Anda di halaman 1dari 16

ORGANIZATIONAL CHANGE READINESS PADA UNIVERSITAS X

Azhar El Hami & Zahrotur Rusyda Hinduan


Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang KM 21, Jatinangor, 45363
e-mail: azharelhami@gmail.com

Abstract

This study was aimed to capture the readiness to change of the “X” University as an
organization regarding to the vision is becoming a world class university. Using the
organizational change readiness concept by Sutanto (2008) that covering 7 aspects
namely perception toward change, vision of change, mutual trust and respect, change
initiative, management support, acceptance, and organization manages the change
process. Respondent was 121 employees of the University „X‟ from two faculties who
met the criterion. This was a quantitative research that using survey method. The result
has shown that two aspects namely vision of change and acceptance were important
ones that have effect on organizational change readiness of the “X” university.

Keywords: organizational change readiness, world class university, vision.

Abstrak

Penelitian ini bermaksud melihat gambaran kesiapan Universitas X sebagai organisasi


untuk berubah dikaitkan dengan visinya untuk menjadi world class university. Konsep
yang digunakan berdasarkan konsep kesiapan organisasi yang diungkapkan oleh
Sutanto (2008) yang terdiri dari 7 aspek, yaitu: persepsi tentang perubahan, visi
perubahan, saling percaya dan menghargai, inisiatif berubah, dukungan menejemen,
penerimaan, dan pengelolaan proses perubahan. Subyek penelitian ini adalah para
pegawai di Universitas X sebanyak 121 orang dari dua fakultas yang telah memenuhi
kriteria yang dipersyaratkan. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif dengan metoda survey. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dua aspek
perubahan yaitu, vision of change dan acceptance menjadi aspek penting yang dapat
menentukan kesiapan universitas X untuk melakukan perubahan.

Kata kunci: kesiapan organisasi untuk berubah, world class university, visi

PENDAHULUAN tahun 2008 telah melakukan banyak peru-


bahan. Dimulai dengan pergantian rektor
Sebuah organisasi dituntut untuk yang kemudian menetapkan visi Univer-
selalu berubah mengikuti perubahan yang sitas X sebagai world class University.
terjadi di lingkungan tempat organisasi Dalam pidato dies natalis yang dikutip dari
tersebut berada. Berbagai tantangan dan situs perguruan tinggi tersebut, Rektor
persaingan yang terus berkembang di ling- Universitas X menekankan pada tujuh hal
kungan menjadi bagian yang harus penting dalam pengelolaan, yaitu penjalin-
dihadapi oleh sebuah organisasi. Perubah- an kerjasama internasional dengan berba-
an ini menjadi sangat penting dilakukan gai universitas luar negeri, peningkatan
agar organisasi tersebut dapat terus ber- kualitas layanan melalui pembenahan stan-
tahan dan berkembang. Kesiapan orga- dard operational prosedure, persiapan uni-
nisasi untuk berubah menjadi faktor versitas menjadi BLU, pelayanan wisuda,
penting. pelayanan registrasi mahasiswa melalui
Universitas X sebagai salah satu kerja sama dengan perbankan dan Finnet,
perguruan tinggi negeri di Indonesia sejak pengembangan bandwidth universitas,

1
Organizational Change Readiness pada Universitas X (Azhar El Hami & Zahrotur Rusyda Hinduan)

peningkatan kualitas SDM, biaya pendi- akhir studi dengan catatan mahasiswa
dikan mahasiswa baru, beasiswa. Beberapa tersebut dapat menyelesaikan studinya
program, termasuk prestasi mahasiswa di dalam kurun waktu tertentu. Namun terjadi
dalam dan luar negeri, peminat Universitas perlakuan berbeda ketika mahasiswa
X di jalur SNMPTN, ratio dosen dan melakukan registrasi ulang. Sejumlah
mahasiswa, peningkatan IPK, proporsi mahasiswa dari suatu fakultas tidak dapat
penyelenggaraan pendidikan S-1, S-2, S-3 melakukan registrasi ulang dengan alasan
dan D-III, program kerja alumni, program telah melebihi masa studinya, sementara
penelitian, dan berbagai pengembangan sejumlah mahasiswa lainnya dari fakultas
fasilitas. yang sama dapat melakukan registrasi.
Dalam pelaksanaannya masih belum Penjelasan yang diterima mahasiswa
berjalan dengan lancar. Implementasi dari mengenai aturan ini berbeda antara satu
perubahan kebijakan belum dapat terlak- pegawai dengan pengawai lainnya di
sana sesuai dengan yang diharapkan. bagian akademik universitas. Pihak kepala
Perubahan sistem kerja yang desentralisasi urusan akademik tidak dapat memberikan
menjadi sistem sentralisasi menimbulkan keputusan mengenai kondisi ini dan harus
beberapa permasalahan-permasalahan ad- berkonsultasi dengan Pembantu Rektor.
ministrasi yang menggangu kelancaran Hal ini membuat permasalahan ini menjadi
kegiatan belajar-mengajar. Hal ini menjadi berlarut-larut sehingga mahasiswa yang
keluhan tersendiri bagi tenaga administrasi mendapatkan kesempatan untuk melan-
di fakultas. Misalnya saja perubahan jutkan studi pun tidak dapat memenuhi
kebijakan pendataan mahasiswa yang pada target waktu penyelesaian yang telah
awalnya dilaksanakan oleh masing-masing ditetapkan.
fakultas namun sekarang penyeleng- Sementara itu terkait dengan
garanya dilakukan oleh pihak rektorat pengembangan kemampuan dan keteram-
dengan menggunakan sistem online. pilan SDM, diadakan pelatihan kepada
Kendala yang dihadapi oleh fakultas A para pegawai administrasi terkait dengan
adalah terkait dengan keterlambatan program administrasi yang digunakan di
penerimaan data-data mahasiswa yang Universitas X. Namun pada kenyataannya
mengikuti perkuliahan serta ketidak- hasil dari pelatihan tersebut banyak yang
akuratan data-data pun sering terjadi. tidak dimanfaatkan. Mereka masih meng-
Daftar mahasiswa yang belum melakukan gunakan sistem kerja yang lama. Misalnya
registrasi ulang pun tak jarang terlambat saja pelatihan penggunaan program ke-
diberitahukan sehingga menyulitkan fakul- sekretariatan di universitas yang berbasis
tas untuk bisa mengetahui mahasiswa- komputer yang terhubung secara on-line
mahasiswa yang berhak mengikuti per- bagi seluruh sekretaris di berbagai unit
kuliahan sehingga mengganggu kegiatan kerja dan fakultas. Namun setelah selesai
belajar mengajar. Tidak jarang pula, nama pelatihan, banyak yang tidak meman-
mahasiswa tidak tercantum hingga akhir faatkan sistem tersebut dengan alasan tidak
semester. Kondisi ini berbeda dengan terlalu nyaman untuk memanfaatkannya
ketika sistem pendataan masih dilakukan dan dirasakan cukup merepotkan sehingga
oleh tiap-tiap fakultas. mereka pun tetap masih menggunakan
Kesulitan registrasi pun terjadi ter- cara-cara lama. Selain itu, banyak kendala
utama bagi mahasiswa yang telah diberi- yang dihadapi dalam menggunakan soft
kan kesempatan untuk memperpanjang ware yang ada, terutama keterandalan
masa studinya. Pihak rektorat telah memu- koneksi. Hasilnya banyak kegiatan surat-
tuskan memberikan kesempatan untuk menyurat dari rektorat ke fakultas menjadi
menambah waktu penyelesaian kuliah bagi terhambat dan berdampak juga pada
mahasiswa yang telah mencapai batas keterlambatan pengambilan keputusan.

