Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KOTA BENGKULU

MELALUI PERANCANGAN MODEL SPASIAL DAN SISTEM


INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Yulian Fauzi *, Boko Susilo ** dan Zulfia Memi Mayasari *


*
Dosen Fakultas MIPA Universitas Bengkulu
**
Dosen Fakultas Teknik Universitas Bengkulu
E-mail: yulian.fauzi@yahoo.com

ABSTRACT
This research is aimed to alocate land management and use coastal and ocean area Sub-Province
base on digital through Geographical Information System (GIS). This research was done in the coastal
area Kota Bengkulu, through spatial alocate analysis and land suitability analysis for brackish water
fish ponds, maritime tourism and conservation areas. Approach used in this research is spatial analysis
to parameter/variable and land suitability criteria consist of element abiotik, biotik, culture, and spa-
tial use (RTRW). Land suitability analysis is done by using SIG through overlay technique. Result of
research indicate that from 7 sub district of coastal area of exist in Kota Bengkulu, land suitability (S1)
for brackish water fish ponds are found in sub-district Muara Bangkahulu and Kampung Melayu. Land
suitability (S 1) for the maritime tourism are found in sub-district Teluk Segara and Ratu Samban,
while Land suitability (S 1) for conservation area of are found in sub-district Kampung Melayu.

Keywords: coastal area, spatial model, land suitability, GIS

PENDAHULUAN

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Salah satu kemampuan penting dari


(SIG) menjanjikan pengelolaan sumber daya SIG adalah kemampuannya dalam
dan pembuatan model terutama model melakukan analisis dan pemodelan
kuantitatif menjadi lebih mudah dan spasial untuk menghasilkan informasi
sederhana. SIG merupakan suatu cara yang baru. Burrough dalam Danoedoro (1996)
efisien dan efektif untuk mengetahui menjelaskan bahwa dalam SIG, entitas
karakteristik lahan suatu wilayah dan potensi atau nilai atribut baru dapat diciptakan
pengenibangannya. Aplikasi SIG untuk dari entitas yang telah ada beserta
pengelolaan wilayah pesisir dan laut telah atributnya, baik yang bersifat eksak
banyak digunakan seperti penyusunan basis maupun tidak. Secara matematis, untuk
data wilayah pesisir dan evaluasi kesesuaian sembarang lokasi nilai yang diturunkan
lahan pesisir (Fauzi, 2008; Islam, 2006, Tahir, dari suatu atribut dapat direpresentasikan
2002) monitoring dan manajemen shoreline (Li, dengan fungsi matematis sederhana
1998), dan perencanaan zone (Bhardwaj, seperti model USLE (Universal Soil Loss
2002). Equation).

