menggunakan GPS dalam
memecahkan masalah lingkungan perkotaan yang kompleks. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengembangkan sebuah peta detail berskala besar dan membuat peta yang sudah
dikomputerisasi pengguna ke dalam model interaktif yang konseptual untuk konsep kegiatan
perkotaan berdasarkan peta tematik GIS terpadu yang menggunakan teknik penginderaan
jarak jauh dalam platform GIS.

Dengan memanfaatkan data penginderaan jarak jauh dan melaksanakan teknik


pemetaan GIS, perubahan secara keruangan dalam kurun waktu tertentu dari daerah
perkotaan dapat dipantau dan dipetakan secara spesifik untuk keperluan pembangunan
selanjutnya. Satelit Penginderaan Jauh, dengan jangkauan yang luas dengan kemampuan
multi daya spektral (SPM) adalah sebuah alat yang mampu untuk memetakan dan memantau
perubahan yang berkembang di inti perkotaan serta di daerah hinterland dari setiap daerah
perkotaan. Pola spatial perkotaan duduk di semua arah yang berlainan dapat dipetakan
secara sistematis, dipantau dan dinilai secara akurat dari penginderaan jarak jauh yang
diserasikan dengan data survey lapangan konvensional [Lata et-al. , 2001]. Oleh karena itu,
pemaparan setiap komponennya adalah sebagai berikut :

a. Sensor penginderaan Jarak Jauh (Remote Sensing)

Sensor penginderaan Jarak Jauh telah diakui di seluruh dunia sebagai sebuah
teknologi yang efektif untuk memonitor dan memetakan pertumbuhan dan perubahan
lingkungan yang terjadi di perkotaan. Keuntungan utama dari satelit penginderaan jauh
adalah pemantauan berulang dan jangkauan sinoptiknya yang sangat berguna untuk studi
area perkotaan. Keuntungan ini membantu dalam pembuatan informasi dasar terhadap
penggunaan lahan, distribusi tutupan lahan, deteksi perubahan fisik perkotaan, monitoring
pertumbuhan dan penilaian dampak lingkungan perkotaan.
Citra satelit memungkinkan kita untuk lebih memahami beberapa komponen
intrinsik ekosistem perkotaan dan interaksi di dalam seluruh lingkungan perkotaan.
Teknologi Penginderaan Jauh dapat menghasilkan penginderaan yang lebih baik jika
dikombinasikan dengan GIS [Longley, 1999].

b. Sistem Informasi Geografis (GIS)

GIS pada dasarnya adalah sebuah sistem informasi yang mengkaji seputar data
spasial. GIS adalah Sistem Informasi berbasis komputer berguna sebagai tempat
penyimpanan, editing, menampilkan, dan merancang data geografis yang dapat dibuat
menjadi referensi (Geoferencing). Sistem Informasi Geografis menyediakan fungsi input,
registrasi / transformasi koordinat peta, manajemen, query, analisis, modeling, komposit
peta serta produksi kartografi & peta.

GIS tidak menyimpan sataun peta atau gambar, tetapi GIS menyimpan sebuah
database. Database adalah konsep utama GIS yang berfungsi sebagai pusat operasi GIS. Hal
ini merupakan perbedaan antara GIS dan sistem pemetaan komputer, yang hanya dapat
menghasilkan output grafis yang baik. Sementara GIS menggabungkan sistem manajemen
basis data (vektor dan raster).

Keuntungan dari Sistem Informasi Geografis adalah dalam penanganan data.


Kerangka kerja terpadu penginderaan jarak teknik dan kerangka kerja GIS sangat
mengurangi waktu, tenaga dan biaya dalam menggunakan data geografis.
1. GIS dalam bidang Perencanaan Wilayah dah Kota

Sistem informasi geografis adalah suatu sistem yang berbasis komputer dengan
kemampuan menangani data bereferensi geografis, yang meliputi pemasukan, pengelolaan
atau manajemen data (penyimpanan dan pengaktifan kembali), manipulasi dan analisis, serta
keluaran data. Pengertian lain tentang GIS atau Sistem Informasi Berbasis Pemetaan dan
Geografi adalah sebuah alat bantu manajemen berupa informasi berbantuan komputer yang
berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwa-
peristiwa yang terjadi di muka bumi.