2
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 1 - 16

Perubahan pun terjadi terutama perubahan akibat kebijakan dari tingkat


terkait dengan jam kerja yang berlaku bagi universitas. Sikap kerja yang kurang peka
seluruh pegawai administrasi di Univer- dan peduli terhadap pekerjaan rekan
sitas X. Sebelumnya tidak ada ketetapan lainnya sangat dirasakan. Kebijakan dari
jam masuk dan jam kepulangan bagi pihak rektorat terkait dengan berbagai
pegawai, namun saat ini telah diberlakukan kegiatan fakultas adalah perubahan sistem
jam masuk. Mereka berupaya agar tidak kerja menjadi sistem kerja kepanitiaan,
terlambat masuk kerja. Namun ketika telah seperti kepanitiaan sidang, kepanitiaan
ditanyakan alasan mereka untuk datang pengembangan kurikulum, kepanitian
tepat waktu lebih banyak dikarenakan lokakarya fakultas dan lain sebagainya.
menghindari pemotongan tunjangan trans- Kepanitian tersebut akan terkait dengan
portasi. Sementara untuk waktu kepulang- kompensasi yang diterima oleh nama-
an, tidak banyak terjadi perubahan perilaku nama pegawai yang terdapat didalam
dibandingkan dengan sebelumnya. Seba- kepanitiaan berupa honor dalam jumlah
gian besar pegawai administrasi telah tertentu. Namun pada kenyataannya, tidak
melakukan persiapan kepulangan jauh semua pegawai yang tercantum dalam
sebelum waktunya sehingga tak jarang kepanitiaan bekerja untuk menyelesaikan
ketika dosen membutuhkan peralatan kegiatan tersebut. Pihak yang lebih banyak
terkait dengan kegiatan belajar mengajar bekerja adalah pegawai-pegawai dengan
menjadi tidak terlayani. Bahkan pengem- Tupoksi yang memang terkait langsung
balian alat yang menunjang kegiatan dengan kegiatan tersebut. Sementara
belajar mengajar pun menjadi sulit untuk jumlah kompensasi yang diterima adalah
dilakukan dikarenakan pegawai adminis- sama antara pegawai yang memang terlibat
trasinya telah pulang. Kondisi ini dapat dari awal hingga akhir kegiatan dengan
menjadi salah satu penyebab terjadi kehi- pegawai yang tidak bekerja sama sekali.
langan barang yang dimiliki oleh fakultas Hal ini membuat ketidakpuasan. Misalnya
dalam beberapa kali. saja pada fakultas A untuk persiapan
Sementara terkait dengan pengelola- sidang sarjana, yang lebih banyak bekerja
an SDM, salah satu perubahan kebijakan- adalah bagian akademik mulai dari
nya adalah memperbolehkan para tenaga persiapan nama-nama mahasiswa yang
honorer untuk menempati posisi struktural mengikuti sidang, menghubungi dosen
di fakultas selama ia mampu menjalankan penguji bahkan hingga hari H pelaksanaan
tugasnya. Hal ini membuat suasana kerja serta penyelesaian rekapitulasi nama-nama
pun sedikit berubah. Kesediaan dari pega- mahasiswa untuk yudisium hingga wisuda.
wai yang lebih senior untuk mendukung Beban kerja yang dirasakan oleh bagian
bagi penyelesaian tugas-tugas bagi para administrasi jauh lebih besar di banding-
pejabat yang baru pun menjadi tidak kan dengan pegawai-pegawai lainnya yang
maksimal. Mereka bersedia memberikan namanya tercantum dalam kepanitiaan.
informasi terkait dengan tugasnya hanya Namun terkait dengan honor besarannya
ketika pejabat baru tersebut bertanya sama, baik yang bekerja maupun tidak
kepada mereka. Situasi ini membuat iklim bekerja. Belum lagi, banyak pegawai
kerja yang terjadi di fakultas tersebut lainnya yang tidak peka dan peduli
menjadi kurang kondusif guna terciptanya terhadap keberhasilan suatu kegiatan
kerja samanya yang optimal. Belum lagi fakultas, dikarenakan nama mereka tidak
kekhawatiran kehilangan jabatan pun tercantum pada kepanitiaan. Mereka
dirasakan oleh para pegawai yang lebih merasa bukan tanggung jawab mereka.
senior. Berdasarkan permasalahan yang
Perubahan suasana kerja pun telah dipaparkan, maka menimbulkan
dirasakan seiring dengan terjadinya pertanyaan pada peneliti, “seperti apakah

3
Organizational Change Readiness pada Universitas X (Azhar El Hami & Zahrotur Rusyda Hinduan)

gambaran kesiapan Universitas X sebagai yang besar (Eby, dkk., 2000). Persepsi
sebuah organisasi dalam menghadapi peru- ini dapat menjadi fasilitas ataupun
bahan?” kendala bagi efektifitas suatu intervensi
Perubahan lingkungan yang berlang- dalam perubahan (Armenakis, dkk.,
sung secara dinamis, membuat organisasi 1993; Lewin, 1951). Pegawai sebagai
harus selalu secara terus-menerus melaku- target perubahan menjadi sumber utama
kan berbagai perubahan baik dalam bagi keberhasilan, karena sikap, kete-
strategi, struktur, proses dan budaya. rampilan, motivasi dan bentuk pema-
Banyak faktor yang memberikan kontri- haman dasar membentuk komponen
busi terhadap efektivitas perubahan yang dasar dari lingkungan organisasi yang
terjadi dalam organisasi. Salah satu akan diubah (Smith, 2005).
faktornya adalah readiness for change. Persepsi akan mempengaruhi
Readiness menggambarkan keyakinan, sikap dan perilaku dalam menghadapi
sikap dan tujuan dari para anggota orga- perubahan. Pengalaman masa lalu, akan
nisasi mengenai seberapa luas perubahan mempengaruhi proses dalam mengin-
tersebut diperlukan dan kapasitas keber- terpretasi informasi melalui proses
hasilan organisasi dalam melakukan peru- kognitif pada individu. Persepsi pega-
bahan (A.B. Sutanto, 2008). Hal ini meru- wai terhadap keberhasilan perubahan di
pakan kecenderungan secara kognitif me- masa lalu juga akan mempengaruhi
ngenai perilaku yang ditampilkan, apakah kesiapan terhadap perubahan. Informasi
menolak atau mendukung upaya peru- yang terkait dengan perubahan akan
bahan tersebut (Amenakis, dkk., 1993). diasosiasikan dengan pengalaman masa
Berdasarkan penelitian, terdapat tu- lalu dari masing-masing individu de-
juh aspek dari change readiness, yaitu ngan memberikan atribusi terhadap
Persepsi terhadap upaya perubahan upaya-upaya perubahan. Individu me-
(perception toward change efforts), visi miliki pandangan yang tetap mengenai
untuk berubah (vision for change), rasa sejauh mana kesiapan organisasi untuk
saling percaya dan menghargai (mutual berubah. Persepsi ini akan berkembang
trust & respect), rencana perubahan terus menerus seiring dengan perkem-
(change initiatives), dukungan manajemen bangan individu ketika menjadi bagian
(management support), penerimaan (ac- dari sejarah organisasi (Eby, dkk.,
ceptance) dan pengelolaan proses perubah- 2000). McDonald dan Siegal (1993),
an (the organization manage the change Lacovini (1993), dan McManus, dkk.
process). Pada intinya, kesiapan untuk (1995) mengusulkan bahwa sikap pega-
berubah sangat terkait dengan transformasi wai terhadap suatu perubahan akan
kognitif individu pada para pegawai berdampak pada moral kerja, produk-
(Amenakis, dkk., 1993). Kunci utama dari tifitas dan keinginan karyawan untuk
perubahan terletak pada manusia sebagai keluar dari organisasi (Eby, dkk., 2000).
sumber dan penggerak perubahan, karena Sementara itu, persepsi pegawai
merekalah yang akan menerima atau terhadap fleksibilitas perusahaan dalam
menolak suatu perubahan (Smith, 2005). menghadapi perubahan juga menjadi
hal yang sangat penting. Persepsi pega-
a. Perception toward change efforts
wai terhadap kemampuan organisasi
Persepsi pegawai terhadap upaya untuk mengakomodasi perubahan situ-
perubahan di dalam organisasi menjadi asi dengan memberikan alternatif kebi-
aspek penting dalam change readiness. jakan dan prosedur kerja sangat terkait
Hal ini telah diidentifikasi menjadi dengan kesiapan untuk berubah. (Eby,
salah satu kunci utama untuk mema- dkk., 2000). Persepsi pegawai terhadap
hami sumber penolakan dalam skala tingkat fleksibilitas organisasi mereka

