Anda di halaman 1dari 21

Kontusio paru dgn hematopneumothoraks dgn WSD terpasang

Pengertian
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari
rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
Indikasi
a. Pneumothoraks :
- Spontan > 20% oleh karena rupture bleb

- Luka tusuk tembus


- Klem dada yang terlalu lama
- Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothoraks :
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
- Pasca bedah thoraks
c. Thorakotomy :
- Lobektomy
- Pneumoktomy
d. Efusi pleura : Post operasi jantung
e. Emfiema :
- Penyakit paru serius
- Kondisi inflamsi
Tujuan
· Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
· Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
· Mengembangkan kembali paru yang kolaps
· Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
Tempat Pemasangan WSD
a. Bagian apex paru (apical)
- anterolateral interkosta ke 1-2
- fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
b. Bagian basal
- postero lateral interkosta ke 8-9
- fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura
Jenis-jenis WSD
a. WSD dengan sistem satu botol
- Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks
- Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1
lagi masuk ke dalam botol
- Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah masuknya
udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru
- Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar
- Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
- Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
· Inspirasi akan meningkat
· Ekpirasi menurun
b. WSD dengan sistem 2 botol
- Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol water seal
- Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek
pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal
- Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal
botol 2
- Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol
WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD
- Bisasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi peural
c. WSD dengan sistem 3 botol
- Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang digunakan
- Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
- Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung
pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD
- Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan
- Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
· Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
· Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
· Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer
Komplikasi Pemasangan WSD
a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia
b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
Prosedur pemasangan WSD
a. Pengkajian
- Memeriksa kembali instruksi dokter
- Mencek inform consent
- Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan
b. Persiapan pasien
- Siapkan pasien
- Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :
· Tujuan tindakan
· Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD. Posisi klien dapat duduk atau berbaring
· Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam, distraksi
· Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena
c. Persiapan alat
· Sistem drainage tertutup
· Motor suction
· Slang penghubung steril
· Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas, pisau jaringan/silet, trokart, cairan antiseptic,
benang catgut dan jarumnya, duk bolong, sarung tangan , spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%,
konektor, set balutan, obat anestesi (lidokain, xylokain), masker
d. Pelaksanaan
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat dilaksanakan dengan baik ,
dan perawat member dukungan moril pada pasien
e. Tindakan setelah prosedur
· Perhatikan undulasi pada sleng WSD
Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :
- Motor suction tidak berjalan
- Slang tersumbat
- Slang terlipat
- Paru-paru telah mengembang
Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi sistem drainage, amati
tanda-tanda kesulitan bernafas
· Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar
· Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah ditetapkan serta pastikan
ujung pipa berada 2cm di bawah air
· Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan yg keluar
· Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama
· Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan
· Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai slang terlipat
· Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi
· Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
· Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang
· Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran
· Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema subkutan
· Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk efektif
· Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh
· Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD
· Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian
bahu daerah pemasangan WSD
Perawatan pada klien yang menggunakan WSD
a. Kaji adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah paru yg terkena & TTV stabil
b. Observasi adanya distress pernafasan
c. Observasi :
- Pembalut selang dada
- Observasi selang untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang menggantung, bekuan darah
- Sistem drainage dada
- Segel air untuk melihat fluktuasi inspirasi dan ekspirasi klien
- Gelembung udara di botol air bersegel atau ruang
- Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna & jumlah drainase, TTV & warna kulit
- Gelembung udara dalam ruang pengontrol penghisapan ketika penghisap digunakan
d. Posisikan klien :
- Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara (pneumothorak)
- Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan (hemothorak)
e. Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang drainase utuh dan menyatu
f. Gulung selang yang berlebih pada matras di sebelah klien. Rekatkan dengan plester
g. Sesuaikan selang supaya menggantung pada garis lurus dari puncak matras sampai ruang drainase.
Jika selang dada mengeluarkan cairan, tetapkan waktu bahwa drainase dimulai pada plester perekat
botol drainase pada saat persiaan botol atau permukaan tertulis sistem komersial yang sekali pakai
h. Urut selang jika ada obstruksi
i. Cuci tangan
j. Catat kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien, kenyamanan klien
Cara mengganti botol WSD
a. Siapkan set yang baru
Botol berisi cairan aquadest ditambah desinfektan
b. Selang WSD di klem dulu
c. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem
d. Amati undulasi dalam slang WSD
Pencabutan selang WSD
Indikasi pengangkatan WSD adalah bila :
a. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan :
· Tidak ada undulasi
· Cairan yang keluar tidak ada
· Tidak ada gelembung udara yang keluar
· Kesulitan bernafas tidak ada
· Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara
· Dari pemeriksaan tidak ada cairan atau udara
b. Slang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan pada slang
1.1 Latar Belakang

Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi manusia. Tubuh memerlukan suplai oksigen yang cukup
untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan pada saluran pernapasan misalnya saluran pernapasan
terisi oleh zat lain seperti cairan, maka pertukaran gas akan terganggu. Oleh karena itu perlu dilakukan
tindakan untuk membantu mengembalikan fungsi normal saluran pernapasan, salah satunya adalah
dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage).

Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada trauma (luka tusuk di dada),
biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus rongga
paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan mendadak yang hebat.
Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga
paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita nampak kesakitan
ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang
(Kartono, M. 1991).

Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang asuhan keperawatan pemasangan WSD
(Water Seal Drainage) dan diharapkan bisa membantu mahasiswa, tenaga kesehatan dan masyarakat
umum untuk lebih memahami tentang masalah WSD (Water Seal Drainage).

1.2 Rumusan Masalah

Apa definisi dari WSD (Water Seal Drainage)?

Apa saja tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

Apa saja komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

Apa saja macam-macam dari WSD (Water Seal Drainage)?

Bagaimana prosedur pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien dengan pemasangan WSD (Water
Seal Drainage).

1.3.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu memahami definisi dari WSD (Water Seal Drainage)?

Mahasiswa mampu memahami tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

Mahasiswa mampu memahami indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

Mahasiswa mampu memahami macam-macam dari WSD (Water Seal Drainage)?

Mahasiswa mampu memahami prosedur pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)?

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien
dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) serta mampu mengimplementasikannya dalam proses
keperawatan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari
rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki
tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.

Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :

Diagnostik :

Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi
torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.

Terapi :

Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura
sehingga “mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang seharusnya.

Preventive :

Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” tetap
baik.

Perubahan Tekanan Rongga Pleura


Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi

Atmosfer 760 760 760

Intrapulmoner 760 757 763

Intrapleural 756 750 756

2.2 TUJUAN

Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak

Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

Mengembangkan kembali paru yang kolaps

Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada

Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif
rongga tersebut

2.3 INDIKASI PEMASANGAN WSD

a. Pneumothoraks :

- Spontan > 20% oleh karena rupture bleb

- Luka tusuk tembus

- Klem dada yang terlalu lama

- Kerusakan selang dada pada sistem drainase

b. Hemothoraks :

- Robekan pleura

- Kelebihan antikoagulan

- Pasca bedah thoraks

c. Hemopneumothorak

d. Thorakotomy :

- Lobektomy

- Pneumoktomy
e. Efusi pleura : Post operasi jantung

f. Emfiema :

- Penyakit paru serius

- Kondisi indflamsi

g. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk

h. Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

2.4 KONTRAINDIKASI PEMASANGAN WSD

a. Infeksi pada tempat pemasangan

b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol

2.5 KOMPLIKASI

a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia

b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema

c. Komplikasi lainnya : laserasi ( yang mencederai organ: hepar, lien), perdarahan, empisema subkutis,
tube terlepas, tube tersumbat

2.6 MACAM-MACAM

WSD dengan sistem satu botol

· Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks

· Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1
lagi masuk ke dalam botol. Jenis ini mempunyai 2 fungsi, sebagai penampung dan botol penampung

· Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah masuknya
udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru

Note:

- Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena menyebabkan paru
kolaps.

- Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru untuk
mengeluarkan cairan atau udara.
- Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena adanya kinking,
clotting atau perubahan posisi chest tube.

· Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura
keluar

· Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi

· Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :

· Inspirasi akan meningkat

· Ekpirasi menurun

b. WSD dengan sistem 2 botol

· Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol water seal.

· Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek
pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal. Dapat dihubungkan dengan
suction control

· Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal
botol 2

· Prinsip kerjasama dengan ystem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol
WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD

· Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi peural

. Keuntungannya adalah water seal tetappada satu level

c. WSD dengan sistem 3 botol

· Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang digunakan.
Selain itu terpasang manometer untuk mengontrol tekanan

· Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan

· Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung
pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD

· Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan

· Botol ke-3 mempunyai 3 selang :

· Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua

· Tube pendek lain dihubungkan dengan suction


· Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer

BAB 3

PROSEDUR PEMASANGAN WSD

3.1 TEMPAT PEMASANGAN WSD

a. Bagian apex paru (apical)

- Anterolateral interkosta ke 1-2

- Fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

b. Bagian basal

- Postero lateral interkosta ke 8-9

- Fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura

3.2 CARA PEMASANGAN WSD

3.2.1 Persiapan

1. Pengkajian

a. Memeriksa kembali instruksi dokter

b. Mengecek inform consent

c. Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan

2. Persiapan pasien

a. Siapkan pasien

b. Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :

c. Tujuan tindakan

d. Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD. Posisi klien dapat duduk atau berbaring

e. Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam, distraksi

f. Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena

Persiapan alat
Sistem drainage tertutup

Motor suction

Slang penghubung steril

Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas, pisau jaringan/silet, trokart, cairan antiseptic,
benang catgut dan jarumnya, duk bolong, sarung tangan , spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%,
konektor, set balutan, obat anestesi (lidokain, xylokain), masker.

3.3.2 Pelaksanaan

Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat dilaksanakan dengan baik ,
dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.

Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksilaris anterior dan media

Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan

Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus interkostalis

Pada saat inspirasi:

Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di dalam WSD

Paru- paru mengembang

Note:

Apabila menggunakan WSD tipe satu botol, saat inspirasi cairan biasanya akan tertarik ke atas, namun
tidak sampai masuk kembali ke rongga pleura karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan sifat cairan
yang lebih berat daripada udara.

Pada saat ekspirasi:

Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding tekanan yang ada di dalam WSD

Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan. Masukkan jari melalui lubang
tersebut. untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru

Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly forceps

Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada

Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan

10. Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan
3.3.3 Tindakan setelah prosedur

1. Perhatikan undulasi pada selang WSD

Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :

Motor suction tidak berjalan

Slang tersumbat dan terlipat

Paru-paru telah mengembang

Yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi system drainage, amati tanda-tanda
kesulitan bernafas

Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar

Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah ditetapkan serta pastikan
ujung pipa berada 2cm di bawah air

Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan yg keluar

Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama

Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan

Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai slang terlipat

Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi

10. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu

11. Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang

12. Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran

13. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema subkutan

14. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif

15. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh

16. Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD

17. Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian
bahu daerah pemasangan WSD

3.3 PERAWATAN WSD

Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.


Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu
diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu
menyeka tubuh pasien.
Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh
dokter.

Dalam perawatan yang harus diperhatikan :

Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya
pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.

Pergantian posisi badan.


Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi
tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau
menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.

Mendorong berkembangnya paru-paru.

Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.

Latihan napas dalam.

Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang diklem.

Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.

Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.

Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi
3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga
secara bersamaan keadaan pernapasan.

Suction harus berjalan efektif :

Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam
setelah operasi.

Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan pernapasan,
denyut nadi, tekanan darah.

Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang baik, coba
merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi
di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau
alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.

Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage.

Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada dicatat.

Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara yang keluar
dari bullow drainage.
Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk yaitu meng”klem” slang pada dua
tempat dengan kocher.

Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap steril.

Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai sarung
tangan.

Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol
terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water Seal Drainage)

3.4 INDIKASI PELEPASAN WSD

Produksi cairan <50 cc/hari

Bubling sudah tidak ditemukan

Pernafasan pasien normal

1-3 hari post cardiac surgery

2-6 hari post thoracic surgery

Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau tidak adanya cairan atau udara
pada rongga intra pleura

BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

4.1.1. Anamnesa

Identitas Pasien

Terdiri dari nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.

Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan pasien

Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada
dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan
bernafas serta batuk non produktif, sedangkan pada pneumothorak

Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat yang menceritakan perjalanan penyakit pasien hingga pasien dibawa ke rumah sakit.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit yang dulu pernah diderita klien yang berhubungan dengan penyakit yang diderita
pasien sekarang.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien yang disinyalir sebagai penyebab
penyakit pasien sekarang. Contohnya: Ca paru, TBC, dll.

Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana respon
pasien terhadap tindakan pengobatan yang dilakukan terhadap dirinya.

4.1.2. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, dan RR.

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, apakah composmentis, apatis, somnolen, sopor atau koma.
Bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa,
bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.

ROS (Review of System)

B1 (Breath)

Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak

Batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)

Irama nafas pasien (teratur/tidak teratur), takipnea

Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal

Fremitus fokal

Perkusi dada : hipersonor

Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris

Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan

Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi paru.
B2 (Blood)

Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )

Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder

Hipertensi / hipotensi

CRT untuk mengetahui tingkat perfusi perifer, normalnya < 3 detik

Akral : hangat, panas, dingin, kering atau basah

B3 (Brain)

Tentukan GCS pasien

Tentukan adanya keluhan pusing,

Lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah sekitar 6-7 jam.

ada tidaknya gangguan pada nerves pendengaran, penglihatan, penciuman.

Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya nyeri dada sebelah kanan, frekuensi
nyeri (serangan datang secara tiba-tiba), nyeri bertambah saat bernapas, nyeri menyebar ke dada, badan
dan perut dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pasien

B4 (Bladder)

Kaji beberapa hal yang berhubungan dengan system perkemihan, meliputi:

Keluhan kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria, retensi, inkontinensia

Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal adalah sekitar 500cc/hari dan berwarna
kuning bening

Keadaan kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan

Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral. Intake cairan yang normal setiap hari
adalah sekitar 1 liter air.

Kaji ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter

B5 (Bowel)

Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau


Keadaan mukosa: lembab, kerig, stomatitis

Tenggorokan : adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan

Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites

i. Adanya nyeri tekan, ada tidaknya luka bekas operasi

Peristaltic usus tiap menitnya

Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau berdarah)

Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari

B6 (Bone)

Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas)

Kaji adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan fraktur

Keadaan kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau hiperglikemi

Keadaan turgor kulit

4.1.3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Darah lengkap dan kimia darah

Bakteriologis

Analisis cairan pleura

Pemeriksaan radiologis

Biopsi

4.1.4 Diagnosa Keperawatan

Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan nyeri.

Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)

Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan
informasi.
4.1.5 Intervensi

Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan nyeri.

Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot
aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis.

Tujuan : pola nafas efektif

Kriteria hasil :

a. Menunjukkan pola napas normal/efektif

b. Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia

Intervensi :

Intervensi Rasional

Pertahankan posisi nyaman, biasanya Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan


peninggian kepala tempat tidur (head up) ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tak
sakit.

Bila selang dada dipasang :

Periksa pengontrol penghisap, batas cairan Mempertahankan tekanan negative intrapleural


sesuai yang diberikan, yang meningkatkan
ekspansi paru optimum dan/ atau drainase
cairan

Gelembung udara selama ekspirasi


Observasi gelembung udara botol penampung
menunjukkan lubang angin dari pneumothorak.
Naik turunnya gelembung udara menunjukkan
ekspansi paru

Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat


c. Klem selang pada bagian bawah unit system
drainase bila terjadi kebocoran
Fluktuasi (pasang surut) menunjukkan
d. Awasi pasang surutnya air penampung dan perbedaan tekanan inspirasi dan eksprirasi
water seal
Berguna dalam menevaluasi perbaikan
kondisi/terjadinya komplikasi atau perdarahan
yang memerlukan upaya intervensi
e. Catat karakter/jumlah drainase selang
dada.
Berikan oksigen melalui kanul/masker, latih Alat dalam menurunkan kerja napas;
napas dalam dan batuk efektif meningkatkan penghilangan distress respirasi
dan sianosis b.d hipoksemia.