SIG memungkinkan untuk membuat tampilan peta serta menggunakannya untuk


keperluan presentasi khususnya dalam kajian Perencanaan Wilayah dan Kota . SIG
memungkinkan untuk menggambarkan dan menganalisa informasi dengan cara pandang
baru, mengungkap semua keterkaitan yang selama ini tersembunyi, pola, dan
kecenderungannya.

Untuk mendukung suatu Sistem Informasi Geografis, pada prinsipnya terdapat dua
jenis data, yaitu:

- Data spasial, yaitu data yang berkaitan dengan aspek keruangan dan merupakan
data yang menyajikan lokasi geografis atau gambaran nyata suatu wilayah di
permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan dalam grafik, peta, atau pun
gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor)
atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
- Data non-spasial, disebut juga data atribut, yaitu data yang menerangkan keadaan
atau informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan posisi) yang ditunjukkan
oleh data spasial. Salah satu komponen utama dari Sistem Informasi Geografis
adalah perangkat lunak (software). Perangkat lunak ini berfungsi sebagai alat
yang dapat membantu dalam memvisualisasikan, mengeksplorasi, menjawab
query, dan menganalisis data secara geografis.
Manfaat GIS dalam Perencanaan Wilayah dan Kota :

a. Inventarisasi Sumber Daya Alam. Melalui penerapan GIS, dapat diidentifikasi tentang
potensi-potensi alam yang tersebar di suatu wilayah. Identifikasi ini akan memudahkan
dalam pengelolaan sumber alam untuk kepentingan orang banyak.
b. Disaster Management. Artinya, aplikasi GIS dapat digunakan untuk melakukan
pengelolaan rehabilitasi pasca bencana. Misalnya, saat bencana tsunami menerjang Aceh
dan Nias, Badan Rehabilitasi – Rekonstruksi Aceh – Nias (BRR Aceh-Nias)
menggunakan GIS untuk memetakan kondisi terkini dan menentukan prioritas
pembangunan di lokasi yang paling parah kerusakannya.
c. Penataan Ruang & Pembangunan sarana-prasarana. Manfaat teknologi GIS yang ketiga
ini dapat berbentuk banyak hal. Mulai dari analisis dampak lingkungan, daerah serapan
air, kondisi tata ruang kota, dan masih banyak lagi. Penataan ruang menggunakan GIS
akan menghindarkan terjadinya banjir, kemacetan, infrastruktur dan transportasi, hingga
pembangunan perumahan dan perkantoran.
d. Investasi Bisnis dan Ekonomi juga merupakan manfaat yang bisa didapatkan dari
aplikasi GIS. Dengan adanya peta informasi daerah, dapat ditentukan arah
pembangunan. Dan para investor pun bisa menentukan strategi investasinya berdasarkan
kondisi geografis yang ada, kondisi penduduk dan persebarannya, hingga peta
infrastruktur dan aksesibilitas.
e. GIS dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan asap akibat kebakaran hutan atau
asab limbah beracun. GIS juga bisa digunakan untuk memprediksi perkembangan
daerah berpopulasi tinggi, yang membantu perencanaan pembangunan fasilitas public.
f. GIS dapat digunakan sebagai alat bantu, baik sebagai tools maupun bahan tutorial utama
yang interaktif, dan menarik dalam usaha untuk meningkatkan pemahaman,
pembelajaran dan pendidikan mengenai ide-ide atau konsep-konsep lokasi,
spasial/keruangan, kependudukan dan unsur-unsur geografis yang terdapat di permukaan
bumi berikut data-data atribut yang menyertainya.
g. GIS memiliki kemampuan-kemampuan untuk mengurai unsur-unsur yang terdapat di
permukaan bumi dalam bentuk layer atau coverage data spasial. Dengan layer ini
permukaan bumi dapat direkonstruksi kembali atau dimodelkan dalam bentuk nyata
(real world seperti tiga dimensi) dengan menggunakan data ketinggian beserta layer
tematik yang diperlukan.
h. GIS memiliki kemampuan-kemampuan yang sangat baik dalam menvisualisasikan data
spasial beserta atribut-atributnya. Model warna, bentuk dan ukuran simbol yang
diperlukan untuk merepresentasikan unsur-unsur permukaan bumi dapat dilakukan
dengan mudah.
i. Hampir semua operasi termasuk analisisnya yang dimiliki oleh perangkat GIS terutama
desktop GIS dapat dilakukan secara interaktif dengan bantuan menu-menu dan help
yang bersifat user friendly.
j. GIS dapat menurunkan data-data secara otomatis tanpa keharusan untuk melakukan
interprestasi secara manual. Dengan demikian GIS dengan mudah dapat menghasilkan
peta-peta lainnya dengan hanya memanipulasi atribut-atributnya.
k. Perangkat lunak GIS saat ini juga menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi dengan
alikasi-aplikasi perangkat lunak lainnya sehingga dapat bertukar data secara dinamis
melalui fasilitas OLE (Object Linking and Embedding) maupun driber ODBC (Open
Database Connectivity).
l. GIS, pada saat ini sudah dapat diimplementasikan sedemikian rupa sehingga dapat
bertindak sebagai map-server atau GIS-server yang siap melayani permintaan baik dari
clients melalui jaringan lokal (intrabet) maupun jaringan internet (web-based).
m. GIS sangat membantu pekerjaan-pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang-bidang
spasial dan geo-informasi. Oleh karena itu, pada saat ini hampir semua disiplin ilmu
terutama yang terkait dengan informasi spasial juga mengenal dan menggunakan GIS
sebagai alat bantu analisis dan presentasi yang menarik.
2. Aplikasi GIS Sebagai Sistem Pengambilan Keputusan