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah ... (Yulian, dkk.) 101


Kota Bengkulu merupakan salah satu berbatasan langsung dengan perairan
wilayah administrasi yang mempunyai laut, maka di Kota Bengkulu. terdapat
wilayah kecamatan pesisir yang cukup luas 7 Kecamatan pesisir dari 8 Kecamatan
(Fauzi, 2006). Sumber daya wilayah pesisir yang ada yaitu: Muara Bangkahulu,
di daerah ini pada umumnya belum dikelola Sungai Serut, Teluk Segara, Ratu
clan dimanfaatkan secara optimal dan Agung, Ratu Samban, Gading Cempaka
bahkan belum dilakukan inventarisasi secara dan Kampung Melayu. Satu kecamatan
sistematik dan berkelanjutan. Bahkan yang tidak memiliki wilayah pesisir dan
pemanfaatan lahan wilayah pesisir cenderung laut adalah Kecamatan Selebar.
lebih berorientasi ke asas ekonominya dan
kurang mempertimbangkan asas kelestarian B. Pengumpulan Data
dan daya dukung lahan (kesesuaian lahan). Metode penelitian yang digunakan
Menurut Harjadi (2004) agar pemanfaatan terdiri dari pengumpulan data, analisis
lahan dapat optimum perlu dilakukan spasial dan analisis lahan. Pengumpulan
evaluasi kesesuaian lahan. data yang dilakukan meliputi data
vektor berupa peta rupa bumi dan peta
Kesesuaian lahan (land suitability) tematik. Data vektor yang dikumpulkan
merupakan kecocokan (adaptability) suatu dari instansi-instansi terkait (Bako-
lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, surtanal, Departemen Kehutanan dan
melalui penentuan nilai (kelas) lahan serta Bappeda) meliputi peta lereng, peta
pola tata guna lahan yang dihubungkan jenis tanah, peta penggunaan lahan,
dengan potensi wilayahnya, sehingga dapat peta administrasi, peta hutan lindung,
diusahakan penggunaan lahan yang lebih peta ekosistem pesisir, peta pariwisata,
terarah berikut usaha pemeliharaan peta utilitas dan peta, aksesbilitas.
kelestariannya. Pengembangan daerah yang Pengumpulan data primer meliputi data
optimal dan berkelanjutan membutuhkan sosial ekonomi dan data penggunaan
suatu pengelolaan keruangan wilayah pesisir lahan saat ini. Data yang telah
yang matang. Berkaitan dengan hal tersebut, dikumpulkan baik data primer maupun
maks kajian tentang model pengelolaan dan data sekunder sebelum, masuk kedalam
arahan pemanfaatan wilayah pesisir yang tahap analisis akan diolah terlebih
berbasis digital dengan menggunakan SIG dahulu.
merupakan suatu hal yang sangat penting dan
C. Analisis Spasial
perlu dikaji lebih lanjut.
Analisis spasial ini adalah mem-
buat model prosedur analisis keruang-
METODE PENELITIAN an dengan memanfaatkan fasilitas
SIG. Dalam penentuan kriteria dan
A. Wilayah Studi
parameter/variabel tersebut mengacu
Kota Bengkulu secara geografis pada model-model sebelumnya telah
berada, antara 102’°14’42" - 102°22’45" dibuat oleh Purwadhi (2000), Widodo,
Bujur Timur dan 3°43’49" - 4°01’00" dkk (1996), Bakosurtanal (1996),
Lintang Selatan dan terletak antara Kriteria, yang digunakan dalam analisis
3°45"-3°57 dari Garis Equator atau alokasi ruang ini adalah kriteria umum
2048" sebelah Selatan Garis Khatulistiwa, dan parameternya masih bersifat
dengan luas daratan 14.452 ha. Ber- sementara. Analisis spasial mengguna-
dasarkan kriteria wilayah kecamatan kan formula matematis sebagai berikut:
yang memiliki ekosistem pesisir atau

102 Forum Geografi, Vol. 23, No. 2, Desember 2009: 101 - 111
P(x) = f (Abiotik) + f (Biotik) + PP = P(p) + J(c) + B(< 5) + V (k,
f (Sosek) + f(RTRW) pp) + PL(It) + MP(n, d) + J(<
di mana, 500) + S(at, h) + RTRW (P)
P(x) = daerah potensial untuk Keterangan :
pengembangan usaha x. PP = Wilayah potensial untuk
pariwisata pesisir
D. Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis lahan dimaksudkan P = Jenis pantai : berpasir (p)
untuk mengetahui kesesuaian lahan i = Kecerahan perairan : cerah
untuk pengunaan lahan tertentu. B = Kedalaman perairan (0 - 5
Dalam menentukan tingkat ke- meter)
sesuaian lahan ditentukan dengan
V = Vegetasi : kelapa (k), pines
metode pengharkatan dengan
pantai (pp)
mengambil beberapa parameter serta
pembobotan dalam menentukan PL = Penggunaan lahan : Lahan
tingkat kesesuaiannya. Terbuka (It)
Kesesuaian lahan untuk perikan- MP = Mata Pencaharian Penduduk
an tambak yang berhasil dirancang : nelayan (n), pedagang (d)
melalui model matematis berikut:
i = Jarak dari jalan (0 – 500
PT = S(E) + LR(< 3) + R(< 2000) meter)
+ P(< 4000) + PL(r, b) +
S = Sarana : Air tawar (at), Hotel
MP(n) + J(< 2000) + RTR
(h)
W(B)
RTRW = Rencana penggunaan
Keterangan:
lahan untuk : pariwisata (P)
PT = Wilayah potensial untuk
perikanan tambak Kesesuaian lahan kawasan
konservasi yang berhasil dirancang
S = Jenis tanah Entisol (E) melalui model matematis berikut:
LR = Kelerengan datar : (0 - 3%) PK = S(E) + V(p, m) + PL(h) +
R = Jarak dari sungai (0 - 2000 RTRW (K)
meter)
Keterangan :
P = Jarak dari pantai (0 - 4000
meter) PK = Wilayah potensial untuk
kawasan Konservasi
PL = Jenis penggunaan lahan : rawa
(r) atau belukar (b) S = Jenis tanah : (E) Entisol
MP = Mata Pencaharian Penduduk V = Vegetasi : pinus (p), mangrove
nelayan (n) (m)
i = Jarak dari jalan (0 – 2000 meter) PL = Penggunanan Lahan : hutan
(h)
RTRW = Rencana penggunaan
lahan untuk budidaya (B) RTRW = Rencana peng gunaan
lahan untuk : (K)
Kesesuaian lahan pariwisata konservasi
pesisir yang berhasil dirancang melalui
model matematis berikut: Analisis kesesuaian lahan pesisir
Kota Bengkulu untuk berbagai per-