4
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 1 - 16

untuk menerima perubahan serta sebe- pekerjaan dan sikapnya dengan perfor-
rapa luas mereka dapat berperan serta ma organisasi secara menyeluruh. Hal
secara aktif dalam proses tersebut, ini pula dapat mendorong bagi rasa
menjadi faktor penting bagi keber- tanggung jawab pribadi untuk mencapai
hasilan perubahan (Smith, 2005). perubahan tersebut (Smith, 2005). Va-
lensi pribadi antara kejelasan mengenai
b. Vision for Change
keuntungan secara intrinsik maupun
Sebuah visi akan menjadi ketetap- ekstrinsik, dapat membantu bagi per-
an dan kejelasan arah dari sebuah kembangan momentum perubahan.
organisasi untuk maju. Tanpa visi yang Secara spesifik, ketika pegawai melihat
realistis, upaya transformasi akan bahwa perubahan akan menguntungkan
berubah menjadi kebingungan dan men- bagi dirinya, maka mereka akan memu-
jadi proyek yang tidak sesuai bahkan lai untuk mencari cara guna mengem-
dapat mendorong organisasi ke arah bangkan dan mengatasi masa transisi
yang salah atau tidak terarah sama (Bernerth, 2004).
sekali (Kotter, 1995). Oleh karenanya,
c. Mutual trust and respect
pemahaman yang menyeluruh dari para
pegawai terhadap visi dari perusaha- Kesiapan dan kemampuan indi-
an/organisasi serta visi dari perubahan vidu maupun organisasi untuk berubah
menjadi sangat penting. Kotter (1995) seharusnya didasari oleh saling percaya
juga menekankan pada pentingnya dan menghargai. Adalah hal yang
menciptakan sebuah visi mengenai penting bahwa rasa percaya yang cukup
perubahan tersebut, menjelaskan kepa- akan membuat para staf untuk secara
da orang lain mengenai alasan diperlu- terbuka mengekspresikan pandangan-
kannya perubahan dan cara untuk nya dan berkrompomi secara demok-
mencapainya (Smith, 2005). Martin ratis. Cummings dan Huse (1989),
(1993) dan Terry (2001) menekankan menyatakan bahwa rasa saling percaya
bahwa sebuah visi menjadi bagian yang tersebut tidak hanya terhadap pihak
penting dari proses perubahan, namun manajemen, namun juga terhadap rekan
para pemimpin perlu menyadari bahwa kerjanya (Eby dkk., 2000).
sebuah visi harus diberikan secara lang- Rasa saling menghargai dan per-
sung kepada para pegawai (Stadtlander, caya menjadi dasar yang penting bagi
2006). efektifitas dalam tim kerja. Sundstrom
Orang dalam organisasi harus me- dkk. (1990) menyatakan bahwa orga-
miliki kesamaan aspirasi terhadap peru- nisasi mengembangkan implementasi
bahan yang akan berlangsung. Strebel kerja sama tim dengan berbagai alasan
(1996) menyatakan bahwa kegagalan yang berbeda, yaitu memenuhi kebutuh-
sebuah proses perubahan banyak dise- an pelanggan, mengembangkan inovasi
babkan oleh perbedaan pemahaman dan meningkatkan produktifitas organi-
akan visi antara pemimpin dan pegawai. sasi (Eby dkk., 2000). Ia dan Goodman,
Bagi para pemimpin, perubahan berarti dkk. (1988) menemukan bukti bahwa
kesempatan baik secara bisnis maupun kerja sama tim dapat mengembangkan
bagi dirinya sendiri. Namun bagi para berbagai outcome organisasi pada situa-
pegawai, perubahan dipandang sebagai si yang kondusif. Goodman, dkk.
gangguan dan menekan (Stadtlander, (1988), Cohen & Bailey (1997) mene-
2006). Melalui peran aktif dan terlibat mukan hubungan antara outcome
secara nyata dalam proses perubahan, dengan pemanfaatan kerja sama tim,
seseorang akan dapat membantu diri- termasuk sikap yang menyenangkan
nya untuk melihat keterkaitan antara serta indikator quality of work life