Kompleknya permasalahan yang disebabkan oleh berbagai kegiatan yang saling


berkaitan dan makin banyaknya faktor yang perlu dipertimbangkan, membutuhkan
penanganan masalah secara efektif dan efisien. Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan
pembangunan disegala bidang membutuhkan ruang/ lahan sebagai unsur utama dari
pembangunan tersebut. Namun, sifat keterbatasan ruang (konstan) mestilah mendapat
perhatian dalam setiap proses baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dalam
aktivitas perencanaan dan pengambilan keputusan.
Salah satu persoalan penting yang muncul dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan adalah menyangkut ketersediaan alat dan metoda/model yang akan digunakan
untuk membantu pencapaian hasil yang optimal. Sebagai contoh, untuk keperluan penetapan
tataguna tanah pada situasi ketika kebutuhan bagi perumahan, perkantoran, rekreasi,
kawasan perdagangan/ industri dan infrastruktur yang sedang mengalami peningkatan atau
ledakan pertumbuhan. Disisi lain keperluan untuk mempertahankan, melindungi dan
memperbaiki lingkungan hidup perlu mendapat perhatian yang serius. Oleh karena itu suatu
alat dan teknologi baru makin dibutuhkan, agar pelaku perencanaan/ pembangunan bekerja
secara efektif dan efisien dalam mencari solusi permasalahan tersebut. Hal ini juga
memerlukan tersedianya suatu kemampuan untuk mempertimbangkan situasi sekarang bagi
tujuan pembangunan ke depan.
Untuk mencapai sasaran tersebut, informasi menjadi sangat penting sebagai petunjuk
efektif dalam perubahan dinamika pembangunan yang sangat cepat. Analisis dan
perencanaan harus betul-betul mempertimbangkan informasi dalam setiap proses
aktifitasnya. Semua informasi yang terkait harus dimasukkan, dikelola, sehingga tersedia
dan disajikan dalam bentuk yang sesuai untuk digunakan pada tingkatan yang berbeda-beda
dalam satu proses perencanaan.
Hal inilah yang menyebabkan perlunya Sistim Informasi Geografis atau disingkat SIG
sebagai alat dan teknologi untuk menjawab tantangan tersebut. Penggunaan SIG dalam
pembangunan mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam mengelola pembangunan
tersebut pada setiap sektor dan tingkatan manajerial. Teknologi Sistem Informasi Geografis
dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya alam, perencanaan
pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. SIG juga dapat membantu perencana untuk
secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam, serta dapat
digunakan untuk mencari kawasan penduduk yang membutuhkan perlindungan dari banjir,
bencana asap, gempa bumi/tsunami dan sebagainya.

