Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH

PEMASARAN PRODUK AGRIBISNIS GLOBAL

“ EKSPOR KELAPA SAWIT”

Disususn Oleh :

Kelompok 6

Moh.Novan (E32118120)
Anjas Sasmita (E32118125)
Nafsin Wahida (E32118128)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat
dan salam kita sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita nabi muhammad
SAW. Diantara sekian banyak nikmat Allah SWT yang membawa kita dari
kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat
bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya penyusun dapat
menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan praktikum Mata


Kuliah Pemasaran Produk Agribisnis Global adalah untuk memenuhi salah satu
tugas yang di berikan oleh dosen pada mata kuliah Pemasaran Produk Agribisnis
Global.

Dalam proses penyusunan tugas Laporan Praktikum Pemasaran Produk


Agribisnis Global penyusun menjumpai hambatan, namun berkat dukungan
material dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
cukup baik, segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh
hal yang benar datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah
SWT, meski begitu tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapan
demi perbaikan pada tugas selanjutnya.

Akhir harapan, semoga Laporan Praktikum mata kuliah Pemasaran Produk


Agribisnis Global ini bermanfaat khususnya bagi kita dan bagi pembaca lain pada
umumnya.

Palu, Desember 2020


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................ 1


1.2 Latar Masalah.................................................................................. 3
1.3 Tujuan............................................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ekspor........................................................................... 4


2.2 Saluran Pemasaran.......................................................................... 5
2.3 Minyak sawit................................................................................... 6

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Ekspor Minyak Sawit Menta………………………………….. .... 7


3.2 skema cara mengekspor.................................................................. 8
3.3 Saluran Pemasaran Kelapa Sawi ……………………………. ...... 9
3.4 struktur pasar................................................................................... 10

IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................... 11
4.2 Saran................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut definisi dan fungsinya, ekspor adalah bentuk perdagangan

internasional. Ekspor terjadi ketika barang yang diproduksi di satu negara dikirim

ke negara lain untuk dijual atau diperdagangkan. Karena penjualan komoditas

menambah pendapatan kotor negara.Kelapa sawit yang bernama latin Elaeis

guineensis sebetulnya bukan tumbuhan baru bagi kalangan masyarakat Indonesia.

Tumbuhan ini merupakan tanaman industri yang semakin penting untuk

menghasilkan keperluan minyak seperti minyak masak, minyak industri, maupun

sebagai alternativ bahan bakar (yang dikenal dengan istilah biodiesel).

Indonesia adalah negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Di

Indonesia, penyebaran penanaman pohon ini berada di daerah Aceh, pantai timur

Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Kelapa sawit yang bernama

latin Elaeis guineensis sebetulnya bukan tumbuhan baru bagi kalangan masyarakat

Indonesia. Tumbuhan ini merupakan tanaman industri yang semakin penting

untuk menghasilkan keperluan minyak seperti minyak masak, minyak industri,

maupun sebagai alternativ bahan bakar (yang dikenal dengan istilah biodiesel).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana ekspor pada kelapa sawit?


2. Bagaimana saluran pemasaran Produk ekspor dari hulu ke hilir?
3. Bagaimana struktur pasar, fungsi pasar dan jenis pasar?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan diatas adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ekspor kelapa sawit


2. Untuk mengetahui saluran pemasaran produk ekspor dari hulu ke hilir
3. Untuk mengetahui struktur pasar, fungsi pasar, dan jenis pasar
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ekspor

Ekspor adalah pembelian negara lain atas barang buatan perusahaan-

perusahaan di dalam negeri. Faktor terpenting yang menentukan ekspor adalah

kemampuan dari negara tersebut untuk mengeluarkan barang-barang yang dapat

bersaing dalam pasar luar negeri. Ekspor akan secara langsung mempengaruhi

pendapatan nasional, Namun hubungan yang sebaliknya tidak selalu berlaku, yaitu

kenaikan pendapatan nasional belum tentu menaikkan ekspor dikarenakan

pendapatan nasional dapat mengalami kenaikan sebagai akibat dari kenaikan

pengeluaran rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah dan

penggantian barang impor dengan barang buatan dalam negeri (Sukirno, 2008).

Ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam

negeri lalu dijual di luar negeri. Ditinjau dari sudut pengeluaran, ekspor

merupakan salah satu faktor terpenting dari Gross Nasional Product (GNP),

Sehingga dengan berubahnya nilai ekspor maka pendapatan masyarakat secara

langsung juga akan mengalami perubahan. Di lain pihak, tingginya ekspor suatu

negara akan menyebabkan perekonomian tersebut akan sangat sensitif terhadap

keguncangan-keguncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasaran internasional

maupun di perekonomian dunia (Irham dan Yogi, 2003).

Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan

barang-barang dari dalam negeri ke luar negeri dengan memenuhi ketentuan yang

berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara
ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada

suatu tahun tertentu (Priadi, 2000).

2.2 Saluran Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang harus

dilakukan oleh para pengusaha termasuk pengusaha Tani (Agribusinessman)

dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (Survival), untuk

mendapatkan laba, dan untuk berkembang. Berhasil tidaknya usaha tersebut

sangat tergantung pada keahliannya di bidang pemasaran, produksi, keuangan dan

sumber daya manusia (Firdaus, 2008).

Saluran pemasaran adalah organisasi-organisasi yang saling tergantung

yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia

untuk digunakan atau dikonsumsi. Mereka adalah perangkat jalur yang diikuti

produk atau jasa setelah produksi, yang berkulminasi pada pembeli dan pengguna

oleh pemakai akhir (Kotler dan Keller, 2007;122).

2.3 Minyak Sawit

Minyak sawit (CPO) Crude Palm Oil (CPO) berasal dari buah segar kelapa

sawit yang didapatkan dengan cara mengekstrak buah sawit tersebut. Selain

berupa minyak sawit sebagai produk utama, proses ini pula menghasilkan produk

sampingan berupa tandan kosong yang biasanya diolah menjadi kompos, serat

perasan, lumpur sawit/solid, dan bungkil kelapa sawit. Buah kelapa sawit yang

bermutu akan menghasilkan ratarata 22 persen minyak kelapa sawit. Potensi

produksi minyak kelapa sawit untuk setiap hektarnya adalah 5,28 ton per tahun
yang dapat dari 24 ton tandan buah segar (TBS). Minyak kelapa sawit banyak

digunakan sebagai bahan baku makanan. Bahan makanan yang berbahan baku

kelapa sawit antara lain : minyak goreng, margarin, lemak nabati untuk susu dan

es krim, serta masih banyak lainnya. Sebagai bahan makanan, minyak kelapa

sawit memiliki dua aspek kualitas. Aspek kualitas pertama berhubungan dengan

kadar dan kualitas asam lemak bebas (FFA, Free Fatty Acid), serta kelembaban

dan kadar kotor yang terkandung dalam minyak kelapa sawit tersebut. Aspek

kualitas yang kedua berhubungan dengan aroma, rasa, kejernihan serta kemurnian

dari produk. Minyak kelapa sawit yang bermutu prima (special quality)

mengandung asam lemak bebas (FFA) tidak lebih dari dua persen pada saat

pengapalan untuk diekspor atau diimpor. Sedangkan untuk kualitas standar

minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari lima persen asam lemak bebas

(Semangun et all, 2005).


III. PEMBAHASAN

3.1 Skema cara mengekspor kelapa sawit

Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor

22/PMK.04/2019 Tentang Ketentuan Ekspor Kelapa Sawit, Crude Palm Oil

(CPO), dan Produk Turunannya Peraturan ini ditandatangani Menteri

Keuangan Sri Mulyani dan diundangkan pada 1 Maret 2019. Sebagai berikut:

1. Eksportir harus mengajukan permohonan pengawasan dan pemeriksaan

fisik sebelum PEB ( melalui aplikasi)

2. Penjabat BC melakukan Pengawasan, pemuatan fisik dalam bentuk curah

kelapa sawit, CPO, dan turunannya sebelum melakukan PEB. Dimana

dilakukan pengambilan contoh barang dilaboratorium BJBC yang hasilnya

akan dituangkan pada CEISALEM atau GBC dan eksportir mengajukan

PEB berdasarkan MHP yersebut.

3. Eksportir mengajukan PEB berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dengan

melampirkan dokumen pelengkap pabean dilanjutkan dengan penelitian

INSW dan diteruskan ke SKP CEISA

4. SKP CEISA membuat kode billing masing-masing kode pengeluaran

 Kode billing dan pungutam BEA keluar kepada eksportir

 Kode billing pungutan kepada BPDP kelapa sawit

 Kode billing BEA keluar kepada MPN G2

5. BPDP kelapa sawit meneruskan kode billing pungutan kepada Sistem

bank
6. Eksportir membayar pihak luar pungutan

7. Bank menneruskan informasi bukti bayar pungutan kepada BPDP KS dan

eksportir serta bukti bayar BEA keluar kepada MPNG2 dan eksportir

8. BPDP kelapa sawit dan sistem MPNG2 meneruskan informasi bukti bayar

pembayaran pungutan kepada sistem komputer pelayanan DJBC

9. Sistem komputer layanan menerbitkan NOPEN PEB dalam hal penelituan

data PEB telah lengkap/ sesuai serta data pungutan telah terekonsiliasi

10. Sistem komputer pelayanan menerbitkan nota pelayanan ekspor CNPE

3.2 Saluran Pemasaran

Sistem rantai pasok diawali dengan pengadaan Tandan Buah Segar (TBS)

di kebun kelapa sawit disini ada pengepul kecil yaitu biasanya para petani dan

pengepul besar seperti perusahaan swasta yang memiliki perkebunan yang luas.