Perawatan :

Observasi pola napas dan komplikasi Agar pasien tercukupi oksigennya dan pola
napasnya efektif, serta untuk mencegah
terjadinya komplikasi yang bias memperparah
kondisi klien

Nyeri dada b.d faktor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)

Kemungkinan dibuktikan dengan : RR dan nadi meningkat, raut wajah pasien seperti menahan rasa sakit,
pasien merasa tidak nyaman

Tujuan : kenyamanan pasien terpenuhi

Kriteria hasil: - nyeri berkurang bahkan hilang

- RR dan nadi kembali normal yaitu 16-20x/menit dan 60-100x/menit

Intervensi :

Intervensi Rasional

- Berikan tehnik relaksasi distraksi Mengalihkan perhatian apsien terhadap rasa


nyerinya sehingga nyeri pasien berkurang

- Jika nyeri tidak berkurang,kolaborasikan Mengurangi tingakt nyeri yang dirasakan pasien
dengan dokter untuk pemberian obat analgesik

Observasi skala nyeri setelah intervensi yang Sebagai evaluasi terhadap interensi yang telah
telah dilakukan dilakukan dan untuk merencanakan intervensi
selanjutnya

Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh

Kemungkina dibuktikan oleh: adanya inflamasi didaerah yang terpasang WSD, suhu tubuh meningkat,
nyeri pada daerah yang terpasang WSD

Tujuan : tidak terjadi infekasi pada pasien

Kriteria hasil : - tidak terjadi infalamsi pada daerah yang terpasang WSD

- Tidak timbul rasa nyeri


- Suhu tubuh normal (36,5-37,5)

Intervensi :

Intervensi Rasional

Rawat daerah yang terpasang WSD secara Untuk menjaga kebersihan daerah yang
teratur terpasang WSD sehingga dapat meminimalisir
peluang terjadinya infeksi.

Ajarkan kepada keluarga untuk merawat Untuk melindungi tubuh dari resiko infeksi
daerah WSD dan instruksikan untuk
merawatnya secara teratur

Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang Mencegah kontaminasi lingkungan terhadap
benar pasien yang dapat emmicu terjadinya infeksi

Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci


tangan sewaktu masuk dan meninggalkan
ruang pasien

Ajarkan kepada pasien dan keluarga Mendeteksi adanya infeksi sedini mungkin
tanda/gejala infeksi dan kapan harus sehingga dapa segera dilakukan tindakan agar
melaporkan ke pusat kesehatan infeksi tidak semakin parah

Kolaborasikan untuk member antibiotik jika Mengendalikan factor pemicu infeksi


diperlukan

Batasi jumlah pengunjung jika diperlukan Meminimalkan pemicu infeksi

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan
informasi.

Kemungkinan dibuktikan dengan : pasien sering bertanya, ketidakakuratan mengikuti instruksi, pasien
tampak gelisah.

Tujuan : pengetahuan pasien dapat terpenuhi

Kriteria hasil: - pasien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/ proses penyakit dan rencana
pengobatan

- Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan

Intervensi :

Intervensi Rasional

Berikan peran aktif pasien/ orang terdekat Belajar ditingkatkan bila individu secara aktif
dalam proses belajar, misalnya: diskusi, berperan
partisipasi kelompok

Berikan informasi tertulis dan verbal sesuai Membantu pasien dan orang terdekat membuat
indikasi. Masukkan daftar artikel dan buku yang pilihan berdasarkan informasi tentang masa
berhubungan dengan kebutuhan pasien/ depan.
keluarga dan dorong membaca dan
memdiskusikan apa yang mereka pelajari

Informasikan kepada pasien tentang efek-efek Mengurangi ras cemas pasien akibat
pemasangan WSD terpasangnya alat di tubuhnya

Tinjau ulang pengetahuan pasien akan penyakit Mengetahui keefektifan intervensi yang telah
dan proses pengobatannya dilakukan

BAB 5

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari
rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki
tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.

Tujuan pemasangan WSD antara lain :

Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak

Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

Mengembangkan kembali paru yang kolaps

Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada

Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif
rongga tersebut

Anda mungkin juga menyukai