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah ... (Yulian, dkk.) 103


untukan, budidaya perikanan tambak, Keempat, memadankan (mem-
pariwisata bahari (renang dan rekreasi bandingkan) nilai lahan dengan nilai
pantai) dan konservasi wilayah pesisir masing-masing kelas lahan. Kelima,
dilakukan dengan teknik yang sama. penyajian grafis (spasial) hasil analisis
Pertama, penetapan persyaratan berupa peta kesesuian lahan.
(parameter dan kriteria), pembobotan
dan scoring. Untuk masing-masing
peruntukkan, penetapan persyaratan HASIL DAN PEMBAHASAN
tidak sama. Parameter yang menentu-
kan diberikan bobot terbesar sedangkan Kota Bengkulu sebagai ibukota
kriteria, (batas-batas) yang sesuai diberi- Provinsi Bengkulu dari waktu ke waktu
kan skor tertinggi. Parameter, bobot terus mengalami pertumbuhan. Per-
dan skor sistem penilaian masing- tumbuhan tersebut dapat dilihat dengan
masing kesesuaian lahan disajikan terjadinya perubahan penggunaan lahan
dalam bentuk matriks kesesuaian baik dari lahan tidur menjadi kawasan
lahan (lampiran 1). Kedua perhitungan terbangun, maupun perubahan fungsi dari
nilai peruntukkan lain. Penghitungan kawasan permukiman menjadi kawasan
kesesuaian dilakukan dengan mengali- perdagangan. Kota Bengkulu terletak di
kan bobot dengan skor, untuk sesuai Pantai Barat Sumatera yang berhadapan
(skor 3), sesuai bersyarat (skor 2) dan langsung dengan Samudera Hindia.
tidak sesuai (skor 1). Ketiga, pembagi-
an kelas lahan. Berdasarkan perkalian Lahan yang digunakan di Kota
bobot dan skor tersebut pembagian Bengkulu adalah lahan perairan dan
kelas lahan dan nilainya dalam pe- daratan. Berdasarkan RTRW Kota
nelitian ini dibagi dalam tiga kelas yaitu Bengkulu tahun 2002 konsep pengem-
Kelas S1: Sesuai; Kelas S2 : Sesuai bangan pemanfaatan ruang di Kecamatan
Bersyarat dan Kelas N: Tidak Sesuai. Pesisir Kota Bengkulu terdiri atas: kawasan
Klasifikasi tingkat kesesuaian lindung/konser vasi, pariwisata, per-
lahan berdasarkan jumlah perkalian dagangan, industri, pergudangan dan
bobot dan skor, kesesuaian lahan per mukiman. Berdasarkan obser vasi
untuk budidaya, perikanan tambak, lapangan pengembangan pemanfaatan
wisata bahari dan kawasan konservasi ruang di daerah pesisir Kota Bengkulu telah
ditunjukkan dalam Tabel 1. banyak yang beralih fungsi, seperti yang

Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Kesesuaian Lahan Berdasarkan Total Bobot x Skor


Total Skor pada
Tingkat
Budidaya Kawasan
Pariwisata Bahari Kesesuaian Lahan
Perikanan Tambak Konservasi

