Anda di halaman 1dari 164

KARYA TULIS ILMIAH

Profil Pasien Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013-2016

Penulis:

Apriliana Puspitasari

NIM. 011411131038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2018
PROFIL PASIEN BARU INFEKSI KANDIDIASIS DI DIVISI MIKOLOGI

UNIT RAWAT JALAN KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUD DR.

SOETOMO SURABAYA TAHUN 2013-2016

Karya Tulis Ilmiah

Untuk memenuhi Persyaratan Modul Penelitian

Program Studi Pendidikan Dokter

pada Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Penulis:

Apriliana Puspitasari

NIM. 011411131038

Pembimbing:

Arthur Pohan Kawilarang, dr., M.Kes., Sp.MK (K)

Evy Ervianti, dr., Sp.KK (K), FINSDV, FAADV

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2018

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya tulis ilmiah ini telah disetujui oleh :

Pembimbing I

Arthur Pohan Kawilarang, dr., M.Kes., Sp.MK (K)

NIP. 19601121 198803 1 001

Pembimbing II

Evy Ervianti, dr., Sp.KK (K), FINSDV, FAADV

NIP. 19650719 199103 2 008

Karya tulis ilmiah ini telah diuji pada Rabu, 18 April 2018

Penguji

Abu Rohiman, dr., MS., Sp.MK (K)

NIP. 19500703 197903 1 002

iii
PENETAPAN PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji Program Studi S1

Pendidikan Dokter Universitas Airlangga

pada Rabu, 18 April 2018

Panitia Penguji

Ketua : Abu Rohiman, dr., MS., Sp.MK (K)

Pembimbing I : Arthur Pohan Kawilarang, dr., M.Kes., Sp.MK (K)

Pembimbing II : Evy Ervianti, dr., Sp.KK (K), FINSDV, FAADV

iv
PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Apriliana Puspitasari

Tempat dan Tanggal Lahir : Surabaya, 10 April 1996

Alamat : Jalan Petemon Barat No. 252 Surabaya

Alamat Email : aprilianapuspitasari60@gmail.com

No. Hp : 085852841340

Menyatakan bahwa sesungguhnya hasil tugas akhir yang saya tulis dengan

judul “PROFIL PASIEN BARU INFEKSI KANDIDIASIS DI DIVISI

MIKOLOGI UNIT RAWAT JALAN KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD DR. SOETOMO SURABAYA TAHUN 2013-2016” adalah benar

merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari ternyata tulisan/naskah

saya tidak sesuai dengan pernyataan ini, maka secara otomatis tulisan/naskah karya

akhir saya dianggap gugur.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Surabaya, 1 Juni 2018

APRILIANA PUSPITASARI

NIM. 011411131038

v
LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui karya ilmiah saya, dengan

judul:

“PROFIL PASIEN BARU INFEKSI KANDIDIASIS DI DIVISI MIKOLOGI

UNIT RAWAT JALAN KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUD DR.

SOETOMO SURABAYA TAHUN 2013-2016” untuk dipublikasikan atau

disampaikan di internet atau media lain, yaitu Digital Library Perpustakaan

Universitas Airlangga untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-

Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenar-benarnya.

Surabaya, 1 Juni 2018

APRILIANA PUSPITASARI

NIM. 011411131038

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir penelitian yang berjudul

“Profil Pasien Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Tahun 2013-2016”. Laporan akhir

penelitian disusun sebagai persyaratan akademis untuk menyelesaikan mata kuliah

modeul penelitian pada program studi pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga.

Terdapat beberapa pihak yang turut berperan dalam penyusunan laporan

akhir penelitian ini. Karena itulah, penulis bermaksud untuk menyampaikan ucapan

terima kasih kepada pihak-pihak tersebut, diantaranya:

1. Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U (K) selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga beserta jajarannya atas kesempatan yang telah diberikan kepada

penulis untuk mengikuti program studi pendidikan dokter.

2. Abu Rohiman, dr., MS., Sp.MK (K) selaku penguji ujian akhir penelitian yang

telah memberikan kritik dan saran untuk menjadikan karya tulis ilmiah ini

menjadi lebih baik.

3. Arthur Pohan Kawilarang, dr., M.Kes., Sp.MK (K) selaku dosen pembimbing

pertama yang telah rela membimbing dan meluangkan waktu serta pikiran di

sela kesibukannya demi tersusunnya laporan akhir penelitian ini.

4. Evy Ervianti, dr., Sp.KK (K), FINSDV, FAADV selaku dosen pembimbing

kedua yang telah rela membimbing dan meluangkan waktu serta pikiran di

sela kesibukannya demi tersusunnya laporan akhir penelitian ini.

vii
5. Dr. Pudji Lestari, dr., M.Kes selaku penanggung jawab mata kuliah modul

penelitian atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk

mengasah, melatih, dan melibatkan diri di bidang penelitian hingga

tersusunnya laporan akhir penelitian ini.

6. Orangtua dan keluarga atas segala dukungan, semangat, doa, dan motivasi

yang senantiasa diberikan kepada penulis, terutama ketika penulis berada di

titik terendah, sehingga penulis mampu bangkit untuk segera menyelesaikan

laporan akhir penelitian ini.

7. Para sahabat atas segala dukungan, semangat, doa, dan inspirasi yang sangat

berarti bagi penulis demi terselesaikannya penyusunan laporan akhir penelitian

ini.

8. S. R. Bintarti selaku staff di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan rekan yang telah membimbing

peneliti dalam pengambilan data pasien sebagai sampel penelitian.

9. Sejawat Amygdala 2014 atas segala dukungan, motivasi, kritik, dan saran

yang diberikan kepada penulis.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah turut

membantu dan meluangkan waktu demi kelancaran penyusunan laporan akhir

penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa laporan akhir penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak

demi kesempurnaan penulisan laporan akhir penelitian ini. Sebagai penutup, izinkan

penulis menuliskan kata semangat untuk para pejuang skripsi. “Terus semangat untuk

teman-teman yang sedang berjuang menyelesaikan laporan akhir. Jangan pernah

menyerah hanya karena berkali-kali disalahkan oleh dosen pembimbing. Ingatlah!!

viii
Sesungguhnya setelah kesulitan akan datang kemudahan”. Penulisan berharap kalimat

tersebut dapat menjadi semangat bagi siapapun yang saat ini sedang berjuang untuk

menyelesaikan laporan akhir penelitiannya. Akhir kata, penulis berharap laporan akhir

penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama di bidang

pengembangan ilmu kedokteran.

Surabaya, 1 Juni 2018

Penulis,

Apriliana Puspitasari

ix
RINGKASAN

Kandidiasis merupakan salah satu infeksi jamur yang terjadi di Indonesia.

Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Oleh karena itu, karakteristik tersebut

menjadi faktor yang memungkinkan untuk pertumbuhan jamur, sehingga menjadikan

Indonesia sebagai negara dengan jumlah kasus penyakit infeksi jamur terbanyak,

salah satunya adalah infeksi kandidiasis. Kandidiasis adalah infeksi jamur yang

bersifat opportunistik yang disebabkan oleh Candida sp. Gejala kandidiasis sangat

bervariasi tergantung daerah tubuh yang terinfeksi dan dapat terjadi pada semua jenis

umur dengan banyak manifestasi klinis. Sayangnya, banyak masyarakat Indonesia

yang belum memahami faktor risiko dan karakteristik dari infeksi tersebut.

Penelitian dengan judul “Profil Pasien Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Tahun

2013-2016” ini merupakan penelitian descriptive retrospective study untuk

mengetahui gambaran umum infeksi kandidiasis, dari segi epidemiologi, manifestasi

klinis dan diagnosis dari infeksi kandidiasis dengan menggunakan metode total

sampling dalam proses pengambilan sampelnya.

Dari jumlah sampel, didapatkan Jumlah kunjungan pasien mengalami

penurunan dari tahun 2013 hingga tahun 2015 dan sedikit mengalami peningkatan

pada tahun 2016. Kandidiasis intertriginosa sebagai diagnosis terbanyak dari infeksi

kandidiasis dari tahun 2013 hingga tahun 2016. Prevalensi pasien baru infeksi

kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD

Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013 – 2016 di dominasi oleh pasien berjenis

kelamin perempuan dan kelompok umur terbanyak yang menderita kandidiasis, yaitu

45 – 65 tahun. Pasien baru infeksi kandidiasis paling banyak berdomisili di surabaya.

Penyakit penyerta dan kondisi khusus terbanyak yang ditemui pada penelitian ini
x
adalah mempunyai riwayat diabetes mellitus. Keluhan utama terbanyak pasien

kandidiasis pada tahun 2013 sampai dengan 2016 adalah gatal. Efloresensi terbanyak

adalah satelit papul. Hasil pemeriksaan laboratorium didominasi oleh hasil yang

positif untuk bentukan blastospora+hifa. Dan hasil kultur sebanyak 12 kasus dari

keseluruhan kasus yang dilakukan kultur dengan spesies terbanyak adalah Candida

sp. Dan sebanyak 286 kasus dari keseluruhan kasus tidak dilakukan kultur.

xi
ABSTRACT

CLINICAL PROFILE OF NEW PATIENTS WITH CANDIDA INFECTION IN

OUTPATIENT CLINIC OF DERMATOVENEREOLOGY DR. SOETOMO

GENERAL HOSPITAL SURABAYA IN 2013-2016

Background: The prevalence of candidiasis in Indonesia is about 20-25% can invade

hair, skin, nail, mucous membrane and systemic. But, the information about its risk

factor and characteristic is still limited.

Objective: To evaluate the incidence and characteristics of candidiasis infection

among new patients of Mycology Division, Outpatient Unit of Dermatovenerology

Departement, Dr. Soetomo General Hospital Surabaya in 2013-2016.

Methods: This is a descriptive retrospective study and was performed by evaluating

medical record of candidiasis infection patients.

Result: The study showed that of a total of 4.541 visits in the years 2013–2016 there

were 298 (6,56%) new cases of candidiasis. Most types of candidiasis is candidiasis

intertriginosa (50,5%). Candidiasis was common in female in years 2013-2016

(62,4%), mostly in the 45-64 age group (31,5%) who domiciled in Surabaya (86,6%).

Diabetes mellitus was the most comorbid in this case. The most major complaint in

candidiasis infection is itching with the efflorescence of papular satellites. Based on

laboratory examination, there were 30,2% patients showed positive result for

blastospora and blastospora+hifa. And isolation of yeast in culture confirms infection

is candida sp.

xii
Conclusion: It can be conclude that candidiasis infection is quite often found and the

number of incidence each year were fluctuate in Mycology Division, Outpatient Unit

of Dermatovenerology Departement, Dr. Soetomo General Hospital Surabaya.

Keywords: Clinical profile, Opportunistic fungal infection, Candida infection.

xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

COVER DALAM..................................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................iii

PENETAPAN PENGUJI.......................................................................................iv

PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................................................v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................................vi

UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................................vii

RINGKASAN........................................................................................................x

ABSTRAK............................................................................................................xii

DAFTAR ISI.........................................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xviii

DAFTAR TABEL.................................................................................................xix

DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................xx

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..................................................................................4

1.3 Tujuan penelitian....................................................................................4

1.3.1 Tujuan umum...............................................................................4

1.3.2 Tujuan khusus..............................................................................5

1.4 Manfaat penelitian..................................................................................6

1.4.1 Manfaat akademis........................................................................6

1.4.2 Manfaat praktis............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................7

2.1 Kandidiasis.............................................................................................7

xiv
2.1.1 Epidemiologi................................................................................8

2.1.2 Etiologi.........................................................................................10

2.1.3 Patogenesis...................................................................................11

2.1.4 Manifestasi klinis.........................................................................13

2.1.4.1 Kandidiasis orofaringeal (sariawan, glossitis, stomatitis,

dan angular cheilitis)………………………………..... 14

2.1.4.2 Kandidiasis kutaneous (kandidiasis intertrigo, kandidiasis

diapers, kandidiasis paronikia, kandidiasis onimikosis)

……………………………………............................... 15

2.1.4.3 Kandidiasis vulvovagina dan balanitis atau balanopostitis

kutaneous…………………………............................... 17

2.1.4.4 Kandidiasis mukokutan kronis dan kandidiasis

granulomatosa............................................................... 18

2.1.4.5 Kandidiasis neonatal dan kongenital…........................ 19

2.1.4.6 Kandidiasis esofageal ……………............................... 20

2.1.5 Faktor Risiko................................................................................20

2.1.6 Pemeriksaan penunjang dan diagnosis.........................................22

2.1.7 Penatalaksanaan...........................................................................27

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL...............................................................30

3.1 Kerangka Konseptual.............................................................................30

3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual...........................................................31

BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................32

4.1 Jenis dan rancangan penelitian...............................................................32

4.2 Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel................................32

4.2.1 Populasi penelitian.................................................................32

xv
4.2.2 Sampel penelitian...................................................................32

4.2.2.1 Kriteria penerimaan sampel.............................................32

4.2.2.2 Kriteria penolakan sampel...............................................33

4.2.2.3 Kriteria pengambilan sampel...........................................33

4.3 Variabel penelitian.................................................................................33

4.4 Definisi operasional...............................................................................33

4.5 Instrumen penelitian...............................................................................36

4.6 Lokasi dan waktu penelitian..................................................................36

4.6.1 Lokasi penelitian..........................................................................36

4.6.2 Waktu penelitian..........................................................................36

4.7 Prosedur penelitian dan pengumpulan data...........................................36

4.8 Alur penelitian........................................................................................37

4.9 Etika penelitian......................................................................................37

4.10 Pengolahan dan analisis data................................................................38

BAB V HASIL PENELITIAN..............................................................................39

5.1 Prevalensi kandidiasis ...........................................................................40

5.1.1 Prevalensi jenis kandidiasis.........................................................40

5.1.2 Prevalensi kandidiasis berdasarkan jenis kelamin dan usia.........42

5.1.3 Prevalensi kandididasis berdasarkan domisili.............................47

5.2 Data klinis .............................................................................................48

5.2.1 Penyakit lain yang menyertai dan kondisi khusus.......................48

5.2.2 Keluhan utama pasien baru infeksi kandidiasis...........................50

5.3 Pemeriksaan ..........................................................................................53

5.3.1 Pemeriksaan fisik lesi (efloresensi).............................................53

5.3.2 Pemeriksaan penunjang...............................................................55

xvi
5.3.2.1 Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH 10%.................55

5.3.2.2 Pemeriksaan kultur..........................................................61

BAB VI PEMBAHASAN.....................................................................................63

6.1 Prevalensi kandidiasis............................................................................63

6.2 Data klinis..............................................................................................68

6.3 Pemeriksaan...........................................................................................72

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................79

7.1 Kesimpulan............................................................................................79

7.2 Saran.......................................................................................................81

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

............................................................................................82

LAMPIRAN..........................................................................................................89

Lampiran I Jadwal penelitian.......................................................................89

Lampiran II Anggaran dana penelitian........................................................90

Lampiran III Keterangan kelaikan etik........................................................91

Lampiran IV Nota dinas...............................................................................92

Lampiran V Data Penelitian.........................................................................96

Data penelitian Tahun 2013..................................................................96

Data penelitian Tahun 2014..................................................................111

Data penelitian Tahun 2015..................................................................122

Data penelitian Tahun 2016..................................................................132


DAFTAR
xvii GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran tentang mekanisme patogenisitas................................13

Gambar 2.2 Pseudomembran candidiasis or thrush..........................................15

Gambar 2.3 Kandidiasis intertrigo diantara sela-sela jari.................................16

Gambar 2.4 Onychia kronis dan paronikia disebabkan oleh Candida albicans

..........................................................................................................................17

Gambar 2.5 Pertumbuhan C. albicans..............................................................23

Gambar 2.6 Pseudohifa pada pewarnaan KOH (mata anak panah) dan Budding

yeast cells (anak panah)....................................................................................25

Gambar 2.7 Blue green fluoresence under Wood’s Lamp................................26

Gambar 2.8 Target dan mode tindakan beberapa agen antijamur....................27

Gambar 3.1 Skema kerangka konseptual..........................................................30

Gambar 4.1 Skema alur penelitian....................................................................37


DAFTAR TABEL
xviii

Tabel 2.1 Target dan mode tindakan beberapa agen antijamur.........................28

Tabel 4.1 Variabel penelitian dan definisi operasional.....................................35

Tabel 5.1 Distribusi diagnosis pasien baru infeksi kandidiasis........................40

Tabel 5.2 Prevalensi infeksi kandidiasis berdasarkan umur dan jenis kelamin

2013..................................................................................................................42

Tabel 5.3 Prevalensi infeksi kandidiasis berdasarkan umur dan jenis kelamin

2014..................................................................................................................43

Tabel 5.4 Prevalensi infeksi kandidiasis berdasarkan umur dan jenis kelamin

2015..................................................................................................................44

Tabel 5.5 Prevalensi infeksi kandidiasis berdasarkan umur dan jenis kelamin

2016..................................................................................................................45

Tabel 5.6 Prevalensi infeksi kandidiasis berdasarkan domisili........................47

Tabel 5.7 Distribusi kandidiasis berdasarkan penyakit penyerta dan kondisi

khusus..............................................................................................................48

Tabel 5.8 Distribusi keluhan utama pasien baru infeksi kandidiasis...............50

Tabel 5.9 Distribusi efloresensi lesi pasien baru infeksi kandidiasis..............53

Tabel 5.10 Hasil pemeriksaan laboratorium KOH 10% 2013........................56

Tabel 5.11 Hasil pemeriksaan laboratorium KOH 10% 2014........................57

Tabel 5.12 Hasil pemeriksaan laboratorium KOH 10% 2015........................58

Tabel 5.13 Hasil pemeriksaan laboratorium KOH 10% 2016........................59

Tabel 5.14 Hasil pemeriksaan laboratorium KOH 10% kultur......................61

Tabel 6.1 Hasil identifikasi Candida albicans pada kultur.............................77


xix SINGKATAN
DAFTAR

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome

C : Celcius

Dll : Dan lain-lain

KOH : Kalium Hidroksida

pH : Potential of Hydrogen

SDA : Saboraud’s Dextrose Agar

Spp. : Menunjukkan spesies

WL : Wood’s Lamp
BAB I
xx
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kandidiasis merupakan salah satu infeksi jamur yang terjadi di Indonesia.

Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Oleh karena itu, memiliki

karakteristik berupa suhu udara dan kelembaban yang cukup tinggi. Dengan

karakteristik tersebut, ditambah dengan kondisi kulit yang mudah berkeringat dan

lembab, kebersihan diri yang tidak terjaga dan kurangnya pengetahuan tentang

kesehatan merupakan faktor yang memungkinkan untuk pertumbuhan jamur,

sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah kasus penyakit

infeksi jamur terbanyak. Infeksi jamur tersebut dapat terjadi pada kulit, rambut,

dan kuku hingga diperkiran menyerang 20-25% populasi dunia karena

merupakan masalah infeksi yang umum ditemui sehari-hari (Ulfa dan Zulkarnain,

2016). Prevalensi infeksi jamur telah meningkat sejak tahun 1980an pada

berbagai kelompok pasien. Candida adalah penyebab paling umum ketiga dari

infeksi jamur pada anak-anak di Amerika Serikat dan Eropa. Suatu infeksi hasil

dari kolonisasi endogen yang menimbulkan transmisi nosokomial dengan strain

yang resistan terhadap agen antijamur yang dapat menyebabkan masalah baru (R.

Mohamadi, PhD dan B. Ataei, MD., 2016).

Infeksi kandidiasis terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur,

baik laki-laki maupun perempuan. Sumber agen penyebab utama adalah Candida

sp., dengan transmisi yang dapat terjadi melalui kontak langsung maupun fomites.

[ CITATION San16 \l 1057 ]. Di Indonesia, di laporkan dari Departemen

1
2
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya, bahwa dalam kurun

waktu tahun 2011-2013 didapatkan 137 pasien baru, yaitu 114 pasien dengan

infeksi pada kulit dan 23 pasien dengan infeksi pada kuku. Distribusi jenis

kelamin yang paling banyak adalah perempuan, 2011 (54,3%), 2012 (80%) dan

2013 (56,6%). Jenis kelainan kulit paling banyak adalah kandidiasis intertriginosa

(62,2%) dan kelainan pada kuku sebesar (91,3%) (Ramadhani S. dan Atsari L,

2016). Candida albicans adalah spesies yang paling umum di seluruh dunia,

mewakili rata-rata global 66% dari semua Candida sp. Angka kejadian infeksi

kandidiasis di Asia dari beberapa studi epidemiologi di Hong Kong menyebutkan

bahwa C. albicans adalah spesies yang paling sering diidentifikasi dengan rata-

rata 56% pada kasus kandidiasis. C. albicans masih merupakan penyebab

tertinggi Candida bloodstream infection di Singapura (33,3%), Taiwan (55,6%),

dan Jepang (41%). Namun, di Thailand, C. parapsilosis memiliki angka kejadian

yang sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 45% dibandingkan C. albicans sebesar

44,5%. C. parapsilosis dan C. tropicalis di Malaysia menjadi agen etiologi

utama, diikuti oleh C. albicans dengan hanya 11,76% kasus kandidemia.

Frekuensi kejadian C. albicans sebagai spesies dominan dari 37% di Amerika

Latin sampai 70% di Norwegia sebagai akibat dari kejadian kandidiasis invasif

yang meningkat dengan meningkatnya populasi individu yang rentan, dan

pengobatan terhambat oleh resistensi antijamur (Lim et al, 2012).

Jamur Candida sp. hidup sebagai saprofit, terutama di traktus

gastrointestinal, selain itu juga terdapat di vagina, uretra, kulit dan di bawah

kuku. Agen penyebab tersering untuk kelainan di kulit, genital dan mukosa oral

adalah C. albicans, dan spesies non-albicans yang sering menimbulkan kelainan

adalah C. dubliniensis, C. glabrata, C. gullermondii, C. krusei, C. lusitaniae, C.


parapsilosis, C. pseudotropicalis, dan C. tropicalis (Widaty S., 2016). Infeksi
3

kandidiasis dapat terjadi di lipatan tubuh yaitu bagian tubuh yang lembab dan

hangat seperti lipatan aksila, selangkangan, dan lipatan kulit lainnya. Hal ini

paling sering terjadi pada individu obesitas dan pada pasien diabetes melitus.

Daerah yang terinfeksi menjadi merah dan lembab serta dapat mengalami

vesikula (Jawetz et al, 2013).

. Dalam buku Medical Microbiology Twenty-Sixth Edition Jawetz et al

(2013) bahwa Candida sp. termasuk dalam endogenous opportunists, seseorang

dengan pertahanan host yang terganggu atau pada seseorang dengan

immunocompremised rentan terhadap infeksi jamur. Dalam banyak kasus, jenis

jamur dan riwayat alami dari infeksi mikobia ditentukan oleh kondisi predisposisi

yang mendasari host. Kemampuan yeast yang berubah bentuk menjadi hifa

dianggap sebagai mekanisme patogen primer dan terbukti bila bentuk dari hifa

melekat lebih kuat pada permukaan epitel, namun, sekarang diketahui bahwa

bentuk dari yeast mampu invasi dan tidak lagi dianggap hanya sebagai komensal

(Murtiastutik D., 2016).

Kandidiasis sering didiagnosis sebagai dermatitis, sehingga sering diobati

sendiri dan menyebabkan gambaran penyakit ini menjadi tidak jelas. Seringkali

sulit untuk menetapkan diagnosis dini dari kandidiasis sistemik dikarenakan

tanda klinis yang tidak pasti, dan kultur seringkali negatif. Selain itu, tidak ada

rejimen profilaksis yang pasti untuk pasien yang dengan resiko tinggi (Jawetz et

al, 2013). Oleh karena itu, penelitian secara retrospectif descriptive ini bertujuan

untuk mengetahui profil infeksi kandidiasis dengan mengevaluasi rekam medis di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo tahun 2013-2016. Dari penelitian ini, maka akan dievaluasi tentang
jumlah kasus baru, data dasar (umur dan jenis kelamin), dan akan
4

mendeskripsikan gambaran umum dari infeksi kandidiasis berdasarkan jumlah

kasus baru yang terjadi pada tahun 2013-2016 di Divisi Mikologi Unit Rawat

Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.Soetomo Surabaya.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan penjelasan ringkas pada sub bab latar belakang, maka rumusan

masalah yang diangkat pada penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah gambaran profil dan evaluasi pasien baru infeksi kandidiasis

dari anamnesis, diagnosis, klinis, dan pemeriksaan laboratorium di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo

Surabaya pada tahun 2013-2016?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

profil pasien dan evaluasi pasien baru infeksi kandidiasis dari anamnesis,

diagnosis, klinis, dan pemeriksaan laboratorium di Divisi Mikologi Unit

Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya

pada tahun 2013-2016.


