Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERPAJAKAN + LAB

“ PPH PASAL 4 AYAT 2”

Dosen pengampu :
DESI PERMATA SARI SE,MM

Disusun oleh :
NOVYA FITRI
(18101155110111)

AKUNTANSI 3
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK” PADANG
TP.2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan nikmat yang dilimpakan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PPh Pasal 4
ayat 2” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan. Makalah ini
dibuat agar mahasiswa lebih memahami tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 atau lebih
dikenal dengan PPh Final. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Desi Permata
Sari SE,MM selaku dosen pengampu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk membuat makalah ini.

Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Bukittinggi, 07 Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan iuran wajib atau pungutan yang dibayar oleh Wajib Pajak ( Orang
yang membayar pajak) Kepada pemerintah berdasarkan Undang-Undang dan hasilnya
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah dengan tanpa balas jasa yang di
tunjukan secara langsung. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran
rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbale (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Di Indonesia maupun di berbagai negara lainnya, pasti memiliki kebijakan setiap
warga yang berpenghasilan untuk melakukan pembayaran pajak kepada negara. Hal ini
dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pemasukan untuk kas negara yang akan
digunakan untuk membiayai pembangunan suatu negara. Di Indonesia terdapat berbagai
macam jenis pajak, salah satunya Pajak Penghasilan (PPh), yang terdiri atas PPh Pasal 4 ayat
(2), PPh Pasal 25, PPh Pasal 23, PPh Pasal 22, PPh Pasal 21,dll.
PPh Pasal 4 ayat (2) yang merupakan pajak penghasilan yang mengatur penghasilan
dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha
real estate, dan persewaan tanah dan atau bangunan dikenai pajak bersifat final yang diatur
dengan peraturan pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian PPh pasal 4 ayat 2?
2. Apa objek PPh pasal 4 ayat 2?
3. Siapa wajib pajak PPh pasal 4 ayat 2?
4. Siapa subjek PPh 4 ayat (2)?
5. Bagaimana mekanisme pembayaran PPh pasal 4 Ayat 2?
6. Berapa tarif PPh pasal 4 ayat 2?
7. Bagaimana contoh perhitungan PPh pasal 4 ayat 2?

1.3 Tujuan & Manfaat


1. Mengetahui pengertian pph pasal 4 ayat 2

1
2. Mengetahui objek pph pasal 4 ayat 2
3. Mengetahui wajib pajak pph pasal 4 ayat 2
4. Mengetahui subjek pph pasal 4 ayat 2
5. Memahami mekanisme pembayaran pph pasal 4 Ayat 2
6. Mengetahui tarif pph pasal 4 ayat 2
7. Memahami perhitungan PPh pasal 4 ayat 2

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PPh Pasal 4 Ayat 2

PPh Pasal 4 Ayat 2/PPh Final adalah pajak penghasilan atas jenis penghasilan-
penghasilan tertentu yang bersifat final dan tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan
terutang.

Istilah final di sini berarti bahwa pemotongan pajaknya hanya sekali dalam sebuah masa
pajak dengan pertimbangan kemudahan, kesederhanaan, kepastian, pengenaan pajak yang
tepat waktu dan pertimbangan lainnya.

2.2 Objek PPh Pasal 4 ayat (2)

Objek jenis PPh atau pajak penghasilan pasal 4 ayat (2) atau PPh Final ini dikenakan pada
jenis tertentu dari penghasilan atau pendapatan berupa:

 Penghasilan berupa bunga dari deposito dan jenis-jenis tabungan lainnya serta
diskonto sertifikat Bank Indonesia
 Penghasilan berupa bunga dari obligasi swasta dan obligasi negara (SUN/Surat Utang
Negara)
 Penghasilan berupa bunga dari tabungan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota masing-masing
 Penghasilan berupa hadiah berupa lotre/undian
 Penghasilan dari transaksi saham/dividen dan surat berharga lainnya
 Penghasilan dari transaksi industri perdagangan di bursa
 Penghasilan dari transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada
perusahaan mitranya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
 Penghasilan dari transaksi atas pengalihan ndus dalam bentuk tanah dan/atau
bangunan
 Penghasilan dari usaha jasa konstruksi
 Penghasilan dari usaha real estate
 Penghasilan dari sewa atas tanah dan/atau bangunan