120 – 180 100 – 150 68 – 102 Sesuai


60 – 120 50 – 100 34 – 68 Sesuai bersyarat
<60 <50 <34 Tidak sesuai

Sumber: Hasil Analisis

104 Forum Geografi, Vol. 23, No. 2, Desember 2009: 101 - 111
terjadi di Kecamatan Kampung Melayu. kriteria dalam penentuan lokasi tambak
Kawasan ini awalnya berupa rawa-rawa, yaitu aspek ekologis, aspek tanah,
tetapi saat ini telah beralih fungsi menjadi aspek biologis dan aspek sosial.
perkebunan kelapa sawit, permukiman dan Keempat aspek tersebut menjadi unsur
perkebunan palawija. pendukung pengembangan usaha
perikanan tambak di pesisir Kota
Penggunaan lahan diwilayah pesisir Bengkulu dan hal tersebut dijadikan
Kota Bengkulu yang dimanfaatkan untuk sebagai dasar penilaian dalam
wisata terdapat di pantai Panjang yang meliputi merancang model kesesuaian lahan.
wilayah administrasi Kecamatan Teluk Segara
dan Kecamatan Ratu Samban. Di daerah ini B. Kesesuaian Lahan Pariwisata
juga berkembang kawasan perhotelan dan Bahari
pusat perbelanjaan Bengkulu Indah Mall. Alokasi spasial untuk kesesuaian
Perkembangan kawasan ini dipacu dengan lahan pariwisata dilakukan melalui
tingginya kunjungan wisatawan domestik yang analisa beberapa faktor yang me-
sering terjadi pada hari-hari libur. Penggunaan mengaruhi kesesimian lahan, faktor-
lahan berupa hutan pantai dan hutan faktor yang dapat dianalisa adalah 1)
konservasi di kawasan ini masih tetap Keterlindungan perairan, faktor ini
dipertahankan. Hutan pinus tersebar sepanjang memperhatikan keberadaan terumbu
pantai panjang ujung (pasir putih) sampai karang sebagai pelindung dan
kelurahan Sumur Meleleh, sedangkan pemecah ombak di perairan wilayah
kawasan konservasi terdapat mulai dari muara pesisir, daerah teluk dan perairan yang
sungai Jenggalu sampai ke alur Pulau Bai. terlindung pulau yang besar ombak
dan arusnya relatif rendah dan tenang.
Penggunaan lahan untuk wisata pada 2) Wilayah konservasi atau Jalur hijau
dua tahun ini berkembang clan ter- pantai, faktor ini memperhatikan
konsentrasi di Pantai Zakat. Wisata yang keberadaan hutan mangrove dan
dikembangkan di daerah ini berupa wisata sumberdaya alam pesisir lainnya yang
bahari berupa kegiatan renang. Perkem- perlu dilestarikan. 3) Masalah
bangan daerah ini terpacu sejak dibangun- pencemaran, 4) Aksesbilitas faktor ini
nya sarana jalan dari Tapak Paderi sampai memperhatikan sarana/prasarana,
ke Terminal Sungai Hitam. Rekreasi renang jaringan jalan dan bentuk pantai.
di pantai ini didukung juga oleh bentuk Berdasarkan faktor-faktor yang harus
pantai yang berupa teluk, sehingga gelombang dianalisis tersebut variabel yang
laut tidak terlalu tinggi. dijadikan dasar dalam merancang
model spasial untuk pengembangan
A. Kesesuaian Lahan Budidaya Per- usaha pariwisata bahari (renang dan
ikanan Tambak rekreasi pantai) di Kota Bengkulu.
Pada prinsipnya lahan yang akan
digunakan untuk budidaya perikanan C. Kesesuaian Lahan Kawasan
tambak harus memenuhi persyaratan Konservasi
fisika, kimia, biologis, teknis, sosial Konservasi wilayah pesisir adalah
ekonomi, higienis dan legal. Guna upaya perlindungan, pelestarian, dan
mendapatkan lahan yang memenuhi pemanfaatan wilayah pesisir dan
persyaratan tersebut, ada 4 aspek pulau-pulau kecil serta ekosistemnya,
utama yang perlu diperhatikan sebagai untuk menjamin keberadaan, keter-

