Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBUATAN TABLET
(MENGGUNAKAN METODE GRANULASI BASAH)
Disusun Oleh
Kelompok 3 :
Kelompok 4 :
Wahyuni Mega H19208080 Alise Kumala.S
19208006
Senka Gustiray 19208070 Cici Nuraini
19208013
Lilih Kaswati 19208089 Dani Ramdhani
19208014
Karisna Nur Ayu 19208044 Eli Cuherli
19208022
Ilham Al Hakim 19208040 Elviana Marsella
19208025
1
PROGRAM STUDI D III FARMASI
AKADEMI FARMASI BUMI SILIWANGI BANDUNG
2021
PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
MENGGUNAKAN METODE GRANULASI BASAH
I. TUJUAN
1. Menentukan pengaruh jenis pengikat terhadap sediaan tablet dengan teknik
granulasi basah dengan zat aktif parasetamol.
2. Menentukan evaluasi terhadap granul dan sediaan tablet yang dibuat.
II. PRINSIP
Melewatkan massa lembab melalui pengayak yang sesuai lalu dikeringkan.
2
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai ( Ansel hal.
244)
Sedangkan menurut Farmakope IV ( 1995 ), tablet adalah sediaan padat
yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi .
Kebanyakan tablet digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral. Tablet
mempunyai beberapa keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan sediaan
yang tahan terhadap pemasukan ( temperproof ).
Hal – hal berikut merupakan keunggulan utama tablet :
1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan
terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling rendah.
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak
5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan
pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet
tidak segera terjadi.
7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan
di usus atau produk lepas lambat
8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk produksi besar
– besaran.
9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,
mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik ( Lachman, hlm 645 )
Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut:
3
1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada
keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi, absorbsi
optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas,
akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet
yang masih menghasilkan bioavalabilitas obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau
obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan atau
penyelubungan dulu sebelum dikempa ( bila mungkin ) atau memerlukan
penyalutan terlebih dahulu. ( Lachman, 647 – 648 )
Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan bahan
pembantu ( eksipien ). Bahan tambahan ( eksipien ) yang digunakan dalam
mendesain formulasi tablet dapat dikelompokan berdasarkan fungsionalitas eksipien
sebagai berikut:
1. Pengisi/pengencer ( diluents )
Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara signifikan
dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia dari tablet
jadi ( akhir )
2. Pengikat ( binders dan adhesive )
Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk
meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikatan ( yang diperlukan ) dalam
pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk masa kohesif atau
pemampatan sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di dalam granul dapat
mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan.
3. Penghancur ( disintegrants )
Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat setelah
ditelan pasien. Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum dilakukan
granulasi atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pada
kedua tahap proses.
4
4. Pelincir ( lubricant )
Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang meningkat
pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan dan
penolakan / pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula menunjukan
sifat sebagai antilengket ( anti adherant ) atau pelicin ( glidan ).
Stickland mendeskripsikan:
● Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan kempa
selama proses pengempaan dan penolakan tablet dari lumpang.
● Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak dan
selanjutnya ada dinding cetakan.
● Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul.
5. Antiadheran
Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensi mudah
tersusun / terkumpul.
6. Pelicin ( glidan )
Glidan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalam lobang
lumpang. Glidan dapat meminimalkan ketidakmerataan yang sering ditemukan /
ditunjukan formula kempa langsung. Glidan meminimalkan kecenderungan
granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan.
Hipotesis mekanisme kerja glidan menurut beberapa penelitian :
1) Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul.
2) Distribusi glidan dalam granul.
3) Adsorpsi preferensial gas pada glidan versus granul.
4) Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul.
5) Penurunan fraksi di antara partikel dan kekerasan permukaan karena glidan
teradhesi pada permukaan granul. ( Goeswin, hlm 288 – 291 )
Selain bahan tambahan ( eksipien ) yang disebutkan diatas biasanya
ditambahkan pula agen pendapar, pemanis / flavor, agen pembasah, agen
penyalutan, pembentuk matriks dan pewarnaan ( zat warna ).