5
Organizational Change Readiness pada Universitas X (Azhar El Hami & Zahrotur Rusyda Hinduan)

lainnya, serta peningkatan produk- mampuan dalam perencanaan dan


tivitas dan efektifitas organisasi secara membayangkan serta mengkomunikasi-
menyeluruh (Eby dkk., 2000). kan mengenai masa depan organisasi
(Zeffane, 1996). Walau demikian,
d. Change initiative
orang-orang dalam organisasi juga
Organisasi selalu dihadapkan harus diberikan kesempatan untuk
pada kebutuhan untuk mengimplemen- terlibat dalam seluruh aspek perubahan
tasikan perubahan pada strategi, struk- dan memberikan kesempatan kepada
tur, proses dan budaya (Armenakis, mereka untuk memberikan umpan balik
dkk., 1993). Hal ini disebabkan oleh (Waddel dan Sohal, 1998).
perkembangan dunia yang sangat kom- Sumber daya manusialah yang
pleks, sebagai hasil dari saling keter- akan mewujudkan cita-cita organisasi
kaitan antara satu dengan yang lainnya dan mereka adalah sumber utama dan
di dunia secara ekonomi. Pada saat penggerak bagi proses perubahan. Me-
yang sama, dunia pun berkembang se- reka pulalah yang akan mendukung atau
cara dinamis sebagai hasil dari derasnya menolak perubahan tersebut. Pada ke-
informasi dan perkembangan komuni- nyataannya, orang tidak akan menolak
kasi dunia (Zeffane, 1996). Tanpa peru- perubahan, jika perubahan tersebut jelas
bahan, organisasi akan sulit bertahan. dan memberikan manfaat bagi mereka
Tanpa pengenalan terkait dengan peru- (Waddel dan Sohal, 1998). Jika pe-
bahan yang adekuat baik secara waktu rubahan organisasi tersebut dipahami
dan etika, organisasi akan dihadapkan oleh pegawai, maka organisasi dan
pada kesulitan untuk mengejar keting- orang dalam organisasi tersebut siap
galan dan mengurangi kesempatan untuk bertransformasi (Smith, 2005).
mereka untuk dapat bertahan dalam
e. Management support
jangka waktu yang panjang (Christian
dan Stadtlander, 2006). Dukungan dari manajemen ter-
Banyak keberhasilan dalam hadap upaya perubahan merupakan fak-
perubahan diawali oleh sejumlah indi- tor penting lainnya dalam menciptakan
vidu atau beberapa grup yang berusaha kesiapan dalam menghadapi perubahan.
untuk melihat para pesaing, posisi pa- Armenakis, dkk. (1993) menemukan
sar, tren teknologi dan performa secara bahwa tingkat dukungan manajemen
finansial. Lalu kemudian mereka beru- berupa kebijakan dan aturan menjadi
paya untuk mengkomunikasikan temu- hal yang penting dalam upaya mema-
an, terutama hal-hal yang bersifat kritis hami bagaimana para pegawai melihat
atau bahkan kesempatan yang besar. kesiapan organisasi untuk berubah
Langkah pertama ini menjadi sangat (Eby, dkk., 2000). Menurut Beckhardt
penting karena upaya untuk memulai dan Harris (1987), serta Schneider, dkk.
proses transformasi membutuhkan ker- (1992), dalam Eby dkk. (2000), hal ini
ja sama dari berbagai individu (Kotter, juga termasuk fleksibilitas kebijakan
1995). dan prosedur, logistik dan dukungan
Seluruh anggota organisasi seha- sistem yang berlaku. Disamping itu,
rusnya memiliki kewenangan untuk Armenakis, dkk. (1993), McManus,
memberikan usulan atau inisiatif dalam dkk. (1995) juga menemukan bahwa
perubahan. Tapi tetap pada akhirnya, tingkat kepercayaan manajemen dapat
pemimpin organisasi yang menentukan memunculkan persepsi yang positif
perubahan yang diperlukan. Pemimpin terhadap kecepatan organisasi dalam
organisasi pada dasarnya menjadi pe- menghadapi perubahan (Eby dkk.,
mimpin karena mereka memiliki ke- 2000).

6
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 1 - 16

Dukungan terhadap perubahan bagi mereka. Meski demikian, beberapa


seharusnya tercermin dari efektifitas pegawai tidak menyadari manfaat dan
perubahan kepemimpinan. Kepemim- keuntungan secara finansial dari pe-
pinan yang efektif ini terkait dengan rubahan tersebut. Mereka hanya peduli
pengawasan terhadap perubahan, mela- terhadap hasil akhir yang cepat. Pada
kukan koreksi dalam proses perubahan sisi lain, keuntungan pada proses
dan mengetahui waktu yang tepat untuk perubahan pada dasarnya dapat dinik-
visi yang baru. Untuk dapat memimpin mati sepanjang waktu. Pengembangan
dan mengelola strategi perubahan, pemahaman mengenai dasar dan alasan
sangat dibutuhkan kemampuan untuk dari suatu perubahan dapat menjadi
belajar dan beradaptasi dengan peru- langkah awal bagi kesediaan dari
bahan. Pada prosesnya, organizational pegawai untuk bersedia mengambil
learning terbentuk pada lingkungan resiko dan berani mengatasi berbagai
yang terbuka dan saling percaya sehing- hambatan (Smith, 2005).
ga memberikan kesempatan kepada Perencanaan yang baik terhadap
orang untuk bisa menerima dan me- suatu perubahan tidak dapat terlaksana
ngalami perubahan tanpa ada perasaan tanpa adanya dukungan kemampuan
terancam (Zeffane, 1996). dan komitmen dari agen perubahan.
Bentuk lainnya terhadap dukung- Beckard dan Harris (1987) memberikan
an manajemen dalam upaya perubahan penjelasan bahwa reshaping capabili-
organisasi tercermin dari pembentukan ties suatu organisasi membutuhkan
tim yang spesial. Tim ini bertanggung pengetahuan, keterampilan, dan ke-
jawab guna melakukan analisis ter- mampuan yang menyeluruh dari orga-
hadap situasi yang berpengaruh baik se- nisasi tersebut untuk dapat mencapai
cara internal maupun eksternal, meren- keberhasilan dari pelaksanaan perubah-
canakan proses perubahan dalam an (Jones, dkk., 2005). Turner dan
bentuk yang lebih detail, mengiden- Crawford (1998) memberikan suatu ide
tifikasi kemungkinan resiko dan tindak- bahwa organizational capabilities perlu
an antisipasi serta mengendalikan pe- mengalami perubahan. Mereka mengu-
laksanaan termasuk melakukan evaluasi sulkan suatu taksonomi yang terdiri dari
dan mengarahkan penyesuaian terhadap keterlibatan (engagement), pengem-
situasi nyata. bangan (development) dan manajemen
f. Acceptance performa (performance management).
Perubahan seharusnya dapat men- Keterlibatan (engagement) adalah ke-
jadikan performa organisasi meningkat. sediaan dari para anggota organisasi
Meski demikian, bagi beberapa orang, untuk selalu saling memberikan infor-
perubahan dapat menciptakan perasaaan masi dan terlibat dalam upaya untuk
kegelisahan dan ketegangan, dan pada mendorong munculnya suatu motivasi
awal proses perubahan, anggota orga- dan komitmen terhadap tujuan orga-
nisasi merasakan ketidakpastian dan nisasi. Pengembangan (development)
kebingungan (Bernerth, 2004). Karena termasuk didalamnya pengembangan
perubahan organisasi tercirikan dengan semua sumber daya dan sistem yang
dampak dari terselesaikannya suatu diperlukan untuk mencapai arah masa
pekerjaan, maka reaksi dari pegawai depan organisasi. Tindakan proaktif
terhadap proses perubahan menjadi hal dalam pengelolaan berbagai faktor yang
yang sangat penting (Eby, dkk., 2000). dapat mendorong bagi performa organi-
Pegawai dapat menerima peru- sasi agar tetap secara konsisten dan
bahan jika mereka merasa bahwa efektif tercapainya perubahan merupa-
dengan berubah memberikan manfaat kan hal yang dikatakan Turner dan

