OLEH :
HAMSINAH : 14054
HASMIA : 14055
ARDIANSYAH : 14049
FIRMAN S. : 14052
MAKASSAR”
A. PENGERTIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF
Menurut Herodes (2010), teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi
otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti. Berdasarkan
keyakinan bahwa tubuh manusia berespons pada kecemasan dan kejadian yang
merangsang pikiran dengan ketegangan otot (Davis, 1995 ).
Teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot
dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Herodes, 2010).
Teknik relaksasi otot progresif merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada
klien dengan menegangkan otot-oto tertentu dan kemudian relaksasi. Relaksasi
progresif adalah salah satu cara dari teknik relaksasi mengombinasikan latihan napas
dalam dan serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot tertentu. (Kustanti dan Widodo,
2008).
Penggunaan relaksasi dalam bidang klinis telah dimulai semenjak awal abad 20
ketika Edmund Jacobson melakukan penelitian dan dilaporkan dalam sebuah buku
Progressive Relaxation yang diterbitkan oleh Chicago University Press pada tahun
1938. Jacobson menjelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan seseorang pada saat
tegang dan rileks. Pada saat tubuh dan pikiran rileks, secara otomatis ketegangan yang
seringkali membuat otot-otot mengencang akan diabaikan.
Progressive muscle relaxation adalah terapi relaksasi dengan gerakan
mengencangkan dan melemaskan otot–otot pada satu bagian tubuh pada satu waktu
untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik. Gerakan mengencangkan dan
melemaskan secara progresif kelompok otot ini dilakukan secara berturut- Pada latihan
relaksasi ini perhatian individu diarahkan untuk membedakan perasaan yang dialami
saat kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi tegang.
Dengan mengetahui lokasi dan merasakan otot yang tegang, maka kita dapat merasakan
hilangnya ketegangan sebagai salah satu respon kecemasan dengan lebih jelas.
Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh berespon pada kecemasan
yang merangsang pikiran dan kejadian dengan ketegangan otot, oleh karena itu dengan
adanya relaksasi otot progresif yang bekerja melawan ketegangan fisiologis yang terjadi
sehingga kecemasan bisa teratasi
4. Hasil Penelitian
a) Karakteristik Responden.
Hasil ini menunjukkan bahwa untuk kelompok intervensi hampir
setengahnya (44,4%) usia 21-30 tahun, hampir setengahnya (44,4%)
pendidikan SD, sebagian besar (66,7%) berjenis kelamin perempuan,
sebagian besar (88,9%)
b) Analisis Bivariat.
Berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon yaitu nilai p value 0,010.
Nilai p value ≤ 0,05 berarti Ho ditolak sehingga ada perbedaan
tingkat kecemasan antara sebelum dan sesudah pemberian relaksasi
otot progresif dan terapi kognitif pada kelompok perlakuan.
Berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon pada tabel 5
didapatkan nilai p value 0,032. Nilai p value ≤ 0,05 berarti Ho ditolak
sehingga ada perbedaan tingkat kecemasan antara sebelum dan sesudah
intervensi pada kelompok kontrol.perbedaan tingkat kecemasan yang telah
dilakukan relaksasi otot progresif tingkat kecemasan yang dialami oleh
klien menurun sedangkan yang tidak dilakukan relaksasi otot progresif
tingkat kecemasannya tidak ada perubahan
2. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif
terhadap perubahan tingkat insomnia pada lansia di Panti Werdha Manado.
Desain penelitian yang digunakan adalah pra eksperimental dengan One
Group Pre-test- Post-test design. Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan Total Sampling dengan jumlah sampel 36 orang.
3. Hasil penelitian
menggunakan uji statistik Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000 < α = 0,05.
Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh terapi relaksasi
otot progresif terhadap perubahan tingkat insomnia pada lansia Di Panti
Werdha Manado. Saran Terapi relaksasi otot progresif dapat dijadikan
salah satu intervensi keperawatan mandiri untuk membantu lansia yang
mengalami insomnia.
4. Hasil
Setiap pasien yang mengalami nyaeri kepala dilakukan relaksasi otot dilakukan
selama tiga hari , dengan diawali dengan prestest dulu dan akhiri denga
posttest , instrument pengkajian untuk nyeri menggunkana lembar numeric
pain scale ( NPS).pasien nyeri kepala thype tegang ( thension thype ) setalah
dilakukan relaksasi otot progresif terjadi penurunan sekala nyeri ( p=0,000)
[ada pasien dengan keluhan nyeri kepela thension thype setelah dilakukan
terapi latihan relaksasi otot progresisif selama kurang lebih 10 menit satu kali
perhari selama tiga hari terjadi penurunan sekala nyeri sehingga tehnik
relaksasi otot progressive efektif dalam menurunkan nyeri kepala , khususnya
nyeri kepala tipe tegang ( thension thype )dan dapat diimplementasikan
sebagai intervensi keperawatan terapi non farmakologis.
b. Prosedur
Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.
a) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan
yang terjadi.
c) Pada saat kepalan dilepaskan,rasakan relaksasi selama 10 detik.
d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks
yang dialami.
e) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.
Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagia atas
pangkal lengan).
a) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
b) Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot
biseps akan menjadi tegang.
Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
a) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga
menyentuh kedua telinga.
b) Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi
di bahu punggung atas, dan leher.
Gerakan 5 dan 6 :
ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti dahi,
mata, rahang dan mulut).
a) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan
alis sampai otot terasa kulitnya keriput.
b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan
ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan
gerakan mata.
Gerak an 9 :
Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun
belakang.
a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru
kemudian otot leher bagian depan.
b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher
dan punggung atas.
Gambar 13,14
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/40160183/teknik_progresif.pdf?
AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=1480298634&Signature=F
z9dBdsS1bUL0cv4d4MqtrIA0WQ%3D&response-content-disposition=inline%3B
%20filename%3DTeknik_progresif.pdf