WHITE PAPER
WHITE PAPER
Dewan Redaksi
Penanggung Jawab
Direktur SMK, Dr. Ir. M. Bakrun, M.M
Ketua Redaksi
Arie Wibowo Khurniawan, S.Si, M.Ak.
Redaksi Pelaksana
Chrismi Widjajanti
Arfah Laidiah Razik
Meidhi Alkibzi
Farid Prasetyo Adi
Muhammad Abdul Majid
Ahmad Rofiuddin Syafaa
Editor
Gustriza Erda, S.Si, M.Si.
Mukhlas Rivai, S.Si, M.Si.
Online Redaksi
Muhammad Herdyka
Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui ekosistem kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan. Kajian ini menggunakan
metode survei dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket melalui google form. Indikator
ekosistem kewirausahaan dikembangkan dari model ekosistem kewirausahaan Isenberg (2011) yang terdiri dari aspek
kebijakan, pasar, keuangan/pembiayaan, sumber daya manusia, budaya, dan dukungan fasilitas. Hasil survei menunjukkan
hanya pada domain kebijakan pada ekosistem kewirausahaan yang sudah berjalan dengan baik namun aspek lainnya seperti
keuangan/pembiayaan, budaya, sumber daya manusia, dukungan fasilitas dan pasar masih belum optimal.
Kata Kunci: Ekosistem Kewirausahaan, Pembelajaran Kewirausahaan, Revitalisasi SMK
Abstract
This research aims to determine the entrepreneurship ecosystem in SMK. This study used a survei method. The data collection
technique was conducted by a questionnaire on google form. The entrepreneurship ecosystem indicator is developed from
the entrepreneurship ecosystem model by Isenberg (2011) which consists of aspects of policy, market, finance, human
resources, culture, and support facilities. The survei results show that only the element of policies in the entrepreneurship
ecosystem has been running well, but other element such as finance, culture, human resources, support facilities and market
are still less than optimal.
lulusan SMK adalah kemampuan mengoptimalkan kompetensi mengelola tenaga kerja, membuat
kompetensi dan potensi dirinya untuk mendapatkan rencana produksi, menentukan bahan baku,
dan menggunakan potensi lokal di daerahnya penyediaan bahan baku, melaksanakan produksi,
sebagai aset sosial dan ekonomi untuk mencari mengelola produk, memasarkan produk, interaksi
peluang lebih lanjut, mendapatkan mata dengan konsumen, dan mengelola keuangan.
pencaharian dan meningkatkan pendapatan. Tuntutan kompetensi wirausaha dalam SNP SMK
2018 dan SKKNI Kewirausahaan Industri harus
Robert Kiyosaki dalam bukunya Cash Flow
menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum
Quadran menyatakan bahwa ada 4 kuadran sumber
kewirausahaan di SMK disesuaikan dengan tuntutan
pendapatan seseorang yaitu: (1) menjadi karyawan
dan perkembangan era digital saat ini. Pandemi
bekerja untuk orang lain; (2) bekerja untuk diri
Covid 2019 memercepat proses tranformasi digital
sendiri dengan mengelola usaha kecil yang
termasuk dalam mendirikan dan mengelola usaha.