7
Organizational Change Readiness pada Universitas X (Azhar El Hami & Zahrotur Rusyda Hinduan)

Crawford sebagai performance mana- berbeda, maka pada dasarnya tidak ada
gement (Jones, dkk., 2005). motivasi yang nyata dalam perubahan
(Rumelt, 1995); past failures, tentunya
g. Managing change
meninggalkan rasa pesimis tentang
Perubahan sebaiknya tidak dulu gambaran masa depan (Lorenzo, 2000);
dilakukan ketika terjadi program yang dan different interests diantara pegawai
bertentangan dalam lingkungan organi- dengan manajemen, atau kesenjangan
sasi. Melalui program yang berkesinam- motivasi antara pegawai dengan nilai
bungan, yaitu seluruh program dan perubahan yang lebih kecil jika
rencana program seharusnya dikelola dibandingkan dengan para manajernya
sejalan dengan program perubahan (Waddell dan Sohal, 1998).
yang sedang berlangsung. Keyakinan
para pemimpin di dalam organisasi METODE PENELITIAN
untuk bisa mengelola perubahan dalam
organisasi menjadi kunci penting bagi Metoda penelitian yang digunakan
pengembangan keyakinan dari para pada penelitian ini adalah metoda survey.
pegawai terhadap keberhasilan pro- Sebuah kuesioner kuantitatif berdasarkan
gram. Mengacu pada Armenakis dan teori yang telah dipaparkan sebelumnya
Harris (2001), implementasi perubahan akan digunakan dalam pengukuran ini.
dalam organisasi adalah hal yang sangat Survey ini bersifat self-completed namun
penting, namun hal ini pula yang terstruktur, dengan nama dari responden
kurang dipahami oleh para pemimpin. akan dirahasiakan. Hal ini dilakukan agar
Gilmore, dkk. (1997) menemukan para responden dapat secara bebas meng-
bahwa sejumlah organisasi melakukan ekspresikan pemikirannya. Responden di-
perubahan yang disebabkan oleh perfor- pilih secara free sampling.
ma organisasi yang tidak meningkat dan Adapun partisipan dari penelitian ini
munculnya reaksi dari para pegawai adalah pegawai Universitas X baik tenaga
yang tidak menyenangkan (Armenakis Akademik maupun non-akademik dengan
dan Harris, 2001). kriteria telah berada di Universitas X
Keyakinan suatu organisasi untuk minimal setelah 3 tahun, yaitu masa ketika
bisa mengatasi berbagai tantangan perubahan tersebut ditetapkan sehingga
dalam menghadapi perubahan menun- diharapkan partisipan dapat menghayati
jukkan kesiapan organisasi tersebut situasi sebelum perubahan dan sesudah
untuk berubah. Sumber potensial ham- perubahan.
batan terhadap proses perubahan telah Organizational Change Readiness
teridentifikasi dan terantisipasi. Pardo ini diukur melalui suatu skala yang telah
del Val dan Fuentes (2003) mengi- dikembangkan peneliti untuk menjaring
dentifikasi 5 hal yang menjadi sumber data-data mengenai kesiapan organisasi
penghambat, yaitu direct cost of change untuk berubah. Alat ukur ini terdiri dari 28
(Rumelt, 1995); cannibalization costs, item dengan skala antara 1 sampai 4
mengubah sesuatu yang dapat menun- dengan mengacu pada teori yang
jang bagi keberhasilan terhadap suatu disampaikan oleh Sutanto (2008). Menu-
produk, namun di sisi lain membuat rutnya terdapat 7 dimensi dari kesiapan
kerugian terhadap hal yang lain, oleh organisasi untuk berubah, yaitu (1) persep-
karenanya dibutuhkan pengor-banan si terhadap upaya perubahan (Perception
(Rumelt, 1995); cross subsidy comforts, Toward Change Efforts – PTCE) yaitu
karena kebutuhan perubahan dikompen- suatu skala yang mengukur tentang bagai-
sasikan dengan pencapaian yang tinggi mana keyakinan pegawai terhadap peru-
tanpa perubahan dengan faktor yang bahan yang terjadi pada organisasinya, (2)

8
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 1 - 16

visi untuk berubah (Vision for change – ruhan maupun aspek-aspek yang terdapat
VOC) yaitu suatu skala yang mengukur didalam OCR dapat diandalkan. Reliabili-
tentang tingkat pemahaman pemahaman tas alat ukur secara keseluruhan termasuk
pegawai tentang visi dari perubahan. dalam kategori tinggi sekali (0,9 < ac <
Sementara itu, (3) rasa saling percaya dan 1,0). Jika dilihat pada masing-masing
menghargai (Mutual Trust & Respect - aspek, maka reliabilitas untuk aspek MTR
MTR) yaitu suatu skala yang mengukur (Mutual Trust &Respect), MS (Managing
tingkat kepercayaan dan kesediaan para Support) dan MC (Managing Change)
pegawai untuk bekerja sama, termasuk tergolong tinggi (0,7 < ac < 0,9).
atasan, (4) inisiatif untuk melakukan peru- Sementara untuk aspek PTCE (Perception
bahan (Change Initiatives - CI) yaitu suatu Toward Change Effort0, VoC (Vision of
skala yang mengukur tingkat keaktifan Change), CI (Change Initiative) dan Acc
dari para anggota organisasi dalam (Acceptance) berada pada kategori sedang
mewujudkan perubahan, (5) dukungan (0,4 < ac < 0,7). Sedangkan untuk uji
manajemen (Management Support - MS) validitas, alat ukur ini menggunakan
yaitu suatu skala yang mengukur tingkat kriteria expert judgment, sehingga diharap-
dukungan manajemen terhadap perubahan kan bahwa item-item yang ada dapat
(bisa berupa kebijakan, aturan, sikap mengukur kesiapan organisasi dalam
pemimpin, kompensasi). (6) Penerimaan menghadapi perubahan.
(Acceptance – Acc) adalah suatu skala Sementara itu, untuk menentukan
yang mengukur tingkat penerimaan dari kriteria Ready – not Ready maupun
pegawai terhadap perubahan dan (7) masing-masing aspek maka dibuat suatu
pengelolaan perubahan (The Organization norma berdasarkan norma kelompok pada
Manage the Change Process - MC) Universitas X yang diambil dari
mengacu pada suatu skala yang mengukur keseluruhan data OCR dari kedua fakultas
tentang tingkat perencanaan pengelolaan yang menjadi sampel penelitian.
perubahan yang dilakukan oleh perusaha- Berdasarkan perhitungan mean
an/instansi. sebagai pembeda kriteria OCR, maka di-
Setelah dilakukan uji coba alat ukur dapatkan hasil sebagai berikut:
dan dihitung secara statistik mengenai
reliabilitas alat ukur (OCR), maka didapat- Tabel 2. Norma Kelompok OCR
kan hasil sebagai berikut:
Kriteria Norma
Tabel 1. Reliabilitas Alat Ukur OCR Ready 2,800 –
4,000
Uji Coba Angka Not Ready 1,000 –
Reliabilitas Reliabilitas 2,799
Keseluruhan OCR 0,917
Aspek 1 – PTCE 0,700 Adapun norma untuk masing-masing
Aspek 2 – VoC 0,623 aspek OCR dan kriterianya adalah seperti
Aspek 3 – MTR 0,705 tabel 3 :
Aspek 4 – CI 0,601
Aspek 5 – MS 0,705
Aspek 6 – Acc 0,638
Aspek 7 – MC 0,772

Jika dibandingkan dengan kriteria


Guilford (1979) maka pada dasarnya baik
reliabilitas alat ukur OCR secara keselu-

9
Organizational Change Readiness pada Universitas X (Azhar El Hami & Zahrotur Rusyda Hinduan)

Tabel 3. Norma Kelompok Aspek-aspek OCR


No Aspek Kriteria Norma
Perception Toward Yakin 2,938 – 4,000
1.
Change Effort (PTCE) Ragu-ragu 1,000 – 2,937