Di bawa ke pabrik untuk proses pengolahan menjadi minyak sawit mentah (Crude

Palm Oil). Diketahui bahwa efisiensi industri CPO relatif kecil dengan nilai
efisiensi tertinggi terdapat pada pabrik milik swasta. Hal ini disebabkan Pabrik

Kelapa Sawit (PKS) milik swasta lebih baru dan telah terintegrasi dengan industri

turunan CPO.

Selanjutnya, produk dibawa ke pelabuhan untuk diekspor ke negara-

negara pengimpor CPO melalui jalur laut. Model rantai pasok CPO terdiri atas

panen (TBS dari perkebunan unit usaha, kebun se-induk, dan perkebunan rakyat),

produksi (pengolahan TBS menjadi CPO dan inti kelapa sawit (PKO)), persediaan

(penimbunan minyak sawit mentah ke pabrik dan ke pelabuhan) dan distribusi.

Industri hilir dari CPO antar lain sebagai bahan dasar pembuatan berbagai

produk toiletries, makanan, kosmetik, dan farmasi. Di Indonesia, Minyak goreng

merupakan industri hilir kelapa sawit yang paling menonjol. Dari 17 Industri

pengolahan perkebunan, minyak goreng yang berasal dari CPO memiliki nilai

tambah bruto tertinggi, namun terdapat potensi diversifikasi produk sawit. Selain

itu, Indonesia selaku produsen kelapa sawit terbesar di dunia hanya memiliki 3

inovasi paten bila dibandingkan dengan Malaysia (79 inovasi paten), Singapura

(34 inovasi paten), dan Thailand (4 paten). Oleh karena itu, Indonesia perlu

melakukan penelitian dan pengembangan berkelanjutan untuk meningkatkan

diversifikasi produk, serta pemenuhan sertifikasi dan teknologi terkait kualitas

CPO yang dihasilkan. Dalam hal menjaga kualitas CPO, para pelaku industri

perlu memperhatikan standar Free Fatty Acid (FFA).


3.2 Struktur dan Jenis Pasar

Ditinjau dari sisi produsen (penjual) CPO terdapat beberapa produksi di

Negara-negara tertentu seperti Malaysia, Indonesia, Nigeria, Columbia, Thailand,

dan lainnya ini didukung oleh kondisi lahan perkebunan yang sesuai (cocok)

untuk budidaya tanaman komoditi kelapa sawit. Ditinjau dari sisi konsumen

(pembeli) CPO, terbatas pada negara-negara yang memproduksi produk-produk

turunan dari CPO seperti minyak goreng, kosmetika, sabun, dan lain-lain, di

antaranya Negara-negara Amerika Serikat, China, Eropa, Rusia, dan lain-lain

(Gapki 2004: 7).

Negara-negara penghasil minyak nabati khususnya produsen minyak sawit

berusaha untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas minyak sawit mentah (CPO)

yang dapat diterima dipasar internasional. Persaingan antara komoditas minyak

nabati sebagai pemasok kebutuhan bahan baku industri menyebabkan tingginya

tingkat persaingan, selain itu adanya negara saingan juga menyebabkan setiap

negara produsen berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk konsumen.

Negara Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara penghasil minyak nabati

terbesar untuk CPO. Dengan menggunakan rumus Herifindhal Index akan

diketahui struktur pasar komoditas CPO di pasar internasional sekaligus

mengukur penguasaan pangsa pasar masing masing negara yang menjadi

produsen minyak sawit. Pangsa pasar minyak kelapa sawit Indonesia diukur

dengan membandingkan ekspor minyak sawit negara Indonesia dengan total

ekspor minyak sawit dunia. Dari hasil analisis diperoleh nilai rata-rata Herifindah

Index dari tahun 1999 sampai 2012 sebesar 0,5. Nilai Herifindhal Index yang
mendekati nilai satu menunjukkan bahwa industri minyak sawit atau CPO di pasar

internasional menunjukan kecenderungan mengarah ke pasar monopoli. Artinya

industri CPO dipasar internasional saat ini didominasi oleh beberapa negara

seperti Malaysia dan Indonesia.