5
Tablet yang dibuat secara baik haruslah menunjukan kualitas sebagai berikut :
a. Harus merupakan produk menarik ( bagus dilihat ) yang mempunyai
identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pemucatan,
kintaminasi, dan lain lain.
b. Harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi dan pengepakan.
c. Stabil secara fisika, kimia.
d. Mampu melepas zat berkhasiat sesuai dengan yang diharapkan.
e. Bioavailibilitas ( Lachman, 1986 halaman 647 – 648 ).
f. memenuhi keseragaman ukuran
g. memenuhi keseragaman bobot
h. memenuhi waktu hancur
i. memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
j. memenuhi waktu larut ( dissolution test ) ( Anief, M., 2005 ).
k. Tablet mengandung bahan obat sesuai dengan pernyataan dosis pada label dan
dalam batas yang dizinkan ( spesifikasi ).
l. Tablet harus cukup kuat untuk menghadapi tekanan selama proses manufaktur,
transfortasi, dan penanganan hingga sampai kepada pasien yang akan
menggunakan.
m. Tablet harus menghantarkan dosi obat pada lokasi dan kecepatan yang
dipersyaratkan.
n. Ukuran, rasa, dan tampilan tidak menurunkan penerimaan pasien. ( Goeswin,
hlm 304 )
Tablet dibuat dengan jalan mengempa adonan yang mengandung satu atau
beberapa obat dengan bahan pengisi pada mesin stempel yang disebut pencetak.
Mesin pencetak tablet ada 2, yaitu pencetak tunggal atau single punch dan pencetak
ganda berputar atau rotary press. Mesin pencetak tablet dirancang dengan komponen
komponen dasar sebagai berikut:
1. Hopper, yaitu untuk menahan atau tempat menyimpan dan memasukkan granul
yang akan dicetak
6
2. Die, yang menentukkan ukuran dan bentuk tablet
3. Punch, untuk mencetak/mengempa granul yang ada di die
4. Jalur cam, untuk mengatur gerakan pucnh
5. Suatu mekanisme pengisian untuk menggerakan atau memindahkan granul dari
hopper ke dalam die.( Lachman ,halaman 662 )
. Metode pembuatan tablet dibagi menjadi metode granulasi dan kempa
langsung dan granulasi. Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel
dengan cara melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran
yang lebih besar . Metode granulasi ini terdiri dua metode yaitu metode granulasi
basah dan metode granulasi kering.
Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau
campuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan
menghasilkan granul ( Chorles J.P Siregar, 2008 ).
Dalam proses granulasi basah zat berkhasiat, pengisi dan penghancur
dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan
pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu
40 – 50°C. Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara granulasi basah untuk
menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan gumpalan dan
untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum ( Lachman, 1986).
Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief,
1994).
Ada beberapa tahap pembuatan tablet parasetamol dengan menggunakan
metode granulasi basah yaitu :
1. Penggilingan / penghalusan obat dan eksipien
2. Pencampuran serbuk yang sudah digiling
3. Preparasi larutan pengikat
4. Pencampuran larutan pengikat dengan campuran serbuk untuk membentuk masa
basah
7
5. Pengayakan/penapisan massa kasar menggunakan ayakan berukuran mesh 12-14
6. Pengeringan granul basah
7. Pengayakan granul kering melalui ayakan berukuran 14-20
8. Pencampuran granul yang sudah diayak dengan lubrikan dan disintegran
9. Pengempaan tablet ( Goeswin Agoes halaman : 254 )
Untuk memantau kualitas produk obat, evaluasi secara kuantitatif serta
penetapan sifat kimia, fisika, dan bioavilibilitas tablet harus dibuat evaluasi
meliputi:
a. Evaluasi Granul
1. Sifat alir
2. BJ nyata, BJ mampat, % Kompresibilitas
3. Kelembaban
b. Evaluasi Tablet
1. Organoleptis
2. Keseragaman Ukuran
3. Keseragaman bobot
4. Friabilitas
5. Kekerasan dan kerenyahan tablet
6. Waktu hancur
Penjelasan :
1. Organoleptis
Bentuk dan garis tengah ditentukan oleh punch dan die yang digunakan
mengkompressi (menekan) tablet. Bila punchnya kurang cembung maka tablet
yang dihasilkan lebih datar,sebaliknya semakin cekung punch semakin
cembung tablet yang dihasilkan. Dibagi dua atau empat bagian sehingga
mudah dipotong potong secara tepat untuk klien. Ketebalan tablet dipengaruhi
oleh ketebalan obat yang dapat diisikan dalam cetakan dalam jumlah tekanan
waktu dilakukan kompressi.Termasuk dalam hal ini, diameter tablet, tebal
tablet, kekerasan tablet,waktu hancur tablet, keseragaman dan isi/kandungan
8
dan untuk beberapa tablet dan kelarutan tablet. Faktor faktor ini harus
diperiksa dan diproduksi satu batch tablet seperti juga dilakukan dari suatu
batch produksi kebatch produksi berikutnya untuk menjamin
keseragamanbukan hanya penampilan saja tapi efek terapinya
2. Keseragaman ukuran
Untuk mendapatkan tablet yang seragam tebal dan diameternya selama
produksi dan diantara produksi untuk formula yang sama, harus dilakukan
pengawasan supaya volume bahan yangdiisikan dan tekanan yang diberikan.
