Anda di halaman 1dari 18

KRITERIA ORANG YANG MATANG BERAGAMA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Psikologi Agama


Dosen Pembimbing: Atika Zuhratus Sufiyana S.Pd.I,. M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Sinta Nur Zakiyah (21801011052)


2. Mukhammad Nu’man (21801011101)
3. Zakky Estu Pambudi (21801011149)
4. Dian Eka Utari (21801011160)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang
telah mensyariatkan hukum islam kepada para umat manusia. Shalawat serta salam,
semoga tetap tercurahkan kepada Uswatun Hasanah baginda Muhammad SAW. Yang
merupakan sebagai pembawa syariat islam, untuk diimani, dipelajari, dipahami, dan
dihayati, serta diamalkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari sebagai hamba
Allah SWT.
Berkat rahmat, hidayah, serta inayah Allah Swt. Yang telah memberikan
anugerah, kesempatan dan pemikiran kepada kami, sehingga dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah dengan Mata Kuliah Psikologi Agama.
Tentang :”kriteria orang yang matang beragama”.
Dalam hal ini, kami menyadari ketidak sempurnaan Makalah ini, baik dalam
bentuk empiris maupun teoritisinya, oleh sebab itu, saya mengharapkan ada kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikkan makalah ini. Selanjutnya, kami terima dengan
senang hati. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dalam upaya
pembangunan ilmu pendidikan dan menumbuhkan karakteristik khususnya bagi
generasi muda, agar kelak menjadi generasi yang beriman, bertakwa berilmu, dan
berkarakter yang baik, dan memberikan manfaat bagi agama, masyarakat, bangsa dan
Negara. Aamiin......

Penyusun

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang............................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1.3. Tujuan Masalah..........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
2.1. Kriteria Orang yang Matang dalam Beragama........................................................6
2.2. Kematangan Jiwa Beragama Sebuah Proses............................................................6
2.3. Ciri dan Sikap Keberagamaan...................................................................................7
2.4. Kematangan Beragama Menurut Islam..................................................................12
BAB III.................................................................................................................................17
PENUTUP............................................................................................................................17
3.1. Kesimpulan................................................................................................................17
3.2. Saran..........................................................................................................................17
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemampuan seseorang  untuk mengenali atau memahami nilai agama yang
terletak pada nilai-nilai luhurnya serta menjadikan nilai-nilai dalam bersikap dan
bertingkah laku merupakan ciri dari kematangan beragama. Kematangan beragama
terlihat dari kemampuan seseorang untuk memahami, menghayati serta
mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia mengalami dua macam  perkembangan, yaitu perkembangan jasmani
dan rohani. Puncak perkembangan jasmani diukur berdasarkan umur kronologis,
perkembangan  jasmani yang dicapai manusia disebut kedewasaan. Sebaliknya,
perkembangan  rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan (abilitas). Pencapaian
tingkat abilitas tertentu bagi perkembangan rohani disebut istilah kematangan
(maturity).
Sebaliknya, dalam kehidupan tidak jarang dijumpai mereka yang taat beragama
itu dilatarbelakangi oleh berbagai pengalaman agama serta tipe kepribadian masing-
masing. Kondisi seperti ini menurut temuan psikologi agama mempengaruhi sikap
keagamaan seseorang. Dengan demikian, pengaruh tersebut secara umum memberi
ciri-ciri tersendiri dalam sikap keberagamaan masing-masing.
Dengan bahasa yang sederhana dapat diungkapkan bahwa apabila individu
apabila individu matang dalam beragamanya, maka individu tersebut akan konsisiten
dalam ajaran agamanya. Konsisten ini akan membawa individu untuk berperilaku
sesuai dengan ajaran agamanya. Lebih jauh lagi, melalui kematangan dalam
kehidupan beragama individu akan mampu mengintegrasikan atau menyatukan ajaran
agama dalam seluruh aspek kehidupan.
Untuk menambah wawasan kita pada mata kuliah psikologi agama maka dalam
makalah ini penulis membahas tentang kriteria orang yang matang beragama.

4
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Kriteria Orang yang Matang dalam Beragama?
2. Apa yang dimaksud Kematangan Jiwa Beragama Sebuah Proses?
3. Apa yang dimaksud Ciri dan Sikap Keberagamaan?
4. Apa yang dimaksud Kematangan Beragama Menurut Islam?