A. Pemanfaatan SIG dalam Penyusunan RTRW Provinsi Riau

Geographical Information System (GIS) adalah sistim informasi yang dibentuk untuk
mengerjakan pengolahan data yang bereferensi spasial atau terikat dalam suatu sistem
koordinat geografis. GIS dewasa ini banyak digunakan dalam pengelolaan tata ruang,
pertanian, kehutanan maupun kelautan dan perikanan, karena GIS mampu memberikan
analisi spasial yang cukup baik dan hasil yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan
yang baik.
GIS dalam penerapannya mensyaratkan adanya kelengkapan data yang akurat dan
mutakhir (Gunawan, 1995). Keunikan SIG dibandingkan dengan sistem pengelolaan basis
data lainnya adalah kemampuannya untuk menyajikan informasi spasial maupun non spasial
(atribut) secara bersama-sama dalam bentuk tumpang-susun (layer). Data atribut (diskripsi
wilayah) maupun data geografis yang terikat pada aspek keruangan/lokasional disajikan
dalam bentuk peta sebagai basis datanya.
Untuk menghasilkan data spasial, data inderaja (remote sensing) dapat diintegrasikan
dengan data SIG untuk dianalisa maupun dimanipulasi lebih lanjut. Data inderaja tersebut
dapat berupa foto udara maupun citra satelit. Data spasial mempunyai dua bagian penting
yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi dan informasi atribut yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Informasi lokasi atau informasi spasial: Informasi lokasi ditentukan berdasarkan
sistem koordinat, yang di antaranya mencakup datum dan proyeksi peta. Datum
adalah kumpulan parameter dan titik kontrol yang hubungan geometriknya
diketahui, baik melalui pengukuran atau penghitungan. Sedangkan sistem proyeksi
peta adalah sistem yang dirancang untuk merepresentasikan permukaan dari suatu
bidang lengkung atau spheroid (misalnya bumi) pada suatu bidang datar. Proses
representasi ini menyebabkan distorsi yang perlu diperhitungkan untuk memperoleh
ketelitian beberapa macam properti, seperti jarak, sudut, atau luasan.
b. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial: Suatu lokalitas bisa
mempunyai beberapa atribut atau properti yang berkaitan dengannya; sebagai
contoh jenis vegetasi, populasi, pendapatan per tahun, dsb.

SIG menghubungkan sekumpulan unsur-unsur peta dengan atribut-atributnya di dalam


satuan-satuan yang disebut layer (contohnya adalah sungai, jalan, batas-batas admininistrasi,
hutan, pemukiman, rawan bencana dan lain-lain). Kumpulan dari layer-layer ini akan
membentuk basisdata SIG. Dengan demikian rancangan basisdata merupakan hal yang
esensial di dalam SIG. Rancangan basisdata akan menentukan efektifitas dan efisiensi
proses-proses masukan, pengelolaan, dan keluaran SIG (Praharta, 2001). Secara kaidah, GIS
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. terdiri atas konsep dan data geografis yang berhubungan dengan distribusi spasial,
b. merupakan suatu informasi dari data yang didapat, ide atau analisis, biasanya
berhubungan dengan tujuan pengambilan keputusan,
c. suatu system yang terdiri dari komponen, masukan, proses dan keluaran,
d. ketiga hal tersebut diatas difungsikan dalam skenario berdasarkan pada teknologi
tinggi (Hamid, 2003).

Gambar 1. Pemanfaatan SIG penyusunan RTRW Riau


Sumber : BAPPEDA Provinsi Riau
B. Pemanfaatn SIG dalam Analisis dan Inventarisasi Perkebunan

Secara harafiah, SIG dapat diartikan sebagai : ”suatu komponen yang terdiri dari perangkat
keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama
secara efektif untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola,
memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu
informasi berbasis geografis” Informasi spasial memakai lokasi, dalam suatu system
koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Karenanya SIG mempunyai kemampuan
untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya,
menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Dilihat dari definisinya, SIG adalah suatu
sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak dapat berdiri sendiri-sendiri.

