Anda di halaman 1dari 17

DAMPAK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Makalah ini kami Ajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Analisis
Kebijakan Pendidikan Pada Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam (MPI 2) Fakultas Tarbiyah

Oleh

Kelompok 9

WINDA FITRA FADILLAH

02183034

RISKA

02183050

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT. Yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayahnya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak Implementasi Kebijakan
Pendidikan” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini kami
selesaikan dengan maksimal mungkin berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pihak
yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, kami sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat maupun isi. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku
penyusun makalah menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Demikian yang sempat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
menambah khazanah ilmu pengetahuan dan bermanfaat buat kita semua.

Bone, 24 Maret 2021

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penulisan 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Implementasi Kebijakan Pendidikan 6
B. Fungsi Implementasi Kebijakan Pendidikan 8
C. Faktor-Faktor Penentu Implementasi Kebijakan Pendidikan 9
D. Pendekatan Implementasi Kebijakan Pendidikan 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 16
B. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu alur pembuatan kebijakan tentu melewati beberapa tahapan

yang harus dijalankan. Salah satu tahapan penting tersebut adalah implementasi

kebijakan. implementasi kebijakan pendidikan merupakan proses menjalankan satu

alternatif kebijakan pendidikan yang telah dipilih dan diputuskan. Dalam upaya

implementasi dan memaksimalisasi penyelenggaraan otonomi daerah sistem

pendidikan tersebut, sekarang dikembangkanlah konsep Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS), yang berupaya meningkatkan peran sekolah dan masyarakat sekitar

(stakeholder) dalam pengelolaan pendidikan, sehingga penyelenggaraan pendidikan

menjadi lebih baik dan mutu lulusan semakin bisa ditingkatkan.


Pengalihan kewenangan pengambilan keputusan ke level sekolah tersebut,
maka sekolah diharapkan lebih mandiri dan mampu menentukan arah pengembangan
yang sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakatnya. Atau dengan
kata lain, sekolah harus mampu mengembangkan program yang relevan dengan
kebutuhan masyarakat.
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah dalam makalah ini

antara lain:

1. Apakah pengertian implementasi kebijakan pendidikan ?

2. Bagaimana fungsi dari implementasi kebijakan pendidikan ?

3. Apa saja faktor-faktor penentu implementasi kebijakan pendidikan ?

4. Apakah yang termaksud dalam pendekatan implementasi kebijakan

pendidikan ?

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini antara lain:

1. Memahami pengertian implementasi kebijakan pendidikan.

2. Memahami fungsi dari implementasi kebijakan pndidikan.

3. Memahami faktor-faktor penentu implementasi kebijakan pendidikan.

4. Memahami yang termaksud dalam pendekatam implementasi kebijakan

pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Implementasi Kebijakan Pendidikan


Secara etimologis, kata implementasi jika dirujuk dari Kamus, yakni to
implement (mengimplementasikan) berarti melaksanakan sesuatu). Begitu juga
implementasi kebijakan merupakan tahapan bersifat praktis. Pelaksanaan kebijakan
oleh pemerintah, biasanya sebagai proses politik dan administratif dimulai bila
tujuan, sasaran sudah ditetapkan, program kegiatan telah disepakati dan dana sudah
siap serta disalurkan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Jika pemahaman ini
sinkronkan dengan fokus (perubahan), maka kebijakan yang diterapkan sejalan
dengan pandangan Van Meter and Van Horn dalam Parsons (1995). Implementasi
kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan organisasi pemerintah maupun swasta,
baik secara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan dan sasaran yang
sudah ditetapkan. Dalam perspektif lain, Solichin Mujianto (2015:151) menyatakan
implementasi kebijakan sebagai proses panjang penyelesaian masalah, bagaimana
para pelaku kebijakan menjalankan keputusan kebijakan. Dimana keseluruhan
tindakan pemangku kepentingan (stakeholder) diarahkan pada pencapaian tujuan
kebijakan. Hal senada dijelaskan implementasi kebijakan merupakan cara yang
dilaksanakan agar sebuah kebijakan organisasi dapat mencapai tujuan dan sasaran
yang sudah ditetapkan dengan cara langsung menerapkannya dalam bentuk program
kegiatan atau melalui formulasi kebijakan derivat (turunan) dari kebijakan itu sendiri
sebagai kebijakan penjelas atau sering disebut dengan peraturan pelaksanaan (Riant
Nugroho, 2009). Proses mencapai tujuan itu dilakukan dengan serangkaian aktivitas
program dan keputusan kebijakan yang memudahkan terwujud kedalam praktik
organisasi (Putt dan Sprinnger. 1989). Implementasi kebijakan terdiri dari berbagai
aspek antara lain; 1) idealized policy; pola interaksi digagas oleh para perumus
kebijakan, tujuannya untuk mendorong, mempengaruhi dan merangsang target group
untuk melaksanakannya, 2) target groups; Bagian dari kebijakan pihak terkait (policy