Tablet diukur dengan jangka sorong selama prosesproduksi,agar yakin
ketebalannya sudah seragam. Maka berbeda ketebalan tablet lebih dipengaruhi
oleh ukuran cetakan dan bahan yang dapat dimasukan dari pada tekanan yang
diberikan.
9
Gambar Neraca Analitik
4. Friabilitas
Pengujian digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tabletterhadap
gesekan yangdialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Pengujian
keregasan tablet digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama
diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran
friabilitas, alat diputar sebanyak 100 kali putaran. Kehilangan berat atau bobot
tablet maksimum yang memenuhi syarat tidak lebih atau sama dengan 1%.
(Lieberman, 1990).
11
Gambar Desintegrator Tester
emiliki khasiat dari sebagai analgetis dan
Parasetamol atau asetominofen m
antipiretis, tetapi tidak antiradang.( Obat – Obat Penting halaman : 318 )
Aksi dari parasetamol yaitu menghambat prostaglandin di SSP tetapi tidak
memiliki efek anti-inflamasi diperifer ; mengurangi demam melalui tindakan
langsung pada hipotalamus pengatur pusat panas. Parasetamol diindikasikan untuk
menghilangkan nyeri ringan sampai sedang ; pengobatan demam. Penggunaan
berlabel ( s ): Nyeri dan demam setelah vaksinasi profilaksis. ( A to Z Drug fact )
Dewasa ini dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk
swamedikasi ( pengobatan mandiri ). Efek analgetisnya diperkuat oleh kodein dan
kofein dengan kira – kira 50%. Reabsorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas,
secara rektal lebih lambat. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metabolit –
metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konyugat – glukuronida dan
sulfat. Efek sampingnya tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan
kelainan darah. Overdosis dapat menimbulkan antara lain mual, muntah, dan
anoreksia. Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga
selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi pada dosis tinggi dapat
memperkuat efek antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak interaktif.
Dosis dari parasetamol untuk nyeri dan deman oral 2 - 3 dd 0,5 – 1 g, maks
4 g/hari, pada penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak – anak 4 – 6 dd 10 mg/kg,
yakni rata – rata usia 3 -12 bulan 60 mg, 1 – 4 tahun 240 – 360 mg, 4 – 5x sehari. (
Obat – Obat Penting edisi IV, hlm 318 – 319 ).
12
IV. ALAT DAN BAHAN
1) Alat
- Corong kaca
- Penggaris
- Timbangan analitik
- Jangka sorong
- Friabilator
- Disintegration tester
- Oven
- Disolution tester
- Gelas ukur
- Batang pengaduk
2) Bahan
- Zat aktif ( parasetamol )
- Ctm
- Vitamin c
- Talkum
- Amylum
- Pewarna
- Mg Stearat
- Aquadestillata
V. PROSEDUR
a. Formula lengkap
Paracetamol 700 mg
13
CTM 2mg
Amprotab 10 %
Fase dalam
Pasta Amylum 10% q.s
Amylum 5%
Vitamin C 50m
Mg. Stearate 1%
fase luar
Talk 2%
b. Perhitungan Bahan
1) Berat Amylum Pro Pasta Yang Digunakan:
a) Berat Beker Glass Kosong = 100,289 gram
b) Berat Beker Glass + Pasta = 203,485 gram
c) Berat Beaker Glass + Pasta Sisa = 160,752 gram
d) Berat Pasta Yang Digunakan = 42,733 gram
e) Amylum Pro Pasta Yang Digunakan = 10% x 42,733
= 4,273 gram