3
 Pendapatan tertentu lainnya, sebagaimana diatur dalam atau sesuai dengan Peraturan
Pemerintah

2.3 Wajib Pajak PPh Pasal 4 ayat 2

a. Wajib Pajak Badan

Sebagai pemungut, wajib pajak badan ini ditunjuk untuk memotong jenis PPh Pasal 4
ayat (2), di antaranya:

 Penerbit obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk


 Perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau pembeli
 Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada anggota koperasi
orang pribadi
 Penyelenggara undian
 Pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk sekali pembayar dividen
 Pengusaha jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa merupakan pemotong
pajak

b. Wajib Pajak Orang Pribadi

Sebagai pemungut, wajib pajak orang Pribadi tidak ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 4
ayat (2), di antaranya:

 Disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal pengguna jasa bukan merupakan
pemotong pajak

 Bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang


menyetujui tukar menukar untuk objek pajak pengalihan hak atas tanah/bangunan

Wajib pajak orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong jenis PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:

 Akuntan, arsitek, notaris, PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) kecuali PPAT tersebut
adalah camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas
 Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan, yang
telah terdaftar sebagai wajib pajak dalam negeri

4
2.4 Subjek PPh pasal 4 ayat 2

a) Subjek yang dikenakan PPh 4 ayat (2)

Jenis PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final ini dikenakan pada wajib pajak badan
maupun wajib pajak pribadi atas beberapa jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan
pemotongan pajaknya bersifat final. Objek penghasilan yang dipotong PPh Final atau pajak
UKM adalah usaha dengan total peredaran bruto (omzet) kurang dari hingga Rp4,8 miliar
dalam setahun.

b) Subjek pemotong PPh 4 ayat (2)

Pemungutan jenis PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final dilakukan oleh pihak pemberi
penghasilan sehubungan dengan pembayaran untuk objek tertentu. Pihak pemungut ini terdiri
dari wajib pajak badan yang ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 4 ayat (2) dan wajib padak
orang pribadi yang merupakan pemungut PPh pasal 4 ayat (2) tanpa ditunjuk.

2.5 Mekanisme Pembayaran PPh Pasal 4 Ayat 2


Pembayaran Pajak Penghasilan final ini dilakukan dengan dua cara atau mekanisme, yaitu :

1. Mekanisme Pemotongan
Mekanisme pemotongan di sini maksudnya adalah penyewa harus memotong Pajak
Penghasilan sebesar 10% dari uang sewa yang dibayarkannya.Mekanisme dilakukan
jika si penyewa adalah pihak-pihak yang disebut sebagai pemotong pajak yaitu :
badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk
usaha tetap, kerjasama operasi, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan orang
pribadi yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Mekanisme Pembayaran Sendiri
Mekanisme pembayaran sendiri adalah mekanisme di mana pajak final sebesar 10%
dari uang sewa dibayarkan sendiri oleh pemilik tanah/bangunan.Pada mekanisme ini,
penyewanya bukan pihak-pihak yang disebutkan di atas, maka pemilik tanah atau
bangunan yang harus menyetorkan sendiri pajak finalnya.

2.6 Tarif PPh Pasal 4 Ayat 2

5
Besaran tarif PPh pasal 4 ayat 2 berbeda-beda untuk setiap jenis penghasilan yang
dikenakan pajak. Berikut daftar tarif PPh pasal 4 ayat 2 menurut jenis penghasilannya.

 Tarif sebesar 25% untuk penghasilan berupa hadiah undian (PP No. 132 Tahun
2000).

 Tarif sebesar 20% untuk penghasilan berupa bunga deposito serta jenis-jenis
tabungan dan obligasi negara (PP No. 131 Tahun 2000).

 Tarif sebesar 10% untuk penghasilan berupa bunga tabungan yang dibayarkan
koperasi kepada para anggota (PP No. 15 Tahun 2009).

 Tarif masing-masing 0,1% dan 0,5% untuk penghasilan dari transaksi penjualan
saham pendiri dan saham bukan pendiri (PP. No 14 Tahun 1997).

 Tarif sebesar 2,5% untuk penghasilan berupa transaksi derivatif yang telah
diperdagangkan bursa (PP No. 17 Tahun 2009).

 Tarif sebesar 0,1% untuk penghasilan dari transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal (PP No. 4 Tahun 1995).

 Tarif sebesar 5% untuk penghasilan dari transaksi pengalihan hak atas tanah atau
bangunan dan usaha real estate (PP No. 71 Tahun 2008).

 Tarif sebesar 10% untuk penghasilan berupa persewaan tanah atau bangunan (PP
No. 5 Tahun 2002).