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah ... (Yulian, dkk.) 105


sediaan, dan kesinambungan sumber Hasil analisis spasial untuk
daya pesisir dengan tetap memelihara kesesuaian lahan pariwisata bahari
dan meningkatkan kualitas nilai dan dapat dilihat dalam peta kesesuaian
keanekaragamannya (Permen DKP, lahan Gambar 2. Berdasarkan hasil
2008). analisis kesesuaian lahan diperoleh tiga
K awasan konser vasi adalah kelas kesesuaian lahan di wilayah
bagian wilayah pesisir yang mem- Pesisir Kota Bengkulu. Berdasarkan
punyai ciri khas tertentu sebagai satu hasil teknik overlay didapatkan
kesatuan ekosistem yang dilindungi, kecamatan-kecamatan pesisir yang
dilestarikan dan/atau dimanfaatkan memiliki potensi untuk pemanfaatan
secara berkelanjutan untuk me- lahan sebagai pariwisata bahari.
wujudkan pengelolaan wilayah pesisir. Pertama adalah Kelas Sesuai (S1).
Kelas memiliki nilai kesesuaian lahan
D. Analisis Kesesuaian Lahan yang berkisar antara 67 - 100 %, lahan
Hasil analisis spasial untuk ini tersebar di sebagian kecil
kesesuaian lahan budidaya perikanan Kecamatan Muara Bangkahulu
tambak dapat dilihat dalam peta tepatnya di daerah Muara Sungai Air
kesesuaian lahan Gambar 1. Berdasar- Hitam, Kecamatan Teluk Segara,
kan hasil analisis kesesuaian lahan Kecamatan Ratu Agung dan
diperoleh tiga kelas kesesuaian lahan Kecamatan Ratu Samban. Lokasi
di wilayah Pesisir Kota Bengkulu. Dari Pariwisata di kawasan Pantai Panjang
hasil teknik overlay didapatkan memang sangat cocok dijadikan
kecamatan-kecamatan pesisir yang sebagai tempat rekreasi pantai tetapi
memiliki potensi untuk pemanfaatan tidak cocok untuk dijadikan sebagai
lahan budidaya perikanan tambak. wisata renang, hal ini dikarenakan
Pertama adalah Kelas Sesuai (S1). kontur kedalaman pantai panjang
Kelas memiliki nilai kesesuaian lahan berkisar antara 5 – 10 meter dengan
yang berkisar antara 67 - 100 %, lahan ombak yang sangat tinggi. Lokasi yang
ini tersebar di kecamatan Muara cocok dijadikan sebagai wisata renang
Bangkahulu (Kelurahan Rawa adalah di lokasi pantai Zakat, secara
Makmur) dekat dengan sungai Air fisik daerah ini merupakan daerah
Bengkulu, Kampung Melayu tepatnya teluk, dengan kontur kedalaman pantai
di sekitar kelurahan Padang Serai dekat antara 0- 5 meter.
dengan sungai Air Limau dan di Kedua adalah kelas Sesuai
Kecamatan Ratu Samban (Kelurahan Bersyarat (S2). Lahan ini memiliki nilai
Lempuing) dekat dengan sungai Air kesesuaian antara 33 – 66 % terdapat
Jenggalu. Kedua adalah kelas Sesuai di sebagaian besar kecamatan Gading
Bersyarat (S2). Lahan ini memiliki nilai Cempaka dan Selebar. Berdasarkan
kesesuaian antara 33 – 66 % terdapat hasil analisis daerah ini tidak bisa di
di sebagaian besar Kecamatan Muara kategorikan lagi sebagai wisata bahari,
Bangkahulu, Teluk Segara dan karena kedua kecamatan bukan
Kecamatan Ratu Agung. Ketiga adalah dikategorikan sebagai kecamatan
Kelas Tidak Sesuai (N). Kelas ini pesisir. Ketiga adalah Kelas Tidak
terdapat di kecamatan Sebagian besar Sesuai (N). Kelas ini terdapat di
Kecamatan Kampung Melayu, Selebar kecamatan Sebagian besar Kecamatan
dan Gading Cempaka. Kampung Melayu, hal ini dikarenakan