1.3. Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui Kriteria Orang yang Matang dalam Beragama.
2. Untuk mengetahui Kematangan Jiwa Beragama Sebuah Proses.
3. Untuk mengetahui Ciri dan Sikap Keberagamaan.
4. Untuk mengetahui Kematangan Beragama Menurut Islam.

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Kriteria Orang yang Matang dalam Beragama
Kematangan beragama adalah kemampuan seseorang untuk mengenali atau
memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta menjadikan nilai-
nilai dalam berikap dan bertingkah laku merupakan ciri dari kematangan bergama.
Jadi, kematangan beragama terlihat dari kemampuan seseorang untuk memahami
nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kematangan beragama atau kedewasaan seseorang dalam bergama biasanya
ditunjukkan dengan kesadaran keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan
agama yang dianutnya dan ia memerlukan agama tersebut dalam hidupnya.
Manusia mengalami dua macam perkembangan yaitu perkembangan jasmani
dan perkembangan rohani. perkembangan jasmani diukur berdasarkan umur
kronologis. puncak perkembangan jasmani yang dicapai manusia disebut
kedewasaan. sebaliknya, perkembangan rohani diukur berdasarkan tingkat
kemampuan (abilitasi). Pencapaian tingkat abilitasi tertentu bagi perkembangan
rohani biasa disebut dengan istilah kematangan (maturity). Berdasarkan ilmu
psikologi agama, latar belakang psikologis baik diperoleh berdasarkan faktor intern
maupun hasil pengaruh lingkungan memberi ciri pada pola tingkah laku dan sikap
seorang dalam bertindak.
2.2. Kematangan Jiwa Beragama Sebuah Proses
Penggambaran tentang kematangan jiwa beragama tidak terlepas dari kriteria
kematangan kepribadian. Kesadaran beragama yang mantap hanya terdapat pada
orang yang memiliki kepribadian yang matang. Akan tetapi kepribadian yang matang
belum tentu disertai kesadaran beragama yang mantap.
Pendapat beberapa aliran psikologi tentang kriteria orang yang matang
beragama, yaitu :
a) Aliran Psikoanalisis
Psikoanalisis telah membangkitkan cara baru dalam melihat dan membahas gejala
lama, yaitu hubungan psikologi dan agama serta memperluas dasar untuk memahami

6
pengalaman keagamaan. Sumbangan penting psikoanalisis bagi psikologi agama
adalah bahwa faktor yang ada di luar bidang kesadaran mempengaruhi pembentukan
dan kelanjutan hidup keagamaan.
Secara singkat bisa disimpulkan bahwa kriteria orang yang matang beragama
menurut aliran psikoanalisis adalah :
1) Mereka mampu memahami bahwa ada Tuhan yang menciptakan kita.
2) Mampu mengendalikan diri baik dalam hal nafsu agresi dan ketakutan.
b) Aliran Behavioristik
Aliran ini tidak memberi perhatian banyak terhadap agama, karena ia menilai
bahwa kita tidak perlu berusaha menemukan apa yang sesungguhnya diri kita, jiwa,
perasaan, dan siapa pula yang menciptakannya. Dan yang terpenting adalah diri kita
bisa berubah sesuai dengan usaha kita untuk menciptakan segala perubahan. Oleh
karena itu aliran ini kurang begitu menyoroti apa itu agama dan seperti apa orang
yang matang beragama.
c) Aliran Humanistik
Karena aliran ini lebih menekankan pada perorangan, individual dengan
mengorbankan kekuatan sosial yang ada, maka agama menurut aliran ini adalah
urusan pribadi dengan Tuhan. Orang yang sudah matang agamanya menurut aliran ini
adalah orang yang mampu menyadap sumber kekuatan pribadi, mampu mengatur
perilaku sendiri dan memilih menurut pegangan yang dipilih.
2.3. Ciri dan Sikap Keberagamaan
Berdasarkan temuan psikologi agama, latar belakang psikologis, baik  dipengaruhi
beberdasarkan faktor intern maupun hasil pengaruh lingkungan bemberi ciri pada
pola tingkah lakudan sikap seseorang dalam bertindak. Pola seperti itu memberi
bekas pada sikap seseorang terhadap agama. William James melihat adanya
hubungan antara tingkah laku keagamaan seseorang dengan pengalaman keagamaan
yang dimilikinya.
Dalam bukunya The Varieties Of Religious Experience, William James menilai
secara garis besar sikap dan prilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan menjadi dua