 Tarif sebesar 2% hingga 6% untuk penghasilan berupa jasa konstruksi (PP No. 51
Tahun 2008).

 Tarif sebesar 10% untuk penghasilan atas dividen yang diterima oleh wajib pajak
orang pribadi dalam negeri (Pasal 17 ayat 2C).

 Tarif sebesar 0 hingga 20% untuk penghasilan berupa bunga dari kewajiban (PP
No. 16 Tahun 2009).

2.7 Contoh Perhitungan PPh pasal 4 ayat 2

1) Contoh 1 : Bunga Deposito

6
Soal :

Aditya menyimpan uang di Bank ABC dalam bentuk deposito sebesar Rp100.000.000
dengan tingkat bunga 12% per tahun. Atas deposito tersebut, Aditya menerima bunga setiap
bulan sebesar Rp1.000.000. Berapa besaran pajak yang harus dibayarkan atas bunga deposito
Aditya?

Jawab:

PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong Bank ABC adalah 20% x Rp1.000.000 = Rp200.000

Pajak deposito per tahun = Rp200.000 x 12 bulan = Rp2.400.000

2) Contoh 2 : Tabungan

Soal :

Alice Key memiliki tabungan di Bank Moneytalk Indonesia dengan saldo rata-rata bulan Juni
2017 adalah Rp450.000.000. Bunga yang diberikan oleh Bank Moneytalk Indonesia adalah
9% per tahun. Bunga yang diterima Alice Key pada bulan Juni 2017 adalah Rp3.375.000.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh Bank Moneytalk Indonesia pada Juni 2017 adalah
20% x Rp3.375.000 = Rp675.000.

Pajak tabungan per tahun = Rp675.000 x 12 bulan = Rp8.100.000.

3) Contoh 3 : Bunga Obligasi

Soal :

Pada tanggal 1 Juli 2011, PT ABC (emiten) menerbitkan obligasi dengan kupon (interest
bearing bond) dengan nilai nominal Rp10.000.000 per lembar. Jangka waktu Obligasi 5
tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2016). Bunga tetap sebesar 16% per tahun, jatuh tempo
bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember. Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI).

PT MNO (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi dengan harga
di bawah nilai nominal (at discount) dengan harga Rp9.000.000 per lembar. Berapa besaran
pajak yang harus dibayarkan atas bunga obligasi tersebut?

Jawab:

PPh Pasal 4 ayat 2 yang harus dipotong oleh PT ABC pada saat jatuh tempo bunga tanggal 31
Desember 2011 adalah sebagai berikut:

Bunga = (6/12 x 16% x Rp10.000.000) x 10 lembar = Rp8.000.000

7
PPh Pasal 4 ayat 2 = 15% x Rp8.000.000 = Rp1.200.000

Apabila dalam contoh di atas investor atau pembeli obligasi adalah wajib pajak
reksadana maka penghitungan PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga yang diperoleh pada saat jatuh
tempo tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:

Bunga = (6/12 x 16% x Rp10.000.000) x 10 lembar = Rp8.000.000

PPh Pasal 4 ayat 2 = 5% x Rp8.000.000 = Rp400.000

4) Contoh 4 : Diskonto SBI

Soal :

Dana Pensiun Solusi Abadi yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari Bank Indonesia dengan nominal
Rp1.000.000.000 dengan memperoleh diskonto sebesar Rp20.000.000. Pada tanggal 1 April
2017, Dana Pensiun Solusi Abadi menjual SBI tersebut kepada PT Rosa Sentosa dengan
harga Rp980.000.000 dan dibayarkan pada saat yang sama. Bagaimana kewajiban
pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?

Jawab:

Besarnya diskonto SBI yang diperoleh PT Rosa Sentosa adalah Rp1.000.000.000 –


Rp980.000.000 = Rp20.000.000.

PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh Dana Pensiun Solusi Abadi adalah 20% x
Rp20.000.000 = Rp4.000.000.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37810293/contoh_latar_belakang_pajak_pph_pasal_4_ayat_2

https://www.coursehero.com/file/34647785/MAKALAH-PPH-PASAL-4-AYAT-2docx/

https://news.ddtc.co.id/contoh-soal-perhitungan-pph-pasal-4-ayat-2-bag-1-10564

https://www.online-pajak.com/seputar-pajakpay/pajak-penghasilan-pph-pasal-4-ayat-2-a

Anda mungkin juga menyukai