Paham 2,841 – 4,000


2. Vision of Change (VoC)
Tidak Paham 1,000 – 2,840

Mutual Trust & Respect Kooperatif 2,826 – 4,000


3.
(MTR) Tidak Kooperatif 1,000 – 2,825

Aktif 2,616 – 4,000


4. Change Initiative (CI)
Pasif 1,000 – 2,615

Management Support Mendukung 2,733 – 4,000


5.
(MS) Tidak Mendukung 1,000 – 2,732

Menerima 2,926 – 4,000


6. Acceptance (Acc)
Menolak 1,000 – 2,925

Terencana 2,719 – 4,000


7. Managing Change
Tidak terencana 1,000 – 2,718

sisinya tidak terlalu jauh berbeda, dimana


HASIL DAN PEMBAHASAN jumlah responden pria sebanyak 57 orang
sedangkan responden wanita 64 orang.
Setelah dilakukan pengambilan Sementara untuk tingkat pendidikan, lebih
data terhadap para pegawai di Universitas banyak berasal dari tingkat pendidikan
X dengan mengambil sampel dua fakultas SLTA yaitu sebanyak 38 orang, lalu S2
(fakultas A dan fakultas B) maka didapat- sebanyak 33 orang dan S1 sebanyak 31
kan jumlah total responden sebanyak 121 orang. Responden dari fakultas A lebih
orang, dengan komposisi fakultas A banyak berpendidikan SLTA/sederajat
sebanyak 67 orang dan fakultas B yaitu sebanyak 22 orang, S2 sebanyak 19
sebanyak 54 orang. Adapun gambaran dari orang, S1 sebanyak 18 orang, 5 orang
responden pada kedua fakultas yang berpendidikan D3, 2 orang berpendidikan
menjadi sampel penelitian adalah seperti S3 dan 1 orang dengan tingkat pendidikan
tabel 4: SLTP. Sedangkan pada fakultas B,
Untuk jenis kelamin, relatif kompo-
Tabel 4. Gambaran Responden (Jenis Kelamin & Pendidikan)

Jenis Kelamin Pendidikan


NO FAK
Pria Wanita SLTP SLTA D3 S1 S2 S3
1. A 26 41 1 22 5 18 19 2
2. B 31 23 0 16 6 13 14 5
Total 57 64 1 38 11 31 33 7

10
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 1 - 16

sebagian besar responden berpendidikan sebanyak 47 orang, sedangkan sisanya


SLTA sebanyak 16 orang, lalu S2 sebanyak 20 orang berstatus sebagai
sebanyak 14 orang, S1 sebanyak 13 orang, dosen. Fakultas B pun demikian, dengan
D3 sebanyak 6 orang dan 5 orang 34 orang dari 54 responden berstatus
berpendidikan S3. sebagai tenaga kependidikan dan sisanya
Sementara untuk kategori usia, yaitu sebanyak 20 orang berstatus sebagai
sebagian besar responden dari kedua dosen.
fakultas baik fakultas A dan fakultas B Gambaran masa kerja responden
berada pada usia produktif yaitu kelompok secara umum cukup merata mulai kurang
usia 25-35 tahun dan kelompok usia 35-45 dari 10 tahun (41 orang), 10-20 tahun (49
tahun. 50 orang berusia antara 35-45 orang) hingga masa kerja selama 20-30
tahun, 45 orang berusia antara 25-35 tahun tahun (39 orang). Responden dari fakultas
dan 24 orang berusia antara 45-55 tahun. A, 25 orang diantaranya telah memiliki
Pada fakultas A 27 orang dari 67 respon- masa kerja antara 10-20 tahun, 23 orang
den berada pada usia 25-35 tahun, 27 dengan masa kerja dibawah 10 tahun, 18
orang lainnya berusia 35-45 tahun dan 13 diantaranya telah bekerja selama 20-30
orang berusia 45-55 tahun. Sementara tahun dan 1 orang telah bekerja selama
untuk fakultas B, 23 dari 54 responden lebih dari 30 tahun. Sementara responden
berusia 35-45 tahun, 18 orang berusia 25- dari fakultas B, 24 dari 54 responden telah
35 tahun, 11 orang berusia 45-55 tahun bekerja selama 10-20 tahun, 18 responden
dan 1 orang masing-masing berusia diatas memiliki masa kerja selama kurang dari 10
65 tahun dan dibawah 25 tahun. Semen- tahun, 11 orang telah bekerja selama 20-30
tara jika dibagi berdasarkan status peker- tahun dan 1 diantaranya telah bekerja
Tabel 5. Kesiapan Organisasi Untuk Berubah Universitas X
Aspek Skor Norma Kategori
Organizational Change Readiness 2,784 2,81 Not Ready
Perception Toward Change Effort (PTCE) 2,919 2,93 Ragu-Ragu

Vision of Change (VoC) 2,826 2,93 Tidak Paham

Mutual Trust & Respect (MTR) 2,818 2,826 Tidak Kooperatif

Change Initiative (CI) 2,605 2,616 Pasif

Management Support (MS) 2,71 2,733 Tidak Mendukung

Acceptance (Acc) 2,923 2,916 Menerima

Managing Change 2,703 2,719 Tidak Terencana

jaan yang terdiri dari dosen dan tenaga selama 30-40 tahun.
kependidikan, jumlah responden dengan Berdasarkan hasil perhitungan diper-
profesi sebagai dosen sebanyak 40 orang, oleh skor OCR adalah dengan cara men-
sedangkan sisanya yaitu 81 orang adalah cari mean yaitu dengan membagi total skor
tenaga kependidikan. Fakultas A lebih dengan jumlah item OCR sehingga di-
didominasi dengan tenaga kependidikan dapatkan rentang angka yang bergerak

11
Organizational Change Readiness pada Universitas X (Azhar El Hami & Zahrotur Rusyda Hinduan)

diantara 1 hingga 4. Demikian pula untuk norma, maka tampaknya para pegawai
mendapatkan skor pada masing-masing di universitas X cenderung bersikap
aspek OCR, yaitu dengan membagi jumlah pasif dalam menghadapi perubahan.
skor pada setiap aspek dengan jumlah item 5. Management support (SMS=2,71; Nor-
pada aspek tersebut sehingga rentang yang ma=2,733). Hasil ini menunjukan
didapatkan pun sama, yaitu bergerak pada bahwa dukungan dari pihak pimpin-
rentang antara 1 hingga 4. Lalu untuk an/manajemen terhadap proses perubah-
menentukan kategori dari OCR dan an masih belum optimal. Dukungan ini
masing-masing aspek, dilakukan perban- bisa berupa aturan, kebijakan, cara me-
dingan dengan norma kelompok. Hasilnya mimpin maupun kompensasi yang dite-
adalah seperti tabel 5. rima oleh pegawai seiring dengan ter-
Berdasarkan hasil penelitian jadinya proses perubahan.
didapatkan bahwa Universitas X secara
umum masih belum siap untuk melakukan 6. Managing change (SMC=2,703;
perubahan. Hal ini ditunjukkan dengan Norma=2,719), menunjukan bahwa
skor kesiapan organisasi untuk berubah perubahan yang terjadi di universitas X
(OCR) sebesar 2,784 yang berada dibawah masih belum terencana dan berjalan
norma kelompok sebesar 2,8. Adapun secara efektif dan efisien.
aspek-aspek yang masih perlu Meski demikian, untuk aspek
dikembangkan lagi, yaitu acceptance, yaitu aspek yang menunjukan
1. Perception toward change effort ( penerimaan/penolakan terhadap perubahan
SPTCE=2,919; Norma=2,93). Ini yang terjadi di dalam organisasi, maka
berarti bahwa para pegawai berdasarkan tampaknya secara umum para pegawai di
pengalaman mereka selama ini bekerja universitas X menerima perubahan yang
di universitas X masih merasa ragu- terjadi, meski tampaknya penerimaan ter-
ragu mengenai kemampuan organisasi sebut lebih banyak berasal dari ketidak-
untuk melakukan perubahan menuju berdayaan para pegawai untuk menolak
world class university. perubahan yang terjadi sehingga apa yang
mereka lakukan sekedar menjalankan
2. Vision of change (SVOC=2,826; tugas semata.
Norma=2,841). Kondisi ini berarti Sementara itu, jika dibandingkan
bahwa pegawai di Universitas X masih antara fakultas A dan fakultas B maka
belum paham mengenai tujuan akhir hasilnya lihat tabel 6 :
yang ingin dicapai dan pola komunikasi Setelah dilakukan penormaan ter-
mengenai perubahan tersebut yang hadap hasil tersebut, maka didapatkan
masih belum efektif. bahwa secara umum fakultas B yang
3. Mutual trust & respect (SMTR=2,818; merupakan fakultas percontohan univer-
Norma=2,826). Hal ini menunjukan sitas X lebih siap untuk berubah diban-
bahwa pada aspek ini sikap dari para dingkan dengan fakultas A. Hal ini dengan
pegawai masih belum kooperatif terkait melihat nilai skor OCR fakultas B yang
dengan perubahan yang terjadi di berada pada angka 2,818 dan jika diban-
universitas X. dingkan dengan norma OCR (2,8) maka
hasilnya berada diatas norma. Ini berarti
4. Change initiative (SCI=2,605;
bahwa fakultas B telah siap untuk
Norma=2,616). Change Initiative ini
melakuan perubahan. Sementara di sisi
mengukur tentang keikutsertaan dari
lain, skor OCR fakultas A yang sebesar
para pegawai guna menunjang perubah-
an yang tengah terjadi. Jika mengacu
pada skor diatas yang berada dibawah