7
tipe, yaitu tipe orang yang sakit jiwa dan tipe orang yang sehat jiwa. Kedua tipe ini
menunjukkan perilaku dan sikap keagamaan berbeda.
a. Tipe Orang yang Sakit Jiwa (The Sick Soul)
Menurut William James, sikap keberagamaan orang yang sakit jiwa ini ditemui
pada mereka yang pernah mengalami latar belakang kehidupan keagamaan yang
terganggu. Maksudnya orang tersebut meyakini suatu agama dan melaksanakan
ajaran agama tidak didasarkan atas kematangan beragama yang berkembang secara
bertahap sejak usia kanak-kanak hingga menginjak usia dewasa seperti lazimnya
yang terjadi pada perkembangan secara normal. Mereka meyakini suatu agama
dikarenakan oleh adanya penderitaan batin antara lain mungkin diakibatkan oleh
musibah, konflik batin ataupun sebab lainnya yang sulit diungkapkan secara ilmiah.
Latar belakang itulah yang kemudian menyebabkan perubahan sikap yang
mendadak terhadap keyakinan agama. Mereka beragama akibat dari suatu
penderitaan yang mereka alami sebelumnya.
William Starbuck, berpendapat bahwa penderitaan yang dialami disebabkan oleh
dua faktor utama yaitu yang pertama dilatar belakangi oleh faktor intern (dari dalam
diri), sedangkan yang kedua adalah karena faktor ekstern ( burupa penderitaan).
1) Faktor interen yang Diperkirakan menjadi penyebab dari timbulnya sikap
keberagamaan yang tidak lazim ini adalah:
a. Temperamen
Temperamen merupakan salah satu unsur dalam membentuk kepribadian
manusia sehingga dapat tercermin dari kehidupan kejiwaan seseorang. Tingkah
laku yang didasarkan kondisi temperamen memegang peranan penting dalam
sikap keagamaan seseorang.
b. Gangguan Jiwa
Orang mengidap gangguan jiwa menunjukan kelainan dalam sikap dan
tingkah lakunya. Tindak-tanduk keagamaan dan pengalaman keagamaan yang
ditampilkanya tergantung dari gejala gangguan jiwa yang mereka idap.
c. Konflik dan Keraguan

8
Konflik kejiwaan yang terjadi pada diri seseorang mengenai keagamaan
mempengaruhi sikap keagamaanya. Mungkin berdasarkan kesimpulannya ia
akan memilih salah satu agama yang diyakininya ataupun meninggalkannya
sama sekali. Keyakinan agama yang dianut berdasarkan pemilihan yang matang
sesudah terjadinya konflik kejiwaan akan lebih dihargai dan dimuliakan. Konflik
dan keraguan ini dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap agama.
d. Jauh dari Tuhan
Orang yang dalam kehidupannya jauh dari ajaran agama, lazimnya akan
merasa dirinya lemah dan kehilangan pegangan saat menghadapi cobaan. Ia
seakan merasa tersisih dari curahan rahmat Tuhan. Perasaan ini mendorongnya
untuk lebih mendekatkan diri kepada tuhan serta berupaya mengabdikan diri
secara sungguh-sungguh. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam sikap
keagamaan pada dirinya.
2) Faktor ekstern yang diperkirakan turut mempengaruhi sikap  keagamaan secara
mendadak adalah :
1. Musibah
Terkadang musibah yang serius dapat mengguncangkan   kejiwaan seseorang.
Keguncangan jiwa ini sering pula menimbulkan kesadaran pada diri manusia
berbagai macam tafsiran. Bagi mereka yang semasa sehatnya kurang memiliki
pengalaman dan kesadaran agama yang cukup, umumnya menafsirkan musibah
sebagai peringatan Tuhan kepada dirinya.Tafsiran seperti itu tak jarang memberi
wawasan baru baginya untuk kembali hidup ke jalan agama, sehingga makin
berat musibah yang dialaminya maka akan semakin tinggi ketaatannya kepada
agama. Bahkan mungkin pula mereka yang mengalami peristiwa semacam itu
akan menjadi penganut agama yang fanatik.
Kasus serupa juga dapat terjadi pada mereka yang terkena musibah lainya dan
menilai penderitaan itu sebagai bentuk kutukan atau kualat, baik terhadap orang
tua maupun tokoh-tokoh keagamaan. Mungkin saja musibah itu kebetulan
menimpa mereka, setelah sebelumnya terjadi pelanggaran terhadap larangan atau
nasihat yang ada hubunganya dengan ajaran agama. Akibat musibah seperti itu