106 Forum Geografi, Vol. 23, No. 2, Desember 2009: 101 - 111
102° 14’ 42” 102° 22’ 45”

3° 43’ 49”
3° 43’ 49”
Kota Bengkulu Utara

SA
MU
Keterangan :

DE
RA
HI
Sesuai

ND
IA
Sesuai Bersarat
4° 01’ 00”

Tidak Sesuai

4° 01’ 00”
Daerah Penelitian

102° 14’ 42” 102° 22’ 45”

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 1. Peta Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Perikanan Tambak

102° 14’ 42” 102° 22’ 45”


3° 43’ 49”

3° 43’ 49”
Kota Bengkulu Utara
SA

Keterangan :
MU
DE
RA

Sesuai
HI
ND

Sesuai Bersarat
IA
4° 01’ 00”

Tidak Sesuai
4° 01’ 00”

Daerah Penelitian

102° 14’ 42” 102° 22’ 45”

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 2. Peta Kesesuaian Lahan untuk Pariwisata Bahari

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah ... (Yulian, dkk.) 107


kecamatan ini belum memiliki merupakan daerah yang cocok untuk
aksesbilitas dan sarana pariwisata kawasan konservasi khususnya pada
bahari, hal ini juga didukung dengan sempadan sungai Air Jenggalu sampai
RTRW Kota Bengkulu, bahwa ke Alur Pelabuhan Pulau Bai. Hasil
keeamatan ini akan dijadikan sebagai survey lapangan menunjukkan
kawasan industri. vegetasi di kawasan ini masih sangat
Hasil analisis spasial untuk lebat yang didominasi oleh pinus dan
kesesuaian lahan kawasan konservasi sebagian kecil mangrove. Tingkat
dapat dilihat dalam peta kesesuaian kesesuaian lahan ini juga didukung
lahan Gambar 3. oleh kebijakan pemerintah Kota
Berdasarkan hasil analisis Bengkulu dalam RTRW untuk
kesesuaian lahan diperoleh tiga kelas menjadikan lokasi ini sebagai kawasan
kesesuaian lahan di wilayah Pesisir lindung. Kedua adalah kelas Sesuai
Kota Bengkulu. Pertama. adalah Kelas Bersyarat (S2). Lahan ini memiliki nilai
Sesuai (S1). Kelas memiliki nilai kesesuaian antara 33 – 66 % terdapat
kesesuaian lahan yang berkisar antara di sebagian besar pesisir yang terdapat
67 - 100 %, lahan ini tersebar di di Kecamatan Teluk Segara, Ratu
sebagian besar pesisir Kecamatan Agung dan Ratu Samban. Ketiga
Kampung Melayu. Kecamatan ini adalah Kelas Tidak Sesuai (N). Kelas

102° 14’ 42” 102° 22’ 45”


3° 43’ 49”

3° 43’ 49”
Kota Bengkulu Utara
SA
M
UD
RA
HI
ND
IA

SA
MU

Keterangan :
DE
RA

Sesuai
HI
ND

Sesuai Bersarat
IA
4° 01’ 00”

Tidak Sesuai
4° 01’ 00”

Daerah Penelitian

102° 14’ 42” 102° 22’ 45”

Sumber: Hasil Analisis


Gambar 3. Peta Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Konservasi

108 Forum Geografi, Vol. 23, No. 2, Desember 2009: 101 - 111
ini terdapat di kecamatan sebagian (Kelurahan Padang Serai). Kesesuaian
besar Kecamatan Muara Bangkahulu, lahan untuk pariwisata pesisir (renang dan
Selebar, dan Gading Cempaka. rekreasi pantai) terdapat di Kecamatan
Teluk Segara dan Kecamatan Ratu
Samban yaitu di kawasan wisata pantai
KESIMPULAN Zakat, dan kawasan wisata alam Pantai
1. Analisis spasial kesesuaian lahan yang Panjang. Kesesuaian lahan untuk kawasan
berhasil dirancang dalam penelitian ini konservasi terdapat di Kecamatan
terdiri dari alokasi spasial kesesuaian Kampung Melayu yaitu di Kelurahan
lahan untuk budidaya perikanan Kandang (Sempadan Sungai Air Jenggalu)
tambak, pariwisata bahari (renang dan dan Alur Pulau Bai.
rekreasi pantai) dan kawasan konser-
vasi di wilayah pesisir Kota Bengkulu,
yang selanjutnya di presentasikan UCAPAN TERIMA KASIH
dalam bentuk matriks kesesuaian
lahan dan peta kesesuaian lahan. Ucapan terimakasih disampaikan
kepada Dirjen Dikti melalui Direktorat
2. Kesesuaian lahan di wilayah pesisir Kota Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Bengkulu untuk budidaya perikanan (DP2M) yang telah mendanai penelitian
tambak terdapat pada Kecamatan Muara melalui penelitian Hibah Bersaing tahun
Bangkahulu (Kelurahan Rawa Makmur) 2009.
dan Kecamatan Kampung Melayu