12
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 1 - 16

Tabel 6. Gambaran OCR & aspek- daan kesiapan organisasi untuk berubah
aspek OCR (organizational change readiness) antara
fakultas A dan B, maka dilakukan pengu-
Aspek Fakultas Skor jian statistik dengan menggunakan kriteria
Organizational A 2,75 pengujian Mann-Whitney, yaitu tolak Ho
Change Readiness B 2,818 jika p < 0,05. Hal ini mengingat data-data
Perception Toward A 2,92 pada kedua fakultas tersebut tidak terdis-
Change Effort tribusi secara normal, data bersifat ordinal
B 2,918 dan berasal dari dua kelompok yang
(PTCE)
Vision of Change A 2,71 berbeda. Setelah dilakukan perhitungan
(VoC) B 2,932 dengan menggunakan program software
Mutual Trust & A 2,82 SPSS ver. 13.00 maka didapatkan hasil
Respect (MTR) B 2,815 bahwa p = 0,128. Ini berarti bahwa tidak
A 2,58 ada perbedaan yang signifikan mengenai
Change Initiative (CI) kesiapan organisasi untuk berubah baik
B 2,63
Management Support A 2,7 pada fakultas A maupun fakultas B.
(MS) B 2,722 Hasil lengkap mengenai OCR dan
A 2,84 aspek-aspek OCR setelah dilakukan uji
Acceptance (Acc) beda dan dibandingkan dengan norma
B 3,006
A 2,7 kelompok dapat dilihat pada tabel 7.
Managing Change Jika melihat pada tabel 7 tersebut,
B 2,705
2,75, berada dibawah norma OCR. maka didapatkan hasil bahwa terdapat 2
Hal ini menunjukan bahwa fakultas A aspek yang berbeda secara signifikan an-
masih belum siap untuk melakukan tara fakultas A dan fakultas B, yaitu pada
perubahan. aspek vision of change dan acceptance.
Sementara itu untuk melihat perbe- Aspek vision of change merupakan aspek
yang menggambarkan sejauh mana
Tabel 7. Gambaran OCR, Uji Beda & Norma Kelompok

Uji Beda
Aspek Fakultas Mann-Whitney Norma Kel Keterangan
(p<0,5)
Organizational A = 2,75 Tidak Berbeda Di bawah norma
2,8
Change Readiness B = 2,818 (p=0,128) Di atas norma
Perception Toward A = 2,92 Di bawah norma
Tidak Berbeda
Change Effort 2,93
B = 2,918 (p=0,694) Di bawah norma
(PTCE)
A = 2,71 Berbeda secara Di bawah norma
Vision of Change
signifikan 2,841 Di atas norma
(VoC) B = 2,932
(p=0,002)
Mutual Trust & A = 2,82 Tidak Berbeda Di bawah norma
2,826
Respect (MTR) B = 2,815 (p=0,791) Di bawah norma
Change Initiative A = 2,58 Tidak Berbeda Di bawah norma
2,616
(CI) B = 2,63 (p=0,561) Di atas norma
Management A = 2,7 Tidak Berbeda Di bawah norma
2,733
Support (MS) B = 2,72 (p=0,248) Di bawah norma
A = 2,84 Berbeda secara Di bawah norma
Acceptance (Acc) signifikan 2,916 Di atas norma
B = 3,006
(p=0,028)
A = 2,7 Tidak Berbeda Di bawah norma
Managing Change 2,719
B = 2,705 (p=0,505) Di bawah norma