9
tak jarang pula menimbulkan perasaan menyesal yang mendalam dan mendorong
mereka untuk mematuhi ajaran agama secara sungguh-sungguh.
2. Kejahatan
Mereka yang menekuni kehidupan di lingkungan dunia hitam, baik sebagai
pelaku maupun sebagai pendukung kejahatan, umumnya akan mengalami
keguncangan batin dan rasa berdosa. Perasaan itu mereka tutupi dengan
perbuatan yang bersifat kompensasif, seperti melupakan sejenak dengan
menenggak minuman keras, judi maupun berfoya-foya. Namun upaya untuk
menghilangkan keguncangan batin tersebur sering tidak berhasil. Karena itu jiwa
mereka menjadi labil dan terkadang dilampiaskan dengan tindakan yang brutal,
pemarah, mudah tersinggung dan berbagai tindakan negatif lainya.
Perasaan seperti itu biasanya menghantui terus menerus diri sendiri hingga
menyebabkan hidup mereka tidak pernah mengalami ketenangan dan
ketentraman. Sesekali mungkin saja timbul perasaan kemanusiaannya yang fitri
seperti kasih sayang, menyesal, dan merasa berdosasebagai akibat karena
kehilangan harga diri serta dikucilkan masyarakat. Perasaan-perasaan tersebut
biasanya mendorong mereka untuk mencari penyaluran yang menurut
penilaianya dapat memberi ketentraman batin. Lazimnya, mereka ini akan
kembali kepada agama. Kesadaran ini sering mendorong orang untuk bertobat.
Sebagai penebus terhadap dosa-dosa yang telah diperbuatnya, tak jarang orang-
orang seperti ini kemudian menjadi penganut agama yang taat dan fanatik.
Adapun ciri-ciri tindak keagamaan mereka yang mengalami kelainan
kejiwaan itu umumnya cenderung menampilkan sikap sebagai berikut:
a. Pesimis
Dalam mengamalkan ajaran agama mereka cenderung bersikap pasrah diri
kepada nasib yang telah mereka terima. Penderitaan yang mereka alami
menyebabkan peningkatan ketaatannya.
b. Intovert

10
Sifat pesimis membawa mereka untuk bersikap objektif. Segala marabahaya
dan penderitaan selalu dihubungkannya dengan kesalahan diri dan dosa yang
telah diperbuat.
c. Menyenangi paham yang ortodoks
Sebagai pengaruh sifat pesimis dan introvert kehidupan jiwanya menjadi
pasif. Hal ini lebih mendorong mereka untuk menyenangi paham keagamaan
yang lebih konservatif dan ortodoks.
d. Mengalami proses keagamaan secara non-graduasi
Proses timbulnya keyakinan terhadap ajaran agama umumnya tidak
berlangsung melalui prosedur yang biasa. Tindak keagamaan yang mereka
lakukan didapat dari proses pendadakan dan perubahan secara tiba-tiba.
b. Tipe Orang Yang Sehat Jiwa (Healthy Minded Ness)
Ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut W. Starbuck yang
dikemukakan oleh W. Houston Clark dalam bukunya Religion psychology adalah :
1. Optimis dan Gembira
Orang yang sehat jiwa menghayati segala bentuk ajaran agama dengan perasaan
optimis. Pahala menurut pandanganya adalah sebagai hasil jerih payahnya yang
diberikan Tuhan. Sebaliknya, segala bentuk musibah dan penderitaan dianggap
sebagai keteledoran dan kesalahan yang dibuatnya dan tidak beranggapan sebagai
peringatan Tuhan terhadap dosa manusia.
2. Ekstrovet dan tak mendalam
Sikap optimis dan terbuka yang dimiliki orang yang sehat jiwa ini
menyebabkan mereka mudah melupakan kesan-kesan buruk dan luka hati yang
tergores sebagai ekses religiusitas tindakanya. Mereka selalu berpandangan keluar
dan membawa suasana hatinya lepas dari kungkungan ajaran keagamaan yang
terlampau rumit. Mereka senang kepada kemudahan dalam melaksanakan ajaran
agama. Sebagai akibatnya mereka kurang senang mendalami ajaran agama. Dosa
mereka anggap sebagai akibat perbuatan mereka yang keliru.
3. Menyenangi Ajaran Ketauhitan yang Liberal
Sebagai pengaruh kepribadian yang ekstrovet maka mereka cenderung:

11
a) menyenangi teologi yang luwes dan tidak kaku.
b) menunjukan tingkah laku keagamaan yang lebih bebas.
c) menekankan ajaran cinta kasih daripada kemurkaan dan dosa.
d) mempelopori pembelaan terhadap kepentingan agama secara sosial.
e) Tidak menyenangi implikasi penebusan dosa dan kehidupan kebiaraan.
f)  Bersifat liberal dalam menafsirkan pengertian ajaran agama.
g) Selalu berpandangan positif.
h) Berkembang secara graduasi.
2.4. Kematangan Beragama Menurut Islam
Di dalam ajaran Islam terdapat berbagai sumber hukum yang bisa dijadikan
sebuah literature untuk menentukan hukum, baik itu Al-qur’an, hadits maupun
ijtihad. Begitu pula hal yang berkaitan dengan psikologi apalagi yang erat kaitannya
dengan kriteria orang yang matang agamanya, pastilah dalam Al-qur’an dijelaskan
dengan detail. Di dalam Al-qur’an terdapat beberapa kriteria orang yang bisa
dikategorikan matang agamanya, antara lain :
a. Orang Tersebut Sangat Cinta Kepada Allah
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya
orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”  (Q.S al-Baqarah: 165)
Yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah
selain Allah.
b. Beriman Kepada Semua Nabi
“Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang
diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq,
Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa
yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan

12
seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Q.S al-
Baqarah: 136)
c. Mereka Senantiasa Mengabdi dan Beribadah Kepada-Nya.
“Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang
bertakwa.” (Q.S al-Baqarah: 194)
d. Mereka Juga Orang Yang Selalu Setia Pada Janji
 “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-
orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” (Q.S
al-Baqarah: 177)
e. Selalu bantu membantu dalam kebajikan dan bukan dalam hal kejahatan
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah
kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (Q.S al-Maidah: 2)
f. Bersikap adil walaupun harus merugikan dirinya dan golongan.
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa
dan kaum kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala
apa yang kamu kerjakan.” (Q.S an-Nisa 135)
g. Bersikap jujur sekalipun pada lawan

13
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu
orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan
keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka
bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya.”(Q.S al-Maidah: 2)
h. Hidup secara wajar
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani
dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman
kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari
Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.” (Q.S al-Baqarah: 62)
i. Selalu menafkahkan sebagian harta dan memaafkan orang lain
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, 
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S Ali-Imran: 133-
134)
j. Hidupnya dikorbankan demi mencari ridha Allah SWT
 “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena
mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-
Nya.”(Q.S al-Baqarah: 207)
 Kriteria Kematangan Beragama Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
a. Kematangan Beragama Berdasarkan Al-Qur’an

14
Kematangan Beragama telah digambarkan dalam surat Al- Mu’minun Ayat
1-10 dan surah Al-Furqon ayat 63-67 sebagai Berikut:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang
yang khusyu' dalam sembahyangnya, Dan orang-orang yang menjauhkan diri
dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, Dan orang-orang yang
menunaikan zakat, Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, Kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki Maka
Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada terceIa Barangsiapa mencari yang di
balik itu Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-
orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan
orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka Itulah orang-orang
yang akan mewarisi (Al-Mu’minun : 1-10).
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung)
keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri
untuk Tuhan mereka Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan
azab Jahannam dari kami, Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang
kekal". Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat
kediaman. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-
tengah antara yang demikian. (Al-Furqon : 63-67)
Kriteria yang diberikan Oleh Al-Qur’an bagi mereka yang dikategorikan
orang yang matang bergama islam cukup bervariasi. Seperti pada sepuluh ayat
pertama pada surat al-mu’minun dan bagian akhir dari surat al-furkon. Adalah
mereka yang khusyu’ shalatnya, menjauhkan diri dari hal-hal yang tak berguna,
menunaikan zakat menjaga kemaluannya kecuali kepada istri-istri yang sah, jauh
dari perbuatan melampaui batas. Memelihara amanat dan janji yang dipikulnya,
memlihara shalatnya, merendahkan diri dan berrtawadhu. Menghidupkan malam-