Gambar 2. Pemanfaatan SIG dalam Analisis dan Inventarisasi Perkebunan


Sumber : BAPPEDA Provinsi Riau
C. Tesis Aplikasi SIG Sebagai Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision
Support system-DSS)
a. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan alat dan sarana analisis spasial yang
bermanfaat untuk menurunkan informasi baru berdasarkan sekumpulan informasi
tematik,(Aronoff, 1989) sedangkan secara operasional SIG adalah suatu sistem berbasis
komputer yang digunakan untuk menyimpan, mengelola, menganalisa, dan mengaktifkan
kembali data yang mempunyai referensi keruangan, untuk berbagai tujuan yang berkaitan
dengan pemetaan dan perencanaan. (Burrough, 1986)

Sistem Informasi Geografis (GIS) adalah sistem berbasis komputer menyediakan


kemampuan canggih untuk menangani data spasial dan deskriptif . GIS saat ini dianggap
sebagai satu-satunya alat yang mendukung analisis digital yang terintegrasi dari proses
multi-komponen dengan mempertimbangkan setiap atribut yang diperlukan dari
kombinasi berbagai komponen (Sejati, 2014).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Geografi
(SIG) merupakan suatu sistem berbasis komputer yang memberikan empat kemampuan
untuk menangani data berefernsi geografi yaitu pemasukan, pengelolaan atau manajemen
data (penyimpanan dan pengaktifan kembali), manipulasi dan analisis serta keluaran
berupa peta.

Gambar 3. Overlay database


Sumber : Aplikasi SIG Sebagai Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan halaman 2, 2014
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Geografi
(SIG) merupakan suatu sistem berbasis komputer yang memberikan empat kemampuan
untuk menangani data berefernsi geografi yaitu pemasukan, pengelolaan atau manajemen
data (penyimpanan dan pengaktifan kembali), manipulasi dan analisis serta keluaran
berupa peta.
SIG memiliki komponen-komponen yang diambil dari pengertian yang
digunakan oleh Aronof (1989) sebagai acuan, ditambah pandangan yang agak berbeda
dari Burrough (1992) yaitu:
i. Pemasukan Data
Pemasukan data ke dalam SIG dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
pelarikan,digitasi dan tabulasi. Pelarikan atau penyiaman (Scanning); dapat
dilakukan dari suatu wahana dengan jarak tertentu dari obyek, misalnya staelit
atau pesawat udara; tapi dapat pula melalui pelarik meja (portable scanner)
Digitasi; dapat dilakukan dengan memanfaatkan suatu alat yang populer disebut
digitizer. Alat ini mampu merubah data analog berupa peta ataupun rangkaian
titik, garis dan poligon menjadi data berformat digital ke dalam komputer, dalam
struktur vektor.
Tabulasi; Sistem Informasi Geografi tidak hanya berkaitan dengan
‘gambar’ berupa peta saja, akan teapi juga informasi lain yang berkaitan dengan
pemetaan itu, yaitu berupa data atribut (tabular). Hampir semua program SIG
mempunyai fasilitas manjemen basis data internal.
ii. Manajamen Data
Manejemen data meliputi semua operasi penyimpanan, pengaktifan kembali
dan pencetakan semua data yang diperoleh dari masukan data. Efisiensi suatu
manajemen data ditentukan oleh efisisensi untuk melaksanakan operasi-operasi
itu. Dengan berkembangnya sistem komputerisasi, berkembang pula sistem
manajemen basis data yang efisien. SIG merupakan sistem manajemen basis data
spasial, yang tugasnya tidak dapat digantikan oleh paket-paket sitem manajemen
basis data yang lain.
iii. Manipulasi dan Analisis Data
Salah satu kemampuan utama SIG adalah dalam manipulasi dan analisis
data (spasial) untuk meghasilkan informasi baru meliputi: Penyuntingan untuk
pemutakhiran data, Interpolasi Spasial, Tumpangsusun Peta dan Pembuatan
model dan analisis data.
iv. Keluaran
Keluaran utama dari suatu SIG ialah informasi spasial baru. Informasi ini
perlu disajikan dalam bentuk tercetak (hard copy) supaya dapat dimanfaatkan
dalam kegiatan operasional (Danoedoro, 1996).