DAFTAR PUSTAKA

————. 2008, Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Per.17/Men/2008 Tentang Kawasan Konservasi Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau
Keeil. Jakarta

Bakosurtanal. 2001. Laporan Akhir, Penyusunan Basisdata Tematik Sumberdaya Alam. Kedasama
Proyek MV-SNMI, - Bakosurtanal. Bogor.

Bappeda Kota Bengkulu. 2004. Renstra Wilayah Pesisir dan Laut Kota Bengkulu. Bengkulu

Bhardwaj. 2007. Application of GIS technology for Coastal Zone Management: a hydrografer
perspective, diambil dari www.gisdevelopment.net/application tanggal 3 maret 2007

Danoedoro. P.. 1996. Pengolahan Citra Digital. Teori dan Aplikasinya dalam Bidang Penginderaan
Jauh. Fakultas Geografi. UGM. Yogyakarta

Fauzi, Yulian. 2006. Perancangan Sistem Basis data Spasial Wilayah Pesisir Kota Bengkulu
Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Laporan Penelitian Dana DIPA Universitas,
Bengkulu tahun 2006. Bengkulu. (tidak dipublikasikan)

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah ... (Yulian, dkk.) 109


Fauzi, Y., Susilo. B., dan Mayasari. Z.M., 2008, Model Pengelolaan Wilayah Pesisir Kota Bengkulu
Menggunakan SIG. Makalah seminar nasional Semirata Bidang MIPA tahun 2008,
Unsyiah. Banda Aceh.

Harjadi, B.. 2004. Karakteristik Sumberdaya Lahan Sebagai Dasar Pengelolaan DAS di
Sub DAS Merawu, DAS Serayu. Forum Geografi. Vol. 18(2) Desember 2004: 98.

Islam. R.M.. 2006. Managing Diverse Land Uses in Coastal Bangladesh: Institutional Approachs.
Diambil dari ,www.iwni.cgiar.org/publication.pdf tanggal 5 November 2009

Li, Rongxing. CW, Ramcharan. E, Kjerfve. B, and Willis, D. 1998, A Coastal GIS for
Shoreline Monitoring and Management – Case Study in Malaysia, Surveying and land
Information System, Vol. 58 (3): 157-166.

Purwadhi. 2000. Konsep Dasar Inderaja dan SIG untuk Studi Kesesuaian Lahan, Model Pelatihan
Penginderaan Jauh dan SIG, LAPAN, Jakarta

Tahir, A, Bengen. D, and Susilo. S.B. 2002. Analisis Kesesuaian Lahan Dan Kebijakan
Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir Teluk Balikpapan, Jurnal Pesisir & Lautan. Vol.
4 (3): 1-16.

110 Forum Geografi, Vol. 23, No. 2, Desember 2009: 101 - 111
LAMPIRAN 1

Tabel 2. Matriks Kesesuaian Lahan Budidaya Perikanan Tambak

Sumber: Purwadhi (2000), Widodo (1997) dengan modifikasi

Tabel 3. Matriks Kesesuaian Lahan Pariwisata Bahari (Renang dan Rekreasi Pantai)

Sumber: Bakosurtanal (1996) dengan modifikasi

Tabel 4. Matriks Kesesuaian Lahan Kawasan Konservasi

Sumber: Puspic (1999) dengan modifikasi

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah ... (Yulian, dkk.) 111

Anda mungkin juga menyukai