15
malamnya dengan bersujud, selalu takut dan meminta ampun agar jauh dari
jahanam, membelajankan hartanya secara tidak berlebihan dan tidak pula kikir.
b. Kematangan Beragama Berdasarkan Hadits
Rasulullah SAW memberikan batas minimal bagi seorang yg disebut muslim
yaitu disebut muslim itu apabila muslim-muslim lain merasa aman dari lidah dan
tangannya . Sementara ciri-ciri lain disebutkan cukup banyak bagi orang yg
meningkatkan kualitas keimanannya. Sehingga tidak jarang Nabi SAW
menganjurkan dengan cara peringatan seperti “Barangsiapa beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya hendaknya dia mencintai saudaranya sebagaimana dia
mencintai dirinya sendiri”. “Tidak beriman seseorang sampai tetangganya
merasa aman dari gangguannya”. “Tidak beriman seseorang kepada Allah
sehingga dia lbh mencintai Allah dan Rasul-Nya dari pada kecintaan lainnya..” .
Dengan demikian petunjuk-petunjuk itu mengarahkan kepada seseorang yang
beragama Islam agar dia menjaga lidah dan tangannya sehingga tidak
mengganggu orang lain demikian juga dia menghormati tetangganya saudara
sesama muslim dan sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Ringkas kata dia berpedoman kepada petunjuk Al-Qur’an dan mengikuti
contoh praktek Rasulullah SAW sehingga dia betul-betul menjaga hubungan
“hablum minallah” dan “hablum minannaas” .
Peringatan shahabat Ali r.a. bahwa klimaks orang ciri keagamaannya matang
adalah apabila orang tersebut bertaqwa kepada Allah SWT. Dan inti taqwa itu
ada empat menurut Ali r.a.
 Mengamalkan isi Al-Qur’an
 Mempunyai rasa takut kepada Allah sehingga berbuat sesuai dengan
perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya
 Merasa puas dengan pemberian atau karunia Allah SWT meskipun
terasa sedikit
 Persiapan untuk menjelang kematian dengan meningkatkan kualitas
keimanan dan amal shaleh.

16
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kematangan beragama adalah kemampuan seseorang untuk mengenali
atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta
menjadikan nilai-nilai dalam berikap dan bertingkah laku merupakan ciri dari
kematangan bergama.Penggambaran tentang kematangan jiwa beragama tidak
terlepas dari kriteria kematangan kepribadian. Kesadaran beragama yang mantap
hanya terdapat pada orang yang memiliki kepribadian yang matang. Akan tetapi
kepribadian yang matang belum tentu disertai kesadaran beragama yang mantap.
Berdasarkan temuan psikologi agama, latar belakang psikologis, baik
dipengaruhi beberdasarkan faktor intern maupun hasil pengaruh lingkungan
bemberi ciri pada pola tingkah lakudan sikap seseorang dalam bertindak. Pola
seperti itu memberi bekas pada sikap seseorang terhadap agama.
Di dalam ajaran Islam terdapat berbagai sumber hukum yang bisa
dijadikan sebuah literature untuk menentukan hukum, baik itu Al-qur’an, hadits
maupun ijtihad. Begitu pula hal yang berkaitan dengan psikologi apalagi yang
erat kaitannya dengan kriteria orang yang matang agamanya, pastilah dalam Al-
qur’an dijelaskan dengan detail.
3.2. Saran

17
Alhamdulilah, dengan segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena berkat kemurahan-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Kami telah berupaya semaksimal mungkin dengan segala kemampuan namun
kami yakin hasilnya masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
kami harapkan.
Akhirnya kami berdoa semoga makalah ini dapat membawa manfaat dan
Allah SWT selalu menunjukkan kita jalan yang lurus, amin ya robbal alamin.

DAFTAR RUJUKAN
Baharuddin, Dr. H. M. Pd. I dan Mulyono, M.A. 2008. Psikologi Agama
dalam
Jalaludin. Prof. Dr. H. 2009. Psikologi Agama Edisi Revisi 2009. Jakarta : PT.
Raja
 Grafindo Persada.
Jalaludin. Prof. Dr. H. 2010. Psikologi Agama. Jakarta : Rajawali pers.

18

Anda mungkin juga menyukai