6
stakeholders) diharapkan dapat mengadopsi pola interaksi oleh perumus kebijakan.
Karena kelompok ini menjadi sasaran dari implementasi kebijakan, diharapkan dapat
menyesuaikan pola perilaku dengan kebijakan yang telah dirumuskan, 3)
implementing organization; badan pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab
dalam implementasi kebijakan dan environmental factors; unsur-unsur yang berada di
dalam lingkungan sekitarntya turut serta mempengaruhi implementasi kebijakan
seperti aspek tradisi budaya, realitas sosial, stabilitas ekonomi dan politik (Smith
1973; Islamy, 2003; Riadi, 2018). Dalam konteks pendidikan implementasi kebijakan
merupakan proses yang tidak hanya menyangkut perilakuperilaku badan pengelola
yang bertanggung jawab dalam melaksanakan program kegiatan dan menimbulkan
kesadasaran dan ketaatan kepada kelompok sasaran, melainkan juga menyangkut
faktor-faktor hukum, politik, ekonomi, sosial yang secara langsung ataupun tidak
langsung berpengaruh terhadap perilaku dari berbagai pihak yang terlibat dalam
program pendidikan Hasbullah (2015:92).

Implementasi kebijakan pendidikan merupakan usaha atau pengupayaan agar


rumusan kebijakan pendidikan bias dilaksanakan dalam praktik, sebab sebaik apapun
rumusan kebijakan pendidikan, jika tidak di implementasikan, tidak akan dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat sebaliknya sesederhana apapun rumusan kebijakan
pendidikan itu, jika sudah diimplementasikan, akan lebih berguna apapun dan
seberapa pun hasilnya. Tachjan (2006:25) juga mendefenisikan implementasi
kebijakan memiliki pemahaman yakni topdown, maksudnya menurunkan atau
menafsirkan alternatif-alternatif yang masih abstrak (makro) menjadi alternatif yang

bersifat konkrit (mikro).

Proses implementasi kebijakan pendidikan merupakan sesuatu yang penting


(urgen), bahkan dipandang jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan pendidikan,
karena implementasi menjadi jembatan penghubung perumusan kebijakan dengan
hasil kebijakan yang diharapkan. Anderson (2006) menjelaskan ada 4 komponen
dalam implementasi kebijakan pendidikan, yaitu :

7
1) Siapa yang mengimplementasikan kebijakan pendidikan itu.
2) Proses administrasi.
3) Kepatuhan yang diharapkan.
4) Dampak pelaksanaan kebijakan pendidikan.

Hal senada, dijelaskan ada dua hal menjadi fokus implementasi kebijakan
pendidikan, yakni kepatuhan(compliance) para pelaksana terhadap prosedur dan
standar operasional yang sudah disepkati, dan apa yang terjadi (what’shappening)?
Menyangkut proses implementasi itu dikerjakan, apa hambatan dan apakah sudah
berhasil. (Ripley and Franklin,1986). Dari uraian di atas, dapat diartikan,
implementasi kebijakan pendidikan adalah suatu proses penyelesaian masalah
pendidikan untuk mewujudkan policy goal dengan melewati suatu proses yang sesuai
dengan prosedur dan policy outcomes (menikmati hasil kebijakan) yang dapat
dinikmati bagi seluruh stakeholder pendidikan, untuk meningkatkan kepatuhan dan
ketertiban administrasi. Suatu implementasi kebijakan pendidikan yang baik pasti
menggunakan beberapa pendekatan yang digunakan sebagai pandangan atau acuan
dalam menjalankan suatu kebijakan pendidikan. Implementasi kebijakan pendidikan
merupakan kegiatan yang penting setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu
implementasi maka kebijakan pendidikan yang telah dirumuskan akan mubazir alias
sia-sia. Oleh karena itu, implementasi kebijakan pendidikan mempunyai peran dan
kedudukan yang sangat strategis (penting) dalam kebijakan publik pada umumnya.1

B. Fungsi Implementasi Kebijakan Pendidikan

Fungsi implementasi kebijakan pendidikan adalah yang pertama yaitu


pedoman untuk bertindak. Kedua, yaitu pembatas prilaku dan ketiga yaitu bantuan
bagi pengambil keputusan.2

Berdasarkan penegasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi kebijakan


dibuat untuk menjadi pedoman dalam bertindak, mengarahkan kegiatan dalam
1
Dr.Arwildayanto,M.Pd.Analisis Kebijakan Pendidikan(Bandung,Cendekia Press,2018),hlm. 77-80.
2
Ibid, hlm, 90.

8
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, kebijakan
merupakan garis umum untuk bertindak bagi pengambilan keputusan pada semua
jenjang organisasi. Adapun menurut Nanang Fattah, fungsi kebijakan dalam
pendidikan adalah:

1. Menyediakan akuntabilitas norma budaya yang menurut pemerintah perlu ada


dalam pendidikan. Hal ini berkaitan erat dengan karakter kepribadian yang
sangat beragam dan berbeda-beda. Selain itu, perlu dimasukannya muatan
pelajaran pendidikan karakter terhadap masing-masing sekolah di mana
sekolah harus konsekuen dan bertanggung jawab untuk bertugas menjalankan
maupun memasukan pendidikan karakter sebagai penyedia layanan
pendidikan.
2. Mekanisme akuntabilitas untuk mengukur kinerja siswa dan guru. Evaluasi
maupun pengawasan pendidikan diperlukan untuk menjamin ataupun menilai
kualitas pendidikan didasarkan pada subjek maupun objek pendidikan. Untuk
itu, perlu diupayakan pendirian suatu lembaga independen dan mandiri yang
bertugas khusus untuk melakukan kegiatan evaluasi dan pengawasan sehingga
sekolah dalam menjalankan proses pendidikannya dapat terkontrol dengan
baik.3
C. Faktor – Faktor Penentu Implementasi Kebijakan Pendidikan

Edwar III (1980;1) mengemukakan bahwa policy implementation is the stage


of policy making between establishment of a policy…and the consequences of the
policy for the people whom it affects”. Ada beberapa faktor penentu kebijakan,
bidang pendidikan, antara lain: komunikasi, 2) sumber daya, 3) disposisi dan 4)
struktur birokrasi. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnya
keterkaitan faktor-faktor tersebut dapat diuraikan melalui diagram gambar 4.7 berikut

3
Nanang Fattah, Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 132-133

9
(Sumber George C. Edward III, Implementing Public Policy, 1980)
Gambar 4.7 Keterkaitan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
Kebijakan.

Kebijakan pendidikan akan bisa dilaksanakan dengan baik, jika terdapat


komunikasi efektif antara pelaksana program (kebijakan) dengan para kelompok
sasaran. Tujuan dan sasaran dari program dapat disosialisasikan dengan baik dengan
harapan bisa menghindari adanya distorsi atas kebijakan dan program sudah
ditetapkan. Ini sangat penting asumsinya semakin tinggi pengetahuan kelompok
sasaran atas program maka akan mengurangi tingkat penolakan dan kekeliruan dalam
mengimplementasikan kebijakan yang sesungguhnya. Begitu juga setiap kebijakan
pendidikan harus didukung sumber daya yang memadai (SDM), baik sumber daya
manusia, maupun sumber daya financial. Sumber daya manusia adalah kecukupan
kualitas pengetahuan, karakter, dan keterampilan maupun kuantitas implementor
dapat juga melingkupi seluruh kelompok sasaran. Kecukupan sumber daya financial

juga memperlihatkan kecukupan modal investasi atas kebijakan yang diambil.


Keduanya harus saling mendukung dan menjadi perhatian dalam

10
implementasi/kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Misalnya kebijakan
menjadi guru professional minimal pendidikan S1, didukung dengan tunjangan
sertfikasi. Sangat riskan dan beresiko jika kebijakan tanpa kehandalan implementor
akan menghasilkan kebijakan yang kurang enerjik, berjalan lambat dan seadanya.
Sedangkan sumber daya financial berkontribusi menjamin keberlangsungan program
atau kebijakan. Tanpa dukungan sumber daya financial mustahil program akan
berjalan efektif dan cepat dalam mencapai tujuan dan sasaran. Disposisi atau sikap
pelaksana merupakan komitmen implementor dalam mewujudka kebijakan.
Karakteristik sikap pelaksana menempel erat pada implementor kebijakan berupa
kejujuran, komitmen dan demokratis. Implementor yang memiliki komitmen tinggi,
jujur dan berintegritas senantiasa bertahan diantara hambatan yang ditemui dalam
program/kebijakan. Kejujuran mengarahkan implementor kebijakan untuk tetap
berada dalam aras program yang telah ditetapkan dalam guideline kebijakan.

Komitmen dan kejujuran yang tinggi dari implementor cenderung membawa


pada suasana yang senantiasa antusias dalam melaksanakan tahapan kebijakan secara
konsisten. Sikap yang demokratis akan meningkatkan kesan baik implementor dan
analis kebijakan dihadapan anggota kelompok sasaran. Sikap ini akan menurunkan
resistensi dari masyarakat dan menumbuhkan rasa percaya serta kepedulian kelompok
sasaran terhadap implementor dalam program dan kebijakan pendidikan itu sendiri.
Struktur birokrasi yang baik menjadi penting dalam implementasi kebijakan
pendidikan. Karena aspek struktur birokrasi mencakup dua hal penting, pertama
adalah mekanisme dan struktur organisasi pelaksana, kedua, mekanisme
implementasi program ditetapkan melalui standar operating prosedur (SOP) yang ada
dalam guideline program/kebijakan. SOP yang baik mencantumkan kerangka kerja
yang jelas, sistematis, mudah dipahami oleh siapapun. Oleh karena itu akan menjadi
acuan dalam bekerja bagi implementor. Sedangkan struktur organisasi pelaksanapun
sejauh ini menghindari hal yang berbelit, panjang dan komplek. Struktur organisasi
pelaksana justru harus dapat menjamin adanya pengambilan keputusan atas kejadian

11
luar biasa dalam program secara cepat. Struktur organisasi yang baik juga
mencerminkan pembagian kerja dan tanggungjawab dalam implementasi kebijakan
pendidikan, sehingga alur koordinasi dan komunikasi terlihat dan terjadi dengan jelas,
terhindar dari salah sangka dan salah pemahaman.

Uraian-uraian berbagai faktor model yang mempengaruhi implementasi


kebijakan memiliki keterkaitan satu sama yang lain dalam mencapai tujuan dan
sasaran kebijakan dan program kerja. Semuanya bersinergi satu sama lainnya
misalnya; implementor yang tidak jujur akan mudah sekali melakukan mark up dan
korupsi atas dana implementasi kebijakan dan program kerja tidak akan berjalan
optimal. Begitu juga watak implementor yang kurang demokratis tentu
mempengaruhi proses komunikasi, iklim kerja dengan kelompok sasaran. Disamping
itu Weimar dan Aidan R. Vinning (1999) menjelaskan ada beberapa yang
menentukan keberhasilan dan kegagalan dari implementasi kebijakan, antara lain:

a. Logika yang digunakan dalam suatu kebijakan, yakni sampai berapa


benarteori yang menjadi landasan kebijakan, bagaimana hubungan
logika antara kegiatan yang dilakukan dengan tujuan, sasaran yang
ditetapkan.
b. Hakikat kerjasama yang dibutuhkan, apakah semua pihak terlibat
dalam kerja suatu assembling produktif.
c. Ketersediaan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan dan
komitmen untuk mengelola pelaksanaannya (Harbani Pasolong:2008,
Muhammad Jumhadi dan Warijo;2008).

Faktor-faktor yang turut serta menentukan keberhasilan implementasi


kebijakan pendidikan, antara lain yaitu :

1) Tiadanya hambatan eksternal.


2) Tersedianya sumber daya (resources) yang memadai
3) Kebijakan pendidikan yang bagus (good education policy).

12
4) Hubungan ketergantungan yang minimum.
5) Adanya kesepahaman.
6) Kesepakatan terhadap tujuan pendidikan.
7) Tugas ditetapkan dengan urutan yang tepat.
8) Komunikasi dan koordinasi lancer.
9) Ada dukungan otoritas.

Kegagalan implementasi analisis kebijakan pendidikan, bisa disebabkan oleh


beberapa hal yaitu :

1) Tak bisa diimplementasikan.


2) Unsucsessfull implementation,

penyebab kegagalan kebijakan: a) bad policy, ditandai dengan perumusan


asalasalan,kondisi dan dukungan internal belum siap, kondisi eksternal tak
memungkinkan, b) bad implementation : pelaksana tak memahami petunjuk
pelaksanaan, terjadi implementation gap dan sebagainya, c) bad luck.

Implementasi merupakan tahapan pelaksanaan atassebuah kebijakan. Interaksi


menjadi bagian penting dalam implementasi kebijakan. Hal ini mengacu pada
hubungan yang terkadang kompleks. Dalam implementasi kebijakan ada dua penting
yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Formulasi,tujuan kebijakan harus jelas termasuk kelompok sasaran;


dan siapa yang berperan serta bagaimana kebijakan dilaksanakan;
2. Dana pendukung tersedia secara proporsional. Tanpa dana mustahil
kebijakan akan terealisir.

Implementasi kebijakan pendidikan dalam realitasnya tidak selalu berjalan


dengan baik, ada beberapa faktor yang menyebabkannya antara lain; 1) factor
organisasi, suatu kebijakan dalam implementasinya memerlukan keterlibatan dan
dukungan banyak organisasi (aktor), diantaranya memiliki persepsi dan benturan
kepentingan (vested interest) yang berlainan, baik dalam organisasi pemerintah

13
maupun swasta. Untuk itu perlu koordinasi dan ketaatan (compliance) organisasi di
bawah pada instansi yang lebih tinggi, 2) factor politik, sering disebit sebagai faktor
non teknis, mencakup: a) legislasi tentang isu yang masih kabur sebagai akibat dari
tujuan yang belum jelas. Misalnya kebijakan Full Daya

School (FDS) tujuannya belum disepakati, akibatnya regulasi belum kuat, b) log-
rolling, dimaknai gagalnya implementasi kebijakan atau program yang disebabkan
adanya kesalahan saat proses legitimasi, proses bargaining yang dilakukan aktor

perumus kebijakan dengan cara memberikan ruang setuju atau ketidaksetujuan


terhadap usulan kebijakan, termasuk dilakukannya tukar tambah atau modifikasi
usulan kebijakan, sehingga setelah usulan ditetapkan menjadi kebijakan statusnya
semakin tidak jelas (vague). Hal seperti ini mesti dihindari, para analis kebijakan
pendidikan.

D. Pendekatan Implementasi Kebijakan Pendidikan

Suatu implementasi kebijakan pendidikan yang baik pasti menggunakan


beberapa pendekatan yang digunakan sebagai pandangan atau acuan dalam
menjalankan suatu kebijakan pendidikan. Solichin dalam Arif Rohman,
mengemukakan ada empat pendekatan yang digunakan dalam proses implementasi
kebijakan pendidikan, keempat pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Struktural (Structural Approach)

Dalam teori organisasi modern pendekatan ini bersifat top- down. Pendekatan
ini berpandangan bahwa dalam merancang, mengimplementasikan dan mengevaluasi
kebijakan pendidikan harus dilakukan secara struktural sesuai dengan tahapan atau
tingkatannya. Semua proses dilakukan sesuai dengan hierarkhi suatu organisasi dan
sangat birokratis. Hal inilah yang menyebabkan pendekatan ini menjadi kaku jika
diterapkan dalam proses implementasi kebijakan pendidikan karena terlalu birokratis.

14
2. Pendekatan Prosedural dan Manajerial (Procedural and Managerial
Approach).

Dalam pendekatan ini tidak mementingkan penataan struktur birokrasi


pelaksana tetapi dalam pendekatan ini lebih kepada proses pengembangan
prosedur yang relevan dan teknik-teknik yang dirancang dengan tepat.
Pendekatan ini membutuhkan beberapa peralatan canggih untuk
mengimplementasikan suatu kebijakan pendidikan.

3. Pendekatan Perilaku (Behavioural Approach).


Pendekatan ini meletakkan perilaku manusia sebagai pelaksana dari seluruh
kegiatan implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan pendidikan akan
berjalan dengan baik, bila perilaku manusia dengan semua sifat-sifatnya juga
dikategorikan baik.
4. Pendekatan Politik (Political Approach).
Pendekatan ini menekankan pada faktor-faktor politik yang berkuasa dalam
memperlancar dan menghambat proses implementasi kebijakan pendidikan.
Implementasi kebijakan pendidikan harus mempertimbangkan realitas-realitas
politik.4
Berdasarkan keempat pendekatan yang digunakan dalam implementasi
kebijakan, peneliti menggunakan pendekatan struktural (structural approach).
Perancangan, implementasi, dan evaluasi kebijakan harus dilakukan secara sturktural
sesuai dengan hirarkhi suatu organisasi serta bersifat birokratis. Semua proses
dilakukan sesuai dengan tahapan dan tingkatannya.

4
Arif Rohman, Kebijakan Pendidikan: Analisis kebijakan pendidikan, hlm. 110-114.

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Implementasi adalah: pelaksanaaan, penerapan. Menurut Joko Wododo,
implementasi merupakan suatu proses yang melibatkan sejumlah sumber yang
termasuk manusia, dana, dan kemampuan organisasional yang dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta (individu atau kelompok). Proses tersebut dilakukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan.
Proses implementasi kebijakan hanya dapat dimulai apabila tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran yang semula bersifat umum telah dirinci, program-program aksi telah
dirancang dan sejumlah dana/biaya telah dialokasikan untuk mewujudkan tujuan-
tujuan dan sasaran-sasaran tersebut.
Fungsi implementasi kebijakan pendidikan, sebagai berikut: pertama:
pedoman untuk bertindak; kedua, pembatas prilaku; dan ketiga: bantuan bagi
pengambil keputusan. Implementasi kebijakan pendidikan merupakan usaha atau
pengupayaan agar rumusan kebijakan pendidikan bias dilaksanakan dalam praktik,
sebab sebaik apapun rumusan kebijakan pendidikan, jika tidak di implementasikan,
tidak akan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sebaliknya sesederhana apapun
rumusan kebijakan pendidikan itu, jika sudah diimplementasikan, akan lebih berguna
apapun dan seberapa pun hasilnya.
B. SARAN

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak

kekurangannya, maka dari itu penulis mengharapkan masukan dari berbagai pihak

yang mendukung untuk perbaikan makalah ini, akhir kata penulis mengucapkan

terima kasih.

16
DAFTAR PUSTAKA
1
Dr.Arwildayanto,M.Pd.Analisis Kebijakan Pendidikan(Bandung,Cendekia
Press,2018),hlm. 77-80.
2
Ibid, hlm, 90.
3
Nanang Fattah, Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), hlm. 132-133.
4
Arif Rohman, Kebijakan Pendidikan: Analisis kebijakan pendidikan, hlm. 110-114.

17

Anda mungkin juga menyukai