dijalankan sendiri sehingga usahanya sangat
tergantung keberadaannya; (3) pemilik bisnis, Slamet (2013) menyatakan selama ini SMK
seseorang mengelola bisnis dengan melibatkan pada umumnya masih menyelenggarakan fungsi
sistem dan tenaga kerja sehingga beroperasinya tunggal yaitu menyiapkan lulusan untuk bekerja,
bisnis tidak tergantung keberadaan sang pemilik; kurang menyiapkan untuk menjadi wirausahawan,
(4)investor, seseorang melakukan investasi pada kurang cepat tanggap terhadap tuntutan-tuntutan
usaha yang menguntungkan sehingga mendapatkan pembangunan ekonomi, lemah keselarasannya
penghasilan dari hasil investasinya tanpa perlu dengan dunia kerja, dan tidak ada jaminan untuk
terlibat langsung mengoperasikan usaha. Jika memperoleh pekerjaan yang layak. Waras Kamdi
lulusan SMK tidak bekerja atau tidak mau menjadi (2017) ketua Tim Revitalisasi SMK Kemendikbud,
karyawan maka untuk mendapatkan penghidupan/ menyatakan lulusan SMK tidak hanya mengisi
mata pencaharian mereka harus mampu bekerja lapangan kerja pada industri, tapi harus mampu
untuk dirinya sendiri, menjadi pemilik bisnis ataupun menciptakan lapangan kerja baru, melahirkan job-
melakukan investasi. Untuk mencapai berbagai creator yang sesuai dengan kebutuhan generasi
kuadran penghasilan ini maka diperlukan mindset milenial. Lebih lanjut Waras Kamdi menyatakan
dan kompetensi wirausaha. Generasi milenial memiliki kecenderungan berusaha
secara self-employed terutama pada sektor
Pengembangan kompetensi wirausaha sudah
ekonomi kreatif. Kompetensi kewirausahaan
diamanatkan secara tersurat dalam Peraturan
menjadi salah satu kompetensi yang dibutuhkan
Menteri Pendidikan Nomer 34 tahun 2018 tentang
untuk masa depan menghadapi fenomena VUCA,
Standar Nasional Pendidikan SMK (SNP SMK)
Volatile (bergejolak), Uncertain (tidak pasti),
dimana kompetensi wirausaha menjadi salah satu
Complex (kompleks), dan Ambiguity (tidak jelas).
standar kompetensi lulusan SMK. Kompetensi dasar
Ada pekerjaan yang hilang dan munculnya peluang
wirausaha adalah mencari peluang, keberanian
pekerjaan baru, untuk itu diperlukan penguatan
mengambil resiko, menjalankan dan mengelola
dalam kurikulum, proses pembelajaran, tenaga
usaha berkelanjutan. Noor Fitrihana (2020)
pendidik, sarana-prasarana, pembiayaaan dalam
menyatakan bahwa kompetensi kewirausahaan
mendukung pengembangan pendidikan
industri berdasarkan Standar Kompetensi Kerja
kewirausahaan dan kompetensi masa depan di SMK
Nasional (SKKNI) sesuai Keputusan Menteri
agar menyiapkan lulusan SMK menghadapai
Tenaga Kerja nomer 53 tahun 2014, meliputi dua
tantangan dunia bisnis dan dunia kerja di masa
fungsi utama, yaitu mendirikan perusahaan dan
depan.
menjalankan organisasi perusahaaan. Mendirikan
usaha meliputi unit kompetensi menentukan Pendidikan kewirausahaan bukan menjadi
produk/jasa, merencanakan kebutuhan sarana dan sesuatu yang baru dalam kurikulum SMK.
prasarana, pengadaan sarana dan prasarana, serta Penguatan kewirausahaan juga tersurat dalam
pengadaan tenaga kerja dan pemenuhan izin usaha. kurikulum 2013 untuk implementasi di SMK semakin
Menjalankan organisasi usaha meliputi unit dipertajam dan diperkuat dalam struktur kurikulum
3
WHITE PAPER
SMK 2018 berdasarkan peraturan dirjen pendidikan menyatakan bahwa pengembangan kompetensi
dasar dan menengah nomer 07/D.D5/KK/ Tahun kewirausahaan mensyaratkan pengetahuan tentang
2018. Pendidikan kewirausahaan dituangkan pada ekosistem kewirausahaan termasuk semua aktor
mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan. dan faktor yang mempengaruhi tumbuhnya
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kompetensi kewirausahaan. Mason dan Brown
kewirausahaan Direktorat SMK juga memberikan (2014) mendefinsikan ekosistem kewirausahaan
bantuan yang diantaranya adalah pembelajaran adalah
produk kreatif dan kewirausahaan, bantuan teaching
‘a set of interconnected entrepreneurial actors
factory, program SMK Pencetak Wirausaha (SPW),
(both potential and existing), entrepreneurial
mendorong SMK Negeri untuk mengembangkan
organisations (e.g. firms, venture capitalists,
kelembagaan SMK sebagai Badan Layanan Umum
business angels, banks), institutions (universities,
Daerah (BLUD), melakukan re skilling dan Up Skilling
public sector agencies, financial bodies) and
guru, dan pelatihan CeO Kepala Sekolah dan
entrepreneurial processes (e.g. the business birth
berbagai skema lainnya.