2) Fase Dalam Teoritis
a) Paracetamol = 500 mg x 200 = 100000 mg = 100
gram
b) CTM = 2 mg x 200 = 400 mg =
0,4 gram
c) Amprotab = 10/100 x 0,7 gram x 200
=14 gram
d) Tapioka Strach = 4,273gram
Total Fase Dalam Teoritis = 100 + 0,4 + 14 + 4, 273 = 118, 673
gram
14
3) Fase Luar Teoritis
a) Amprotab = 5/100 x118,573 x 100/ 84,86 =
6,99 gram
b) Mg Stearat = 1/100 x 118,573 x 100/ 84,86 =
1,40 gram
c) Talkum = 2/100 x 118,573 x 100/ 84,86 =
2,80 gram
d) Vitamin C = 7,14/100 x 118,573 x 100/ 84,86 =
9,98 gram
Total Fase Luar Teoritis = 6,99 + 1,40 + 2,80 + 9,98 = 21,17 gram
4) Massa Tablet Total Teoritis
Fase Dalam + Fase Luar
= 118, 673 gram + 21,17 gram = 139, 843 gram
5) Berat Satuan Tablet Teoritis
= 139, 843 gram : 200 Tablet = 0,699 gram = 699 mg
6) Fase Dalam Nyata(Berat Granul Hasil Granulasi)
a) Berat Granul Hasil Pengeringan = 113, 214 gram
b) Berat Granul Untuk LOD = 10 gram
c) Berat Fase Dalam Nyata Yang Dipake =113, 214 – 10
= 103, 214 Gram
7) Fase Luar Nyata
a) Amylum = 5/100 x 103, 214 x 100/84,86 = 6,08
Gram
b) Talkum = 2/100 x 103, 214 x 100/84,86 = 2,43
Gram
c) Mg Stearat = 1/100 x103, 214 x 100/84,86 = 1,22
Gram
d) Vitamin C = 7, 14/100 x 103, 214 x 100/84,86
= 8,68 Gram
15
Total Fase Luar Nyata = 6,08 + 2,43 + 1,22 + 8,68 = 18,41 Gram
8) Massa Tablet Total Nyata
Fase Dalam + Fase Luar
= 103,214 Gram + 18,41 Gram = 121, 624 Gram
9) Jumlah Tablet Yang Akan Di Produksi
Massa Tablet Nyata x 200 Tablet = 121, 624 x 200 = 173, 9 = 174 Tablet
Massa Tablet Teoritis 139, 843
10) Berat Satuan Tablet Nyata
121, 624 Gram = 0, 698gram = 698mg
174
16
6. Setelah dikeringkan timbang seluruh granulat untuk menghitung jumlah
komponen luar, lakukan uji granul
7. Jika pada saat pengujian granul ( uji kelembaban, uji daya alir, sifat alir,
uji kompresibilitas ) memenuhi syarat maka dapat dilakukan atau
dilanjutkan pada tahap mencetakan tablet,
8. Untuk hasil tablet yang dicetak bias langsung masuk ketahap pengujian
sediaan tablet jadi ( uji organoleptis tablet, uji keseragaman bobot tablet,
uji kekerasan tablet, uji friabilitas ( kerapuhan ), dan uji waktu hancur
tablet.
d. Evaluasi massa granul
1. Uji kelembaban
Berat granul 10 gram
% Kelembaban = W0-W1 x 100%
W0
= 10- 9,757 x 100%
10
= 0,241 x 100 %
10
= 2,41 % ( Kadar air baik)
2. Uji daya alir granul
a) Uji Waktu alir
Berat granul = 25gram
Waktu alir = 2,41
b) Sifat alir
Tinggi = 2,5 cm
Diameter = 8cm
Sudut istirahat = Tan 2h = Tan 2,25
d 8
17
= 5 = Tan 0,6 = 31,06
8
3. Uji kompresibilitas
a) Kerapatan longgar ( App. Density) = berat granul = 25 =
0,555
Berat awal 45
b) Kerapatan mampat ( Tap. Density) = berat granul = 25 =
0,625
Berat akhir 40
c) % kompresibilitas=kerapatan mampat – kerapatan longgar x
100%
Kerapatan mampat
= 0,625 – 0,555
x 100 % = 11,2 %
0.625
VI. DATA PENGAMATAN
EVALUASI TABLET
• Evaluasi tablet terdiri dari :
1. Uji organoleptis
2. Uji keseragaman bobot
3. Uji keseragaman ukuran
4. Uji kekerasan
5. Uji friabilitas
6. Uji waktu hancur
1. UJI ORGANOLEPTIS
Amati hasil cetak tablet secara visual
● Bentuk tablet : bulat pipih
● Warna : hijau muda ,distribusi warna merata
● Bau : tidak berbau
18
● Rasa : pahit
● Terdapat cacat fisik pada sebagian tablet ditepi ada sisa dari hasil cetakan