5

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengevaluasi jumlah kasus baru pasien infeksi kandidiasis di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD

Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

2. Untuk mengevaluasi data dasar yang terdiri dari umur, jenis kelamin,

pekerjaan dan domisili pada pasien infeksi kandidiasis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

3. Untuk mengevaluasi anamnesis pasien infeksi kandidiasis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

4. Untuk mengevaluasi pemeriksaan klinis pasien infeksi kandidiasis di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD

Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

5. Untuk mengevaluasi gambaran penegakan diagnosis pasien infeksi

kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

6. Untuk mengetahui gambaran pemeriksaan laboratorium jamur penyebab

infeksi kandidiasis pada pasien di Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2014-2015?


6

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman terhadap gambaran umum infeksi kandidiasis, dari segi

epidemiologi, manifestasi klinis dan diagnosis dari infeksi kandidiasis.

1.4.2 Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum mengenai

infeksi kandidiasis sehingga dapat meningkatkan upaya preventif

maupun kuratif terhadap kasus infeksi kandidiasis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kandidiasis

Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida sp. Ada

lebih dari 20 Candida sp. yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia, yang

paling umum adalah Candida albicans. Candida albicans merupakan flora

normal yang biasanya berada di saluran usus dan dapat ditemukan pada selaput

lendir dan kulit tanpa menyebabkan infeksi. Namun, pertumbuhan berlebih dari

organisme ini dapat menyebabkan gejala menjadi lebih berkembang. Gejala

kandidiasis sangat bervariasi tergantung daerah tubuh yang terinfeksi.

Kandidiasis yang berkembang di mulut atau tenggorokan disebut "sariawan" atau

kandidiasis orofaringeal. Kandidiasis di vagina sering disebut sebagai kandidiasis

vulvovagina. Kandidiasis invasif terjadi saat Candida sp. memasuki aliran darah

dan menyebar ke seluruh tubuh (Center for Disease Control and Prevention,

2017).

Spesies Candida adalah penyebab paling umum infeksi jamur pada orang

yang immunocompromised. Kandidiasis merupakan infeksi jamur sistemik yang

masuk ke dalam aliran darah terutama ketika ketahanan fagositik host menurun.

Respons imun cell-mediated terutama sel CD4 penting dalam mengendalikan

Candida sp. yang seringkali muncul beberapa bulan sebelum munculnya infeksi

oportunistik yang lebih berat. Kandidiasis mukokutan pada orang dengan HIV-

AIDS/ODHA merupakan salah satu indikator progresivitas HIV yang dapat

muncul dalam tiga bentuk, yaitu kandidiasis vulvovagina, orofaring, dan esofagus

(belum digolongkan infeksi oportunistik kecuali jika sudah mengenai esofagus).

7
8

Strain Candida sp. yang menginfeksi ODHA tidak berbeda dengan pasien

imunokompromais lainnya (tersering adalah C. albicans). Strain lain yang pernah

dilaporkan adalah C. glabrata, C. parapsilosis, C. tropicalis, C. kruseii, dan C.

dubliniensis. Reccurent Candida dapat disebabkan oleh strain yang sama atau

strain yang berbeda (Forbes BA et al, 2007).

2.1.1 Epidemiologi

Infeksi kandidiasis terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang

semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Sumber agen penyebab

utama adalah pasien, namun transmisi dapat terjadi melalui kontak

langsung maupun fomites.[ CITATION San16 \l 1057 ].

C.albicans juga sebagai organisme komensal pada mukosa vagina

pada 20% -25% wanita sehat tanpa gejala dan sampai 30% wanita hamil

yang sehat. Dalam buku Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine

Eight Edition (2012) menjelaskan bahwa kandidiasis vulvovaginal (VC)

adalah penyebab vaginitis kedua yang paling umum pada wanita. Spesies

Candida adalah penyebab paling umum infeksi jamur pada orang yang

immunocompromised. Lebih dari 90% orang yang terinfeksi HIV yang

tidak menerima terapi antiretroviral (ART) akan sangat aktif

mengembangkan kandidiasis orofaringeal dan 10% pasien ini

mengembangkan kandidiasis esofagus. Spesies Candida sekarang

merupakan patogen keempat yang paling sering diisolasi dari kultur darah

pada pasien dengan infeksi sistemik.

Di Indonesia, prevalensi infeksi kandidiasis terhitung cukup tinggi.

Hal itu dipengaruhi oleh iklim di Indonesia dan sanitasi di lingkungan


9

masyarakat. Seperti telah diketahui, jamur mudah tumbuh pada

lingkungan yang memiliki temperatur dan kelembaban yang tinggi.

Lingkungan tersebut merupakan salah satu karakteristik dari wilayah

tropis, termasuk Indonesia. Di Indonesia, di laporkan dari Departemen

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya, bahwa

dalam kurun waktu tahun 2011-2013 didapatkan 137 pasien baru, yaitu

114 pasien dengan infeksi pada kulit dan 23 pasien dengan infeksi pada

kuku. Distribusi jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan,

2011 (54,3%), 2012 (80%) dan 2013 (56,6%). Jenis kelainan kulit paling

banyak adalah kandidiasis intertriginosa (62,2%) dan kelainan pada kuku

sebesar (91,3%) (Ramadhani S. dan Atsari L, 2016). Candida albicans

adalah spesies yang paling umum di seluruh dunia, mewakili rata-rata

global 66% dari semua Candida sp. Angka kejadian infeksi kandidiasis di

Asia dari beberapa studi epidemiologi di Hong Kong menyebutkan bahwa

C. albicans adalah spesies yang paling sering diidentifikasi dengan rata-

rata 56% pada kasus kandidiasis. C. albicans masih merupakan penyebab

tertinggi Candida bloodstream infection di Singapura (33,3%), Taiwan

(55,6%), dan Jepang (41%). Namun, di Thailand, C. parapsilosis

memiliki angka kejadian yang sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 45%

dibandingkan C. albicans sebesar 44,5%. C. parapsilosis dan C. tropicalis

di Malaysia menjadi agen etiologi utama, diikuti oleh C. albicans dengan

hanya 11,76% kasus kandidemia. Frekuensi kejadian C. albicans sebagai

spesies dominan dari 37% di Amerika Latin sampai 70% di Norwegia

sebagai akibat dari kejadian kandidiasis invasif yang meningkat dengan

meningkatnya populasi individu yang rentan, dan pengobatan terhambat


10

10

oleh resistensi antijamur. Pada kandidemia dan infeksi sistemik memiliki

tingkat kematian yang tinggi yaitu 46-75%. C. albicans infeksi

intraabdominal pada pasien transplantasi hati memiliki tingkat kematian

hingga 60% (Lim et al, 2012).

2.1.2 Etiologi

Candida sp. adalah penyebab paling umum infeksi jamur

oportunistik di seluruh dunia. Candida sp. adalah patogen jamur utama

manusia yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari infeksi mukosa

superficial sampai infeksi sistemik yang sering mengancam nyawa.

Dilihat dari patogenisitasnya, Candida sp. memiliki kemampuan untuk

tumbuh dalam bentuk yeast, pseudohifa dan hifa. Bentuk hifa memiliki

peran penting dalam menyebabkan penyakit, yaitu dengan menyerang sel

epitel dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Diantara seluruh jenis

Candida sp., C. albicans adalah agen infeksius yang paling umum. Yeast

dimorphic ini adalah komensal yang mengkolonisasi pada kulit, saluran

pencernaan dan saluran reproduksi. Selain C. albicans juga dapat

menyebabkan munculnya patogen dan juga bisa menginfeksi permukaan

mukokutan manusia. Patogenesis dan prognosis infeksi kandidiasis

dipengaruhi oleh status imun inang (Dabas P., 2013). Jamur Candida sp.

hidup sebagai saprofit, terutama di traktus gastrointestinal, selain itu juga

terdapat di vagina, uretra, kulit dan di bawah kuku. Agen penyebab

tersering untuk kelainan di kulit, genital dan mukosa oral adalah C.

albicans, sedangkan spesies non-albicans yang sering menimbulkan

kelainan adalah C. dubliniensis, C. glabrata, C. gullermondii, C. krusei,


11
11

11

C. lusitaniae, C. parapsilosis, C. pseudotropicalis, dan C. tropicalis

(Widaty S., 2016). Infeksi kandidiasis dapat terjadi di lipatan tubuh yaitu

bagian tubuh yang lembab dan hangat seperti lipatan aksila, selangkangan,

dan lipatan kulit lainnya. Hal ini paling sering terjadi pada individu

obesitas dan pada pasien diabetes melitus. Daerah yang terinfeksi menjadi

merah dan lembab serta dapat mengalami vesikula (Jawetz et al, 2013).

. Sebagian besar infeksi kandidiasis bersifat mukokutan. Sementara

dalam beberapa kasus kandidiasis meningkatkan angka pada morbiditas,

yang mana infeksi ini tidak menyebabkan kematian. Namun, pasien

dengan immunocompromised termasuk pasien rawat inap, dapat

menyebabkan kandidemia semakin meluas yang memiliki tingkat

kematian 30% -40%. Faktanya, kandidiasis sistemik menyebabkan lebih

banyak kasus kematian daripada penyakit mikosis lainnya (Goldsmith, L.,

et al., 2012).

2.1.3 Patogenesis

Bertanggung jawab atas 50%-60% dari semua infeksi

kandidiasis, C. albicans adalah patogen candidal yang paling umum

diidentifikasi. C. albicans memiliki faktor virulensi sendiri termasuk

molekul adhesi yang memungkinkan pelekatan organisme ke struktur lain,

sekresi proteinase [aspartil proteinase (SAP1-9)] yang memungkinkan

untuk terjadi kerusakan pada develop cell, serta kemampuan untuk

mengubah bentuk hifa yang dianggap penting untuk virulensi C. albicans

(Goldsmith, L., et al., 2012).


12

12

Kandidiasis kutaneous adalah infeksi oportunistik yang timbul

pada kebanyakan kasus yang berasal dari blastospora Candida endogen

dan dari saprofitik yang secara selektif mengkolonisasi epitel oral,

gastrointestinal, vagina, dan kutaneous. Pada berbagai kondisi

lingkungan, blastospora Candida dapat mengalami transformasi menjadi

miselium, menyerang jaringan epitel, dan menimbulkan respons inflamasi

akut dan aktivasi neutrofil pada jalur komplemen. Reaksi awal pada

infeksi kandidiasis kutaneous adalah terjadi suatu kolonisasi permukaan

epitel dengan patogen. Prevalensi C.albicans pada isolat klinis relatif

menurun, dan spesies lain seperti Candida glabrata, Candida

parapsilosis, Candida tropicalis, Candida krusei, dan Candida

dubliniensis semakin banyak ditemui sebagai patogen. C. glabrata dan C.

albicans menyumbang sekitar 70% -80% spesies Candida yang

ditemukan dari pasien dengan kandidemia atau kandidiasis invasif.

Sebagian besar spesies Candida dapat menghasilkan faktor

virulensi termasuk faktor protease. Berbagai bentuk dari yeast dalam

spesies Candida berperan penting dalam produksi hifa dan penetrasi pada

jaringan. Pada saat kekebalan tubuh inang terganggu, spesies Candida

dapat menyebabkan infeksi oportunistik pada kulit dan rongga mukosa.

Infeksi awal yang terjadi pada kandidiasis kutaneous, yaitu menempel dan

adhesi dari Blastoconidia ke permukaan sel epitel, proliferasi jamur dan

menyebabkan terjadinya kolonisasi, yang kemudian akan terjadi invasi

pada jaringan epitel (Raz Pasteur et all, 2011).

Kemampuan C. albicans dalam menginfeksi host memiliki

beragam proses yang didukung oleh berbagai faktor virulensi. Awalnya


13

yaitu terjadi suatu transisi morfologi antara bentuk yeast dan hifa,

kemudian terjadi attachment yang diikuti dengan invasi pada permukaan

sel. Kemudian terjadi proses tigmotropisme dan pembentukan biofilm

serta terjadi perpindahan phenotypic dan sekresi enzim hidrolitik dianggap

sebagai faktor virulensi (L. Mayer F et all, 2013). Gambaran tentang

patogenesis tersebut pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Gambaran tentang mekanisme patogenisitas

2.1.1 Manifestasi klinis

Kandidiasis adalah infeksi jamur primer atau sekunder yang

disebabkan oleh spesies Candida. Manifestasi klinis mungkin akut,

subakut atau kronis sampai episodik. Infeksi kandidiasis dapat menyerang

bagian beberapa tubuh yang terlokalisir yaitu pada mulut, tenggorokan,

kulit, kulit kepala, vagina, jari tangan, kuku, bronkus, paru-paru, atau

saluran gastrointestinal, atau menjadi sistemik seperti pada septikemia,

endokarditis dan meningitis. Infeksi kandidiasis sistemik biasanya terjadi

pada pasien dengan defisiensi imun atau pasien immunocompremised dan


14

14

pasien yang mendapat terapi kanker, terapi imunosupresi, atau terapi

pasca transplantasi (University of Adelaide, 2017).

2.1.1.1 Kandidiasis orofaringeal: termasuk sariawan, glossitis,

stomatitis dan angular cheilitis

Kandidiasis pseudomembranus akut atau sariawan adalah

bentuk paling umum dari kandidiasis oral (Goldsmith, L., et al.,

2012). Kandidiasis oral akut jarang terjadi pada orang dewasa

sehat tetapi dapat terjadi pada hingga 5% bayi baru lahir dan 10%

orang tua. Infeksi kandidiasis ini dapat terjadi akibat dari

penurunan kekebalan imun yang dikarenakan oleh beberapa

penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh, yaitu karena

diabetes melitus, leukemia, limfoma, keganasan, neutropenia dan

infeksi HIV yang merupakan prediktor perkembangan klinis

terhadap infeksi kandidiasis. Penggunaan antibiotik spektrum luas,

seperti kortikosteroid, obat sitotoksik, dan terapi radiasi juga

merupakan faktor predisposisi. Lokasi yang paling umum adalah

di permukaan dorsal lidah. Secara klinis, terdapat gambaran

berupa plak putih yang menyerupai bentuk dadih susu pada

mukosa pada lidah, gusi, langit-langit atau faring. Gejala terkadang

bersifat asimtomatik dan mungkin ada rasa terbakar atau

kekeringan pada mulut, kehilangan rasa, dan rasa sakit saat

menelan (The University of Adelaide, 2017).

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Eight Edition

(2012) menjelaskan bahwa kandidiasis cheilosis (angular cheilitis)


15

ditandai dengan eritema, fissuring, maserasi, dan nyeri pada sudut

mulut. Kondisi ini sering dijumpai pada pasien lansia dengan kulit

kendur pada komissura oral. Hilangnya gigi, gigi palsu yang

kurang pas, maloklusi, dan defisiensi riboflavin juga menjadi

faktor predisposisi untuk cheilosis. Cheilosis sering dikaitkan

dengan kandidiasis atrofik kronis pada pemakai gigi tiruan.

Gambar 2.2 Pseudomembranous candidiasis or thrush


(Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Eight Edition,
2012).

2.1.3.1 Kandidiasis kutaneous ( kandidiasis intertrigo, kandidiasis

diapers, paronikia dan onikomikosis)

C. albicans memiliki predileksi untuk kolonisasi pada lipatan

kulit yaitu di zona intertriginous dikarenakan lingkungan lokal

yang lembab dan hangat. Lokasi kandidiasis intertrigo meliputi

area inframmaria genitocrural, gluteal, interdigital, dan di bawah

daerah pannus dan aksilaris (Goldsmith, L., et al., 2012).

Kelembaban, panas, gesekan dan maserasi kulit merupakan faktor

predisposisi utama, namun obesitas, diabetes melitus, dan

penggunaan antibiotik spektrum luas merupakan faktor tambahan.


16

16

(University of Adelaide, 2017). Lesi terdiri dari ruam eritematosa

dan dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul

kecil atau bula atau papulopustular yang bisa pecah meninggalkan

permukaan yang kasar dengan tepi yang erosif (Widaty S., 2016).

Gambar 2.3 Kandidiasis intertrigo diantara sela-sela jari


((Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Eight Edition,
2012).

Kandidiasis diapers dipicu oleh adanya kolonisasi yeast di

traktus gastrointestinal dan biasanya terjadi pada bayi yaitu pada

kondisi kelembaban kronis yang tidak higienis dan maserasi kulit

lokal yang terkait dengan iritasi amonitik akibat popok yang kotor.

Lesi berawal dari area perianal meluas ke perineum dan lipat

inguinal berupa eritema (Goldsmith, L., et al., 2012).

Infeksi pada kuku dan lipatan paronychial terjadi paling sering

pada mereka yang menderita diabetes melitus atau yang biasanya

membenamkan tangan mereka ke dalam air (yaitu, pembantu

rumah tangga, tukang roti, nelayan, dan bartender dan lain

sebagainya). Pada paronchia, ada kemerahan awal, pembengkakan

dan nyeri pada kuku proksimal dan lateral dengan retraksi kutikula
17

17

ke lipatan kuku proksimal. Nyeri dan eritema bisa terjadi di

sepanjang nail plate dan nail bed (Goldsmith, L., et al., 2012).

Kelainan kuku berupa onikolisis, yaitu terjadi penebalan kuku

sekunder, pengelupasan, kadang disertai kuku yang lepas, terdapat

lekukan transversal dan perubahan warna pada kuku menjadi

kecoklatan. Penyebab kandidiasis onikomikosis umumnya adalah

C. albicans dengan kelainan di kuku berupa distrofi total

menyerupai onikomikosis yang disebabkan oleh jamur golongan

dermatofita. (Widaty S., 2016).

Gambar 2.4 Onychia kronis dan paronikia disebabkan oleh


Candida albicans. A. lipatan kuku edematous dengan beberapa
onycholysis. Hal ini sangat sering salah didiagnosis sebagai
paronikia stafilokokal. B. Ini adalah kondisi peradangan kronis
dengan pustulasi pada lipatan kuku yang juga bisa melibatkan nail
plate. (Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Eight
Edition, 2012).

2.1.3.2 Kandidiasis vulvovagina dan balanitis atau balanopostitis

Candida sp. menyebabkan 30%-35% balanitis menular.

Faktor predisposisi terhadap kandidiasis balanitis meliputi diabetes

mellitus, keadaan yang tidak disunat, dan infeksi vagina candidal

pada pasangan seksual. Kadang-kadang, pasien dengan balanitis


18

mengeluhkan eritema transien dan terbakar yang terjadi sesaat

setelah hubungan seksual. Lesi berupa erosi, pustula dengan

dindingnya yang tipis, terdapat pada glans penis dan sulkus

koronarius glandis. Pada pasien diabetes atau imunosupresi,

balanitis ulseratif edematous yang parah dapat terjadi (Goldsmith,

L., et al., 2012). Kandidiasis vulvovaginal biasanya sering terdapat

pada penderita diabetes melitus karena kadar gula darah dan urin

yang tinggi dan pada perubahan hormonal (kehamilan dan siklus

haid). Rekurensi dapat terjadi juga karena penggunaan cairan

pembersih genital, antibiotik, imunosupresi. Keluhan utama ialah

gatal di daerah vulva. Pada yang berat terdapat pula rasa panas,

nyeri sesudah miksi, dan dispareunia. Pada pemeriksaan yang

ringan tampak hiperemia pada labia minora, introitus vagina dan

vagina terutama 1/3 bagian bawah. Sering pula terdapat kelainan

khas ialah bercak-bercak putih kekuningan.

Pada kelainan yang berat juga terdapat edema pada labia

minora dan ulkus-ulkus yang dangkal pada labia minora dan sekitar

introitus vagina. Flour albus pada kandidiasis vulvovagina

berwarna kekuningan. Tanda yang khas ialah disertai gumpalan-

gumpalan berwarna putih kekuningan (Widaty S., 2016).

2.1.3.3 Kandidiasis mukokutan kronis dan kandidiasis granulomatosa

Kandidiasis mukokutan kronis adalah bentuk kandidiasis

persisten, biasanya disebabkan oleh C. albicans pada kulit, kuku,

orofaring dan selaput lender dan bersifat kronis yang terjadi pada

pasien dengan berbagai gangguan metabolik terhadap imunitas


19

yang dimediasi oleh sel. Ini merupakan akibat dari disfungsi dari

leukosit atau kelainan endokrin seperti hipoparatiroidisme,

penyakit Addison, hipotiroidisme, diabetes, disfungsi tiroid dan

penyakit autoimun poliglandular. Kandidiasis granulomatosa

merupakan penyakit yang sering menyerang anak-anak. Lesi

berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning

kecoklatan yang melekat erat di bagian dasarnya. (Widaty S.,

2016). Lesi terlokalisasi di muka, kepala, kuku, badan, tungkai dan

laring yang dapat terjadi dengan atau tanpa endokinopati yang

ditandai dengan lesi granulomatosa hyperkeratic (University of

Adelaide, 2017).

2.1.3.4 Kandidiasis neonatal dan kongenital

Berat badan lahir rendah (BBLR) dan usia kehamilan yang

relative muda, kateterisasi intravaskular yang berkepanjangan dan

penggunaan obat antibiotik merupakan predisposisi pada infeksi

kandidiasis sistemik pada neonatus. Kandidiasis kongenital yang

didapat dalam rahim biasanya terbatas pada kulit dalam bentuk

ruam vesikular eritematosa. Kandidiasis intrauterin juga dapat

menyebabkan aborsi (University of Adelaide, 2017). Kandidiasis

ini ditemukan kelainan pada kulit dan selaput lendir bayi baru lahir,

lesi khas berupa vesikel atau pustul dengan dasar eritematosa pada

wajah, dada yang meluas generalisata (Widaty S., 2016).


20

2.1.3.5 Kandidiasis esofageal

Kandidiasis esofageal sering dikaitkan dengan AIDS dan

imunosupresi berat setelah pengobatan leukemia atau tumor dan

biasanya diikuti dengan kandidiasis oral. Esofagitis juga dapat

menyebabkan septikemia dan kandidiasis diseminata. Gejalanya

meliputi rasa terbakar di daerah substernal, disfagia, mual dan

muntah. Diagnosis klinis berdasarkan temuan radiologis dan

endoskopi, yang biasanya terlihat gambaran berupa plak mukosa

putih dengan eritema yang menyerupai kandidiasis oral. Infeksi

herpes simpleks atau sitomegalovirus (CMV) mungkin juga dapat

menyebabkan kandidiasis oesophageal. Diagnosis klinis dari

kandidiasis esofageal perlu dikonfirmasi oleh pemeriksaan

histopatologi dan kultur (University of Adelaide, 2017).

2.1.4 Faktor risiko

Kandidiasis merupakan infeksi jamur yang bersifat opportunistik.

Infeksi Candida dapat dengan mudah menyerang hospes tertentu. Faktor-

faktor risiko yang dapat memudahkan terjadinya infeksi kandida, antara

lain:

1. Jenis kelamin. Infeksi kandidiasis ditemukan banyak terdapat

pada perempuan, diduga karena perempuan lebih banyak

melakukan pekerjaan rumah tangga seperti kontak dengan air,

kehamilan, dan memakai pakaian ketat sehingga menyebabkan

keringat dan lembab.


21

21

2. Usia. Angka kejadian infeksi kandidiasis biasanya meningkat

pada bayi dan orang tua, hal itu disebabkan karena status

imunologisnya tidak sempurna. Infeksi kandidiasis juga disebutkan

meningkat pada anak-anak yang menderita dermatitis atopik atau

dermatitis seboroik. Infeksi kandidiasis terbanyak terjadi pada usia

1-4 tahun, kemungkinan karena pendidikan masyarakat Indonesia

yang menengah kebawah kurang baik sehingga kurangnya

pengetahuan menjaga higiene pada anak-anak. Kondisi iklim

Indonesia yang tropis juga merupakan faktor eksogen, anak-anak

berumur 1-4 tahun yang sedang aktif bermain, mudah berkeringat

dan membuat menjadi kulit menjadi lembap atau basah.

3. Pekerjaan. Riwayat pekerjaan infeksi kandida pada kulit dari

tahun 2011-2013, 58 pasien (50,9%) belum bekerja atau masih

pelajar, yaitu usia 0-18 tahun, sedangkan 56 pasien berumur diatas

18 tahun (49,1%) tidak ada keterangan pekerjaan. Pada pasien

infeksi kandida pada kuku, tahun 2011 didapatkan 1 orang dengan

riwayat pekerja salon (14,28%) dan tidak ada data pekerjaan

sebanyak 5 pasien (71,42%), pada tahun 2012 didapatkan 3 orang

(60,0%) tidak ada data pekerjaan, dan 2013 didapatkan 1 orang

pekerja tambak (9,09%) dan 1 pasien ibu rumah tangga (9,09%).

4. Penyakit yang sedang diderita. Riwayat sakit seseorang dapat

berperan penting sebagai faktor risiko infeksi kandida. Pasien

dengan riwayat HIV, Diabetes Mellitus, atau pada pasien lain

dengan immunocompremised memiliki risiko yang tinggi untuk

terinfeksi.
23
22

22

5. Riwayat konsumsi obat-obatan. Sebagian besar pasien dengan

infeksi kandida pada kulit sudah mengobati dengan kortikosteroid

topikal sedangkan infeksi kandida pada kuku sudah mengobati

dengan minyak tawon. Infeksi kandida ini sering didiagnosis

dengan dermatitis sehingga masyarakat sering berpikir bahwa ini

penyakit ringan dan dapat diobati sendiri. Hal itu membuat

gambaran infeksi kandida menjadi tidak jelas. Kendala lainnya

dokter umum juga sulit melakukan pemeriksaan, baik pemeriksaan

langsung dan kultur atau biakan karena keterbatasan skill dan alat

yang ada (Shinta dan Linda, 2016).

2.1.5 Pemeriksaan penunjang dan diagnosis

Media kultur yang dipakai untuk biakan C. albicans adalah

Sabouraud dextrose agar/SDA dengan atau tanpa antibiotik (Greenwood

D et al, 2007). Media tersebut ditemukan oleh Raymond Sabouraud

(1864-1938) seorang ahli dermatologi berkebangsaan Perancis.

Pemeriksaan kultur dilakukan dengan mengambil sampel cairan atau

kerokan sampel pada\ tempat infeksi, kemudian diperiksa secara

berturutan menggunakan Sabouraud’s dextrose broth kemudian

Sabouraud’s dextrose agar plate. Pemeriksaan kultur darah sangat

berguna untuk endokarditis kandidiasis dan sepsis. Kultur sering tidak

memberikan hasil yang positif pada bentuk penyakit diseminata lainnya

(Bhavan PS et al, 2010).

Sabouraud’s dextrose broth/SDB berguna untuk membedakan

C. albicans dengan spesies jamur lain seperti Cryptococcus, Hasenula,


23

Malaesezzia. Pemeriksaan ini juga berguna mendeteksi jamur kontaminan

untuk produk farmasi. Pembuatan SDB dapat ditempat dalam tabung atau

plate dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam, setelah 3 hari

tampak koloni C. albicans sebesar kepala jarum pentul, 1-2 hari kemudian

koloni dapat dilihat dengan jelas. Koloni C. albicans berwarna putih

kekuningan, yang menimbul di atas permukaan media, dengan bau ragi

yang khas.

Pertumbuhan pada SDB baru dapat dilihat setelah 4-6 minggu,

sebelum dilaporkan sebagai hasil negatif. Jamur dimurnikan dengan

mengambil koloni yang terpisah, kemudian ditanam seujung jarum biakan

pada media yang baru untuk selanjutnya dilakukan identifikasi jamur

(Muetiawati V., 2016).

(1) (2)

Gambar 2.5 (1) Pertumbuhan C. albicans dan C. dublinensis pada


SDB. (2) Pertumbuhan C. albicans pada SDA berbentuk krim
berwarna putih, licin disertai bau yang khas (Manual of Clinical
Microbiology, 8th ed., 2013).

Dalam buku Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine

Eight Edition (2012) dijelaskan bahwa pemeriksaan mikroskopis langsung

pada spesimen untuk mengetahui adanya yeast atau isolasi yeast dalam

kultur mengkonfirmasi adanya infeksi. Pada infeksi kandida superfisial,


24

diagnosis dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan kulit mikroskopik atau

bekas luka yang diperoleh dari permukaan kulit, kuku, atau mukosa yang

menunjukkan hifa, pseudohyphae, atau sel yeast. Potassium hydroxide

smear, atau Gram atau methylene blue stain berguna untuk pengecatan

langsung sel jamur. Kultur dari kuku yang terkena infeksi kandidiasis

dapat membantu mengidentifikasi agen etiologi yang menyebabkan

onikomikosis (dermatofit atau yeast). C.albicans menghasilkan koloni

mukoid berwarna keputihan dalam 2-5 hari pada SDA dengan antibiotik

tambahan. Pada kandidiasis sistemik dengan erupsi, diagnosis dapat

dikonfirmasi dari pemeriksaan histopatologis dan kultur jaringan kulit dari

lesi. Teknik yang lebih baru untuk mendeteksi antigen antiretroviral yang

beredar (misal, Mannan atau enolase) atau produk metabolik (misalnya,

arabinitol) menunjukkan sensitivitas dan spesifitas yang lebih baik dalam

pengujian serial. Secara khusus, uji deteksi serum 1,3 β-D-glucan assay

(Glucatell, Fungitell) adalah uji nonkultur yang mengukur tingkat β-

glukan, komponen dinding sel jamur. Dalam sebuah penelitian multisenter

yang besar, uji tersebut menghasilkan sensitivitas tinggi (75% -100%),

spesifisitas (88% -100%) dan nilai prediksi positif dengan hasil yang

dapat diulang.

Pemeriksaan langsung dengan Larutan KOH dapat berhasil

bila jumlah jamur cukup banyak. Keuntungan pemeriksaan ini dapat

dilakukan dengan cara sederhana, dan terlihat hubungan antara jumlah dan

bentuk jamur dengan reaksi jaringan (Greenwood D et al, 2007).

Pemeriksaan langsung harus segera dilakukan setelah bahan klinis

diperoleh sebab C. albicans berkembang cepat dalam suhu kamar


25

25

sehingga dapat memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan keadaan

klinis. Gambaran pseudohifa pada sediaan langsung/apus dapat

dikonfirmasi melalui pemeriksaan kultur, merupakan pilihan untuk

menegakkan diagnosis kandidiasis superfisial. Bentuk pseudohifa pada

pewarnaan KOH dapat dilihat pada gambar 2.6 (Bhavan PS et al, 2010).

(1) (2)

Gambar 2.6 (1) Pseudohifa pada pewarnaan KOH (mata anak panah). (2)
Budding yeast cells (anak panah). (Dikutip dari: Murray 20).

Wood’s lamp ditemukan oleh Robert Willams Wood pada

tahun 1903. Pertama digunakan dalam praktik dermatologis untuk

mendeteksi infeksi jamur rambut oleh Margarot dan Deveze pada tahun

1925. Pemeriksaan Wood’s lamp adalah tes yang berguna untuk

membantu dalam mendiagnosis kelainan dermatologis. Wood’s lamp

menghasilkan radiasi ultraviolet gelombang panjang yang tak terlihat pada

panjang gelombang 340-450 nm (maksimum pada 365 nm). Dermatosis

tersebut memiliki karakteristik fluoresensi tersendiri. Misalnya, tinea

versicolor menunjukkan putih kekuningan atau oranye tembaga. Tinea

capitis menunjukkan biru-hijau (kebanyakan Microsporum spesies) atau

kadang-kadang kuning kusam (Microsporum gypseum) dan biru kusam

(Trichophyton schoenleinii) (Ponka D dan Baddar F., 2012). Wood’s lamp

ini kecil, tahan lama, murah, aman dan sangat mudah digunakan. Ada

beberapa kondisi dermatologis umum yang dapat didiagnosis dengan


26
27

26

pemeriksaan Wood’s lamp. Wood’s lamp dapat menunjukkan hasil berupa

cahaya neon pada beberapa infeksi seperti tinea capitis, tinea versicolor

dan eritrasma. Tidak hanya bisa menghasilkan diagnosis yang akurat,

namun juga bisa menunjukkan lokasi yang tepat untuk mengumpulkan

specimen (Suraprasit, M.D, et al., 2016). Dapat disimpulkan bahwasanya

pemeriksaan penunjang dengan Wood’s lamp tidak menjadi pemeriksaan

wajib untuk infeksi kandidiasis.

Gambar 2.7 The blue-


green fluorescence under
Wood’s lamp examination.
dikutip dari Sirijaj Medical
Journal

Untuk menegakkan diagnosis infeksi kandidiasis dilakukan

melalui anamnesis dan gejala klinis yang khas yang dilihat dari

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan

mikroskopik dengan menggunakan larutan KOH dan pengecatan gram

untuk melihat elemen jamur dan biakan untuk spesiesnya. Dan

pemeriksaan histopatologi dilakukan bila diagnosis meragukan. Namun,

bila hasil pemeriksaan penunjang negatif dan anamnesis serta

pemeriksaan klinis positif maka tidak menyingkirkan diagnosis

(Murtiastutik D., et al, 2016).


27

2.1.6 Penatalaksanaan

Meskipun obat anti jamur yang digunakan dalam perawatan

klinis tampaknya beragam dan banyak, hanya beberapa kelas agen

antijamur yang saat ini tersedia untuk mengobati infeksi mukosa atau

sistemik dengan Candida sp. (Claudia S. dan Darío L., 2013).

Gambar 2.8 Target dan mode tindakan beberapa agen

antijamur (Claudia S. dan Darío L., 2013).

Golongan Antifungal MOA Nama Obat


Azole Menghambat lanosterol Miconazole
14-𝛼-demethylase Clotrimazole
Econazole
Ketoconazole
Fluconazole
Itraconazole
Voriconazole
Posaconazole
Echinocardins Menghambat (1,3) β-D- Caspofungi
Glucan synthase Micafungi
Anidulafungin
Polyenes Binding Ergosterol Nystatin
Amphotericin B
28

Nucleosida Analogs Menghambat DNA/RNA Flucytosine


synthesis
Allynamines Menghambat squalene - Terbinafine
epoxidase Amorolfine
Naftifine
Thiocarbamates Menghambat squalene - Tolnaftate
epoxidase Tolciclate
Antibiotocs Interaksi dengan β- Griseofulvin
Tubulin
Tabel 2.1 Target dan mode tindakan beberapa agen antijamur (Murtiastutik D., et
al, 2016).

Pengobatan secara umum yaitu dengan menguragi dan

mengobati faktor-faktor predisposisi dan mengobati infeksi

sekunder dengan kompres sol. Sodium chlorida 0,9% selama 3 hari

dan antibiotik yang tidak berspektrum luas, seperti eritromisin,

kotrimoksasol, linkomisin, klindamisin selama 5-7 hari. Pada

kandidiasis oral dapat diberikan obat topikal, yaitu menggunakan

nystatin oral suspensi sebanyak 4-6ml, 4 kali sehari sesudah makan

dan harus ditahan di mulut sebelum di telan. Pada bayi diberikan

nystatin sebanyak 2ml dan empat kali sehari. Dapat juga

menggunakan solusio gentian violet 1%, dioleskan dua kali sehari

selama 3 hari.

Tablet oral diberikan dengan indikasi resiko tinggi terjadi

disseminasi (kandidiasis sistemik) yaitu pada penderita

granulositopenia / immunocoprimised, pada penderita yang

mendapat terapi immunosupresif. Dan tablet oral diberikan juga

ketika terapi topikal hasilnya gagal atau tidak sembuh, yaitu

diberikan tablet ketokonazole 200 mg – 400 mg (1-2 tablet) per

hari selama 2-4 minggu (untuk infeksi kronis perlu 3-5 minggu dan
29

dapat juga diberikan kapsul itrakonazol 100 mg – 200 mg (1-2

kapsul per hari selama 4 minggu) (Murtiastutik D., et al, 2016).


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka konseptual


4 Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

Keterangan :

Variabel yang dikaji

Variabel yang tidak dikaji

30
31

3.2 Penjelasan kerangka konseptual

Pasien pada Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. terdiri dari berbagai kasus penyakit

kulit akibat infeksi jamur. Namun dalam hal ini, peneliti mengambil fokus

pada salah satu kasus mikosis opportunistik, yaitu kandidiasis. Prevalensi

kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya terhitung cukup tinggi. Hal tersebut dipengaruhi

oleh beberapa hal, antara lain jenis kelamin, usia, pekerjaan, riwayat sakit saat

itu, dan riwayat konsumsi obat-obatan dan domisili.

Diagnosis kandidiasis ditegakkan oleh dua hal, yaitu manifestasi klinis

dan pemeriksaan laboratorium. Manifestasi klinis pasien kandidiasis, antara

lain kandidiasis esofageal, kandidiasis oral, kandidiasis kutaneus, kandidiasis

vulvovagina, kandidiasis balanitis, kandidiasis mukokutaneous kronik dan

granulomatosa, kandidiasis neonatal dan kandidiasis kongenital. Sedangkan

pemeriksaan laboratorium jamur penyebab kandidiasis dilakukan dengan

metode pewarnaan rutin dengan KOH, metode kultur untuk mengetahui

spesies jamur penyebabnya, dan metoda histopatologi.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan, penelitian ini merupakan

penelitian descriptive retrospective study untuk mengetahui gambaran umum

infeksi kandidiasis, dari segi epidemiologi, manifestasi klinis dan diagnosis dari

infeksi kandidiasis.

4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data pasien baru yang didiagnosis dengan infeksi kandidiasis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

total sampling seluruh data dan rekam medis pasien baru yang didiagnosis

infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit

dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

4.2.2.1 Kriteria Penerimaan Sampel

Semua pasien baru dengan diagnosis infeksi kandidiasis

di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

32
33

4.2.2.2 Kriteria Penolakan Sampel

Tidak ditemukannya data rekam medis pasien.

4.2.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel bersumber pada data

sekunder yakni data rekam medis elektronik dari Divisi Mikologi

Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

4.3 Variabel Penelitian

Variabel dari penelitian ini adalah diagnosis infeksi kandidiasis, data, dan

hasil rekam medis setiap pasien baru di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-

2016.

4.4 Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini adalah:

1. Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh yeast yang

termasuk dalam genus Kandida. Ada lebih dari 20 spesies Kandida

yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia, yang paling umum

adalah Candida albicans.

2. Jumlah kasus baru adalah jumlah pasien yang pertama kali berobat dan

didiagnosis infeksi kandidiasis yang ditemukan di Divisi Mikologi Unit

Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo

Surabaya pada tahun 2013-2016.


34

3. Diagnosis adalah diagnosis pada pasien baru infeksi kandidiasis di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD

Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016 sesuai dengan yang

tercantum di dalam rekam medis pasien.

4. Umur dan Jenis Kelamin adalah umur dan jenis kelamin pasien baru

yang berobat di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

5. Domisili adalah tempat yang ditinggali oleh pasien baru infeksi

kandidiasis yang berobat di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada

tahun 2013-2016.

6. Anamnesis adalah keluhan kasus baru infeksi kandidiasis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya pada tahun 2013-2016.

7. Penyakit penyerta adalah kondisi atau penyakit yang menyertai pasien

baru infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo tahun 2013-2016.

8. Pemeriksaan laboratorium penunjang adalah hasil pemeriksaan

laboratorium berupa pemeriksaan mikroskop langsung dengan KOH

20% pada pasien baru infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit

Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo tahun

2013-2016.

9. Pemeriksaan kultur adalah hasil pemeriksaan kultur pasien baru infeksi

kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo tahun 2013-2016.


35

Tabel 4.1 Variabel penelitian dan definisi operasional


No Skala
Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur
. Ukur
jumlah pasien
yang pertama
Melihat
Jumlah Kasus kali berobat dan Jenis Infeksi
1 rekam Nominal
Baru didiagnosis Kandidiasis
medis
infeksi
kandidiasis
tempat yang
ditinggali oleh
Melihat
pasien baru
2. Domisili rekam Nama Kota Nominal
infeksi
medis
kandidiasis yang
tengah berobat
Perbedaan
bentuk, sifat,
dan fungsi dari
manusia yang Melihat Laki-Laki
Jenis
3. dapat rekam atau Nominal
Kelamin
menentukan medis. Perempuan
perbedaan risiko
terjangkitnya
suatu penyakit.
Lama hidup
Melihat
seseorang yang Angka
2. Usia rekam Interval
terhitung sejak (tahun)
medis.
lahir.
Jenis penyakit
yang tengah
Riwayat diderita sebelum Melihat
Jenis
4. penyakit atau saat pasien rekam Nominal
penyakit
penyerta menderita medis.
infeksi
kandidiasis.
hasil
pemeriksaan
laboratorium
Hasil
Pemeriksaan berupa Melihat
pemeriksaan
5. laboratorium pemeriksaan rekam Nominal
laboratoriu
penunjang mikroskop medis
m
langsung dengan
KOH 20% pada
pasien baru
hasil
pemeriksaan Melihat Hasil
Pemeriksaan
6. kultur pasien rekam pemeriksaan Nominal
kultur
baru infeksi medis kultur
kandidiasis
36

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah data rekam medis pasien

baru yang didiagnosis infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2013-2016

(mulai 1 Januari 2013 hingga 31 Desember 2016) dan aplikasi penghitung

statistika.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen/SMF Kesehatan Kulit

dan Kelamin FK Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan bagian rekam

medik Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

4.6.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah bulan Juni 2017.

4.7 Prosedur Penelitian dan Pengumpulan Data

Prosedur Penelitian dan Pengumpulan Data Penelitian ini

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari catatan rekam medis pasien baru

yang didiagnosis kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan

Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Kemudian data yang telah

diperoleh tersebut diolah menggunakan aplikasi penghitung statistika.


37

4.8 Alur Penelitian

Mengurus ijin untuk meneliti rekam medis pasien infeksi


kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Pengumpulan data pasien infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi


Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo
Surabaya

Pengolahan dan analisis data

Penyajian data berupa hasil laporan penelitian

Gambar 4.1 Skema Alur Penelitian

4.9 Etika Penelitian

Persetujuan etik dari Komite Etik Rumah Sakit RSUD Dr. Soetomo

Surabaya untuk mendapatkan data rekam medis. Manfaat akademis dari

penelitian adalah dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap

gambaran umum infeksi kandidiasis, dari segi epidemiologi, manifestasi klinis

dan diagnosis dari infeksi kandidiasis. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian

ini adalah diharapkan dapat memberikan gambaran umum mengenai infeksi

kandidiasis sehingga dapat meningkatkan upaya preventif maupun kuratif

terhadap kasus infeksi kandidiasis. Risiko dari penelitian ini bersifat minimal,

yaitu terbukanya identitas pasien. Untuk itu, dilakukan deidentifikasi subjek dan

mengganti dengan nomer kode atau inisial. Setelah itu, data akan disimpan secara

rahasia.
38

4.10 Pengolahan dan Analisis Data

Data diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan

Microsoft Power Point 2007.


BAB V

HASIL PENELITIAN

Selama periode pengamatan, yaitu dimulai dari Desember 2017,

didapatkan data lengkap dari rekam medis tahun 2013 sampai tahun 2016 di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya. Dari rekam medis tersebut diambil data pasien baru yang

didiagnosis kandidiasis.

Terdapat sebanyak 1589 pasien yang terdaftar dalam rekam medis di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya tahun 2013. Dari 1589 jumlah pasien tersebut, terdapat 99

pasien baru, setara dengan 6,23% yang didiagnosis kandidiasis. Pada tahun 2014,

terdapat 1266 pasien yang terdaftar dalam rekam medis di Divisi Mikologi Unit

Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Dari

jumlah tersebut, terdapat 77 (6,08%) pasien baru yang didiagnosis kandidiasis.

Pada tahun 2015, terdapat 939 pasien yang terdaftar dalam rekam medis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo

Surabaya. Dari jumlah tersebut, terdapat 55 (5,85%) pasien baru yang didiagnosis

kandidiasis. Serta pada tahun 2016, terdapat 747 pasien yang terdaftar dalam

rekam medis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Dari jumlah tersebut, terdapat 67 (8,97%) pasien

baru yang didiagnosis kandidiasis. Data pasien kandidiasis tersebut selanjutnya

dikelompokkan dan dianalisis berdasarkan variabel yang menjadi rumusan

masalah, yaitu gambaran profil dan evaluasi pasien baru infeksi kandidiasis

berdasarkan jenis infeksi kandidiasis, jenis kelamin, usia, penyakit lain yang

39
40

menyertai yang terjadi pada pasien, domisili atau tempat tinggal yang ditinggali

oleh pasien baru kandidiasis, anamnesis, yaitu keluhan utama pasien baru

kandidiasis yang dirasakan, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan laboratorium

rutin, yaitu pemeriksaan KOH serta pemeriksaan kultur, yaitu pemeriksaan SDA

(Sabouraud dextrose agar). Berikut ini adalah hasil dari setiap variabel yang

diteliti sesuai rumusan masalah yang telah disusun yang disajikan dalam bentuk

tabel.

5.1 Prevalensi Kandidiasis

5.1.1 Prevalensi Jenis Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun

2013 – 2016.

Tabel 5.1 Distribusi Diagnosis Pasien Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi


Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.
Soetomo Surabaya Tahun 2013 - 2016
Kasus 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) 2016 (%) Jumlah (%)

Kandidiasis 21 (21,2) 22 (28,6) 14 (25,4) 30 (42,8) 87 (28,9)

Kutis

Kandidiasis 54 (54,5) 41 (53,2) 28 (50,9) 29 (41,4) 152 (50,5)


Intertriginosa

Kandidiasis 5 (5,05) 2 (2,6) 3 (5,5) 4 (5,7) 14 (4,7)


Interdigitalis

Kandidiasis oris 1 (1,01) 8 (10,4) 6 (10,9) 1 (1,4) 16 (5,3)

Kandidiasis 15 (15,1) 4 (5,2) 3 (5,5) 3 (4,3) 25 (8,3)


onikia

Kandidiasis 3 (3,03) 0 1 (1,8) 0 4 (1,3)


paronikia

Jumlah 99 (33,2) 77 (25,8) 55 (18,5) 67 (22,5) 298 (100)


41

Mayoritas kasus infeksi kandidiasis yang ditemui di Divisi Mikologi Unit

Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun

2013-2016 adalah kandidiasis intertriginosa 50,5%, diikuti oleh kandidiasis kutis

28,9% dan kandidiasis onikia 8,3%.


42

5.1.2 Prevalensi Kandidiasis Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit

dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Pada rekam medis pada tahun 2013 – 2016 di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya terdapat 298 kasus pasien baru infeksi kandidiasis.

Tabel 5.2 Prevalensi Kandidiasis Berdasarkan Jenis Kelamin


dan Usia di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013
Umur Jenis Kelamin
Kasus Jumlah
0 – <1 1–4 5 – 14 15 – 24 25 – 44 45 – 64 ≥ 65 Laki (%) Perempuan (%)
Kandidiasis 8 3 1 1 3 3 2 9 (42,9) 12 (57,1) 21
kutis
Kandidiasis 4 7 1 8 9 20 5 18 (33,3) 36 (66,6) 54
Intertriginosa
Kandidiasis 0 0 0 0 1 4 0 2 3 5
Interdigitalis
Kandidiasis 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1
oris
Kandidiasis 0 0 1 2 1 7 4 4 11 15
onikia
Kandidiasis 0 0 0 0 0 3 0 0 3 3
paronikia
Jumlah 12 (12,1) 10 (10,1) 3 (3,1) 11 (11,1) 14 (14,1) 38 (38,4) 11 (11,1) 34 (34,3) 65 (65,7) 99 (100)
43

Dari data tersebut didapatkan bahwa pasien kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya periode 2013 terbanyak kelompok umur 45 – 64 tahun yaitu sebanyak 38 pasien (38,4%), diikuti kelompok

umur 25 – 44 tahun sebanyak 14 pasien (14,1%). Sedangkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu mencapai 65 pasien

(65,7%) dibandingkan laki-laki dengan jumlah pasien sebanyak 34 (34,3%). Menurut jenis kandidiasis didapatkan sebanyak 66,6%

(36) kasus kandidiasis intertriginosa dan kandidiasis kutis dialami oleh perempuan dengan kelompok usia 45 – 64 tahun.

Tabel 5.3 Prevalensi Kandidiasis Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia di Divisi Mikologi
Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2014
Umur Jenis Kelamin
Kasus Jumlah
0 – <1 1–4 5 – 14 15 – 24 25 – 44 45 – 64 ≥ 65 Laki (%) Perempuan (%)
Kandidiasis 9 5 0 1 0 7 0 5 (22,7) 17 (77,2) 22
kutis
Kandidiasis 13 6 1 3 6 7 5 17 (41,5) 24 (58,5) 41
Intertriginosa
Kandidiasis 0 0 0 0 0 2 0 1 1 2
Interdigitalis
Kandidiasis 1 1 0 1 3 2 0 3 5 8
oris
Kandidiasis 0 0 0 0 0 3 1 1 3 4
onikia
Kandidiasis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
paronikia
Jumlah 23 (29,9) 12 (15,6) 1 (1,3) 5 (6,5) 9 (11,7) 21 (27,2) 6 (7,8) 27 (35,1) 50 (64,9) 77 (100)
44
Dari data yang didapat, pasien baru kandidiasis di Divisi Mikologi Umit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD

Dr. Soetomo Surabaya periode 2014 terbanyak adalah kelompok umur 0 – <1 tahun yaitu sebanyak 23 pasien (29,9%) dengan jenis

kelamin yang terbanyak adalah perempuan, yaitu mencapai 50 pasien (35,1%) dibandingkan laki-laki. Jenis kelamin perempuan

juga didapatkan lebih banyak pada seluruh kasus kandidiasis intertriginosa dan kandidiasis kutis.

Tabel 5.4 Prevalensi Kandidiasis Berdasarkan Jenis Kelamin


dan Usia di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2015

Umur Jenis Kelamin


Kasus Jumlah
0 – <1 1–4 5 – 14 15 – 24 25 – 44 45 – 64 ≥ 65 Laki (%) Perempuan (%)
Kandidiasis 4 8 1 0 0 0 1 7 (50,0) 7 (50,0) 14
kutis
Kandidiasis 6 4 1 1 1 9 6 9 (32,1) 19 (67,8) 28
Intertriginosa

Kandidiasis 0 0 0 0 1 1 1 0 3 3
Interdigitalis

Kandidiasis 0 2 1 2 0 1 0 2 4 6
oris
Kandidiasis 0 0 0 0 1 2 0 2 1 3
onikia
Kandidiasis 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1
paronikia
Jumlah 10 (18,2) 14 (25,4) 3 (5,5) 3 (5,5) 3 (5,5) 14 (25,4) 8 (14,5) 21 (38,2) 34 (61,8) 55 (100)
45

Dari data tersebut didapatkan pasien terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan, yaitu mencapai 34 pasien (61,8%)

dibandingkan jenis kelamin laki-laki dengan jumlah sebanyak 21 pasien ( 38,2%). Sedangkan berdasarkan usia, kelompok usia 1 –

4 tahun dan 25 – 44 tahun yaitu sebanyak 14 pasien (25,4%). Menurut jenis kandidiasis didapatkan sebanyak 19 pasien ( 67,8% )

kasus kandidiasis intertriginosa dan kandidiasis kutis dialami oleh perempuan.

Tabel 5.5 Prevalensi Kandidiasis Berdasarkan Jenis Kelamin


dan Usia di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2016

Umur Jenis Kelamin


Kasus 0 – <1 1–4 5 – 14 15 – 24 25 – 44 45 – 64 ≥ 65 Laki (%) Perempuan (%) Jumlah
Kandidiasis 5 12 1 1 2 9 0 13 (43,3) 17 (56,6) 30
kutis
Kandidiasis 9 8 0 1 2 8 1 15 (51,7) 14 (48,3) 29
Intertriginosa

Kandidiasis 0 0 0 0 2 2 0 2 2 4
Interdigitalis
Kandidiasis 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1
oris
Kandidiasis 0 0 0 1 0 2 0 0 3 3
onikia
Kandidiasis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
paronikia
Jumlah 14 (20,9) 20 (29,9) 1 (1,5) 3 (4,5) 7 (10,4) 21 (31,3) 1 (1,5) 30 (44,8) 37 (55,2) 67 (100)
46

Dari data tahun 2016, didapatkan kelompok umur terbanyak kasus infeksi

kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya adalah 45 – 64 tahun yaitu sebanyak 21 pasien (31,3%),

diikuti kelompok umur 1 – 4 tahun sebanyak 20 pasien (29,9%), dengan jenis

kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu mencapai 37 pasien (55,2%)

dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki.

Dari jumlah keempat data tersebut, yaitu data mulai dari tahun 2013

hingga tahun 2016 adalah sebanyak 298 pasien, dapat disimpulkan bahwa pasien

baru infeksi kandidiasis terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak

186 pasien (62,4%) dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki yang hanya

mencapai sebanyak 112 pasien (37,6%). Sedangkan prevalensi berdasarkan usia

didominasi oleh usia antara dekade keempat dan kelima serta awal dekade

keenam.
47
5.1.3 Prevalensi Kandidiasis Berdasarkan Domisili di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tabel 5.6 Prevalensi Kandidiasis Berdasarkan Domisili di Divisi Mikologi Unit Rawat
Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tahun
2013 2014 2015 2016
Diagnosis
Surabaya Luar Surabaya Luar Surabaya Luar Surabaya Luar
Surabaya Surabaya Surabaya Surabaya
Kandidiasis kutis 19 2 21 1 12 2 25 5
Kandidiasis 47 7 34 7 27 1 26 3
Intertriginosa
Kandidiasis 4 1 1 1 3 0 3 1
Interdigitalis
Kandidiasis oris 0 1 5 3 5 1 1 0
Kandidiasis onikia 13 2 4 0 3 0 2 1
Kandidiasis paronikia 2 1 0 0 1 0 0 0
Jumlah (%) 85 (85,9) 14 (14,1) 65 (84,4) 12 (15,6) 51 (92,7) 4 (7,3) 57 (85,1) 10 (14,9)

Dari data tersebut didapatkan bahwa domisili pasien kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2013 – 2016 terbanyak adalah berasal dari Surabaya yaitu mencapai 84,4% - 85,9%.
48
5.2 Data Klinis

5.2.1 Penyakit Lain yang Menyertai dan Kondisi Khusus Pasien Baru Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Kandidiasis tidak hanya berupa infeksi primer saja, tetapi terkadang terdapat penyakit lain yang menyertai infeksi

kandidiasis. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya seperti pasien yang memiliki kebiasaan menggaruk lesi

sehingga terjadi perluasan pada area tubuh lain, pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah sehingga menyebabkan

infeksi lain dapat timbul, serta efek samping dari penggunaan obat tertentu. Penyakit lain yang menyertai infeksi kandidiasis

berbeda pada setiap pasien.

Tabel 5.7 Distribusi Kandidiasis Berdasarkan Penyakit Penyerta dan Kondisi Khusus di Divisi Mikologi Unit Rawat
Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Penyakit Lain yang Tahun Jumlah


Menyertai
2013 2014 2015 2016
Diabetes Mellitus 8 5 8 9 30
Alergi 6 6 3 3 18
Hipertensi 7 2 1 2 12
Obesitas 3 2 1 0 6
Hamil / Menyusui 2 1 0 2 5
Dermatitis 1 0 1 3 5
49

Stroke 2 0 1 0 3
Herpes 0 2 0 1 3
Jantung 1 0 2 0 3
Bronchitis 0 1 1 1 3
Karsinoma 0 1 1 0 2
SLE 1 0 0 1 2
Skabies 1 1 0 0 2
TB Paru 0 0 1 1 2
Pityriasis versicolor 1 0 0 0 1
Epilepsi 1 0 0 0 1
Pemfigoid Bulosa 0 1 0 0 1
Pemphigus Vulgraris 0 1 0 0 1
Apert Syndrome 0 1 0 0 1
Tinea Pedis 0 0 1 0 1
HIV / AIDS 0 1 0 0 1
Gizi Buruk 0 0 0 1 1
Wilson Disease 0 0 0 1 1
Ulkus decubitus 0 0 0 1 1
Prurigo Von Hebra 0 0 0 1 1
Tidak ada Data 31 32 19 28 110
Tidak ada Penyakit yang 23 24 14 23 84
Menyertai

Keterangan : Pada satu orang pasien, dapat lebih dari satu penyakit penyerta
50

Berdasarkan data tersebut, didapatkan bahwa ada banyak penyakit lain yang menyertai infeksi kandidiasis, namun diabetes

mellitus merupakan kasus yang terjadi paling banyak diantara penyakit lain yang terjadi bersama dengan infeksi kandidiasis. Serta

berdasarkan tabel data diatas, sebanyak 84 pasien tidak disertai penyakit penyerta dan sebanyak 110 pasien tidak didapatkan data

dari keseluruhan jumlah pasien baru kandidiasis di Divisi Mikologi Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo tahun 2013-

2016.

5.2.2 Keluhan Utama Pasien Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tabel 5.8 Distribusi Keluhan Utama Pasien Baru Kandidiasis


di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tahun
Keluhan Jumlah
2013 2014 2015 2016
Gatal 74 64 45 61 244
Bercak merah 53 57 41 56 207
Plentingan 17 16 6 1 40
Nyeri 5 3 7 12 27
51
Bercak putih 8 7 7 3 25
Kuku berubah warna 11 4 3 2 20
Kuku rusak / rapuh 7 2 3 2 14
Ruam dan terasa 4 2 1 3 10
panas
Bengkak 3 1 1 2 7
Borok 2 2 1 1 6
Bernanah 2 1 2 1 6
Kulit bersisik 1 0 1 2 4
Lidah tebal 0 3 1 0 4
Bercak hitam / 1 0 1 1 3
kecoklatan
Lecet 2 0 1 0 3
Kulit mengelupas 1 1 0 1 3
Sariawan 0 1 1 1 3
Kuku menebal 3 0 0 0 3
Bibir kering dan 0 1 1 0 2
pecah-pecah
Ekstraksi kuku 3 1 0 1 2
Berbau 1 0 0 0 1
Keterangan : Pada satu orang pasien, dapat lebih dari satu keluhan
52

Mayoritas pasien kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2013-2016

memiliki keluhan utama berupa gatal yakni sebanyak 244 dengan bercak

kemerahan sebanyak 2017 dan plentingan 40 pada kandidiasis kulit, sedangkan

pada kandidiasis kuku keluhan utama kuku berubah warna sebanyak 20 dan kuku

rusak / rapuh sebanyak 14.


53
5.3 Pemeriksaan

5.3.1 Pemeriksaan Fisik Lesi (Efloresensi) Pasien Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan

Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tabel 5.9 Distribusi Efloresensi Lesi Pasien Baru Kandidiasis


di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tahun
Efloresensi 2013 2014 2015 2016 Jumlah
Satelit Papul 50 44 35 47 176
Skuama 41 42 25 35 143
Makula Eritema Batas 61 34 10 28 133
Jelas
Makula Eritema Batas 12 23 25 24 84
Tidak Jelas
Eritema 23 18 8 12 61
Papulo - pustular 12 24 8 12 56
Multiple Papul 7 8 9 14 38
Makula Hiperpigmentasi 17 10 5 5 37
Erosi 10 9 6 8 33 54
Makula Hipopigmentasi 5 4 2 6 17
Multiple Makula 0 7 1 7 15
White Plaque 1 3 7 3 14
Maserasi 8 1 3 0 12
Krusta 2 4 1 0 7
Central Healing 2 2 0 2 6
Vesikel 0 1 0 2 3
Ulkus 1 1 1 0 3
Edema 1 1 0 1 3
Hiperplasia 1 0 0 1 2
Fissura 0 0 1 1 2
Diskromia 15 2 4 1 22
Onikolisis 6 1 1 1 9
Distrofik 4 2 2 1 9
Tidak ada data 0 0 0 0 0
Keterangan : Pada satu orang pasien, dapat lebih dari satu efloresensi

Dari data yang didapat, efloresensi terbanyak adalah satelit papul, yaitu sebanyak 176 disusul dengan skuama sebanyak 143

dan makula eritematus batas jelas sebanyak 133. Efloresensi ini bisa didapatkan lebih dari 1 pada satu pasien.
55 56

5.3.2 Pemeriksaan Penunjang

5.3.2.1 Pemeriksaan Mikroskopis Langsung dengan KOH 10% Pasien

Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Tahun 2013 – 2016

Pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk

menegakkan diagnosis kandidiasis bergantung pada tingkat

kesulitan yang dihadapi dalam proses pemeriksaan, seperti

banyaknya kemungkinan diagnosis banding. Umumnya diagnosis

kandidiasis sudah dapat ditegakkan dengan mengamati bentuk lesi

yang timbul. Hal ini disebabkan karena kandidiasis memiliki

karakteristik khas dari lesi yang ditimbulkan.

Terdapat dua jenis pemeriksaan laboratorium rutin yang

dikerjakan di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Soetomo Surabaya, yaitu pemeriksaan KOH dan Wood’s

lamp. Pemeriksaan KOH dikerjakan pada hampir semua kasus

infeksi kulit. Sedangkan pemeriksaan dengan menggunakan Wood’s

lamp hanya dikerjakan pada kasus tertentu, seperti tinea kapitis

dengan dilakukan pengamatan lesi terlebih dahulu.


56
Tabel 5.10 Hasil Pemeriksaan Laboratorium KOH 10% Pasien Baru
Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013

KOH Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Jumlah

kutis intertriginosa interdigitalis oris onikia paronikia


Diagnosis

Blastospora 7 19 1 0 5 1 33 (33,3)

Pseudohifa 0 0 0 0 0 0 0

Hifa 1 4 0 1 0 0 6 (6,1)

Blastospora + 0 0 0 0 0 0 0
pseudohifa

Blastospora + 10 20 1 0 4 1 36 (36,4)
hifa

Negatif 3 11 3 0 3 0 20 (20,2)

Tidak ada 0 0 0 0 3 1 4 (4,0)


data

Jumlah 21 (21,2) 54 (54,5) 5 (5,1) 1 (1,0) 15 (15,2) 3 (3,0) 99 (100)


57

Dari data tersebut didapatkan bahwa pasien kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya periode 2013 pada data pemeriksaan KOH 10% terbanyak adalah bentukan blastospora+hifa yaitu sebanyak 36

pasien (36,4%), diikuti dengan bentukan blastospora sebanyak 33 pasien (33,3%).

Tabel 5.11 Hasil Pemeriksaan Laboratorium KOH 10% Pasien Baru Kandidiasis di Divisi Mikologi
Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2014

KOH Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Jumlah


kutis intertriginosa interdigitalis oris onikia paronikia
Diagnosis
Blastospora 5 10 1 0 2 0 18 (23,4)
Pseudohifa 0 0 0 0 0 0 0
Hifa 0 0 0 1 0 0 1 (1,3)
Blastospora 3 2 0 1 0 0 6 (7,8)
+ pseudohifa
Blastospora 11 16 1 3 0 0 31 (40,2)
+ hifa
Negatif 3 10 0 1 1 0 15 (19,5)
Tidak ada 0 3 0 2 1 0 6 (7,8)
data
Jumlah 22 (28,6) 41 (53,2) 2 (2,6) 8 (10,4) 4 (5,2) 0 77 (100)
58

Dari data tersebut didapatkan bahwa pasien kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya periode 2014 pada data pemeriksaan KOH 10% terbanyak adalah bentukan blastospora+hifa yaitu sebanyak 31

pasien (40,2%), diikuti dengan bentukan blastospora sebanyak 18 pasien (23,4%).

Tabel 5.12 Hasil Pemeriksaan Laboratorium KOH 10% Pasien Baru Kandidiasis di Divisi Mikologi
Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2015

KOH Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Jumlah

Diagnosis kutis intertriginosa interdigitalis oris onikia paronikia

Blastospora 7 8 0 1 2 0 18 (32,7)

Pseudohifa 0 1 0 0 0 0 1 (1,8)

Hifa 0 0 0 0 0 0 0

Blastospora + 3 4 1 2 0 0 10 (18,2)
pseudohifa

Blastospora + 3 9 1 2 0 1 16 (29,1)
hifa

Negatif 1 4 1 0 1 0 7 (12,7)

Tidak ada data 0 2 0 1 0 0 3 (5,5)

Jumlah 14 (25,4) 28 (50,9) 3 (5,5) 6 (10,9) 3 (5,5) 1 (1,8) 55 (100)


59
Dari data tersebut didapatkan bahwa pasien kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya periode 2015 pada data pemeriksaan KOH 10% terbanyak adalah bentukan blastospora yaitu sebanyak 18

pasien (32,7%), diikuti dengan bentukan blastospora+hifa sebanyak 16 pasien (29,1%).

Tabel 5.13 Hasil Pemeriksaan Laboratorium KOH 10% Pasien


Baru Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2016

KOH Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Kandidiasis Jumlah

Diagnosis kutis intertriginosa interdigitalis oris onikia paronikia

Blastospora 9 9 2 0 1 0 21 (31,4)

Pseudohifa 1 2 0 0 0 0 3 (4,5)

Hifa 0 2 1 1 0 0 4 (5,9)

Blastospora + 3 5 1 0 0 0 9 (13,4)
pseudohifa

Blastospora + 6 1 0 0 0 0 7 (10,4)
hifa

Negatif 11 8 0 0 2 0 21 (31,4)

Tidak ada data 0 2 0 0 0 0 2 (3,0)

Jumlah 30 (44,8) 29 (43,3) 4 (5,9) 1 (1,5) 3 (4,5) 0 67 (100)


60

Dari data pemeriksaan KOH 10% pada kasus kandidiasis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo

Surabaya didapatkan 283 pasien (95,0%) dilakukan pemeriksaan KOH dengan

mikroskop. Gambaran terbanyak yang terlihat adalah blastospora+hifa dan

blastospora. Dan sebanyak 15 pasien (5,03%) tidak dilakukan pemeriksaan

KOH dengan mikroskop.


61
5.3.2.2 Pemeriksaan Kultur Pasien Baru Infeksi Kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tabel 5.14 Hasil Pemeriksaan Kultur Pasien Baru Kandidiasis di


Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2013 – 2016

Tahun
2013 2014 2015 2016
Diagnosis n = 99 n = 77 n = 55 n = 67
Tdk Dilakukan Ket. Tdk Dilakukan Ket. Tdk Dilakukan Ket. Tdk Dilakukan Ket.
dilakukan (- (+) dilakukan (- (+) dilakukan (- (+) dilakukan (- (+)
) ) ) )
Kandidiasis 20 0 1 Candid 20 0 2 Candid 14 0 0 28 0 2 Candida
kutis a sp. a sp. sp.
Kandidiasis 53 0 1 Candid 41 0 0 27 0 1 Candid 27 0 2 Candida
Intertriginosa a sp. a sp. sp.
Kandidiasis 5 0 0 2 0 0 3 0 0 3 0 1 Candida
Interdigitalis sp.
Kandidiasis 1 0 0 6 0 2 Candid 6 0 0 1 0 0
oris a Sp.
Kandidiasis 15 0 0 4 0 0 3 0 0 3 0 0
onikia
Kandidiasis 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
paronikia
Jumlah 97 (98,0) 0 2 73 (94,8) 0 4 54 (98,2) 0 1 62 (92,5) 0 5
(%) (2,0) (5,2) (1,8) (7,5)
n = 298
62

Dari data didapatkan, sebanyak 12 kasus (4,0%) dari keseluruhan kasus

pasien baru infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan

Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2013 – 2016 dilakukan

pemeriksaan kultur. Candida sp. merupakan spesies terbanyak yang ditemukan

yakni sebanyak 12 kasus (4,03%). Dan sebanyak 286 kasus (96,0%) dari

keseluruhan kasus tidak dilakukan kultur.


BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Prevalensi Kandidiasis

Adanya penurunan jumlah kunjungan pasien ke poli kulit dapat mungkin

disebabkan oleh adanya program asuransi kesehatan yang telah ditetapkan di

Indonesia (BPJS) yang mewajibkan seluruh warga Indonesia untuk menggunakan

asuransi tersebut, sehingga pasien terlebih dahulu ditangani di fasilitas kesehatan

tingkat satu, yaitu seperti puskesmas ataupun klinik terdekat. Dalam penelitian

yang dilakukan oleh Rahmadhani S dan Astari tahun 2011 – 2013 menyatakan

bahwa berdasarkan data epidemiologi yang ada bahwa infeksi kandida ini tidak

terlalu banyak jika dibandingkan dengan penyakit jamur lainnya. Hal itu

disebabkan antara lain karena: (1) Angka kejadian penyakit kulit dan infeksi

kandida pada kulit dan kuku yang memang menurun; atau (2) Tingkat kesadaran

yang cukup tinggi pada masyarakat untuk mencegah dan menghindari faktor-

faktor predisposisi; dan (3) Pasien lebih memilih untuk berobat di dokter swasta

karena mungkin mendapatkan pelayanan yang lebih cepat dan lebih baik.

Jumlah kasus baru infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2013 sebanyak

99 pasien (6,23%), tahun 2014 sebesar 77 pasien (6,08%), tahun 2015 sebesar 55

pasien (5,85%), dan pada tahun 2016 yaitu sebesar 67 pasien (8,97%)

menunjukkan bahwa kasus kandidiasis meningkat secara presentase, namun

jumlah kunjungan pasien baru ke Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin

selama 3 tahun sesungguhnya mengalami penurunan dan sedikit peningkatan

pada tahun 2016. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Safira

63
64

Seru et al pada tahun 2009 – 2011 dan penelitian oleh Rian Wowor et al pada

tahun 2012 di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado menunjukkan bahwa

terdapat penurunan jumlah kunjungan pasien dapat disebabkan oleh karena

tingkat kesadaran yang cukup tinggi dalam masyarakat untuk mencegah penyakit

kulit dengan menghindari faktor-faktor predisposisi yang mungkin diperoleh.

Dari hasil penelitian pada bab sebelumnya (Tabel 5.1) dapat disimpulkan

bahwa berdasarkan distribusi diagnosis kasus baru infeksi kandidiasis di Divisi

Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo

Surabaya tahun 2013 sampai 2016 terbanyak adalah kandidiasis intertriginosa

yaitu sebanyak 50,5% dan kandidiasis kutis sebanyak 28,9%. Hal ini sesuai

dengan penelitian retrospektif oleh Ramadhani S. dan Astari tahun 2011 – 2013,

menunjukkan hal serupa dimana kandidiasis intertriginosa merupakan kasus

terbanyak dari infeksi kandidiasis pada kulit di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya yakni sebesar 62,2%

diikuti oleh kandidiasis kutis sebanyak 23,7%. Pada penelitian Berhimpon juga

mengatakan bahwa kandidiasis intertriginosa merupakan jenis kandidiasis yang

paling banyak ditemukan. Kedua penelitian tersebut sama dengan penelitian yang

telah dilakukan oleh Tan di Singapura bahwa infeksi kandidiasis intertriginosa

memang paling tinggi diantara infeksi kandidiasis lainnya. Hal ini dapat

disebabkan karena jamur kandida memiliki predileksi daerah lipatan yang sering

maserasi, didukung oleh cuaca yang panas dan iklim tropis Indonesia yang dapat

membuat tubuh berkeringat dan menjadi lembab sehingga menyebabkan produksi

keringat yang banyak dan mengakibatkan lokasi lipatan kulit yang tertutup

pakaian menjadi lembab dan rentan terhadap infeksi kandidiasis intertriginosa.


65

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan (Tabel 5.2 sampai Tabel

5.5) pada infeksi baru kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan

Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya yaitu pada tahun 2013

didapatkan hasil yang didominasi oleh pasien yang berjenis kelamin perempuan,

yaitu sebanyak 65,7%. Pasien berjenis kelamin laki – laki berjumlah sebanyak

34,3%. Pada tahun 2014, prevalensi kandidiasis didominasi oleh pasien berjenis

kelamin perempuan, yaitu sebanyak 64,9% dan pasien berjenis kelamin laki –

laki sebanyak 35,1%. Pada tahun 2015, prevalensi juga didominasi oleh pasien

perempuan sebanyak 61,8% dan laki-laki sebanyak 38,2%. Serta pada tahun

2016 prevalensi infeksi kandidiasis didominasi oleh pasien perempuan sebanyak

55,2% dan laki – laki sebanyak 44,8%.

Dari jumlah keseluruhan data tersebut dapat disimpulkan bahwa infeksi

kandidiasis banyak menginfeksi populasi perempuan, yaitu sebanyak 62,4%. Hasil

ini sama dengan penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Ramadhani S. dan

Astari, yang dilakukan di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2011 – 2013, dimana didapatkan

jumlah terbanyak jenis kelamin kasus infeksi kandidiasis adalah perempuan.

Penelitian lain dari Irak, Bangladesh dan di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado tahun 2009 – 2011 juga mendapatkan kasus kandidiasis pada pasien

berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki – laki dengan

presentasi 61,25%. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor risiko yang

dimiliki oleh perempuan seperti melakukan pekerjaan rumah tangga yang banyak

kontak dengan air, kehamilan, dan pemakaian pakaian yang ketat yang didukung

dengan iklim tropis yang akan menyebabkan produksi keringat yang banyak dan
66
mengakibatkan lokasi lipatan-lipatan kulit yang tertutup pakaian menjadi lembab

dan rentan terhadap infeksi. Hal lain yang kemungkinan berpengaruh pada hasil

ini ialah populasi perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki atau lesi

pada kandidiasis mengakibatkan rasa tidak nyaman, biasanya perempuan lebih

memperhatikan penampilan, sehingga terdorong untuk memeriksakan diri ke

rumah sakit. Hal ini juga dapat disebabkan karena tidak seimbangnya komposisi

jenis kelamin sampel, dimana jumlah kunjungan pasien perempuan lebih banyak

dari laki – laki.

Menurut Tabel 5.2 hingga Tabel 5.5, kelompok umur terbanyak yang

menderita kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya sedikit bervariasi dari tahun ke tahun,

dimana pada tahun 2013 kelompok umur terbanyak adalah 45 – 65 tahun yaitu

sebesar 38,4%. Kemudian pada tahun 2014 kelompok umur terbanyak adalah 0 -

<1 tahun yaitu sebesar 29,9%. Pada tahun 2015 kelompok umur terbanyak adalah

kelompok usia 1 – 4 tahun dan 25 – 44 tahun yaitu sebanyak 25,4%. Pada tahun

2016 kelompok umur terbanyak adalah 45 – 64 tahun yaitu sebanyak 31,3%.

Dalam disimpulkan bahwasanya kelompok umur dari tahun ke tahun memiliki

hasil yang bervariasi. Namun kelompok umur 45 – 64 tahun memiliki prevalensi

cukup banyak dibandingkan kelompok umur lainnya, hal ini dapat disebabkan

faktor pertahanan tubuh yang menurun seiring dengan pertambahan usia pada

kelompok umur dan kemungkinan adanya penyakit penyerta yang menyebabkan

kondisi imunosupresi sehingga memudahkan terjadinya infeksi jamur. Mengingat

kelompok ini masih termasuk usia bekerja, jika ditambah dengan faktor aktivitas

yang menghasilkan keringat dan tidak diimbangi dengan kebersihan diri maka
68

akan menyebabkan peningkatan resiko terkena kandidiasis (Wahyuningsih R, et

al., 2013). 67

Penelitian lain dari Ramadhani S. dan Astari pada tahun 2011 – 2013 di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya menunjukkan hasil yang sama bahwa kelompok umur

terbanyak pada infeksi kandidiasis sedikit bervariasi dari tahun ke tahun. Angka

kejadian infeksi kandida biasanya meningkat pada bayi dan orang tua, hal itu

disebabkan karena status imunologisnya tidak sempurna. Selain itu, orang-orang

yang sudah tua rentan seseorang terhadap beberapa penyakit seperti diabetes melitus,

yang merupakan faktor risiko dari kandidiasis (Wowor Samuel et al., 2012). Infeksi

kandida juga disebutkan meningkat pada anak-anak yang menderita dermatitis

atopik atau dermatitis seboroik. Infeksi kandida di kulit terbanyak usia 1-4 tahun

kemungkinan karena pendidikan masyarakat Indonesia yang menengah kebawah

kurang baik sehingga kurangnya pengetahuan menjaga higiene pada anak-anak.

Kondisi iklim Indonesia yang tropis juga merupakan faktor eksogen, anak-anak

berumur 1-4 tahun yang sedang aktif bermain, mudah berkeringat dan membuat

menjadi kulit menjadi lembap atau basah.

Pada penelitian yang dilakukan di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

pada tahun 2012 memiliki hasil yang berbeda, bahwa tidak terdapat kasus pada

kelompok umur <1 tahun dan 1 – 4 tahun yang biasanya memiliki sedikit faktor

resiko, juga orang tua mungkin memeriksakan anaknya lebih sering pada bagian

Pediatri dibandingkan dengan bagian Kulit dan Kelamin. Namun, dalam buku

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Eight Edition menyatakan bahwa

neonatus dan orang dewasa dengan usia >65 tahun lebih rentan sebagai tempat
69

untuk kolonisasi dari kandida dan kandidiasis mukokutaneus. pada Third

International Microbiology Congress di New York pada tahun 1938, dan


68
dibakukan pada Eight Botanical Congress di Paris pada tahun 1954 bahwa

penyakit ini dapat mengenai semua umur terutama bayi dan orang tua

(Greenwood D et al., 2007).

Pada Tabel 5.6, menunjukkan kasus kandidiasis di Divisi Mikologi Unit

Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soeotmo Surabaya pada

tahun 2013 hingga 2016 terbanyak berasal dari Surabaya, yaitu sebanyak 85

pasien (85,9%) pada tahun 2013, 65 pasien (84,4%) pada tahun 2014, 51 pasien

(92,7%) pada tahun 2015, dan pada tahun 2016 yaitu sebanyak 57 pasien (85,1%).

Hal ini disebabkan karena sebagian besar pasien cenderung mencari pertolongan

ke sarana kesehatan terdekat sehingga sebagian besar pasien berasal dari dalam

kota.

6.2 Data Klinis

Kandidiasis dapat terjadi sebagai infeksi tunggal maupun disertai oleh infeksi

yang lain. Infeksi tersebut dapat berupa infeksi superficial maupun sistemik. Dari

data rekam medis pasien baru infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat

Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun

2013 – 2016 didapatkan dua kelompok pasien, yaitu pasien yang mengalami

infeksi tunggal dan pasien yang mengalami infeksi penyerta dari diagnosis utama.

Pada Tabel 5.7 mengenai penyakit penyerta dan kondisi khusus yang ditemui

pada penelitian ini, didapatkan sebanyak 84 pasien tidak disertai penyakit

penyerta atau kondisi lainnya yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya

kandidiasis. Namun sebanyak 30 pasien mempunyai riwayat diabetes mellitus.


Diabetes mellitus adalah gangguan endokrin yang umum dengan penurunan

kekebalan host terhadap infeksi. Pada orang-orang dengan diabetes mellitus,


69
infeksi oportunistik yang paling umum adalah kandidiasis, terutama kandidiasis

oral. Kandidiasis paling sering disebabkan oleh jamur seperti jamur Candida

albicans. Pada individu sehat, mikroorganisme ini diyakini sebagai komensal

tetapi pada pasien diabetes, Candida albicans membentuk kolonisasi yang sangat

banyak. Kolonisasi subklinis ini dapat membuat mereka lebih rentan untuk

mengembangkan kolonisasi mukosa yang lebih dalam dengan penyebaran lebih

lanjut melalui darah (Pallavan B et al., 2014). Dalam penelitian yang dilakukan

oleh Pallavan B et al pada tahun 2014 menyatakan bahwa 70% dari individu

normal memiliki kolonisasi ringan yang menunjukkan sifat komensal normal

mereka. Tetapi 43,3% pasien diabetes mengalami kolonisasi yang parah yang

bisa disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa jaringan mereka, memfasilitasi

pertumbuhan Candida.

Selain diabetes mellitus, kehamilan juga dapat menjadi risiko untuk infeksi

kandidiasis. Pada wanita hamil tingkat estrogen yang lebih tinggi selama

kehamilan menyebabkan vagina menghasilkan lebih banyak glikogen, sehingga

memudahkan yeast untuk tumbuh (Sopian Lyla et al, 2015). Babic and Hukic

menyimpulkan bahwa estrogen dapat menyebabkan ragi tumbuh lebih cepat dan

menempel pada dinding vagina (Babic dan Hukic, 2010). Pada literatur lain

menyebutkan bahwa selain kelembapan, buruknya personal hygiene, tingkat

sosioekonomi, malnutrisi dan kondisi imunosupresi seperti diabetes mellitus,

infeksi HIV, kanker, merupakan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi

prevalensi dan keparahan infeksi kandidiasis (Sopian Lyla et al, 2015). Meskipun

faktor ini tidak secara langsung mempengaruhi terjadinya infeksi kandidiasis,


71

namun dapat mempengaruhi sistem imun dalam merespon eliminasi dari infeksi

yang masuk ke tubuh pasien. 70

Hipertensi merupakan salah satu penyakit penyerta yang banyak

ditemukan pada kasus kandidiasis dikarenakan pada penderita hipertensi yang

mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi dapat menimbulkan xerostomia yang

merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya kandidiasis pseudomembran akut.

Amplodipin merupakan obat anti hipertensi golongan antagonis kalsium

(Calcium Channel Blockers) yang bekerja menghambat saraf parasimpatis

dimana jalur kalsium pada pre sinaps di blok sehingga ion kalsium tidak dapat

masuk ke post sinaps saraf parasimpatis. Dengan tidak adanya suplai ion kalsium

yang bertanggungjawab atas pelepasan asetilkolin, maka pelepasan asetilkolin

terhambat. Sementara asetilkolin merupakan chemical messenger saraf

parasimpatis untuk menstimulasi produksi kelenjar saliva yang dapat

menyebabkan gejala mulut kering yang menjadi xerostomia dan menjadi rentan

terhadap resiko terjadinya kandidiasis pseudomembran akut (Supadmi W., 2011).

Berkurangnya saliva dapat menyebabkan mengeringnya selaput lendir, mukosa

mulut menjadi kering dan lengket, mudah mengalami iritasi. Keadaan ini

disebabkan karena tidak adanya daya lubrikasi dan proteksi dari saliva.

Kekeringan pada mulut juga menyebabkan fungsi pembersihan dari saliva

berkurang. Akibatnya terjadi radang yang kronis. Selain itu susunan mikroflora

mulut mengalami perubahan, dimana mikroorganisme kariogenik seperti

streptococcus mutans, laktobasilus, dan kandida meningkat. Selain itu fungsi dari

bakteriostatik dari saliva berkurang. Akibatnya, pasien yang menderita

xerostomia sering dijumpai infeksi jamur seperti kandidiasis (Bahida A., 2016).
Alergi terjadi karena paparan kulit (kontak kulit) terhadap bahan alergen

(zat penyebab alergi seperti debu, serbuk bunga, tanaman tertentu atau bulu
71
binatang dan lainnya), terkadang dapat dipicu udara dingin dan juga terkadang

dapat muncul setelah mengkonsumsi makanan atau minuman tertentu yang

menyebabkan alergi (gejala alergi muncul pada kulit tubuh). Alergi pada kulit

yang dialami oleh seseorang dapat menimbulkan rasa gatal pada kulit, kondisi ini

sering menyebabkan seseorang menggaruk kulit dengan cukup keras dan sering,

akibatnya lapisan terluar kulit menjadi terkikis (iritasi), dimana hal ini

memudahkan terjadinya infeksi pada kulit oleh jamur (Ahsani D., 2014).

Pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa keluhan terbanyak pasien kandidiasis

pada tahun 2013 sampai dengan 2016 adalah gatal sebesar 244 pasien dan diikuti

dengan bercak kemerahan sebanyak 207 pasien pada kandidiasis kulit dan pada

kandidiasis kuku keluhan terbanyak yaitu terjadi perubahan warna pada kuku

sebanyak 20 pasien. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ramadhani S. dan Astari tahun 2011 – 2013 di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya menunjukkan bahwa

keluhan terbanyak pada pasien kandidiasis kulit adalah gatal sebesar 72,8% dan

berak kemerahan sebesar 63,2% dan pada kandidiasis kuku yaitu terjadinya

perubahan warna pada kuku sebesar 56,6%. Namun, pada tabel ini tidak dapat

diakumulasikan dikarenakan seorang pasien biasanya mempunyai keluhan lebih

dari satu. Hal ini sesuai dengan teori yang terdapat di dalam buku Fitzpatrick’s

Dermatology in General Medicine Eight Edition bahwa manifestasi klinis dari

infeksi kandidiasis dapat disertai dengan gatal dan bentuk plak berwarna

eritematosa (kemerahan) pada kandidiasis kulit dan pada kandidiasis kuku terjadi

perubahan warna kuku menjadi keputihan atau kekuningan yang sebelumnya


73

diawali dengan kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada kuku proksimal dan

lateral yang bisa meluas sepanjang nail plate dan nail bed dengan retraksi

kutikula ke arah lipatan kuku proksimal. 72

6.3 Pemeriksaan

Pada Tabel 5.9 yaitu tentang pemeriksaan fisik (efloresensi) pasien baru

kandidiasis tahun 2013 hingga 2016, didapatkan efloresensi terbanyak dituliskan

pada rekam medis adalah satelit papul yakni sebanyak 176 pasien, skuama

sebanyak 143 pasien, makula berbatas jelas sebanyak 133 pasien dan eritema

sebanyak 61 pasien. Efloresensi yang disebutkan bisa terdapat lebih dari 1 pada

satu orang pasien. Dari data yang telah didapatkan, sesuai dengan teori yang

terdapat di dalam buku Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Eight

Edition bahwa terdapat adanya pruritic eruption dan eritematosa dengan satelit

papul. Selain itu, infeksi oleh jamur menginduksi respon imun untuk

menghasilkan reaksi inflamasi yang menyebabkan warna kemerahan, tepi

annular, dan pertumbuhan jamur bersifat sentrifugal dengan tepi yang lebih aktif

sebagai satelit papul.

Tanda serta gejala yang ditimbulkan oleh infeksi kandidiasis memiliki

beberapa kesamaan dengan penyakit lain di bidang kulit. Selain itu, efloresensi

yang tampak juga memiliki kesamaan dengan penyakit di bidang kulit yang lain,

terutama infeksi yang disebabkan akibat infeksi jamur. Karena itulah,

pemeriksaan fisik secara inspeksi saja tidak cukup untuk bisa digunakan sebagai

sarana untuk menegakkan diagnosis. Untuk menyingkirkan beberapa diagnosis

banding, pemeriksaan laboratorium perlu untuk dilakukan. Pemeriksaan

laboratorium rutin yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis infeksi jamur


74

terdiri dari beberapa metode. Untuk menegakkan diagnosis kandidiasis, terdapat

pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan di Divisi Mikologi Unit Rawat

Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya, yaitu
73
pemeriksaan KOH. Pemeriksaan KOH digunakan untuk mengetahui bentukan

atau struktur jamur dan diamati di bawah mikroskop, dalam hal ini adalah

bentukan blastospora, pseudohifa dan hifa.

Berdasarkan data pasien baru infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit

Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya dengan

pemeriksaan mikroskopis KOH 10%, elemen jamur yang paling banyak

ditemukan pada infeksi kandidiasis adalah berbentuk blastospora+hifa, yakni

sebanyak 36 pasien (36,4%), diikuti dengan bentukan blastospora sebanyak 33

pasien (33,3%) pada tahun 2013, pada tahun 2014 didapatkan bentukan paling

banyak yaitu blastospora+hifa sebanyak 31 pasien (40,2%), diikuti dengan

bentukan blastospora sebanyak 18 pasien (23,4%), pada tahun 2015 bentukan

terbanyak adalah blastospora yaitu sebanyak 18 pasien (32,7%), diikuti dengan

bentukan blastospora+hifa sebanyak 16 pasien (29,1%) dan 21 pasien 31,4%

pada tahun 2016 yaitu didapatkan bentukan terbanyak blastospora+hifa dan

blastospora. Penelitian yang sama dilakukan oleh Ramadhani S. dan Astari tahun

2011 – 2013 di Surabaya, menemukan bahwa sebanyak 56,06% kasus kandidiasis

menunjukkan gambaran blastospora pada pemeriksaan menggunakan KOH.

Penegakkan diagnosis infeksi kandidiasis didasarkan pada gambaran klinis dan

pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang rutin dilakukan untuk

infeksi kandida adalah pemeriksaan mikroskopis langsung dengan menggunakan

KOH 20% dan tinta Parker. Pada pemeriksaan langsung, kerokan kulit atau kuku

diletakkan diatas object glass yang ditetesi KOH 20% atau dapat diwarnai dengan
75

pewarnaan Gram, dan dapat dilihat di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan di

bawah mikroskop, pembesaran 10x dan 40x akan tampak gambaran infeksi

spesies kandida yang ditandai dengan bentukan blastospora, hifa semu

(pseudohifa) (Malcolm D, et al., 2017). 74

Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan

untuk menegakkan diagnosis infeksi kandidiasis. Hasil negatif pada pemeriksaan

ini tidak lantas menyingkirkan diagnosis, bukanlah sebagai penentu mutlak

bahwa pasien tersebut tidak sedang terinfeksi kandidiasis. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu kurang adekuatnya pengambilan sampel

kerokan, sehingga jamur penyebab infeksi kandidiasis tidak terambil, faktor

reagen KOH, yaitu seperti reagen yang sudah expired, mutu reagen yang

kualitasnya rendah dan faktor mikroskop seperti lensa yang kotor, petugas

laboratorium yang kurang terampil dalam membaca hasil. Dapat juga disebabkan

karena pengobatan yang tidak adekuat sebelumnya, sehingga dapat berpengaruh

pada biasnya hasil penelitian karena terdapat kemungkinan saat pasien

memeriksakan diri, infeksi tersebut telah dalam tahap penyembuhan atau

kemungkinan lain yaitu pada pengambilan bahan pemeriksaan yang tidak pada

daerah yang mengandung elemen jamur.

Meski demikian, hasil positif untuk bentukan blastospora bukanlah penentu

mutlak pasien sedang terinfeksi kandidiasis. Dari data penelitian mulai dari tahun

2013 hingga tahun 2016, didapatkan 15 pasien yang tidak melakukan

pemeriksaan KOH. Hal tersebut mungkin dikarenakan dari pemeriksaan fisik

saja, diagnosis dari kandidiasis sudah dapat ditegakkan oleh pemeriksa karena

pada infeksi kandidiasis memiliki ciri khas lesi dan lokasi yang mudah untuk

dikenali. Begitupun dengan hasil negatif pada pemeriksaan KOH tidak


76

membuktikan bahwa pasien sedang tidak terinfeksi infeksi kandidiasis karena

apabila pada anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan infeksi kandidiasis,

maka diagnosis dan terapi kandidiasis dapat tetap diberikan. Struktur jamur yang

75
dapat diamati di bawah mikroskop dengan teknik pemeriksaan KOH adalah

selain blastospora adalah hifa. Tetapi di dalam beberapa literatur disebutkan

bahwasanya hifa bukanlah struktur khas dari infeksi kandidiasis. Bentukan khas

blastospora merupakan bentukan mutlak yang didapatkan pada spesimen pasien

dengan diagnosis kandidiasis, terutama kandidiasis vulvovagina (Beckmann et

al., 2010). Hifa merupakan bentukan khas yang didapatkan pada Aspergillus dan

beberapa dermatofitosis, seperti tinea korporis (Ardakani M. E et al., 2016). Hal

tersebut mendukung hasil dari penelitian ini, bahwa didapatkan dominasi hasil

negatif hifa pada pemeriksaan KOH.

Morfologi mikroskopis C. albicans menunjukkan adanya pseudohifa. Jamur

juga membentuk hifa semu/pseudohifa yang sebenarnya adalah rangkaian

blastospora yang bercabang, juga dapat membentuk hifa sejati. Pseudohifa dapat

dilihat dengan media perbenihan khusus (Bhavan PS et al., 2010). Gambaran

pseudohifa pada sediaan langsung/apus dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan

kultur, merupakan pilihan untuk menegakkan diagnosis kandidiasis superficial

(Greenwood D et al., 2007). Kandida dapat membentuk blastospora dan hifa,

baik dalam biakan maupun dalam tubuh. Terjadinya kedua bentuk tersebut

dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada suatu

percobaan di luar tubuh (Bhavan PS et al., 2010). Jha BK et al (2006)

mengemukakan bahwa bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi

pada jaringan. Sesudah terjadi lesi, dibentuk hifa yang melakukan invasi. Dengan

proses tersebut terjadilah reaksi radang. Pada kandidiasis akut biasanya hanya
terdapat blastospora, sedang pada yang menahun atau pada stadium lanjut

didapatkan hifa.

Kemampuan untuk berubah bentuk antara sel yeast uniseluler dengan sel
76
berbentuk filamen yang disebut hifa dan pseudohifa dikenal sebagai dimorfisme

morfologi. Transisi diantara bentuk morfologi yang berbeda ini merupakan

respon terhadap rangsangan yang beragam dan sangat penting bagi patogenisitas

jamur (Lestari, 2010). Sel yeast dianggap bertanggung jawab untuk penyebaran

ke dalam lingkungan dan menemukan host baru, sedangkan hifa diperlukan untuk

merusak jaringan dan invasi (Kuleta JK, et al., 2009).

Berdasarkan kasus – kasus kandidiasis pada penelitian ini, didapatkan data

sebanyak 12 kasus (4,0%) dari keseluruhan kasus pasien baru infeksi kandidiasis

di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 yang dilakukan

pemeriksaan kultur. Candida sp. merupakan spesies terbanyak yang ditemukan

yakni 2,35%. Sebanyak 286 kasus (96,0%) dari keseluruhan kasus tidak

dilakukan kultur. Penelitian juga diperlihatkan oleh Ramadhani S. dan Astari

tahun 2011 – 2013, menemukan sebanyak 16,67% spesies penyebab infeksi

kandidiasis adalah Candida albicans. Penelitian yang dilakukan oleh Pallavan B

et al di India menyatakan bahwa kolonisasi jamur subklinis penyebab infeksi

kandidiasis adalah Candida albicans. Penelitian yang dilakukan di China, India

dan Malaysia oleh Sopian Lyla et al pada tahun 2015 juga menyatakan bahwa

infeksi kandidiasis disebabkan oleh Candida sp. terutama adalah Candida

albicans yaitu sebanyak 75% dari keseluruhan total sampling.


77

Dalam buku Rook’s Textbook of Dermatology Ninth Edition Volume 1

mengatakan bahwa Selain Candida albicans, genus Candida mencakup lebih dari

100 spesies. Spesies lain dari Candida antara lain C. tropicalis, C. dubliniensis,

C. parapsilosis, C. guilliermondii, C. krusei, C. pseudotropicalis, C. lusitaniae,

C. zeylanoides, C. glabrata yang sebagian besar bukan komensal atau parasit

yang berada di dalam tubuh manusia. Terkadang yang menyebabkan infeksi

kandidiasis, terutama dalam disseminated infections pada manusia. Epidemiologi

infeksi kandidiasis telah berubah dari Candida albicans yang merupakan spesies

dominan yang diisolasi dari sampel klinis, pada beberapa negara, spesies lain

sekarang sangat umum. Sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Babic dan

Hukic (2010) bahwa selain Candida albicans juga genus Candida lain dapat

menyebabkan kandidiasis, seperti dalam Tabel di bawah ini.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Babic dan Hukic dapat disimpulkan bahwa

penyebab infeksi kandidiasis bukan hanya dari Candida albicans, tetapi spesies

lain dari Candida juga mulai ditemukan banyak menyebabkan kandidiasis.

Hasil kultur yang didapatkan dari penelitian ini belum mencerminkan jumlah

yang sebenarnya dari masing-masing spesies tersebut, karena tidak semua kasus
infeksi kandidiasis yang ditemukan dilakukan pemeriksaan kultur dan

pemeriksaan kultur juga bukan merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.

Soetomo Surabaya. Pemeriksaan kultur dilakukan hanya pada kasus-kasus

tertentu, misalkan apabila dijumpai kasus yang gambaran klinisnya meragukan

78
atau pada gambaran klinis yang menyerupai kandidiasis tetapi dengan

pemeriksaan KOH negatif atau untuk kepentingan penelitian maupun laporan

kasus, oleh karena itu hasil kultur ini belum dapat mencerminkan epidemiologi

spesies penyebab yang sebenarnya.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya dalam kurun waktu 4

tahun, dapat ditarik beberapa kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah yang

diangkat, antara lain :

1. Jumlah kunjungan pasien mengalami penurunan dari tahun 2013 hingga

tahun 2015 dan sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2016.

2. Kandidiasis intertriginosa sebagai diagnosis terbanyak dari infeksi

kandidiasis dari tahun 2013 hingga tahun 2016.

3. Prevalensi pasien baru infeksi kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat

Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada

tahun 2013 – 2016 di dominasi oleh pasien berjenis kelamin perempuan

dan kelompok umur terbanyak yang menderita kandidiasis, yaitu pada

tahun 2013 kelompok umur terbanyak adalah 45 – 65 tahun yaitu sebesar

38,4%. pada tahun 2014 kelompok umur terbanyak adalah 0 - <1 tahun

yaitu sebesar 29,9%. Pada tahun 2015 kelompok umur terbanyak adalah
kelompok usia 1 – 4 tahun dan 45 – 64 tahun yaitu sebanyak 25,4%. Pada

tahun 2016 kelompok umur terbanyak adalah 45 – 64 tahun yaitu

sebanyak 31,3%. Dalam disimpulkan bahwasanya kelompok umur dari

80
tahun ke tahun memiliki hasil yang bervariasi. Namun kelompok umur

45 – 64 tahun memiliki prevalensi cukup banyak dibandingkan kelompok

umur lainnya

4. Kasus kandidiasis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit

dan Kelamin RSUD Dr. Soeotmo Surabaya pada tahun 2013 hingga 2016

terbanyak berasal dari Surabaya yaitu sebanyak 84,4% - 85,9%.

5. Penyakit penyerta dan kondisi khusus terbanyak yang ditemui pada

penelitian ini adalah sebanyak 30 pasien mempunyai riwayat diabetes

mellitus.

6. Keluhan utama terbanyak pasien kandidiasis pada tahun 2013 sampai

dengan 2016 adalah gatal sebesar 244 pasien dan diikuti dengan bercak

kemerahan sebanyak 207 pasien pada kandidiasis kulit dan pada

kandidiasis kuku keluhan terbanyak yaitu terjadi perubahan warna pada

kuku sebanyak 20 pasien. Keluhan utama yang disebutkan bisa terdapat

lebih dari 1 pada satu orang pasien.

7. Efloresensi terbanyak dituliskan pada rekam medis adalah satelit papul

yakni sebanyak 176 pasien, skuama sebanyak 143 pasien, makula

berbatas jelas sebanyak 133 pasien dan eritema sebanyak 61 pasien.

Efloresensi yang disebutkan bisa terdapat lebih dari 1 pada satu orang

pasien.

8. Hasil pemeriksaan laboratorium dari pasien baru infeksi kandidiasis di

Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD
Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013 – 2016 didominasi oleh hasil

yang positif untuk bentukan blastospora+hifa sebanyak 30,2%. Dan hasil

81
kultur sebanyak 12 kasus (4,0%) dari keseluruhan kasus yang dilakukan

kultur dengan spesies terbanyak adalah Candida sp. Dan sebanyak 286

kasus (96,0%) dari keseluruhan kasus tidak dilakukan kultur.

9. Data pekerjaan tidak didapatkan pada rekam medis dan penyakit penyerta

tidak selalu dicantumkan saat pengisian rekam medis.

7.2 Saran

Dari penelitian ini, saran yang dapat diberikan, antara lain :

1. Pengisian data rekam medis elektronik yang lebih lengkap, terutama

menyangkut isian tentang pekerjaan pasien dan riwayat penyakit

penyerta.

2. Melakukan edukasi yang lebih baik kepada pasien berupa tata cara

bagaimana menjaga personal hygiene, sehingga dapat menurunkan

risiko penyebaran agen penyebab infeksi.

3. Waktu konfirmasi terkait surat kelaikan etik semakin diperjelas,

sehingga peneliti dapat menentukan waktu untuk memulai penelitian

sesuai dengan jadwal.


DAFTAR PUSTAKA

Ahsani, D. (2014). Respon Imun Pada Infeksi Jamur. Jurnal Kedokteran dan

Kesehatan Indonesia, 6(2).

Ardakani, M., Ghaderi, N. and Kafaii, P. (2016). The Diagnostic Accuracy of

Potassium Hydroxide Test in Dermatophytosis. Journal of Basic and Clinical

Medicine, 5(2), pp.4-6.

Babic M, Hukic M. Candida albicans and non-albicans species as etiological

agent of vaginitis in pregnant and non-pregnant women. Bosn J Basic Med

Sci. 2010;10(1):89–97.

Beckmann, Charles R.B et al. (2010). Obstetrics and Gynecology. Ed. 6.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, pp. 243.

Berhimpon AM. Profil kandidosis pada penderita yang bekunjung ke Poliklinik

Kulit dan Kelamin di RSUP Manado periode Januari 1999-Desember 2001

[Skripsi]. Manado: Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi; 2003.

Bhavan PS, Rajkumar R, Radhakrishnan S. Culture and Identification of

Candida albicans from Vaginal Ulcer and Separatian of Enolase on SDS-

PAGE. International Journal of Microbiology. CCSE. Coimbatore. 2010:84-

93.
Cdc.gov. (2017). Candidiasis | Types of Diseses | Fungal Diseases | CDC.

[online] Available at: https://www.cdc.gov/fungal/diseases/candidiasis/.

(Diakses pada: 28 Mei 2017).

Spampinato, C. and Leonardi, D. (2013). Candida Infections, Causes, Targets,


82
and Resistance Mechanisms: Traditional and Alternative Antifungal

Agents. BioMed Research International, p.13.

Dabas, P. (2013). An approach to etiology, diagnosis and management of

different types of candidiasis. Journal of Yeast and Fungal Research, 4(6),

pp.63-74.

Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology

12th ed. Mosby Elsevier. Chicago. 2007:631, 640-56, 700,703-4, 778,860.

Goldsmith, L., Katz, S., Gilchrest, B., Paller, A., Leffell, D. and Wolff, K.

(2012). Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. The

McGraw-Hill Companies, Inc, pp.2298-2299.

Greenwood D, Slack R, Peutherer J, et al. Medical Microbiologi A Guide to

Microbial Infection: Pathonesis, Immunity, Laboratory Diagnosis and

Control. Churchill Livingstone Elsevier. Edinburgh. 2007:60, 596, 602-

4,614-16.

Hasan ASH, Al-Duliami AA, Al-Azawi NS. The Rate of Cutaneous Candidiasis

in Patients with Skin Mycoses in Baquba/Diyala Province Iraq. Iraqi J

Comm Med. 2008,3:242-5.


Jha BK, Dey S, Tamang MD. Characterization of Candida species isolated from

cases of lower respiration tract Infection. Katmandu University Medical

Journal. Kathamandu. Vol. 4, No. 3. Issue 15. 2006:290-4.

Keumala Mutiawati, V. (2016). Pemeriksaan mikrobiologi pada candida

83 kuala, 16(1).
albicans. Jurnal kedokteran syiah

Kuleta, J.K., Maria R.K., and Andrzej K., Fungi Pathogenic To Humans:

Molecular Bases of Virulence of Candida Albicans, Cryptococcus

Neoformans and Aspergillus Fumigates, Act Biochim Pol,. 2009; 56: 211-

224.

Lestari, P. (2010). Peran Faktor Virulendi Pada Patogenesis Infeksi Candida

albicans. Stomatognatic (J. K. G Unej), 7(2), pp. 113-117.

L. Mayer, F., Wilson, D. and Hube, B. (2013). Candida albicans pathogenicity

mechanisms. 4(2), pp.119-128.

Lim, C., Rosli, R., Seow, H. and Chong, P. (2012). Candida and invasive

candidiasis: back to basics.

Mahon CR, Manuselis G. Textbook of Diagnostic Microbiology. 2nd ed. WB

Saunders. Philadelphia. 2000:191-208, 711-753.

Maria Ulfa, Iskandar Zulkarnain (2016). Epidemiologi dermatomikosis di

Indonesia. Dalam: Budimulya U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL,

Dwihastuti P, Widati S, editor. Dermatomikosis superfisialis. Edisi ketiga.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. h. 1–6.


Mohammadi, R., & Ataei, B. (2016). Candidiasis in Pediatrics; Identification

and In vitro Antifungal Susceptibility of the Clinical Isolates. Iranian

Journal of Pediatric Hematology and Oncology, 6(1), 43–51.

Murtiastutik, D., Ervianti, E., Agusni, I. and Suyoso, S. (2016). 2nd ed.
84
Surabaya: Departemen/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo, pp.86-92.

Pallavan, B., Ramesh, V., Dhanasekaran, B., Oza, N., indu, S. and Govindarajan,

V. (2014). Comparison and correlation of candidal colonization in diabetic

patients and normal individuals. Journal of Diabetes and Metabolic

Disorders, 13.

Paul ME, Shearer WT. Evalutian of the Immunodeficient Patient. Dalam:

Fleisher TA, Shearer WT, Schroeder HW Jr. Clinical Immunology Principles

and Practise 3th ed. Mosby Elsevier. Philadelphia. 2008:463-91.

Ponka D, Baddar F. Wood lamp examination. Can Fam Physician 2012;58:976.

Rahmadhani Soetojo, S. and Astari, L. (2016). Profile of New Patients with

Candida Infection in Skin and Nail. BIKKK - Berkala Ilmu Kesehatan Kulit

dan Kelamin - Periodical of Dermatology and Venereology, 28(1).

Rahman MH, Hadiuzzaman Md, Jaman MK, Bhuiyan, Islam N, Ansari NP, et al.

Prevalence of superficial fungal infections in the rural areas of Bangladesh.

Iran J Dermatol. 2011;14:86-91.

Rara SS, Pieter LS, Herry EJP (2013). Kandidiasis kutan dan mukokutan.

Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P,


Widaty S, editor. Dermatomikosis superfisialis (Edisi ke-2). Jakarta: Balai

Penerbit FKUI, 2004; p.58-74.

Rara SS, Pieter LS, Herry EJP (2013). Yeast infection: candidiasis and tinea

(pityriasis) versicolor. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest

BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine (Edisi ke-7). hal. 1822.

Raz-Pasteur, A., Ullmann, Y. and Berdicevsky, I. (2011). The Pathogenesis of

Candida Infections in a Human SkinModel: Scanning ElectronMicroscope

Observations.

Richardson, M. and Moore, C. (2017). Superficial and Subcutaneous Fungal

Pathogens. Infectious Diseases, pp.1710-1724.e1.

Rook, A., Barker, J., Bleiker, T., Chalmers, R., Creamer, D. and Griffiths, C.

(2016). Rook's textbook of dermatology. 9th ed. Chichester, West Sussex

(UK): Wiley Blackwell.

Safira Seru, R., E.J. Pandeleke, H. and Levinus Suling, P. (2013). Profil

Kandidiasis Kutis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R.D.

Kandou Manado Periode 2009-2011. Jurnal e-Biomedik (eBM), 1(1), pp.561-

565.

Schieke SM, Garg A. Superficial fungal Infection. In: Wolff K, Goldsmith LA,

Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Fitzpatrick’s Dermatology in

General Medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill Companies; 2012.

P.2298.
Schieke, S., dan Garg, A. (2012). Superficial Fungal Infection. Fitzpatrick’s:

Dermatology in General Medicine, 4(8) pp.277-290.

86In: Dismukes EW, Pappas GP, Sobel DJ,


Sobel DJ, Vazquez AJ. Candidiasis.

editors. Clinical mycologi. New York: Oxford University Press; 2003. p.

143-87.

Sopian, I., Ahmed, M., Lung, L., Sandai, D. and Shahabudin, S. (2016). Yeast

Infection and Diabetes Mellitus among Pregnant Mother in Malaysia. Malays

J Med Sci, 23(1), pp.27-34.

Spampinato, C. and Leonardi, D. (2013). Candida Infections, Causes, Targets,

and Resistance Mechanisms: Traditional and Alternative Antifungal

Agents. BioMed Research International.

Supadmi, Woro. 2011. “Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien

Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis”. Jurnal Ilmiah

Kefarmasian. Vol. 1 (1): 67- 80.

Surain Dabas, P. (2013). An approach to etiology, diagnosis and management of

different types of candidiasis. Journal of Yeast and Fungal Research, 4(6),

p.Department of Microbiology, Kurukshetra University, Kurukshetra-

136119, Haryana, India.

Suraprasit, M.D.,, P., Bunyaratavej, M.D., S., Pattanaprichakul, M.D., P.,

Kobwanthanakun, M.D., W., Prasertworonun, M.D, N. and Leeyaphan,

M.D., C. (2016). Wood’s Lamp Examination: Evaluation of Basic

Knowledge in General Physicians. Sirijaj Medical Journal, 68.


The University of Adelaide. 2016. Clinical Grouping for Fungal Infections:

Skin Mycology. [online]. Diakses dari:

http://www.mycology.adelaide.edu.au/Mycoses/ (Diakses pada: 28 Mei


87
2017).

The University of Adelaide. 2016. Dermatophytosis. [online]. Diakses dari:

http://www.mycology.adelaide.edu.au/Mycoses/Cutaneous/. (Diakses pada:


88
28 Mei 2017).

Wahyuningsih R, Tsuboi R, Burhan E, Rusyati LMM, Ariwatin NL, Miranda E,

et al, editors. Programme and Abstract Book The 6th Asia Pacific Society for

Medical Mycology (APSMM) Congress. Bali: Indonesia Society for Human

and Animal Micology Indonesia; 2013. p.122.

Widaty, S. (2016). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Indonesia:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp.117-120.

Wowor, SR. Pandeleke H,. E. J and Kapantow, M., G. (2012). Profil

Kandidiasis Intertriginosa di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr.

R.D. Kandou Manado Periode Januari - Desember 2012. Jurnal e-Biomedik

(eBM).
88
LAMPIRAN I

JADWAL PENELITIAN

Tahun 2017-2018
Kegiatan Se Ok No De Ma Ap Me Ag Se No Des
Mei Jun Jul Agt Jan Feb Jun Jul Okt
p t v s r r i t p v
Pembuatan
proposal
Konsultasi
pembimbing
Pengumpulan
proposal
Persiapan
Penelitian
Penelitian
Pembuatan
laporan penelitian
Konsultasi
pembimbing
Penyerahan
laporan

89
LAMPIRAN II

ANGGARAN DANA PENELITIAN

1. Biaya untuk cetak proposal penelitian Rp 30.000,00


2. Biaya penelitian (rekam medis) Rp 455.000,00
3. Biaya untuk cetak laporan akhir penelitian Rp 150.000,00
TOTAL Rp 635.000,00

90
LAMPIRAN III
KETERANGAN KELAIKAN ETIK

91
LAMPIRAN IV

NOTA DINAS

92
93
94
95
LAMPIRAN V

DATA PENELITIAN
Data Penelitian Tahun 2013
Nama Jenis Usia Riwayat Domisili Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Laboratorium Diagnosis
Pasien Kelamin Sakit yang Utama
KOH WL Hasil
Menyertai
Kultur
(SDA)
Blasto Pseudo Hifa
hifa
SSPD P 69 Squamous Surabaya Gatal pada Makula erimatous Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn metaplasia kemaluan, batas jelas, papul +, dilakukan kutis
pada keputihan fluor +, skuama +
endocervix
SU P 45 Diabetes Gresik Gatal pada Makula erimatous Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn Melitus payudara dan batas jelas, skuama, dilakukan intertriginosa
selangkangan, satelit papul
kulit merah
dan bintik-
bintik
IAF P 7 bln Tidak ada Surabaya Gatal, bintil Makula erimatous, Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah pada papul dilakukan kutis
leher,
punggung,
selangkangan,
bokong
MLO L 54 Tidak ada Surabaya Gatal pada Hiperpigmentasi, Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan sela jari kaki berbatas jelas dilakukan intergititalis
SNIW P 5 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula eritema, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan kemerahan satelit papul +, dilakukan intertriginosa
pada area hiperpigmentasi,
kemaluan dan berbatas jelas, central
sela paha healing
NAN P 30 Alergi Surabaya Gatal pada Hiperpigmentasi, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn badan, kaki, batas jelas, Floresensi dilakukan kutis
pangkal paha, – erosi, papul +,

96
nyeri, bercak satelit papul +,
merah skuama +
MW L 22 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa, batas Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah jelas, skuama dilakukan intertriginosa
pada
selangkangan
AD L 55 Tidak ada Surabaya Gatal di kaki, Hiperpigmentasi, Negatif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan area kelamin, batas tegas, skuama, dilakukan intertriginosa
selangkangan papul dan satelit
papul
DTW P 1 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa, batas Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah jelas, satelit papul +, dilakukan intertriginosa
pada Makula Eritema,
selangkangan, Skuama
paha, lipatan
leher, ketiak
AF L 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal, Erimatosa, batas Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan kemerahan jelas, dilakukan intertriginosa
pada lipatan
paha dan
lipatan leher
NH P 40 Tidak ada Sidoarjo Gatal dan Papulopustular, Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bintik-bintik makula eritema, dilakukan kutis
merah pada berbatas jelas, satelit
lipatan papul
payudara,
kedua ketiak,
perut
RS L 66 Tidak ada Surabaya Borok, nyeri Hiperpigmentasi, Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan papula, Floresensi – dilakukan intertriginosa
ulkus
TS L 56 Tidak ada Lamongan Ada Efloresensi – krusta, Negatif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan luka/borok Efloresensi – erosi dilakukan oris
pada labialis
97
inferior dan
covum oris
DA P 37 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa, batas jelas Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah satelit papul +, dilakukan intertriginosa
kehitaman makula eritema,
pada sela paha hiperpigmentasi,
skuama,
RWW L 1 thn Tidak ada Surabaya Bintil-bintil Makula eritema- Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan gatal, bercak hipopigmentasi dilakukan intertriginosa
merah pada skuama tipis, satelit
lipatan leher papul
dan kedua
ketiak
FK P 66 Tidak ada Sidoarjo Gatal, kuku Taa, dischromia Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan jari tangan dilakukan onikia
kecoklatan
dan rusak
KR L 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa, makula Negatif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan kemerahan eritema, skuama, dilakukan intertriginosa
pada lipatan satelit papul +
paha, pantat
ABA L 8 bln Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula eritematus Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dengan batas jelas, dilakukan kutis
punggung, skuama + dan papul
ketiak, leher,
pantat dan
seluruh tubuh
YS P 40 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula eritematus Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak dengan batas jelas, dilakukan intertriginosa
kemerahan satelit papul +
pada
selangkangan
PTN P 61 Hipertensi Surabaya Gatal pada Erimatosa, makula Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn dan selangkangan 98
eritema, batas jelas dilakukan intertriginosa
Diabetes dan ketiak
melitus
TNN P 34 Tidak ada Surabaya Gatal pada Satelit papul Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan selangkangan dilakukan intertriginosa
CTG L 16 Tidak ada Surabaya Kuku terlihat Makula eritema Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kehitaman hiperpigmentasi dilakukan onikia
MSH P 52 Tidak ada Surabaya Kuku Dischromia Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kekuningan, dilakukan onikia
distrofi
DJH P 54 Tidak ada Surabaya Kerusakan Tidak ada keterangan Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kuku tangan dilakukan onikia
dan kaki, kuku
rapuh dan
kekuningan
MYO L 54 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula erimatosa Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah batas jelas, tepi aktif dilakukan intertriginosa
pada +, papul +
selangkangan
IYA P 21 Tidak ada Surabaya Gatal pada Makula erimatosa Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan selangkangan batas jelas, satelit dilakukan intertriginosa
dan bokong, papul
bintik
kekuningan
pada bawah
mata, tidak
nyeri
MAM L 31 Tidak ada Surabaya Gatal dan Hiperpigmentasi, Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak berbatas jelas, tepi dilakukan intertriginosa
kemerahan aktif, papul, skuama
pada
selangkangan
MSP P 75 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa, Makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan pada Erimatosa,
99 Papul, dilakukan intertriginosa
selangkangan skuama
AAP L 5 bln Tidak ada Surabaya Bercak putih Erimatosa, satelit Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan kemerahan papul dilakukan intertriginosa
pada sela paha
dan pantat
FDZ P 1 thn Tidak ada Surabaya Bintik merah Multiple papul, satelit Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan di lipatan leher papul, skuama dilakukan intertriginosa
KSI P 63 Tidak ada Surabaya Gatal pada Hipopigmentasi batas Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan sela jari kaki jelas; efloresensi- dilakukan intergititalis
erosi
PSM P 11 Tidak ada Surabaya Gatal dan Multiple papul, Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah erimatosa, skuama, dilakukan intertriginosa
pada sela paha makula
dan pantat hiperpigmentasi
RRU P 22 Tidak ada Pamekasan Gatal, bercak Makula Eritema Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah pada berbatas jelas dilakukan intertriginosa
selangkangan
TBR P 48 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula Eritema Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah pada berbatas jelas dilakukan intertriginosa
selangkangan
BDI P 51 Alergi Surabaya Gatal dan Makula Eritema Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn udang kemerahan berbatas jelas, dilakukan intertriginosa
daerah efloresensi-erosi,
kemaluan satelit papul

MA L 4 thn Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah pada satelit papul dilakukan kutis
ketiak dan
punggung
SSI P 66 Tidak ada Surabaya Tidak ada Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan keterangan satelit papul, dilakukan intertriginosa
maserasi +,
efloresensi-erosi
RFT L 59 Tidak ada Surabaya Gatal dan 100
Erimatosa batas, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kemerahan efloresensi-erosi dilakukan intertriginosa
pada jari jelas, satelit papul,
tangan, makula eritema
selangkangan, tertutup skuama
dan bawah
payudara
NNR P 11 Tidak ada Surabaya Banyak ruam, Multiple papul Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan gatal, eritematosa batas dilakukan intertriginosa
kemerahan, tidak tegas
lipatan leher,
gluteus
IL P 10 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa, satelit Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kemerahan papul, dilakukan kutis
pada axilla hiperpigmentasi,
skuama tipis, makula
berbatas jelas
SHI P 51 Tidak ada Surabaya Kuku tangan Dischromia, Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan menebal dan onicholisis dilakukan onikia
rusak
SVA P 34 Alergi Surabaya Bercak merah Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn udara dan gatal satelit papul, multiple dilakukan intertriginosa
dingin dan pada ketiak papul eritema tertutup
sedang skuama
hamil 27
mgg
MAR L 19 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kemerahan satelit papul, central dilakukan intertriginosa
terasa perih healing + , makula
pada ketiak, eritema tertutup
selangkangan, skuama
dan bawah
putih 103
SSTG P 87 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas tak Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak jelas tertutup skuama, dilakukan intertriginosa
keputihan maserasi positif
pada sela jari
kaki
DYP P 46 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kemerahan satelit papul, makula dilakukan intertriginosa
terasa perih eritema tertutup
pada skuama tipis
selangkangan

SOI P 54 Hipertensi Surabaya Gatal, bercak Makula erimatosa Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn dan bintik batas jelas, maserasi dilakukan intertriginosa
kemerahan +, satelit papul
pada lipatan
payudara dan
ketiak
MI L 5 bln Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula erimatosa Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan dan putih batas jelas, dilakukan kutis
punggung, hipopigmentasi
leher, axilla,
inguinal
MA P 58 Tidak ada Surabaya Bercak, gatal Makula Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan bersisik hipopigmentasi batas dilakukan kutis
pada telapak tidak jelas, skuama
kaki, badan tipis
dan
selangkangan
AA L 10 Tidak ada Surabaya Bercak merah Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan pada satelit papul, makula dilakukan kutis
punggung, eritema
selangkangan,
gluteus 102
AMH P 53 Diabetes Surabaya Bercak merah, Makula erimatosa Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn Mellitus gatal pada batas jelas, skuama +, dilakukan intertriginosa
selangkangan, satelit papul
lipatan paha
dan ketiak
TSLN P 59 Hipertensi Surabaya Gatal dan Paronochia Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn kuku rusak di discromia, skuama dilakukan paronikia
jari tangan tipis, fisura +,
hiperplasia nail plate
BI L 3 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bintik satelit papul, dilakukan intertriginosa
kemerahan maserasi +
pada lipatan
leher, lipatan
ketiak dan
selangkangan
LM P 45 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah satelit papul, dilakukan intertriginosa
pada lipatan maserasi +, skuama
payudara halus
SRM P 24 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
H thn keterangan bercak merah satelit papul dilakukan intertriginosa
pada lipatan
payudara,
lipatan ketiak,
lipatan pantat
dan bintik-
bintik di
punggung
MRSI P 45 Tidak ada Surabaya Bintik merah Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan terasa panas satelit papul, makula dilakukan intertriginosa
pada lengan eritema tertutup
atas, ketiak, 103
skuama
dada
RSTK P 47 Tidak ada Surabaya Nyeri, Kuku rusak +, Tidak Kandidiasis
thn keterangan bengkak dan discromia Tidak dilakukan dilakukan paronikia
ekstraksi kuku
pada kuku jari
tangan dan
kaki
APA P 40 Diabetes Sidoarjo Gatal dan Erimatosa batas jelas, Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn Melitus bercak satelit papul dilakukan intertriginosa
kemerahan
pada lipatan
bawah
payudara
SH P 50 Tidak ada Sidoarjo Kuku jari Discrhomia, edema +, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan tangan dan nyeri +, eritema +, dilakukan paronikia
kaki rusak, lepasnya kutikel
membengkak
dan gatal
MLY L 54 Hipertensi Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Negatif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
O thn dan bercak satelit papul, skuama dilakukan intertriginosa
obesitas kemerahan tipis, Efloresensi –
pada erosi
selangkangan
dan lipatan
ketiak
EW P 41 Dermatitis Surabaya Gatal dan plak Hiperpigmentasi Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn putih pada sela batas tegas, makula dilakukan Interdigitalis
jari kaki hipopigmentasi, plak
putih dan maserasi +
SDNI P 53 Diabetes Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn Melitus bintik merah satelit papul dilakukan intertriginosa
dan pada
obesitas selangkangan 104
DS L 27 Alergi Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn makanan bercak merah satelit papul, makula dilakukan kutis
dan obat- pada dada, eritema tertutup
obatan punggung dan skuama tipis dengan
lengan tepi aktif
EK P 65 Tidak ada Tuban Kuku tangan Dischromia, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan rusak, onikolisis kulit dilakukan onikia
berwarna sekitar kuku tampak
kuning dan erimatous
kulit
sekitarnya
berwarna
merah disertai
sedikit gatal
SYI P 60 Tidak ada Surabaya Plentingan Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan lipatan maserasi +, makula dilakukan intertriginosa
payudara dan hiperpigmentasi,
ketiak satelit papul,
Efloresensi – erosi
NVTS P 17 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bintil satelit papul, dilakukan intertriginosa
kemerahan Efloresensi – erosi
pada
selangkangan
SS L 55 Tidak ada Surabaya Kuku kaki Melononikia, Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan menebal dan dischromia, dilakukan onikia
berwarna onicholisis
kehitaman
YTH P 41 Diabetes Surabaya Gatal dan Makula eritema batas Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn Melitus bintik merah jelas, skuama +, dilakukan intertriginosa
pada ketiak
LB P 13 Tidak ada Surabaya Gatal dan Hiperpigmentasi Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan berwarna 105
batas tak jelas, dilakukan onikia
kuning kuku dischromia, skuama
jari tangan tipis
DWG P 50 Tidak ada Gresik Gatal dan Makula erimatosa Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah batas tak jelas dilakukan intertriginosa
pada lipatan tertutup skuama tipis,
bawah satelit papul
payudara dan
pantat
AM L 72 Skabies Gresik Gatal dan Makula eritema Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn dan merah pada berbatas jelas, dilakukan kutis
jantung punggung multiple papul +
SW P 58 Hipertensi Pasuruan Bercak merah Makula eritema batas Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn dan gatal pada tegas disertai plak dilakukan Interdigitalis
sela jari putih,
tangan
MR L 41 Stroke Lamongan Bercak putih Makula eritematus Positif Negatif Positif Negatif Candida Kandidiasis
thn dengan batas jelas, satelit sp. intertriginosa
plentingan papul, krusta
yang bernanah hiperpigmentasi,
pada skuama tipis
punggung,
dada dan
ketiak
SOE P 85 Tidak ada Surabaya Kuku berubah Erimatosa batas tak Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan warna, jari jelas, onycholisis, dilakukan onikia
bengkak, nyeri makula erimatous,
dan gatal dischromia
HSL P 38 Alergi Surabaya Gatal dan Makula eritema Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn bercak merah berbatas jelas dengan dilakukan intertriginosa
pada satelit papul
selangkangan dikelilingi skuama
tipis di atasmya
GA P 59 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa batas tak Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
106
thn keterangan kemerahan jelas, .makula eritema dilakukan intertriginosa
dan lecet pad batas jelas, satelit
alipatan papul, Efloresensi –
payudara erosi
SA P 65 Diabetes Gresik Gatal, bercak Makula erimatosa Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn Mellitus, merah dan batas jelas, satelit dilakukan intertriginosa
Hipertensi lecet pada papul, Efloresensi –
dan lipatan erosi
obesitas payudara,
ketiak dan
selangkangan
KSW L 51 Tidak ada Surabaya Gatal dan Maserasi +, makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
O thn keterangan mengelupas eritema tertutup dilakukan interdigitalis
sela jari kaki skuama
dan kadang
berbau tidak
sedap
KSTN P 31 Tidak ada Surabaya Kuku semakin Dischromia, Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan naik dari dasar dystropic dilakukan onikia
kuku dan gatal
IS L 60 Diabetes Surabaya Kuku rapuh Dischromia, Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn Mellitus, dan berwarna dystropic, kuku dilakukan onikia
Hipertensi kuning terkikis
dan stroke
NRI P 17 PV Surabaya Bercak merah Erimatosa berbatas Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn dan gatal pada jelas, hipopigmentasi, dilakukan intertriginosa
lipatam satelit papul, makula
payudara, eritema tertutup
bercak putih skuama
gatal pada
punggung
SAD L 5 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa berbatas Negatif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah jelas, satelit papul, dilakukan kutis
pada pantat, makula eritema
leher dan
punggung
MAR L 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula eritematous Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
Z keterangan bercak merah batas tak tegas, satelit dilakukan intertriginosa
pada papul
selangkangan
NMS P 10 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Positif Negatif Candida Kandidiasis
NBA bln keterangan bercak satelit papul, skuama albicans kutis
kemerahan tipis
pada daerah
kemaluan dan
pantat
MSLH L 51 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah hiperpigmentasi, dilakukan intertriginosa
pada ketiak papula eritema
dan
selangkangan
NYLA P 21 SLE Surabaya Bercak merah Erimatosa batas jelas, Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
hari pada kulit skuama tipis dilakukan kutis
pada hampir
seluruh badan
dan disertai
nanah
RP L 29 Tidak ada Surabaya Gatal, panas Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan bercak multiple papul, satelit dilakukan intertriginosa
merah pada papul, skuama
ketiak dan
daerah
kemaluan
RRRY P 21 Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah makula eritema batas dilakukan intertriginosa
pada lipatan jelas tertutup skuama
payudara tipis
DP P 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Erimatosa batas jelas, Negatif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah makula eritema batas dilakukan intertriginosa
pada labium jelas dan satelit papul
mayus dan
selangkangan
SMN P 66 Hipertensi Surabaya Bercak putih Dischromia, Tidak Kandidiasis
thn dan pada kuku dystropic Tidak dilakukan dilakukan onikia
Diabetes kaki
Mellitus
SPYH L 56 Surabaya Kuku tangan Dischromia, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn mengelupas dystropic nail dilakukan onikia
ADE P 2 thn Alergi Surabaya Ruam dan Makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
Telur bintil merah hiperpigmentasi, dilakukan kutis
pada bokong, multiple papul diatas
leher dan makula eritematus,
sekitar bibir satelit papul
MRC L 1 thn Epilepsi Surabaya bercak merah Erimatosa batas tak Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
L gatal di sekitar jelas, makula eritema dilakukan kutis
kemaluan batas tak tegas, papul,
skuama +
SHTN P 48 Tidak ada Surabaya bercak merah Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan gatal skuama dan satelit dilakukan intertriginosa
pada ketiak, papul
selangkangan
dan dada
APR P 11 Tidak ada Surabaya Bercak merah Erimatosa batas jelas, Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan dan gatal pada skuama dan satelit dilakukan kutis
punggung dan papul
selangkangan
TMJS L 56 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah pada hiperpigmentasi batas dilakukan kutis
sela paha dan 109
tidak tegas, skuama
kedua kaki tipis
SADI P 56 Tidak ada Surabaya Kuku jari Dischromia, Tidak Kandidiasis
thn keterangan tangan dystropic, subungal Tidak dilakukan dilakukan onikia
berwarna hiperkeratotik
kuning dan
menebal
NPW P 9 bln Tidak ada Surabaya Merintis Multiple papul Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan berwarna eritema konfluen di dilakukan kutis
merah pada tengan, satelit papul
punggung di tepi, makula
eritema bentuk elips
LE P 54 Tidak ada Surabaya Gatal dan Eritematosa batas Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak pada jelas, satelit papul, dilakukan kutis
selangkangan
EO P 20 Tidak ada Surabaya Kuku menjadi Dischromia Tidak Kandidiasis
thn keterangan berwarna lebih Tidak dilakukan dilakukan onikia
gelap

110
Data Penelitian Tahun 2014

Nama Jenis Usia Riwayat Domisili Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Laboratorium Hasil Diagnosis
Pasien Kelamin Sakit yang Utama Kultur
Menyertai KOH (SDA)
Blasto Pseudo Hifa WL
hifa
EA P 42 Tidak ada Sidoarjo Gatal dan Makula erimatosa Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kemerahan pada batas jelas, erosi +, dilakukan intertriginosa
selangkangan papula +,
RHU P 62 Hipertensi Surabaya Gatal pada Erimatosa batas Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn dan Diabetes ketiak, leher, tidak jelas, makula dilakukan intertriginosa
Mellitus lipatan paha hiperpigmentasi
danlipatan batas jelas dan
payudara central healing
sebagian tertutup
skuama, satelit
papul +
MCN L 64 Tidak ada Surabaya Gatal dan Maserasi +, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak pada sela hipopigmentasi dilakukan interdigitalis
jari kaki tertutup skuama
tipis
STAH P 60 Tidak ada Surabaya Kuku tangan Dischromia, makula Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan rusak, berwarna erimatosa batas tak Tidak dilakukan dilakukan onikia
kuning jelas, skuama tipis,
erosi -
INZ P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula erimatosa Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal pada batas tegas, satelit dilakukan intertriginosa
sekitar papul +, skuama +
kemaluan dan
pantat

ZFA P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula erimatosa Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal pada agak basah batas dilakukan intertriginosa
sekitar anus jelas, satelit papul,
skuama tipis +,
erosi +
NYLA P 4 bln Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula erimatosa Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal pada batas tak tegas, dilakukan intertriginosa
111
sekitar papul +, skuama +
kemaluan
TJKN L 54 Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula erimatosa Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan gatal pada dengan beberapa Tidak dilakukan dilakukan oris
mulut dan lidah bagian
hiperpigmentasi,
erosi positif tertutup
krusta
NNH P 19 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula erimatosa Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan perih batas jelas tertutup dilakukan kutis
pada kemaluan skuama, satelit
papul +
DBI L 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula eritema Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal pada hiperpigmentasi dilakukan intertriginosa
selangkangan tertutup skuama,
satelit papul
MRY P 44 Tidak ada Surabaya Bintil merah dan Papul Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan gatal pada dilakukan intertriginosa
ketiak
KSTN P 54 Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula erimatosa Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan gatal pada batas tegas, satelit dilakukan intertriginosa
sela paha dan papula +
lipatan payudara
NJSI P 58 Tidak ada Surabaya Kuku jari hitam, Lunula edema, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bengaka dan dischromia, makula dilakukan onikia
rusak hiperpigmentasi
batas tak tegas
AAP L 4 bln Alergi susu Surabaya Bintil merah dan Erimatosa batas Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
gatal pada skalp jelas, makula batas dilakukan oris
belakang, leher, tegas, satelit papul,
lengan dan pustula dan makula
bercak putih di eritema tertutup
mulut skuama
JZR P 8 bln Tidak ada Surabaya Bintil merah dan Erimatosa Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan gatal pada leher, hiperpigmentasi dilakukan kutis
tangan, kaki, batas tegas, makula
bokong, badan batas tegas,
DKP P 1 bln Tidak ada Surabaya Bintil merah dan Makula dan papul Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis

112
keterangan gatal pada erimatous batas tak dilakukan intertriginosa
ketiak, tegas, satelit paput
selangkangan, papul +, skuama.
SHY P 32 Tidak ada Surabaya Bercak merah Erimatosa batas Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan berbintil jelas, Efloresensi – dilakukan intertriginosa
yang terasa gatal papula, satelit
dan perih pada papul, makula
selangkangan eritema
DSYA P 37 Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula erimatosa Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan gatal pada batas tegas, satelit dilakukan intertriginosa
selangkangan papul +, skuama +
ATMN P 53 Tidak ada Surabaya Gatal, Makula erimatosa Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan kemerahan batas jelas, satelit dilakukan kutis
ketiak papul +
RT P 48 Tidak ada Surabaya Bercak merah Erimatosa batas Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan gatal di jelas, makula dan dilakukan kutis
bawah payudara satelit papul +
SNI P 8 bln Tidak ada Lamongan Bercak merah Erimatosa batas tak Positif Negatif Positif Negatif Candida Kandidiasis
keterangan dan gatal pada jelas, skuama tipis, sp. kutis
punggung, satelit papul +,
tangan dan kaki multiple makula
WK L 71 Alergi obar Surabaya Gatal, bercak Makula erimatosa Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn (gol. merah pada batas tak jelas, dilakukan intertriginosa
Sulfamethox ketiak dan satelit papul dan
azole), alergi selangkangan skuama tipis
makanan
(bandeng,
pindang,
susu sapi,
coklat) dan
asma
HZM L 2 bln Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula papul Tidak Kandidiasis
keterangan merah pada erimatosa, skuama Tidak dilakukan dilakukan intertriginosa
leher +
ADR P 7 bln Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula erimatosa Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah pada batas tidak tegas, dilakukan intertriginosa
leher, punggung, skuama tebal, papul
pantat +

113
NSF P 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula erimatous Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah pada batas tegas dengan dilakukan kutis
leher, punggung, skuama tipis, satelit
dada papul
MSY P 64 Hipertensi Sumenep Luka dan bercak Ulkus +, pus -, Positif Positif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn putih di bibir darah - dilakukan dilakukan oris
dan lidah
SWHO P 51 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa batas Positif Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah pada jelas, Efloresensi – dilakukan kutis
ketiak, papula, satelit papul
selangkangan, +
perut, bokong,
kaki, tangan
SKLH P 59 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula eritema Positif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah pada batas jelas dengan dilakukan dilakukan intertriginosa
selangkangan tepi berupa papul,
skuama tipis +,
satelit papul +
MA L 70 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula ermatous Positif Positif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah pada sela batas jelas, satelit dilakukan dilakukan intertriginosa
paha papul +, makula
eritema tertutup
skuama,
Efloresensi –
papula
YS P 48 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Erimatosa batas Negatif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah pada jelas, satelit papul dilakukan dilakukan intertriginosa
selangkangan +
MPA P 6 bln Alergi susu Surabaya Gatal,, bintil Makula erimatous Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
sapi merah pada batas tidak jelas, dilakukan kutis
punggung papul +, pustula -
EBAM L 10 Tidak ada Surabaya Plentingan pada Papul eritematus + Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan tangan dan kaki, vesikel multiple dilakukan kutis
gatal disertai diatas makula
panas badan dan eritematus batas
bercak merah di tidak jelas,
pantat krustal+pustul
minimal, makula

114
erimatus batas tak
jelas, satelit papul
+, skuama tipis +,
erosi -
SOER P 51 Tidak ada Surabaya Gatal dan bintil makula eritematus Negatif Negatif Negatif Negatif Candida Kandidiasis
thn keterangan pada wajah, batas tidak jelas, sp. kutis
leher, dada, multiple pustula,
lengan papula diatas kulit
yang erimatous
LA P 55 Alergi Surabaya Bercak merah makula eritematus Positif Positif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn makanan dan gatal pada batas tidak dilakukan dilakukan kutis
pantat dan jelas,papul +
kemaluan
ALFN L 10 Tidak ada Surabaya Plenting merah Papul eritomatus, Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan dan gatal pada multiple makula, dilakukan kutis
leher, ketiak, satelit papul +
selangkangan
dan pantat
HAP L 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula erimatosa Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan kemerahan pada batas tegas, skuama dilakukan intertriginosa
selangkangan tipis, satelit papul +
SAM L 6 bln Tidak ada Tuban Bercak merah Makula erimatosa Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal pada batas tidak tegas, dilakukan intertriginosa
wajah, leher, skuama tipis, satelit
ketiak, tangan papul +, krusta +
dan
selangkangan
TPA P 56 Tidak ada Lamongan Gatal dan Makula erimatosa Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah batas tegas dilakukan interdigitalis
pada sela jari
kaki
SPM P 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula erimatosa Positif Positif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan bintil batas tegas, skuama dilakukan dilakukan kutis
pada tangan, tipis, multiple papul
kaki dan pundak +, vesikel +,
AHK L 3 bln Tidak ada Lamongan Gatal, bercak Makula eritematus Negatif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan putih sebagian menjadi dilakukan dilakukan intertriginosa
pada kedua hipopigmentasi

115
ketiak, batas tegas, skuama
punggung dan tipis +, papul +,
selangkangan erosi +,
ADLA P 4 bln Tidak ada Surabaya Gatal pada leher Makula eritematus Positif Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan batas tidak jelas, dilakukan dilakukan intertriginosa
skuama tipis +,
papul +
WP P 28 Alergi Surabaya Bintil disertai Makula eritematosa Positif Positif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn makanan bercak merah batas tegas dengan dilakukan dilakukan intertriginosa
laut dan terasa panas dan papul + diatasnya,
asma gatal pada central healing +,
lipatan Efloresensi –
payudara, perut papula
dan
selangkangan
AAN P 1 bln Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula eritematosa Positif Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan pada badan, batas tidak tegas, dilakukan dilakukan kutis
leher, punggung, skuama tipis, papul
tangan, kaki dan +, pustula -
pantat
RRA L 11 Tidak ada Surabaya Bintil merah dan Makula erimatosa Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan gatal pada batas tak jelas, dilakukan kutis
punggung dan multiple papul +,
pantat skuama tipis +
VAR L 11 Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula eritematus Positif Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan gatal pada batas tak jelas dilakukan dilakukan intertriginosa
selangkangan dengan satelit
papul, skuama
halus +, erosi
minimal, multiple
makula
hipopigmentasi
batas tak jelas
PWTI P 45 Alergi pada Surabaya Gatal disertai Makula eritomatosa Negatif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn kalung bercak merah batas jelas dengan dilakukan dilakukan kutis
logam dan beruntus papul +, satelit
pada leher dan papul, skuama +
punggung

116
SAH P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula erimatus Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal pada batas tegas, skuama dilakukan kutis
kemaluan tipis +, satelit papul
+, multiple papul
diatas makula
erimatus
FAA P 6 bln Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula eritematus Positif Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal pada batas tegas, skuama dilakukan dilakukan kutis
leher dan tipis, satelit papul +
punggung
NBLA P 5 bln Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal pada hipopigmentasi dilakukan kutis
leher dan multiple batas jelas,
punggung satelit papul +
REW L 2 thn Tidak ada Gresik Bercak merah Makula eritematus Negatif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal pada batas tegas, skuama dilakukan dilakukan intertriginosa
lipatan halus +, multiple
kemaluan satelit papul +
MSDG L 58 Scabies dan Surabaya Bercak dan Eritematosa Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn diabetes bintil merah hiperpigmentasi, dilakukan kutis
melitus gatal pada makula eritematus
hampir seluruh batas tegas, satelit
badan dan axilla papul +,
Efloresensi –
papula
DAPS P 46 Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula eritematus Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan gatal pada batas jelas, multiple dilakukan intertriginosa
lipatan payudara papul +, satelit
papul +,
Efloresensi –
papula
TRR P 4bln Obesitas Surabaya Bercak merah Makula eritematus Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
dan gatal pada batas tidak jelas, dilakukan intertriginosa
lipatan leher tertutup skuama
tipis, satelit papul
+, erosi -,
MDJN P 37 Ca Cervix Surabaya Bercak putih Plak putih tebal, Positif Negatif Positif Negatif Candida Kandidiasis
thn pada lidah, lidah kasar dan melekat sp. oris

117
terasa tebal erat pada lidah
MRYT L 65 Diabetes Surabaya Bercak merah, Makula eritematus Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus gatal pada batas jelas, satelit dilakukan intertriginosa
selangkangan papul +
AH P 23 Tidak ada Surabaya Bercak merah, Makula eritematus Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan gatal pada perut, batas jelas tertutup dilakukan intertriginosa
lipatan payudara skuama tipis,
dan siku bagian satelit papul +
dalam
KKA P 9 bln Tidak ada Surabaya Bercak merah, Makula eritematus Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan gatal pada leher, batas jelas, satelit dilakukan intertriginosa
punggung, dada papul +
dan
selangkangan
DNNA P 4 bln Tidak ada Surabaya Bercak merah, Makula eritematus Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan gatal pada leher, batas jelas, satelit dilakukan intertriginosa
ketiak dan papul +
selangkangan
LZPR P 3 thn Herpes Surabaya Bintil di mulut Papul multiple +, Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
dan rongga sudut mulut dilakukan oris
mulut terdapat skuama
tipis
ARR P 1thn Tidak ada Surabaya Bercak merah, Multiple makula Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan gatal pada hiperpigmentasi dilakukan intertriginosa
lipatan batas tegas, satelit
kemaluan papul +
SRDI L 50 Herpes Sidoarjo Bercak merah Eritematosa batas Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn zooster dan plentingan tegas tipis, makula dilakukan intertriginosa
pada lipatan eritemabatas jelas
paha dan nyeri diatasnya ada
pada luka herpes skuama tipis, pada
tepi papul +,
makula
hiperpigmentasi
batas jelas dan
satelit papul +
RMYT P 35 Pemfigoid Surabaya Bercak putih Multiple makula Negatif Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn bulosa dan tebal pada hiperpigmentasi dilakukan dilakukan oris

118
lidah
ASO L 69 Tidak ada Surabaya Bercak merah, Makula eritematus Positif Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan gatal pada batas jelas, multiple dilakukan dilakukan intertriginosa
lipatan paha dan papul satelit di
ujung penis sekitar makula
eritematus, skuama
tipis +
SAA L 19 Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Makula eritematosa Positif Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan bintil merah batas jelas, dilakukan dilakukan intertriginosa
pada diatasnya nampak
selangkangan basah karena erosi,
skuama tipis satelit
papul +, pustul -
DRNI P 38 Pemphigus Jombang Plak putih pada Makula Tidak Kandidiasis
thn vulgraris lidah hiperpigmentasi dilakukan oris
batas jelas Tidak dilakukan
diatasnya ada
skuama tipis, erosi
+, krusta +, plak
putih +
VDR P 3 bln Apert Surabaya Gatal, bercak Papul erimatous Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
syndrome dan bintil merah batas jelas diameter dilakukan intertriginosa
pada variasi terutama di
selangkangan, daerah lipatan,
lipatan leher dan satelit papul +,
seluruh tubuh makula eritematus
SH L 63 Tidak ada Surabaya Nyeri, bercak Distrofi nail +, Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan hitam pada kuku makula eritematosa dilakukan onikia
tangan batas jelas dengan
skuama +

NAH P 18 Diabetes Surabaya Bercak merah Makula eritematus Tidak Kandidiasis


thn melitus dan gatal pada batas tidak jelas, Tidak dilakukan dilakukan intertriginosa
ketiak dan satelit papul +,
selangkangan

119
SHT L 22 HIV/AIDS Lamongan Bibir kering, Erosi, krusta, Positif Negatif Positif Negatif Candida Kandidiasis
thn pecah-pecah lalu skuama sp. oris
mengelupas,
borok kecil di
bibir, eksudat
kekuningan
pada gigi seri,
maksila dan
mandibula, plak
putih pada bibir
STH P 65 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula erimatosa Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah batas jelas nampak dilakukan intertriginosa
pada ketiak, basah, satelit papul Tidak dilakukan
lipatan payudara +
dan
selangkangan
RBV L 32 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula erimatosa Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah batas tak jelas, erosi dilakukan intertriginosa
pada lipatan +, skuama tipis +,
paha Efloresensi – erosi
RHH P 2 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula erimatosa Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah batas tak jelas dilakukan kutis
pada dada, dengan multiple
pantat, papul diatasnya,
punggung satelit papul +,
skuama +
MIW L 6 bln Tidak ada Sampang Gatal dan Makula erimatosa Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah batas tak jelas, dilakukan intertriginosa
pada skuama tipis +,
selangkangan satelit papul +
RHI P 72 Tidak ada Surabaya Kuku Onikolisis, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan menguning dan distropik + dilakukan onikia
lepas
AWS L 8 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Multiple papul Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus diatas dilakukan intertriginosa
pada makula eritematus
selangkangan, batas jelas, satelit

120
leher, ketiak dan papul +, skuama
pantat tipis
US L 60 Obesitas Probolingg Gatal dan makula eritematus Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn o bercak merah batas jelas, skuama dilakukan intertriginosa
pada tipis +, pustul
selangkangan, minimal +
lipatan
payudara,
lipatan perut dan
pantat
CO L 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Multiple satelit Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah papul + dilakukan kutis
pada dada dan
pantat

121
Data Penelitian Tahun 2015

Nama Jenis Usia Riwayat Domisili Keluhan Pemeriksaan Pemeriksaan Laboratorium Hasil Diagnosis
Pasien Kelamin Sakit yang Utama Fisik Kultur
Menyertai KOH (SDA)

Blasto Pseudo Hifa WL


hifa

NDS P 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritema batas dilakukan kutis
pada pantat jelas tertutup
dan kemaluan skuama, satelit
papul +
KSNH P 63 Diabetes Surabaya Gatal dan Makula Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus bercak merah eritema batas dilakukan intertriginosa
pada ketiak jelas, erosi
dan minimal,
selangkangan satelit papul +,
skuama +,
Efloresensi –
papula
JCYN P 5 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah, eritema batas dilakukan intertriginosa
lecet pada tidak jelas,
sela paha skuama +,
satelit papul +,
maserasi +
ABO P 10 Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan pada leher, eritema batas dilakukan oris
wajah, bibir tidak jelas,
dan bercak plak putih +
putih pada
mulut
SKJN P 60 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah eritematus dilakukan intertriginosa
pada ketiak batas jelas,

122
skuama tipis
+, satelit papul
+
MRAH P 44 Diabetes Surabaya Gatal, nyeri Makula Positif Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus dan bintil hiperpigmenta dilakukan intertriginosa
merah pada si batas jelas,
ketiak skuama tipis
diatasnya,
satelit papul +,
papula
eritematous
MADT L 11 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan bercak merah eritematus dilakukan intertriginosa
pada ketiak, batas jelas
sela paha dan dengan
leher skuama tipis
diatasnya,
satelit papul +
PSNH P 62 Diabetes Surabaya Gatal dan Makula Positif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn melitus bercak merah eritematus dilakukan dilakukan intertriginosa
pada ketiak batas jelas tepi
dan lipatan aktif polisiklis
payudara +,
FAR L 6 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Papula Positif Positif Pseudohifa Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus dilakukan kutis
pada ketiak, batas tegas,
punggung, skuama +,
bokong satelit papul +
DMP P 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Plak + pada Positif Positif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan bercak putih bagian ventrak dilakukan dilakukan oris
pada lidah dan ujung
lidah
EN P 67 Obesitas Surabaya Gatal dan Makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn bercak merah eritematus dilakukan intertriginosa
pada lipatan batas tidak
payudara jelas, skuama
tipis putih
diatasnya,
satelit papul +
AIP L 1 Tidak ada Sidoarjo Gatal dan Makula Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah eritematus dilakukan intertriginosa
pada batas tidak
selangkangan jelas, multiple
123
, bokong dan papul, satelit
kemaluan papul +
SFA P 21 Tidak ada Surabaya Gatal dan Multiple Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah papula dilakukan intertriginosa
dan di eritematous
atasnya ada disertai satelit
cairan putih papul
seperti nanh
pada
selangkangan
ARSA P 2thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Multiple Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah papula dilakukan intertriginosa
pada eritematous
selangkangan disertai satelit
, ketiak dan papul
leher
RM P 5 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus dilakukan dilakukan intertriginosa
pada batas jelas,
kemaluan dan satelit papul +
pantat
RRR L 8 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus dilakukan intertriginosa
pada leher batas tidak
jelaa, skuama
tipis +, erosi
+, satelit papul
+
STOH P 75 Stroke Malang Gatal dan Makula Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn bercak merah eritematus dilakukan kutis
pada batas tidak
punggung, jelas, skuama
tangan +, satelit
papul +
MDIH L 8 bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Multiple Positif Positif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah makula dilakukan dilakukan intertriginosa
pada sela eritematus
paha, leher 124
batas tidak
dan kaki jelas, erosi
minimal
STWJ P 53 Tidak ada Surabaya Bengkak, Warna Positif Negatif Tidak Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan nyeri dan kekuningan +, dilakukan dilakukan dilakukan onikia
berubah dischromia
warna
kekuningan
pada kuku
tangan
DEPP L 1 thn Tidak ada Surabaya Bintil merah Multiple papul Negatif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal et pustul dilakukan dilakukan kutis
pada eritematus,
punggung, erosi -,
pantat dan skuama -
sekitar
kemaluan
PSWT P 58 Tidak ada Surabaya Bintil merah Makula Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan gatal eritematus dilakukan intertriginosa
pada ketiak batas tidak
jelas, skuama
-, satelit papul
+
ABR L 11 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
bln keterangan bercak merah eritematus dilakukan dilakukan kutis
pada batas jelas,
punggung, skuama +,
ketiak, paha papul +, satelit
papul +
SHNI P 64 Tidak ada Surabaya Bercak putih Sela-sela jari Positif Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan gatal dan kaki tampak dilakukan dilakukan interdigitalis
panas pada maserasi,
sela jari kaki bercak
berwarna
putih
SDKO L 64 Tinea pedis Surabaya Gatal sela jari Makula Positif Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn dan alergi dan kuku jari eritematus dilakukan dilakukan paronikia
tetracycline, kaki pecah- batas tidak
gol. pecah, rusak 125jelas, skuama
peniciline dan berubah +, nail
warna distrophic,
menjadi dischromia,
kekuningan maserasi
minimal
MAP L 1thn Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula Positif Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal eritematus dilakukan dilakukan intertriginosa
pada batas tidak
selangkangan jelas, skuama
dan tipis, satelit
punggung papul +
IBK L 3 thn Tidak ada Surabaya Bercak merah Papul Positif Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal eritematus +, dilakukan dilakukan intertriginosa
pada ketiak satelit papul +,
makula
eritema
HM P 51 Alergi obat Surabaya Bercak merah Makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn amoxicilin, berair yang eritematus dilakukan intertriginosa
alergi kemudian batas tidak
makanan berubah jelas, makula
telur dan kehitaman hiperpigmenta
ikan dan gatal si +, papul +,
pada ketiak, skuama tipis
selangkangan +, erosi -,
dan perut Efloresensi –
papula
MTMH P 51 Diabetes Surabaya Bercak merah Makula Negatif Positif Tidak Tidak Candida Kandidiasis
thn melitus dan gatal eritematosa dilakukan dilakukan sp. intertriginosa
pada ketiak, batas tidak
dada dan jelas, satelit
payudara papul +
MCI L 9 thn Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan dan gatal eritematus dilakukan intertriginosa

126
pada ketiak batas tidak
dan jelas, skuama
selangkangan +, erosi +,
satelit papul +,
likenifikasi +
SHMI P 81 Diabetes Surabaya Bercak merah Multiple papul Positif Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn melitus dan dan gatal eritema dilakukan dilakukan intertriginosa
hipertensi pada ketiak berbatas jelas,
dan satelit papul +
selangkangan
RDTY L 1 Tidak ada Surabaya Bintil merah Multiple papul Positif Positif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan gatal eritematus dilakukan dilakukan kutis
pada batas jelas
punggung, dengan
wajah, leher skuama tebal
dan tampak diatasnya,
seperti sisik makula
pada hipopigmentas
kemaluan i batas tidak
jelas
TGL P 76 Tidak ada Surabaya Gatal dan Multiple fisura Positif Positif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah tertutup dilakukan dilakukan interdigitalis
pada sela jari skuama putih,
kaki bau +, makula
eritematosa
batas tidak
jelas
AFR P 3 bln Bronchitis Surabaya Bercak merah Makula Positif Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
pada leher eritematus dilakukan dilakukan kutis
batas tidak
jelas, skuama
tipis +, satelit
papul +,
AK L 1 bln Tidak ada Surabaya Bercak merah Makula Positif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan pada leher, eritematus dilakukan dilakukan intertriginosa
lipatan paha, batas tidak
pantat, anus jelas, satelit
dan sekitar papul +
kemaluan
MAB P 1 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus dilakukan kutis
pada batas tidak
punggung jelas, multiple
127
dan sela paha papul +, satelit
papul +
SMLN P 65 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Negatif Positif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah eritematus dilakukan dilakukan intertriginosa
pada dada, batas tidak
lipatan jelas, satelit
payudara dan papul +, papul
ketiak +
SP P 58 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah eritematus dilakukan dilakukan intertriginosa
pada lipatan batas tidak Tidak dilakukan
paha, ketiak jelas, satelit
dan bawah papul +
payudara
TSYN P 75 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah eritematus dilakukan intertriginosa
pada ketiak batas tidak
dan bawah jelas, satelit
payudara papul +
NC P 32 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Negatif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah eritematus dilakukan dilakukan interdigitalis
pada sela jari batas tidak
tangan dan jelas, papul - ,
kaki skuama +
SBKN P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak putih Plak putih + Tidak dilakukan Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan di lidak dilakukan dilakukan oris
sehingga
susah makan
ABSZ P 2 thn Dermatitis Surabaya Gatal dan Multiple papul Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
atopi bercak merah diatas makula dilakukan kutis
pada eritematus
punggung batas tegas,
satelit papul +
SAS L 66 Diabetes Surabaya Gatal dan Makula Tidak dilakukan Tidak Tidak Kandidiasis
thn melitus + bercak merah eritematus dilakukan dilakukan intertriginosa
decom pada batas tidak
cordis selangkangan jelas tertutup
, pinggir anus 128
skuama +,
dan sekitar satelit papul +
kemaluan
NS P 57 Diabetes Surabaya Gatal dan Makula Positif Positif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn melitus bercak merah hiperpigmenta dilakukan dilakukan intertriginosa
dan perih si batas tidak
pada ketiak jelas, papula
dan bawah eritematus
payudara diatas makual
eritematus,
satelit papul +
HEA L 24 Tidak ada Tulunga Bercak putih Stomatitis +, Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan gung dan sariawan erosi +, white dilakukan oris
pada bibir plaque +,
dan lidah multiple ulkus
dasar putih
STDJ L 59 Penyakit Surabaya Kuku tangan Diskromia +, Positif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn jantung + berubah onikolisis + dilakukan dilakukan onikia
(OMI) dan warna
diabetes menjadi agak
melitus kekuningan
dan berubah
bentuk
ASARI L 21 Tidak ada Surabaya Muncul Plak putih Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan plentingan tebal pada dilakukan oris
dalam mulut, lidah,
nyeri, mual stomatitis +,
dan ada pseudomembr
bercak putih an +
di lidah
MAE P 6 thn Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Positif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus dilakukan dilakukan kutis
pada perut batas tidak
dan ketiak jelas tertutup

129
skuama tipis,
satelit papul +
BNA L 1thn TB Surabaya Gatal dan Multiple papul Positif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
bercak merah eritematous, dilakukan dilakukan kutis
pada skuama tipis
punggung, +, sateli papul
lengan dan +, makula
kaki eritema batas
tidak jelas
MBS L 1thn Tidak ada Sidoarjo Gatal dan Makula Positif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus, dilakukan dilakukan kutis
pada seluruh satelit papul +
tubuh
terutama
punggung
LNA L 36 Adeno Ca Surabaya Bintil berisi Makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn paru nanah eritema, dilakukan onikia
stadium IIIB sehingga hiperpigmenta
nyeri si, dischromia,
kemudian distropic +
kuku tangan
dan kaki
rusak
MFF L 2 thn Tidak ada Surabaya Gatal, bercak Multiple papul Positif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus dilakukan dilakukan kutis
perih pada diatas makula
pantat dan eritematus,
ketiak skuama tipis
+, satelit papul
+, erosi +
LNK P 5bln Tidak ada Surabaya Gatal dan Papul Positif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan bercak merah eritematus, dilakukan dilakukan kutis
pada leher, makula
lengan dan eritematus,
pantat satelit papul +
WA P 50 Tidak ada Surabaya Gatal dan Makula Positif Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan bercak merah eritematosa dilakukan dilakukan intertriginosa
pada sela batas tidak

130
paha tegas tepi
polisiklik,
skuama tipis,
satelit papul +,
SK P 72 Alergi Surabaya Gatal dan Makula Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn makanan bercak merah eritematosa dilakukan intertriginosa
laut, alergi pada ketiak batas tidak
obat dan bawah tegas dengan
tetracycline, payudara papula
asma + eritematosa,
satelit papul +,
skuama tipis +
KTNM P 46 Tidak ada Surabaya Timbul luka Krusta +, erosi Positif Positif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan terasa +, makula dilakukan dilakukan oris
perih pada hipopigmentas
bibir serta ada i, white plaque
bercak putih +,
pada lidah

131
Data Penelitian Tahun 2016

Nama Jenis Usia Riwayat Domisili Keluhan Pemeriksaan Pemeriksaan Laboratorium Hasil Diagnosis
Pasien Kelamin Sakit yang Utama Fisik Kultur
Menyertai KOH (SDA)

Blasto Pseudo Hifa WL


hifa

AGF L 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak Papula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematous dilakukan kutis
gatal pada sebagian tampak
punggung makula, satelit
dan leher papul +
AP P 50 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan eritematosa batas dilakukan intertriginosa
gatal pada jelas, skuama tipis
ketiak +, satelit papul +
ME L 27 Seborok Surabaya Bercak Multiple makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn dermatitis merah dan hipopigmentasi dilakukan intertriginosa
gatal pada batas jelas,
selangkanga multiple papul
n eritematous +,
makula
eritematous
minimal, skuama,
satelit papul +
MAB L 1 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematous, dilakukan intertriginosa
gatal pada satelit papul +
leher
AC P 4 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematous batas dilakukan intertriginosa
gatal pada jelas, satelit papul
leher +, skuama +
EBQ L 3 thn Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematous batas dilakukan kutis
gatal pada jelas tepi aktif,
leher satelit papul +,
skuama tipis +

132
MAHR L 1 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematous batas dilakukan kutis
gatal pada jelas, skuama tipis
leher, perut
dan
punggung
DHR L 14 Wilson Surabaya Bercak Makula Positif Negatif Tidak Tidak Tidak Kandidiasis
thn disease merah dan eritematous batas dilakukan dilakukan dilakukan kutis
dan ulkus gatal pada jelas, satelit papul
decubitus punggung +,
sacrum
AF P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematous batas dilakukan intertriginosa
gatal pada tak jelas, satelit
selangkanga papul +, skuama
n tipis +, multiple
papul
MRBI L 53 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah, gatal hiperpigmentasi dilakukan kutis
pada daerah batas jelas,
yang gatal di hipertropik scar +
dada
MNWH P 44 SLE Surabaya Bercak putih Erosi +, stomatitis Negatif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn pada lidah +, spora suspect dilakukan oris
hilang candida +, white
timbul, plaque +
sariawan,
dan nyeri
ALA L 1 thm Tidak ada Surabaya Bercak Multiple makula Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus batas dilakukan kutis
gatal pada jelas, skuama
leher, ketiak, tipis, satelit papul
badan, sela +
paha dan
pantat
ABAR P 2 thn Seborok Surabaya Bercak Makula dan Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
dermatitis merah dan papula dilakukan kutis
gatal pada eritematous batas

133
punggung, jelas, satelit papul
ketiak dan +
pantat
MA L 72 Kondylom Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn a merah dan eritematous batas dilakukan intertriginosa
accuminat gatal pada jelas, satelit papul
a sela paha +, skuama +
LPA P 45 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan eritematous batas dilakukan kutis
gatal pada jelas, satelit papul
ketiak +
AI L 48 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Negatif Negatif Negatif Candida Kandidiasis
thn keterangan kehitaman, hiperpigmentasi albicans kutis
gatal pada batas jelas,
leher, dada skuama tipis +,
dan kedua papul eritema
tangan
MS L 31 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Negatif Positif Negatif Negatif Candida Kandidiasis
thn keterangan merah dan eritematous batas albicans intertriginosa
gatal pada jelas, tepi
selangkanga meninggi +,
n papula +
KKYA P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak Makula dan Positif Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan papula dilakukan kutis
gatal pada eritematous batas
punggung, jelas, satelit papul
leher, kaki +, skuama tipis +
dan pantat
TRNI P 42 Tidak ada Surabaya Bercak putih Makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan dan gatal hipopigmentasi dilakukan kutis
pada multiple batas
punggung tidak tegas
OEPP L 2 thn Tidak ada Surabaya Bercak Satelit papul Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan diatas makula dilakukan kutis
gatal pada eritematus,
punggung skuama +
dan pantat
SU P 60 Diabetes Surabaya Bercak Makula Positif Negatif Positif Tidak Candida Kandidiasis

134
thn melitus merah dan eritematosa batas dilakukan albicans intertriginosa
dan alergi gatal pada tidak tegas +,
obat selangkanga papul +
(penicilin) n
DWP L 1thn Gizi buruk Surabaya Bercak Makula Negatif Negatif Tidak Negatif Tidak Kandidiasis
dengan merah dan eritematosa batas dilakukan dilakukan kutis
crazy gatal pada tidak tegas +,
pavement badan dan papul tipis +, lesi
kaki satelit +
DAP L 2 thn Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematosa batas dilakukan kutis
gatal pada tegas, multiple
punggung papul +, satelit
papul +, skuama +
RAR L 1 bln Tidak ada Surabaya Bercak Multiple makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus batas dilakukan intertriginosa
gatal pada tidak jelas,
selangkanga skuama -, satelit
n, pantat dan papul +
lipatan
scrotum
FAA P 10 Tidak ada Surabaya Bercak Makula Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan merah dan eritematosa batas dilakukan kutis
gatal pada tegas, satelit
selangkanga papul +, skuama +
n, leher,
ketiak, dada,
punggung,
dan sekitar
kemaluan
MS L 8 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula eritematus Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan batas tidak jelas, dilakukan intertriginosa
gatal pada skuama -, satelit
selangkanga papul +
n, pantat dan
sekitar
kemaluan
NAT L 11 Tidak ada Surabaya Bercak Makula eritematus Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis

135
bln keterangan merah dan batas tidak jelas, dilakukan intertriginosa
gatal pada skuama +, satelit
selangkanga papul +
n, pantat,
sekitar
kemaluan
dan leher
AAM P 4 bln Tidak ada Surabaya Bercak Makula eritematus Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan batas tidak jelas, dilakukan intertriginosa
gatal pada satelit papul +
leher
FTRA P 46 Tidak ada Gresik Bercak Makula eritematus Positif Negatif Positif Negatif Candida Kandidiasis
thn keterangan merah dan batas tidak jelas, albicans kutis
gatal pada skuama +, satelit
leher dan papul
dada
WHSH P 47 Diabetes Surabaya Bercak Multiple papul Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus merah dan diatas makula dilakukan intertriginosa
dan gatal pada eritematous batas
hipertensi ketiak tegas, satelit papul
+
AA P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak Multiple papul Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan diatas makula dilakukan kutis
gatal pada eritematous batas
leher dan tidak tegas, satelit
punggung papul +
SPAT P 52 Diabetes Surabaya Bercak Multiple makula Positif Negatif Tidak Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus merah dan eritematus batas dilakukan dilakukan intertriginosa
dan gatal pada tidak jelas,
hipertensi lipatan skuama tipis +,
payudara satelit papul +
NP P 4 bln Tidak ada Lamonga Bercak Multiple makula Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan n merah dan eritematus batas dilakukan kutis
gatal pada tidak jelas,
punggung, sebagian
leher, ketiak, hipopigmentasi,
pantat dan skuama +, satelit
kemaluan papul +
136
MSAJ L 2 thn Dermatitis Bojonego Bercak makula eritematus Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
atopi ro merah dan batas tidak jelas, dilakukan kutis
gatal pada satelit papul +
punggung
LZT P 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak makula eritematus Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan batas jelas, satelit dilakukan kutis
gatal pada papul +
punggung
dan pantat
AQL L 1 thn Asma Surabaya Bercak makula eritematus Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
merah dan batas jelas, satelit dilakukan intertriginosa
gatal pada papul +, erosi +
sela paha
NWI P 51 Tidak ada Surabaya Bercak makula eritematus Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan batas jelas, satelit dilakukan kutis
gatal pada papul +, skuama
ketiak dan tipis +
perut
FA P 30 Tidak ada Pasuruan Bercak Makula Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan hipopigmentasi dilakukan interdigitalis
gatal pada batas tidak tegas,
kedua skuama +
telapak kaki
BK L 32 Alergi Surabaya Gatal dan makula eritematus Positif Negatif Tidak Tidak Tidak Kandidiasis
thn makanan nyeri pada batas tidak jelas, dilakukan dilakukan dilakukan interdigitalis
( ikan laut, kedua sela skuama + dan lesi
bandeng jari kaki eksudat minimal
dan telur
ayam) dan
infektif
dermatitif
JMYH P 46 Diabetes Surabaya Bercak makula eritematus Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus merah dan batas tidak jelas, dilakukan kutis
gatal pada satelit papul +
ketiak
RDP P 32 Tidak ada Surabaya Bercak Multiple papul Positif Negatif Tidak Tidak Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah, gatal, dan makula dilakukan dilakukan dilakukan kutis
nyeri dan eritematosa batas
137
panas pada tidak tegas, erosi
kedua -, satelit papul +,
lengan, central healing -
perut, dada
dan
selangkanga
n
AAW L 2 thn Tidak ada Surabaya Bercak makula eritematus Tidak Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan batas jelas, dilakuk dilakukan dilakukan intertriginosa
gatal pada skuama +, satelit an
ketiak dan papul +
selangkanga
n
MZ L 4 bln Tidak ada Surabaya Bercak makula eritematus Positif Negatif Pseudohifa Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan batas tidak jelas, dilakukan dilakukan intertriginosa
gatal pada satelit papul +
leher dan
lipatan paha
AVRO L 2 thn Tidak ada Surabaya Bercak Multiple papul Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus batas dilakukan intertriginosa
gatal pada jelas, skuama
bawah leher tipis, makula
dan lipatan eritematus batas
ketiak jelas, tepi
irreguler, satelit
papul +, central
healing -
KAG P 1 thn Tidak ada Malang Bercak Multiple papul Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus, satelit dilakukan intertriginosa
gatal pada papul +
selangkanga
n
KML L 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak Multiple papul Positif Negatif Tidak Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan eritematus batas dilakukan dilakukan dilakukan kutis
gatal pada tidak jelas,
selangkanga akuama +, satelit
n, leher, papul +
ketiak dan
138
pantat
BPS L 1 thn Alergi Sidoarjo Bercak makula eritematus Tidak Negatif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
merah dan batas tidak jelas, dilakuk dilakukan dilakukan intertriginosa
gatal pada satelit papul + an
selangkanga
n, leher, dan
ketiak
PAP L 1 thn Tidak ada Surabaya Bercak makula eritematus Negatif Positif Positif Positif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan batas tidak jelas, dilakukan intertriginosa
gatal pada satelit papul +,
leher multiple papul
diaras makula
eritematus
ZJ L 11 Tidak ada Surabaya Bercak multiple papul Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan merah dan eritematus, dilakukan intertriginosa
gatal pada skuama tipis
ketiak
SSI P 47 Diabetes Surabaya Bercak multiple papul Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus merah, gatal makula eritematus dilakukan kutis
dan perih batas tidak jelas,
pada ketiak, satelit papul +,
leher dan skuama -, erosi +
payudara
NI P 24 Tidak ada Surabaya Bercak Multiple papul Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah, gatal, diatas makula dilakukan kutis
perih dan eritematus batas
panas pada jelas, skuama
ketiak, leher tipis,eritematosa
dan hiperpigmentasi
punggung batas jelas, satelit
papul +,
Efloresensi –
papul
NAH P 18 DM Surabaya Bercak makula eritematus Positif Negatif Tidak Negatif Tidak Kandidiasis
thn Insulin merah dan batas jelas, dilakukan dilakukan intertriginosa
Dependent gatal pada skuama tipis +,
selangkanga satelit papul +
n,
139
NAP L 3thn Tidak ada Surabaya Bercak Multiple papul Negatif Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan diatas makula dilakukan intertriginosa
gatal pada eritematus batas
ketiak jelas, skuama tipis
+, satelit papul +
EJ P 48 Diabetes Sidoarjo Bercak makula eritematus Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus merah dan batas jelas, dilakukan kutis
gatal pada skuama tipis +,
sela paha, multiple papul,
badan dan pustul +, erosi +,
lengan Efloresensi –
disertai pustula
plentingan
bernanah
SMIH P 58 Tidak ada Sidoarjo Bercak makula eritematus Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan batas tidak jelas, dilakukan intertriginosa
gatal pada satelit papul +,
ketiak plak eritematus
batas jelas dengan
tepi meninggi,
central healing +
EPA P 47 Tidak ada Surabaya Bercak makula eritematus Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah, perih batas jelas tepi dilakukan intertriginosa
dan gatal aktif, satelit papul
pada lipatan +, erosi +, skuama
ketiak, tipis, Efloresensi
lipatan paha – pustula
dan bokong
HR P 21 Tidak ada Malang Bengkak, Warna Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan nyeri dan kekuningan +, dilakukan onikia
berubah dischromia
warna
kekuningan
pada kuku
tangan
SDTI P 58 Tidak ada Surabaya Luka makula eritematus Negatif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan nyeri/perih batas tidak jelas, dilakukan interdigitalis
dan gatal erosi +, skuama+,
140
pada sela jari fissura +
kaki
JWH P 56 Diabetes Surabaya Bercak makula eritematus Positif Positif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn melitus merah, perih batas tidak jelas, dilakukan intertriginosa
dan gatal skuama +, papul
pada ketiak, +,
lipatan hiperpigmentasi,
payudara, vesikulae
lipatan
pantat
NAFA P 10 Tidak ada Surabaya Bercak makula eritematus Positif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
bln keterangan merah dan batas tidak jelas, dilakukan kutis
gatal pada skuama +, satelit
leher, ketiak, papul +, pustula +,
selangkanga vesikel +, erosi +
n dan badan
serta ada
plak putih di
lidah
PWI P 51 Tidak ada Surabaya Nyeri dan Nail distrophy +, Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah pada eritema + dilakukan onikia
tepii kuku,
perubahan
warna kuku
AS P 47 Tidak ada Surabaya Bercak Multiple makula Positif Negatif Positif Negatif Tidak Kandidiasis
thn keterangan merah dan eritematosa dilakukan intertriginosa
gatal pada berbatas tegas,
lipatan skuama tipis
bawah berwarna putih +,
payudara, satelit papul +, di
ketiak dan sekitar makula ada
selangkanga papula eritematosa
n
HSDN L 51 Diabetes Lontar Bercak Multiple papul Positif Negatif Tidak Tidak Tidak Kandidiasis
thn melitus merah dan diatas makula dilakukan dilakukan dilakukan kutis
gatal pada eritmatosa dengan
selangkanga batas tegas, satelit
n dan papul +, skuama
141
kelamin +, erosi +
RQZR P 11 Tidak ada Surabaya Bercak makula eritmatosa Positif Negatif Tidak Tidak Tidak Kandidiasis
bln keterangan merah dan dengan batas tidak dilakukan dilakukan dilakukan intertriginosa
gatal pada tegas, satelit papul
leher dan +
pantat
DM P 48 Alergi Surabaya Panas dan Onicholysis +, Positif Negatif Tidak Negatif Tidak Kandidiasis
thn debu nyeri pada makula dilakukan dilakukan onikia
kedua jari hiperpigmentasi +,
tangan, edema +
merasa
kedua kuku
jari tangan
tidak
tumbuh
selama 6
bulan dan
bengkak
pada kuku
jari tangan
FRH P 5 bln Tidak ada Surabaya Bercak Multiple makula Positif Positif Negatif Tidak Tidak Kandidiasis
keterangan merah dan dan papula dilakukan dilakukan kutis
gatal pada eritematosa batas
leher, dada tegas, makula
dan hipopigmentasi
punggung batas jelas, satelit
papul +, makula
eritema berbatas
jelas tertutup
skuama
STYO L 63 TB paru Surabaya Perih pada Makula Positif Positif Negatif Tidak Candida Kandidiasis
thn sela jari hipopigmentasi dilakukan sp. interdigitalis
kaki, kering dengan batas
dan gatal jelas, skuama
pada kulit halus+, plak putih
area mata +
kaki,

142

Anda mungkin juga menyukai