Hasil perhitungan terhadap empat negara terbesar produsen CPO (CR4)

dengan nilai 94 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwasanya struktur pasar

industri minyak sawit atau CPO merupakan pasar yang cenderung oligopoli ketat,

karena Negara Malaysia dan Indonesia merupakan negara produsen terbesar

penghasil minyak nabati dari kelapa sawit atau CPO. Dari empat negara eksportir

CPO terbesar yaitu Malaysia, Indonesia, Costarica dan Papau Nugini, Negara

yang merupakan produsen terbesar memberikan kontribusi terhadap minyak sawit

dunia adalah Negara Malaysia dan Indonesia. Besarnya persentase ekspor CPO

negara Malaysia adalah sebesar 51 persen dan Indonesia 44 persen dari total

seluruh CPO dunia sedangkan untuk Costarica dan Papua N sebesar 0.5 persen

dan 1,29 persen dari total ekspor dunia pada tahun 2012.

Pada pasar Uni Eropa dilakukan untuk mengetahui lebih jauh posisi

komoditas CPO di pasar Uni Eropa. Sementara pada pasar dunia, analisis pangsa

pasar CPO Indonesia secara keseluruhan terlihat pada grafik berikut.


Sumber: UNComtrade diolah

Pada pasar dunia, terlihat Indonesia tetap menguasai market share CPO

hingga tahun 2014. Nilai market share Indonesia masih berada di atas Malaysia

sebagai pesaing utama. Meskipun demikian nampak penurunan market share

mulai tahun 2010. Hal ini seiring dengan menurunnya nilai ekspor CPO Indonesia

ke dunia sejak tahun 2011.

Fungsi pasarnya untuk ekspor CPO Indonesia tidak berjalan dengan

semestinya karena memiliki banyak masalah salah satunya dengan kebijakan Uni

Eropa yaitu (RED) II. Renewable Energy Directive. (RED) II merupakan

pedoman energi terbarukan dari Uni Eropa yang akan menggolongkan minyak

sawit sebagai beresiko tinggi sedangkan minyak nabati lain digolongkan beresiko

rendah terhadap deforestasi. Regulasi yang diusulkan tersebut bertujuan

mengisolasi dan mengecualikan minyak sawit dari sektor energi terbarukan yang

diamanatkan, demi menguntungkan minyak nabati lain yang kurang kompetitif.

Pihak negara produsen sawit menilai regulasi yang diusulkan ini adalah guna

membatasi dan secara efektif melarang semua biofuel minyak sawit di Uni Eropa,
yang dengan sengaja menilai minyak sawit penyebab deforestasi. Dan masih

bamyak lagi regulasi regulasi yang menghambat.


IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Dian Widianingsih & Tri Widodo. 2016. Analisis Pangsa Pasar Dan Daya Saing

Cpo Indonesia Di Uni Eropa. Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya.

Vol. 18,No. 02. 138-145

Firdaus, Muhammad. (2008). Manajemen Agribisnis, edisi satu, cetakan pertama.

Jakarta: Bumi Aksara.

Irham & Yogi. 2003. Ekspor di Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta: Pustaka

Binaman Pressindo.

Kotler, Philip dan Keller, 2007, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi Kedua

belas, PT. Indeks, Jakarta.

Harto Widodo Kuncoro, Aang Abdullah, Kharies P.D. A. 2010. Sistem Supply

Chain Crude-Palm-Oil Indonesia dengan Mempertimbangkan Aspek

Economical Revenue, Social Welfare dan Environment. Jurnal Teknik

Industri, Vol. 12, No. 01. 47-54

Matondang, Nazaruddin & Irwan Budiman. 2019. Analisis rantai pasok (supply

chain) pada produk minyak kelapa sawit. TALENTA Conference Series:

Energy & Engineering (EE). Volume 2 Issue 4

Restu Mengeswuri, Dewi. 2019. Hambatan Ekspor Minyak Sawit Ke Uni Eropa

Dan Upaya Mengatasinya. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Vol.

XI, No.08
Semangun, A, Gonarsyah, I. 2005. Pasar Minyak Sawit Dunia dan Kaitannya

dengan Ekspor Minyak Sawit Indonesia. Jurnal. Bogor.

Sukirno, Sadono. 2008. Makro Ekonomi, Teori Pengantar. Penerbit PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Usdiana Saputri, Ira. Analisis Daya Saing Crude Palm Oil (Minyak Sawit Mentah)

Pada Pt. Cipta Usaha Sejati Dengan Metode Herifindahl Indeks Dan Analisa

Swot Dalam Menghadapi Perdagangan Cpo Dunia. Jurnal Pasti. Vol VIII

No.2 ,203-211.

Utomo, Yuni Priadi. 2000, Ekspor Mendorong Pertumbuhan atau Pertumbuhan

Mendorong Ekspor, Jurnal Manajemen, Vol.1, No.1, UII, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai