HIPERTENSI
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
Nim : 711440118086
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 1 ayat 2
yang berbunyi lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
keatas”. Lanjut usia merupakan proses mengalami penuaan anatomi, fisiologis dan biokimia
pada jaringan organ yang dapat mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Fatmah,2010).
Pada lanjut usia terjadi kemunduran fungsi tubuh dimana salah satunya adalah
kemunduran fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit yang sering dijumpai pada golongan
lansia yang disebabkan karena kemunduran fungsi kerja pembuluh darah yaitu salah satunya
hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit
degenerative yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi. Tekanan darah tinggi
merupakan suatu penyakit akiba tmeningkatnya tekanan darah arterial sistemik baik sistolik
maupun diastolik (Arlita, 2014).
Data World Health Organization (WHO) 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar
orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita
hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Jumlah penderita hipertensi di dunia
terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5miliar orang yang
terkena hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasi. Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%. Prevalensi hipertensi di Kalimantan Timur dengan
jumlah penduduk 3.742.194 jiwa pasien yang menderita hipertensi sebesar 29,6%
(Riskesdas) tahun 2013.
Berdasarkan Kemenkes tahun 2017 Kota Samarinda memiliki persentase 28,25%
dengan hipertensi. Kesehatan lansia bila tidak di tangani dengan baik, akan menyebabkan
penurunan fungsi fisik dan fisiologis sehingga terjadi kerusakan tubuh yang lebih parah,
menimbulkan banyak komplikasi dan mempercepat kematian. Hipertensi pada lansia bila
tidak segera diobati dapat menyebabkan gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Potter dan
Perry, 2005). Faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu, faktor yang dapat
dikendalikan seperti obesitas, medikasi, gaya hidup, stress dan faktor yang tidak dapat di
kenali seperti usia, riwayat keluarga, jenis kelamin (Junaedi, E dkk, 2013).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah
sebagai berikut : “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Lansia dengan Hipertensi di
Kelurahan Rurukan Lingkungan IV Kota Tomohon Kecamatan Tomohon Timur”
C. Tujuan Penulisan
Penulis mampu memberikan dan menerapkan asuhan keperawatan lansia dengan
hipertensi secara komprehensif.
1. Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai adalah mampu memberikan asuhan keperawatan pada
lanjut usia dengan hipertensi secara benar.
2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada lansia dengan hipertensi
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada lansia dengan hipertensi
3) Menyusun rencana asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi.
4) Melakukan tindakan keperawatan pada lansia dengan hipertensi.
5) Melakukan evaluasi keperawatan pada lansia dengan hipertensi sesuai dengan
rencana keperawatan.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
1) Menerapkan asuhan keperawatan gerontik dengan hipertensi
2) Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan asuhan keperawatan
gerontik dengan hipertensi
3) Meningkatkan keterampilan dalam pemberian asuhan keperawatan gerontik dengan
hipertensi
2. Bagi Tempat Penulisan
Dengan penulisan ini di harapkan dapat dijadikan acuan dalam memberikan
asuhan keperawatan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik khususnya
pada lansia dengan hipertensi.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Profesi Keperawatan
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi Profesi
Keperawatan mengenai penyakit Hipertensi, khususnya pada lansia serta dapat dan
memberikan tindakan yang tepat, baik secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua
(Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.Memasuki
masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis.Kemunduran fisik
ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran,
penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas
emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak
harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini
diartikan:
1. Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2. Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3. Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah.
Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah –
masalah yang menyertai lansia yaitu:
1. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya,
3. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau
pindah,
4. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan
5. Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah
perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri
makin bertambah.Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang.Ketiga minat
terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak
berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri
usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi
tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan
tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan
apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan
terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia
adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan,
ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3. Selalu mengingat kembali masa lalu
4. Selalu khawatir karena pengangguran,
5. Kurang ada motivasi,
6. Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7. Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat
yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan
hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimal
trehadap diri dan orang lain.
B. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
Tekanan
Tekanan sistolik
Tigkat diastolik Jadwal kontrol
(mmHg)
(mmHg)
Tingkat I 140-159 90-99
Tingkat II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat III 180-209 110-119 1 minggu sekali
Tingkat IV 210 satau lebih 120 atau lebuh Dirawat RS
C. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
Elastisitas dinding aorta menurun
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
Kegemukan atau makan berlebihan
Stress
Merokok
Minum alcohol
Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal,
Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis,
Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM,
Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan
karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.Individu
dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Pathway
E. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,
Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat
mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus
adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin
(meningkatkan hipertensi)
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi
efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
h. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal /
ureter
l. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
m. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
G. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga
yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 %
dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara
20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu
dan paling baik 5 x perminggu.
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
Ø Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
Ø Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Ø Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat.Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT
OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada
pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis,
Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain
Step 4
Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi. Untuk
mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang
baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan.
III.Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian secara Umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat,
nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna
hitam, kandungan tinggi kalori.
b. Mual, muntah.
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan
penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi
a. Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau riwayat
penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
5. Defisit pengetahuan berhubung dengan kurang terpapar informasi
C. Intervensi
1. Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Tujuan & Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama …x 24jam maka tingkat nyeri
menurun dengan kriteria hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Frekuensi nadi, napas dan tekanan darah membaik
Intervensi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
5) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
6) Fasilitasi istirahat dan tidur
7) Jelaskan strategi meredakan nyeri
8) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
9) Kolaborasi pemberian analgetik
D. Evaluasi
1. Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
2. Pasien berpartisupasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
3. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja
jantung.
4. Menunjukkan perubahan pola makan ( misalnya pilihan makan, kuantitas,dan
sebagainya), mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan
kesehatan optimal.
5. Mengidentivikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
6. Pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
DAFTAR PUSTAKA