rate, numbers of high growth firms, levels of
Subijanto (2012) implementasi pendidikan ‘blockbuster entrepreneurship’, number of serial
kewirausahaan di SMK menghadapi beberapa entrepreneurs, degree of sellout mentality within
kendala diantaranya adalah kurangnya sarana dan firms and levels of entrepreneurial ambition) which
prasarana yang mendukung, pola kerjasama dengan formally and informally coalesce”, to connect,
industri, dunia usaha dan dunia kerja (IDUKA) belum mediate and govern the performance within the local
dirumuskan secara operasional dan pengelolaan entrepreneurial environment’.
SMK belum optimal. Demikian juga Agung Winarno
Ekosistem kewirausahaan adalah sekumpulan
(2015) menyatakan kendala pengembangan
pelaku wirausaha yang saling berhubungan (baik
pembelajaran kewirausahaan di SMK adalah
yang potensial maupun yang sudah ada), organisasi
pemahaman guru terhadap kurikulum dan minimnya
wirausaha (misalnya perusahaan, pemodal ventura,
dukungan fasilitas. Azizah Nurul (2017)
malaikat bisnis, bank), lembaga (universitas/
menyatakan kurang efektifnya pembelajaran
sekolah, lembaga sektor publik, badan keuangan)
kewirausahaan dikarenakan: pertama, guru
dan proses kewirausahaan (misalnya tingkat
pengampu kewirausaahan tidak memiliki usaha
kelahiran bisnis, perusahaan dengan tingkat
sehingga kurang dapat memberikan pengalaman
pertumbuhan tinggi, tingkat 'kewirausahaan
nyata pada siswa; kedua, rendahnya komitmen guru
blockbuster', jumlah pengusaha, tingkat mentalitas
terhadap pengembangan kewirausahaan, karena
menjual dalam perusahaan dan tingkat jiwa
mata pelajaran kewirausahaan masih dianggap
kewirausahaan) yang bergabung secara formal dan
sebelah mata; ketiga, minimnya guru kewirausahaan
informal ", untuk menghubungkan, menengahi dan
yang benar-benar memiliki skill wirausaha karena
mengatur kinerja dalam lingkungan kewirausahaan
sebagian guru kewirausahaan berasal dari lulusan
lokal. Untuk itu diperlukan pengembangan
sarjana yang kekurangan jam mengajar dalam
ekosistem kewirausahaan di SMK agar efektivitas
sekolahan bukan mereka yang memiliki kompetensi
pembelajaran kewirausahaan semakin meningkat.
wirausaha; keempat, sulitnya memasarkan produk
barang atau jasa kepada masyarakat; kelima, Isenberg (2011) menyatakan ada 6 domain
minimnya jam pelajaran kewirausahaan di sekolah. ekosistem kewirausahaan yang mendukung
Dapat disimpulkan bahwa masih banyak kendala tumbuhnya iklim wirausaha yaitu, kebijakan,
yang dihadapi guru dalam pengembangan keuangan/pembiayaan, budaya, dukungan fasilitas.
kewirausahaan di SMK sumberdaya manusia, dan pasar. Noor Fitrihana
(2020) menjabarkan 6 domain ekosistem
Beberapa kendala yang dihadapi dalam
kewirausahaan di SMK yaitu: (1) domain kebijakan
pengembangan kewirausahaan di SMK
berupa komitmen pemerintah dan manajemen
menunjukkan belum terciptanya ekosistem
sekolah dalam mendukung kegiatan pengembangan
kewirausahaan yang baik. Entezari (2015)
4
WHITE PAPER
kurikulum dan implementasi aktivitas isenberg sehingga ada 20 butir pertanyaan kepada
kewirausahaan di sekolah dan di luar sekolah, responden dengan pilihan jawaban “Ada”, “Tidak
contohnya berbagai aturan yang mendukung, ada” atau Tidak Tahu. Analisis data dilakukan
interaksi dan kolaborasi dengan UMKM di luar secara deskriptif ditampilkan dalam tabel
sekolah, investor, mentor, dan lainnya; (2) domain presentase responden yang menjawab “Ada” pada
keuangan/pembiayaan dukungan mendapatkan masing-masing butir pertanyaan/pernyataan.
akses permodalan melalui program hibah, akses ke
HASIL DAN PEMBAHASAN
investor, atau bank; (3) domain budaya meliputi
pengembangan motivasi, cerita sukses, budaya Berdasarkan hasil survei ekosistem
inovasi dan kreativitas, bangkit dari kegagalan, kewirausahaan di SMK pada indkiator domain
berorientasi kesuksesan, bekerja keras untuk kebijakan rerata 84% responden menyatakan
memenuhi target dan lainnya; (4) domain dukungan adanya kebijakan untuk pengembangan
fasilitas dukungan infrastruktur dalam berkreasi, kewirausahaan di SMK seperti ditunjukkan pada
berproduksi, pemasaran dan layanan konsumen, tabel 1. Artinya bahwa kebijakan pengembangan
serta kelanjutan usaha, baik dari aspek legalitas, kewirausahaan di SMK telah tersosialisasikan
finansial, maupun pendampingan usaha dengan dengan baik pada level sekolah.
kerjasama dengan dunia usaha dan industri; (5) Tabel 1. Persentase indikator ekosistem
domain sumber daya manusia ketersediaan guru kewirausahaan domain Kebijakan
yang berpengalaman wirausaha, mentor/
pendamping dari industri, potensi internal dan No Pernyataan Presentase
eksternal siswa, jejaring komunitas dan 1 Adakah Kebijakan menumbuhkan
kepemimpinan; (6) domain pasar, dengan kewirausahaan secara integratif
menciptakan pasar yang kondusif, seperti 87,9%
pada kegiatan intra dan ekstra
mendatangkan/kunjungan konsumen, distribusi kurikuler
barang ke luar sekolah/perguruan tinggi, 2 Adakah kebijakan mengikuti
marketplace, jejaring digital, kerjasama industri, 80,1%
program SMK Pencetak Wirausaha
serta akses pasar ekspor maupun dalam negeri.
Kajian ini akan menampilkan profil ekosistem
Berdasarkan hasil survei ekosistem
kewirausahaan di SMK.
kewirausahaan di SMK pada indikator domain
keuangan/pembiayaan menunjukkan hanya 30,3%
METODE
responden yang menyatakan adanya bantuan
Penelitian ini adalah penelitian survei dengan modal finansial untuk aktivitas untuk
pengambilan data melalui angket pertanyaan di pengembangan kewirausahaan di SMK seperti
google form yang disebarkan kepada peserta ditunjukkan pada tabel 2. Artinya bahwa pada
webinar sarana prasarana series #29 yang domain keuangan/pembiayaan aktivitas
diselenggarakan direktorat SMK pada bulan Oktober pembelajaran kewirausahaan di SMK masih rendah.
2020 dan webinar uji publik norma dan standar Untuk itu diperlukan optimalisasi alokasi
peralatan praktik SMK yang diselenggarakan keuangan/pembiayaan pada aktivitas kegiatan
direktorat SMK bekerjasama dengan Fakultas wirausaha siswa sehingga mendorong tumbuhnya
Teknik UNY pada bulan 24- 27 November 2020. Dari wirausaha baru sejak di sekolah.
hasil penyebaran angket diperoleh 231 responden
Tabel 2. Persentase indikator ekosistem
dari SMK di seluruh Indonesia yang mengisi angket
kewirausahaan domain Keuangan/Pembiayaan
dengan lengkap terdiri dari unsur kepala sekolah 12,
6%, guru produktif 65, 4%, guru kewirausahaan 10%,
No Pernyataan Presentasi
dan guru normative/adaptif 12,1%.
1 Adakah bantuan modal
Indikator angket dikembangkan berlandaskan finansial untuk aktivitas 30,3%
6 domain ekosistem kewirausahaan menurut kewirausahaan siswa
5
WHITE PAPER
dan potensi wilayah untuk mendukung kebijakan teknologi digital seperti big data, digital marketing,
merdeka belajar. Untuk mengoptimalkan potensi artificial inteliggent, media sosial, marketplace dan
ekonomi digital melalui pembelajaran web. Lulusan SMK harus mampu menjadi digital
kewirausahaan di SMK diperlukan program talent yang mampu bekerja di era digital dan mampu
reskilling dan upskilling guru dalam menggunakan, membuat aplikasi dan mengelola
mengembangkan program pembelajaran bisnis dengan mengoptimalkan teknologi digital.
kewirausahaan digital mengoptimalkan kemajuan
PUSTAKA ACUAN
Agung Winarno. (2015). Pendidikan Kewirausahaan SMK Dengan K-13:Persepektif Guru Dan Sekolah. Prosiding
Seminar Nasional Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi (Snema) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Padang. 2015.
http://fe.unp.ac.id/sites/default/files/unggahan/13.%20Agung%20Winarno%20(hal%20237-243)_0.pdf
(diakses 2 Desember 2020)
Arie Wibowo Kurniawan . (2020). Mencermati Kembali, Anomali Angka Pengangguran SMK di Indonesia.
http://ariewibowo.id/mencermati-kembali-anomali-angka-pengangguran-smk-di-indonesia/. (diakses 2
Desember 2020)
Arie Wibowo Kurniawan dan Gustriza Erda. (2019). Gerakan One School-One Product(1s-1p)Bersertifikathak
Kekayaan Intelektual(Hki)Sebagai Upaya Membangun Ekonomi Indonesia Melalui SMK. Vocational
Education Policy, White Paper. Volume 1 No. 15 tahun 2019
Azizah Nurul Husnaini. (2017). Pendidikan Kewirausahaandi SMK Gagal “Fakta atau Mitos.
https://jogja.tribunnews.com/2017/05/06/pendidikan-kewirausahaan-di-smk-gagal-fakta-atau-
mitos?page=all. (diakses 2 Desember 2020)
Entezari , Yaqoub. (2015). Building Knowledge- Based Entrepreneurship Ecosystems: Case of Iran. Yagoub
Entezari / Procedia - Social and Behavioral Sciences 195 ( 2015 ) 1206 – 1215
Isenberg, Daniel. (2011). The Entrepreneurship Ecosystem Strategy as a New Paradigm for Economic Policy:
Principles for Cultivating Entrepreneurship. Based on an invited presentation at the Institute of
International and European Affairs, May 12, 2011, Dublin. Ireland.
Mason, Colin and Brown, Ross. (2014). Entrepreneurial Ecosystems And Growth Oriented Entrepreneurship.
Background paper prepared for the workshop organised by the OECD LEED Programme and the Dutch
Ministry of Economic Affairs on.
Noor Fitrihana. (2020). Mengembangkan Center-Of-Excellence (COE) Pada Pendidikan Vokasi.
https://suyanto.id/mengembangkan-center-of-excellence-coe-pada-pendidikan-vokasi. (diakses 2
Desember 2020)
Noor Fitrihana. (2020). Proyek Kewirausahaan Starat up Sebagai Pengganti PKL di Era New Normal.
https://suyanto.id/proyek-kewirausahaan-startup-sebagai-pengganti-pkl-di-era-new-normal. . (diakses 2
Desember 2020)
Slamet PH. (2013). Pengembangan SMK Model untuk Masa Depan. Jurnal Cakrawala Pendidikan Nomer 1 Tahun
2013. LPPM UNY.
Subijanto. (2012). Analisis Pendidikan Kewirausahaan Di Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 2, Juni 2012.
Waras Kamdi. (2017). Tantangan SMK Menghadapi Industrialisasi.
http://www.suarapemred.co/news/politik/read/74389/waras.kamdi.tantangan.smk.menghadapi.industr
ialisasi. (diakses 2 Desember 2020)