13
Organizational Change Readiness pada Universitas X (Azhar El Hami & Zahrotur Rusyda Hinduan)

kemampuan pihak manajemen mengko- tersebut telah dilakukan pembenahan


munikasikan visi yang ingin dicapai di sistem prosedur kerja yang lebih mengacu
masa yang akan datang kepada bawahan- kepada standar internasional tersebut.
nya sehingga semua pihak dapat memaha- Atribut-atribut pro-mosi menuju world
mi visi tersebut dengan jelas serta paham class faculty pun bisa dilihat di berbagai
tentang perubahan yang diinginkan oleh tempat di kampus fakultas B sehingga
organisasi. Sementara aspek acceptance nuansa keinginan untuk berubah dapat
menggambarkan sejauh mana bawahan dirasakan. Kegiatan-kegiatan seperti men-
menerima atau menolak terjadinya peru- datangkan dosen tamu internasional pun
bahan yang terjadi dalam organisasi. cukup gencar dilaksanakan ataupun me-
Berdasarkan hasil tersebut, maka ngadakan seminar-seminar yang bersifat
pada kasus di Universitas X (dengan internasional. Kejelasan akan visi dan juga
sampel fakultas A dan fakultas B), keber- langkah-langkah yang harus dicapai ini
hasilan suatu organisasi dalam hal ini membuat para pegawai di fakultas B
sebuah fakultas jika dikaitkan dengan paham tujuan fakultas di masa yang akan
kriteria world class university, dipengaruhi datang dan membawa mereka untuk
oleh dua aspek dalam kesiapan organisasi mengarahkan segala tindakannya ke sana.
untuk berubah (organizational change Kondisi berbeda pada fakultas A.
readiness), yaitu vision of change dan Berdasarkan data-data di lapangan melalui
Acceptance. Vision of Change adalah hasil interview pada beberapa pegawai di
aspek yang melihat sejauh mana peru- fakultas A, didapatkan bahwa mereka
bahan-perubahan yang terjadi mampu merasa bahwa kriteria world class yang
dikomunikasikan dan dipahami oleh ang- diharapkan oleh fakultas masih belum
gota dari organisasi. Sutanto (2008) me- tergambar dengan jelas. Demikian pula
ngatakan bahwa sebuah visi akan menjadi dengan proses sosialisasi yang masih
ketetapan dan kejelasan arah dari sebuah belum gencar baik itu pemasangan atribut-
organisasi untuk maju. Tanpa visi yang atribut yang menggambarkan tujuan akhir
realistis, upaya transformasi akan berubah dari fakultas maupun upaya mengadakan
menjadi kebingungan dan menjadi proyek forum diskusi guna memberikan kejelasan
yang tidak sesuai bahkan dapat mendorong arah bagi pencapaian fakultas.
organisasi ke arah yang salah atau tidak Faktor lainnya yang memberikan
terarah sama sekali (Kotler,1995). Oleh pengaruh bagi pencapaian organisasi da-
karenanya, pemahaman yang menyeluruh lam penelitian ini kriteria world class
dari para pegawai terhadap visi dari university, maka aspek Acceptance dalam
perusahaan/organisasi serta visi dari peru- organizational change readiness meme-
bahan menjadi sangat penting (Sutanto, gang peranan penting. Acceptance adalah
2008). Hal ini lebih tampak terlihat pada suatu kondisi yang menggambarkan ten-
fakultas B dimana visi fakultas di masa tang sejauh mana tingkat penerimaan
yang akan datang telah cukup jelas, yaitu pegawai terhadap perubahan yang terjadi
to be world class faculty pada tahun 2026. di dalam organisasi. Ciri telah terjadinya
Selain itu, langkah-langkah strategis yang perubahan dalam organisasi adalah dengan
harus dilakukan untuk bisa mencapai melihat dampak dari terselesaikannya
tujuan jangka panjang dari fakultas ter- suatu pekerjaan, dalam hal ini pencapaian
sebut pun cukup jelas. Target-target yang organisasi, maka reaksi dari pegawai
dicapai pada setiap tahap telah jelas, misal- terhadap proses perubahan menjadi hal
nya saja pada tahun 2016 telah terak- yang sangat penting Eby, dkk., (2000).
reditasi oleh lembaga akreditasi interna- Jika melihat pada Universitas X maka
sional EQUIS (Eroupean Quality Improve- didapatkan hasil bahwa para pegawai di
ment System) sehingga untuk mencapai hal fakultas B lebih bisa menerima perubahan-

14
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 1 - 16

perubahan yang terjadi dibandingkan de- Universitas X dapat menerima perubahan


ngan fakultas A. Berdasarkan hasil inter- yang terjadi dalam organisasi, maka akan
view dengan beberapa pegawai di fakultas semakin mudah organisasi tersebut untuk
A didapatkan data bahwa mereka cende- melakukan transformasi menuju arah yang
rung untuk menolak terjadinya perubahan diinginkan.
serta lebih pesimis dengan mengatakan Adapun saran terkait dengan pe-
bahwa world class university tidak lebih ngembangan penelitian ini adalah dengan
sekedar mimpi yang sulit diraih. Perubah- memperbanyak jumlah responden terkait
an yang baru sekedar menambah beban dengan pengambilan data dengan me-
bagi pekerjaan yang telah mereka dapatkan ngambil sampel dari seluruh fakultas yang
tanpa ditunjang dengan kompensasi yang ada di Universitas X. Diharapkan hal ini
memadai. Sikap-sikap seperti ini yang dapat memberikan gambaran yang lebih
menjadi kendala bagi upaya perubahan nyata terkait dengan kesiapan universitas
yang dapat menunjang bagi performa yang dalam menghadapi perubahan.
lebih dalam mencapai visi world class
university seperti yang terjadi pada DAFTAR PUSTAKA
fakultas A.
Armenakis, A. A., Harris, S. G., and
SIMPULAN DAN SARAN Mossholder, K. W. 1993. Creating
readiness for organizational change,
Berdasarkan hasil penelitian ter- Human Relations, 46 (June), 681–
hadap dua fakultas di Universitas X terkait 703.
dengan kesiapan organisasi untuk berubah Armenakis, A. A., and Harris, S. G. 2002.
(organizational change readiness) maka Crafting a change message to create
dapat disimpulkan bahwa Universitas X transformational readiness. Journal
sebagai organisasi masih belum siap untuk of Organizational Change
berubah terkait dengan visi universitas Management, 15(Number 2), 169-
untuk menjadi world class university. 183.
Aspek vision of change dan accep- Beckhardt, R. and Harris, R.T. 1987.
tance menjadi aspek penting yang menun- Organizational transitions:
jang bagi kesiapan untuk berubah tersebut. managing complex change. Reading:
Aspek vision of change adalah aspek yang Addison-Wesley.
menggambarkan kejelasan dari suatu arah Eby, Lilian T., Adams, Danielle M.,
perubahan dan bagaimana perubahan Russel, Joyce E. A., and Gaby,
tersebut dapat dipahami oleh para pegawai Stephen H. 2000. Perceptions of
dan cara komunikasi yang efektif bagi organizational readiness: factor
organisasi untuk mensosialisasikan peru- related to employees‟ reactions to
bahan-perubahan tersebut. Pada Universi- the implementation of team based
tas X tampaknya keberhasilan dalam pro- selling, Human Relation, 53(March),
ses sosialisasi mengenai visi perubahan 419-442.
dan akan dibawa kemana perubahan ter- Gilmore, T., Shea, G., and Useem, M.
sebut akan menjadi penunjang bagi kesiap- 1997. Side effects of corporate
an organisasi dalam mencapai visinya culture transformations, Journal of
sebagai world class university. Demikian Applied Behavioral Science,
pula dalam hal penerimaan terhadap peru- 33(June), 174-189.
bahan (acceptance) yang merupakan salah Goodman, P.S., Devadas, R. and Hughson,
satu aspek dalam kesiapan organisasi T.L. 1988. Groups and productivity:
dalam menghadapi perubahan menjadi analyzing the effectiveness of self-
faktor lainnya. Semakin para pegawai di managing teams. In J.P. Campbell

15
Organizational Change Readiness pada Universitas X (Azhar El Hami & Zahrotur Rusyda Hinduan)

and R.J. Campbell (Eds.) Smith, Ian. 2005. Achieving readiness for
Productivity in organizations: new organizational change, Library
perspectives from industrial and Management, 26(June), 406-412.
organizational psychology, pp. 295- Smith, Ian. 2005. Continuing professional
327. San Francisco: Jossey-Bass. development and workplace learning
Kotter, J. 1995. Leading change: why 11: managing the “people” side of
transformation efforts fail. Harvard organizational change, Library
Business Review, 73 (March), 59- Management, 26(March), 152-155.
67. Stadtlander, Christian. 2006. Strategically
McManus, S.E., Russell, J.E.A., Freeman, balanced change: a key factor in
D.M. and Rohricht, M.T. 1995. modern management, Electronic
Factors related to employees’ Journal of Business Ethic and
perceptions of organizational Organization Studies, 11(May), 17-
readiness for change. Paper 25.
presented International Journal of Turner, D. and Crawford, M. 1998.
Management Perspectives ISSN: at Change Power: capabilities that
the annual meeting of the Academy drive corporate renewal. Sydney:
of Management, Vancouver, BC, Business and Professional
Canada. Publishing.
Rumelt, R.P. 1995. Inertia and
transformation. In Montgomery,
Cynthia A. (Eds.) Resources in an
evolutionary perspective: towards a
synthesis of evolutionary and
resource-based approaches to
strategy, pp. 101-132. Norwel :
Kluwer Academic Publishers.

16

Anda mungkin juga menyukai