20
BOBOT RATA-RATA PENYIMPANGAN BOBOT RATA – RATA DALAM %
TABLET A B
< 25 mg 15 30
26 -150 mg 10 20
151- 300 mg 7,5 15
● 300 mg 5 10
● Keterangan :
Kolom A
Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata- rata
Kolom B
Tidak boleh ada satupun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata
❖ Uji keseragaman bobot
● Penyimpangan kolom A (tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari
bobot rata-rata)
677,1 ± 5% = 677,1 + ( 5% x 677,1 ) = 710,955
= 677,1 – ( 5% x 677,1 ) = 643,245
● Penyimpangan kolom B ( tidak boleh ada satupun tablet yang menyimpang dari
bobot rata-rata)
677,1 ± 10% = 677,1 + ( 10x 677,1 ) = 744,81
= 677,1 - ( 10x 677,1 ) = 609,39
● Berdasarkan data pada tabel dapat disimpulkan bahwa tablet memenuhi syarat uji
keseragaman bobot.
21
❖ Uji kekerasan
syarat : 4 – 10 kg /cm 2
● Berdasarkan data yang diperoleh didapat rata - rata 5,65 , dapat disimpulkan bahwa
tablet memenuhi syarat uji kekerasan .
f = 0,69 %
● Berdasarkan hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa tablet memenuhi syarat
uji friabilitas.
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah
dengan bobot pertablet 700mg dengan Bath Sie 200 tablet . Granulasi basah adalah
metode pembuatan tablet dengan pencampuran fase dalam tablet terlebih dahulu dengan
pengikat yang basah, digranulasi lalu dicampurkan dengan fase luar tablet, kemudian
dicetak menjadi tablet. Granulasi basah digunakan karena zat aktif dan beberapa zat
tambahan pada formula diatas memiliki laju alir yang buruk sehingga tidak
memungkinkan untuk digunakan metode kempa langsung. Pembagian fase luar dan fase
dalam berdasarkan fungsi dan karakteristik setiap zat. Fase dalam biasanya terdiri dari
zat aktif, zat pengisi, dan zat pengikat yang tahan terhadap suhu tinggi dalam waktu
lama karena peada proses pembuatan granulasi basah, pemanasan dalam oven untuk
menghilangkan air dilakukan setelah terbentuk granul. Fase luar adalah zat eksipien
yang berfungsi untuk membantu proses pengempaan tablet, yaitu zat pelincir dan zat
eksipien lain yang tidak tahan pemanasan dalam waktu lama.
Pada formula diatas, parasetamol dan CTM sebagai zat aktif dengan efek
farmakologis sebagai zat antipiretik dan analgesic dan alergi , Paracetamol dimasukkan
ke fase dalam karena stabil dalam pemanasan yang lama.
Amprotab merupakan zat tambahan fase dalam yang digunakan sebagai pengisi
dan pengikat karena harga ekonomis sehingga mengurangi biaya produksi. Fungsi
sebagai pengisi untuk menambah massa tablet yang akan dicetak dan fungsi sebagai
pengikat untuk mengikat zat aktif dan zat pengisi sehingga dapat tercampur dengan
homogen.
Talkum dan magnesium stearat adalah zat tambahan fase luar yang berfungsi
sebagai pelincir yang meningkatkan aliran granul sehingga tersebar ke seluruh tempat
cetakan pada saat pengempaan dan agar tidak meyumbat di cetakan. Selain itu pelincir
23
dapat memperpanjang waktu penghancuran obat, sehingga pada saat dilakukan uji
friabilitas, massa tablet tidak berkurang banyak. Kedua zat ini ditambahkan sebagai fase
luar untuk memberikan hasil yang lebih baik pada kekerasan tablet dibandingkan
ditambahkan sebagai fase dalam..
Proses pembuatan tablet paracetamol pada praktikum ini dilakukan dengan
metode granulasi basah. Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet
kompresi yang paling banyak digunakan. Granulasi merupakan perlakuan awal
terhadap serbuk yang sukar untuk dicetak menjadi massa yang dapat ditabletasi.
granulasi adalah proses peningkatan ukuran dimana partikel-partikel kecil digabungkan
menjadi partikel dengan ukuran lebih besar, membentuk aglomerat atau granul stabil
sehingga lebih mudah mengalir. Proses granulasi dilakukan karena sebagian besar
serbuk tidak dapat dibentuk menjadi tablet secara langsung karena kohesivitasnya
rendah, tidak memiliki sifat lubrikasi dan disintegrasi yang diperlukan dalam proses
tabletasi.
Sebelum membuat tablet parasetamol dengan metode granulasi basah hitung
terlebih dahulu jumlah dari masing-masing bahan yang akan digunakan, berdasarkan
susun formula yang di didapatkan, tablet yang akan dibuat adalah dengan bobot
pertablet 700mg dengan batch size 200 tablet. Formulanya adalah sebagai berikut:
fase dalam terdiri dari Parasetamol, CTM, amylum(amprotab), pasta amilum, Pewarna,
Sedangkan fase luar terdiri dari amylum (amprotab) , vitamin C , MG stearat dan
talcum. Setelah dilakukan perhitungan dapat dinyatakan bahwa zat yang harus
ditimbang adalah Parasetamol 100 gram, CTM 0,4 gram, amylum 14 gram konsentrasi
pasta amilum 10% yaitu amylum sebanyak 10 gram dengan penambahan Aqua sampai
100ml dan pewarna secukupnya. lalu siapkan alat-alat yang dipakai dan ditimbang
bahan-bahan yang digunakan setelah semua alat dan bahan siap langkah pertama yang
dimulai dengan cara mencampurkan pasta amylum dengan menggunakan tapioca starc
sebanyak 4,273 gram dengan aquades 100ml dan dipanaskan aduk hingga homogen
sehingga terbentuk mucilago. Setelah larutan pengikat siap, maka campurkan
bahan-bahan dengan fase dan tambahkan pewarna lalu diaduk hingga hmogen dan
24
terbentuk Massa yang bisa dikepal. Setelah dilakukannya pembuatan pasta, pasta yang
digunakan dalam pembuatan granul adalah sebanyak 42,733 gram, pada proses ini jika
dilarutkan pengikat terlalu banyak maka akan terbentuk mie pada saat proses
pengayakan, tetapi jika larutan pengikat yang digunakan sedikit maka kekuatan ikatan
antara bahan bahan yang kurang baik. tahapan selanjutnya masa granul diayak dengan
pengayak pengayak nomor 14. Setelah proses pengayakan dilakukan pengeringan
dengan suhu oven 70oC selama 60 menit. Manfaat dilakukan pengering adalah agar
granul yang dihasilkan tidak lembab. selain itu juga jika granul masih lembab maka
tablet menjadi sulit untuk dicetak dan mempunyai penampilan yang kurang menarik.
lalu Granul Ayak kembali menggunakan Nomor 12 yang bertujuan agar ukuran granul
menjadi semakin halus. setelah pengering dan pengayaan selesai kemudian massa
granul ditimbang dan hasil timbangan sebesar 113, 214 gram lalu dikurangi 10 gram
untuk dilakukan evaluasi kelembaban titik hasil perhitungan uji kelembaban adalah
2,41% yang menyatakan bahwa granul tersebut memenuhi syarat karena persyaratan
pada uji kelembaban adalah 2 sampai 4%. Kemudian masukan fase dalam kedalam
plastik dan tambahkan fase luar seperti vit C , amylum (amprotab) MG stearat dan
talkum dan kocok hingga homogen saat sebelum dicetak agar menghasilkan tablet yang
baik. Kemudian di uji daya alir granul berdasarkan perhitungan yang dilakukan hasil
dari uji daya alir granul yaitu mencetak waktu 2,41 detik yang berarti uji artinya sifat
alir nya sangat mudah mengalir selanjutnya evaluasi yang dilakukan adalah uji
kompresibilitas berdasarkan perhitungan yang dilakukan didapatkan hasil perhitungan
uji kompresibilitas sebesar 11,2% yang berararti aliran granulanya sangat baik setelah
uji masa tablet selesai kemudian selanjutnya menghitung jumlah tablet yang akan
diproduksi yaitu dengan cara membagi antara massa tablet yang nyata dengan massa
tablet teoritis dan dikalikan dengan jumlah tablet yang akan diproduksi, hasilnya
didapatkan sebanyak 174 tablet titik selanjutnya menghitung berat satuan tablet nyata
yaitu caranya dengan membagi antara massa tablet nyata dengan jumlah tablet yang
akan diproduksi hasilnya di dapatkan sebesar 698 mg Setelah semua perhitungan selesai
kemudian lanjut pada tahap pencetak tablet titik tablet yang diperoleh setelah
25
pencetakan tablet adalah sebanyak 171 dengan kurang 3 untuk mencapai target yaitu
174 berdasarkan perhitungan perhitungan diatas dapat dihitung bahwa rendemen yang
didapatkan sebesar 98,3% yang artinya hasil tablet yang diperoleh sangat bagus karena
memenuhi persyaratan yaitu berada di Kisaran 95% sampai 102% tablet yang sudah
jadi kemudian dilakukan evaluasi tablet.
Evaluasi terhadap tablet yang diperoleh. Yaitu, pengujian keseragaman bobot
dan ukuran dari tiap tablet yang diperoleh, diambil sampel masing-masing 20 tab
untuk dilakukan pengukuran terhadap diameter dan tebal tablet satu persatu,
kemudian dihitung rata-rata dari ke-20 tablet tersebut dan didapatkan hasil diameter
tablet 1,2 cm dan tebal tablet 0,425 cm, tablet tersebut memenuhi persyaratan.
Kemudian pada uji keseragaman bobot dilakukan juga terhadap sampel 20 tablet
dihitung rata-ratanya dan didapatkan hasil tidak lebih dari 2 tablet yang presentase
penyimpangannya tidak lebih dari 5% dan 10%. Pada uji keregasan tablet
dilakukan juga terhadap 20 sampel tablet yang dimasukkan kedalam alat
friabilator yang dijalankan sebanyak 100 putaran . Hasil presentase yang didapat
adalah 0,69% , syarat keregasan tablet tidak boleh lebih dari 1% dan dikatakan
tablet tersebut memenuhi syarat keregasan tabet. Selain itu dilakukan juga
evaluasi terhadap waktu hancur tablet, dilakukan dengan menggunakan
alatdisintegrator tester dengan 6 sampel tablet. Dimasukkan kedalam alat dan
isi bejana dengan aquadest setelah itu obat dimasukkan kedalam keranjang
dan dinaik-turunkan secara teratur 30kali setiap menit, waktu hancur tablet
dicatat sejak pertama tablet mulai hancur hingga tidak ada bagian yang tertinggal, hasil
yang didapatkan adalah 5 menit 32 detik atau kurang dari 15 menit yang berarti
tablet tersebut memenuhi syarat.
26
VIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum pembuatan tablet dengan menggunakan metode
granulasi nada didaptkan beberapa hasil evaluasi tablet yaitu sebagai berikut:
● Uji kelembaban : hasilnya adalah 2,41% yang menyatakan bahwa granul
tersebut memenuhi syarat pada uji kelembaban(persayaratan uji kelembaba
2-4%).
● Uji daya alir : sudut istirahatnya adalah
● Uji kompresibilitas : hasil pengujian kompresibilitas adalah 11,25% yang
berarti aliran granulnya sangat baik.
● Uji organoleptik : berbentuk bulat bulat pipih dengan warna hijau
● Keseragaman bobot tablet : bobot rata-rata tablet yang didapat maka dapat
disimpulkan bahwa tablet memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet
● Waktu hancur tablet : Waktu hancur tablet 5 menit 32 detik, dimana waktu
hancur tablet pada formula ini memenuhi persyaratan.
● Kekerasan tablet rata-rata adalah 5.65 kg
● Kerapuhan tablet didapat persentase 0.69%, kerapuhan tablet yang didapat
jika dibandingkan dengan persyaratan yaitu <1%, maka tablet pada formula
ini memenuhi persyaratan.
27
● Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan praktek Farmasi Industri.
Edisi Ketiga. Vol II. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press;
1994. Hal. 1355.
● Tjay. H.T dan Rahardja, Kirana. 2003, Obat-obat penting. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
● Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi padat, Bandung: ITB
X. LAMPIRAN
1. Uji Kelembabab
28
2. Uji Waktu Alir dan Sudut Istirahat
29
3. Organoleptis
4. Diameter Tablet
30
5. Ketebalan Tablet
6. Keseragaman Bobot
31
7. Kekerasan Tablet
32
8. Friabilitas
33
9. Waktu Hancur
34