DSS merupakan sebuah sistem berbasis komputer yang mengintegrasikan sumber


data dengan pemodelan dan alat-alat analisis, memfasilitasi pengembangan, analisis, dan
memeringkatkan berbagai alternatif dan membantu dalam pengelolaan ketidakpastian
dapat meningkatkan pemahaman masalah secara keseluruhan. Sehingga, berurusan
dengan masalah tidak jelas atau tidak terstruktur dibuat lebih efisien dengan cara
mengeksplorasi dengan pengambil keputusan konsekuensi dari tindakan tertentu,
merubah sebuah pemecahan masalah menjadi suatu masalah pemilihan. DSS
memungkinkan pendekatan terstruktur dan sistematis, dengan memecah masalah menjadi
serangkaian tindakan dinamis dan siklus untuk menghasilkan proses pemecahan masalah
yang efektif dan transparan.

Kelebihan utama dari DSS adalah kemampuannya untuk memanfaatkan sistem


komputer untuk membantu pengambil keputusan dalam mempelajari masalah dan
mengambil kebijakan, dan meningkatkan pemahaman mengenai kondisi lingkungan
dimana kebijakan tersebut akan diterapkan dengan mengakses data dan model yang
bermanfaat untuk pengambilan keputusan tersebut. DSS berfungsi untuk
mengembangkan dan mengevaluasi beragam alternatif solusi untuk memperoleh
pemahaman mengenai permasalahan, trade off antara obyektif-obyektif yang ada, dan
mendukung proses pengambilan keputusan.
Sebuah DSS berasumsi bahwa tidak ada solusi tunggal untuk menyelesaikan
masalah tetapi memungkinkan pengguna menggunakan keahliannya dalam menemukan
solusi yang tepat terhadap suatu permasalahan (Geoffrion, 1983 dalam Bola Ayeni,
2005). Menurut Densham (1994), secara umum DSS akan memiliki beberapa
karakteristik antara lain sebagai berikut:
 Mendukung data spasial dan non-spasial
 Kemampuan untuk merepresentasikan hubungan spasial yang kompleks dari data
spasial yang diperlukan untuk pemanggilan data (query) spasial, pemodelan
spasial dan menampilkannya secara kartografis.
 Arsitektur yang fleksibel, memungkinkan pengguna menggabungkan data dan
model dalam berbagai metode.
 Metode khusus dalam melakukan analisis spasial dan geografis termasuk analisis
statistik spasial.
 Kemampuan untuk menghasilkan berbagai output termasuk peta dan bentuk
spesifik lainnya
 Sebuah sistem tunggal yang terpadu yang mendukung berbagai gaya pengambilan
keputusan.
 Sebuah arsitektur yang mendukung penigkatan kemampuan baru dari pengguna.

Pemodelan dalam proses pengambilan keputusan diperlukan karena proses


pembuatan suatu keputusan bukanlah proses yang mudah dan harus melalui beberapa
tahap untuk mendapatkan keputusan yang tepat. Turban (2005) mengusulkan empat tahap
yang harus dilalui dalam membentuk suatu keputusan yaitu:
i. Identifikasi masalah
Pada tahap ini akan dilakukanidentifikasi terhadap permasalahan yangada
terkait dengankebutuhan-kebutuhan untukmenyelesaikan masalah dan
beberapa peluang yang ditemukan dalampenyelesaian masalah. Secara lebih
detil, pada tahap inidilakukan serangkaian aktivitas sebagaiberikut:
 Mengidentifikasi tujuan organisasi atautujuan pencapaian masalah
 Mengidentifikasi prosedur-prosedur yang perlu disiapkan dalam mencari
ataumelacak adanya permasalahan
 Melakukan pengumpulan data. Ada beberapa kendala yang dimungkinkan
akan ditemui selama proses koleksi data ini, antara lain (Turban, 2005:
54): (a) Ketaktersediaan data; Hal ini mengakibatkan model yang akan
dibentuk akan memberikan hasil yang tidak akurat, (b) Biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan data cukup mahal, (c) Data yang
diperoleh tidak cukup akurat dan tepat, (d) Estimasi sering kali bersifat
subyektif, (e) Data dimungkinkan tidak aman, (f) Data-data penting yang
mempengaruhi hasil adakalanya bersifat kualitatif, (g) Data yang ada
sangat banyak, (h) Terkadang diasumsikan bahwa data yang akan datang
memiliki karakteristik yang sama dengan data saat ini. Oleh karena itu,
apabila hal ini tidak terjadi, maka perlu adanya suatu metode untuk
memprediksi adanyaperubahan tersebut.
 Melakukan klasifikasi permasalahan; Klasifikasi dilakukan untuk
menentukankategori permasalahan.
 Melakukan dekomposisi permasalahan; Aktivitas ini diperlukan apabila
permasalahan yang timbul terlalu kompleks sehingga perlu dipecah
lagimenjadi beberapa sub permasalahan.
 Kepemilikan masalah, artinya permasalahan dianggap ada apabila ada
seseorang atau sekelompok orang yang tanggap untuk mengatasi
permasalahan tersebut dan organisasi merasa mampuuntuk menyelesaikan
masalah tersebut.
Hasil akhir dari tahap ini adalahpernyataan masalah secara formal (formal
problem statement).

ii. Perancangan
Aktivitas yang dilakukan adalah:
 Formulasi model (normatif atau deskriptif).
 Pemilihan kriteria-kriteria. Kriteria adalahhal-hal apa saja yang menjadi
bahanpertimbangan bagi pengambil keputusanuntuk memutuskan
alternatif terbaik.
 Pencarian beberapa alternatif.
 Mengukur dan memprediksi terhadaphasil yang terjadi.
Hasil akhir dari tahap ini adalah alternatif-alternatif.
iii. Pemilihan
Pada tahap ini akan dilakukan pencariancara yang paling tepat untuk
melakukanaksi, melakukan evaluasi dan pemilihanterhadap solusi yang paling
cocok. Untuk melakukan pencarian cara yangpaling tepat untuk melakukan
aksi dapatdilakukan melalui teknik-teknik analitik dan menggunakan
algoritma.
Proses evaluasi pada pemilihan alternatif dapatdilakukan dengan berbagai
cara:
 Apabila suatu alternatif dimungkinkan memiliki beberapatujuan, maka
perlu ada pembandingan antar tujuan yangdicapai tersebut.
 Proses pembandingan ini dapat dilakukan melalui analisissensitivitas atau
analisis what-if.
 Analisis sensitivitas umumnya digunakan untukmenentukan tingkat
robustness apabila diberikanbeberapa alternatif
 Sedangkan analisis what-if digunakan untuk melihatadanya perubahan
mayor pada parameter-parameter
Secara rinci, pada tahap pemilihan iniakan dilakukan beberapa aktivitasantara
lain:
 Menghasilkan solusi dari model yangdiformulasikan pada tahap
perancangan
 Melakukan analisis sensitivitas
 Menyeleksi alternatif-alternatif yang terbaik
 Melakukan perencanaan untuk tahapimplementasi
Hasil akhir dari tahap ini adalah solusi.

iv. Implementasi
Pada tahap ini akan diimplementasikanhasil (solusi) yang telah diperoleh
dalamtahap pemilihan
Permasalahan di
Dunia Nyata

Verifikasi
Penyederhanaan, Validasi Model
Pengujian Solusi
asumsi-asumsi

IDENTIFIKASI Pernyataan
MASALAH Masalah

YA
PERANCANGAN Alternatif-
alternatif

PEMILIHAN Solusi

IMPLEMENTASI

TIDAK SUSKSES?

Gambar 1. Tahapan dalam proses pengambilan keputusan


Sumber : Aplikasi SIG Sebagai Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan halaman 7, 2014
Daftar Pustaka

- Tiara Setiarini . 2014. Aplikasi Gis Dalam Urban & Regional Planning.
http://tiaraww.blogspot.com/2014/03/sig-dalam-urban-planning.html. March 25, 2014

- 2014. Manfaat Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam Perencanaan Wilayah dan Kota.
https://kelaspds2.wordpress.com/2014/08/31/manfaat-sistem-informasi-geografis-sig-dalam-
perencanaan-wilayah-dan-kota/. 31 September 2014
- http://bappeda.riau.go.id/web/index.php/berita/26-sistem-informasi-geografis-sebagai-alat-
bantu-dalam-perencanaan-dan-pengelolaan-sumber-daya-alam
- Hidayat Taufik.2014. Aplikasi Sistem Indormasi Geografis Sebagai Sistem Pendukung
Pengambilan Keputusan (Decision Support system-DSS),Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada

Anda mungkin juga menyukai