Revisi - Kalvarius Thomas WB - Kelompok 1 - Batu Gamping - Bab 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Jember memiliki potensi bahan tambang yang melimpah, mulai dari
mineral logam, non logam, dan batuan. Bahan galian yang potensial yakni batu
gamping yang merupakan material tambang non logam. Daerah penyelidikan
mempunyai potensi batu gamping yang berasal dari terjadinya beberapa cara yaitu
dengan secara organic, mekanik dan secara kimiawi. Terjadi secara organic
apabila ia berasal dari cangkang atau rumah kerang dan siput. Sedangkan secara
mekanik tidak jauh beda dari batu gampng yang terbentuk secara organic, namun
letak perbedaannya padaperombakan dari bahan batu gamping tersebut
kemundian terbawa arus dan terendapkan. Lalu kemudian yang melewatii proses
kimiawi terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air
laut atau bisa juga air tawar. Batu gamping di manfatkan secara umum sebagai
bahan bangunan.Eksplorasi gamping akan lebih potensial jika ditambang dengan
penambangan yang legal,bukan tambang rakyat.

1.1.1 Perizinan
Legalitas perizinan a.n Kalvarius Thomas WB adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1
Legalitas Perizinan
Pemrakarsa Kalvarius Thomas WB
Pemegang IUP Kalvarius Thomas WB
Nama Direktur Muh. Agus Irwanto
Alamat Klampis Aji II No. 43 Sukolilo Surabaya Jawa
timur
NPWP 76.811.201.9-100.762
Komoditas Batu Gamping
Lokasi Area kebun Lojejer, Wuluhan, Kabupaten Jember,
Jawa Timur.
SK WIUP 22.3509.5.44.2021.001
SK IUP Eksplorasi Nomor: P2T / 02 / / I / Tanggal 01 April 2021
Jangka Waktu 1 (satu) tahun
Luas WIUP 90,29 Hektar
Kode WIUP -
WIUP 8°24'50.89" S, 113°31'51.08" E, sampai
8°24'26.08" S,113°32'02.73" E
Luas IUP 7,796 Hektar
Luas IUP OP 4,26 Hektar

1.1.2 Status dan Kegunaan Lahan


Penggunaan lahan atau tanah merupakan gambaran aktivitas manusia pada
sebidang tanah sesuai dengan jenis peruntukannya. Penggunaan dan pemanfaatan
tanah/ lahan yang dimaksud dengan kawasan budidaya tersebut meliputi kawasan
budidaya pertanian, kawasan budidaya perikanan, peternakan dan kawasan
budidaya perkebunan. Berdasarkan pengamatan foto udara, secara spesifik daerah
WIUP digunakan sebagai tegalan / perkebunan. Tata guna lahan WIUP dapat di
lihat pada gambar berikut:
(peta citra)

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari adanya penyelidikan ini adalah sebagai berikut:
1. Mencari / menemukan jenis batuan
2. Mendapatkan gambaran sebaran bahan galian yang berharga
3. Mendapatkan gambaran bentuk dan dimensi tubuh batuan
4. Mengestimasi kuantitas dan kualitas batuan.
5. Mengestimasi nilai ekonomi/cadangan.
1.3 Lokasi Daerah Penyelidikan

1.3.1 Administratif dan Geografis


Keadaan Geografis Kabupaten Jember mencakup area seluas 3.293,34 Km2,
dengan karakter topografi dataran ngarai yang subur pada bagian tengah dan
selatan dan dikelilingi pegunungan yang memanjang batas barat dan timur.
Kabupaten Jember berada di posisi 7059’6” sampai 8033’56” Lintang Selatan dan
113016’28” sampai 114003’42” Bujur Timur.

KOORDINAT WIUP
LINTANG
N BUJUR TIMUR SELATAN
O
D M S D M S
1 133 3 50.88 7 55 2.34
2 133 3 50.88 7 55 12.40
3 133 3 51.73 7 55 12.40
4 133 3 51.73 7 55 15.29
5 133 3 57.86 7 55 15.29
6 133 3 57.86 7 55 11.32
7 133 3 56.68 7 55 11.32
8 133 3 56.68 7 55 9.08
9 133 3 57.68 7 55 9.08
10 133 3 57.68 7 55 2.34

Batas-batas Kota Jember adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Arjada


2. Sebelah Selatan : Kecamatan Jenggawah
3. Sebelah Timur : Kecamatan Pakusari.
4. Sebelah Barat : Kecamatan Sukorambi.

Kabupaten Jember terletak pada posisi 1 1 3 O 30’00” sampai dengan 1 13 O


45’00” bujur timur (BT) dan 7O 59’6” sampai dengan 8O 33’56” lintang selatan
(LS). Batas daerah, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso
dan barat laut Kabupaten Probolinggo, di sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Banyuwangi, di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lumajang. Luas wilayah
Kabupaten Jember mencapai 3.293,34 Km2 yang terbagi dalam 31 kecamatan dan
248 desa/kelurahan (22 kelurahan 226 desa). Jumlah desa/kelurahan sebanyak
248, dilihat dari topografinya terbagi dalam 23 desa yang terletak di
lereng/puncak, sementara sisanya 225 desa/kelurahan berada di dataran.

1.3.2. Kesampaian Wilayah


Daerah penyelidikan dapat dicapai melalui jalur darat dari Surabaya – Jember, di
antaranya dengan kendaraan roda 2 dan roda 4. Kesampaian wilayah dapat dilihat
pada gambar berikut :

Gambar1.1
Peta Kesampaian Daerah

1.4 Keadaan Umum Lingkungan


Dataran wilayah Kota Jember banyak dibentuk oleh jenis tanah litosol dan regosol
coklat kekuningan. Kondisi ini sangat menentukan tingkat kesuburan dan
kedalaman efektif tanah, dimana tingkat kesuburan tersebut adalah berkisar di atas
90 cm.

1.4.1 Iklim dan Curah Hujan


Iklim di Kota Jember adalah iklim tropis. Angka temperatur berkisar antara 23 ºC
– 31 ºC, dengan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai bulan Agustus
dan musim hujan terjadi pada bulan September sampai bulan Januari. Sedangkan
curah hujan cukup banyak, yakni berkisar antara 1.969 mm sampai 3.394 mm.

1.4.2Sosial Ekonomi
Dominasi penggunaan lahan diwilayah Kota Jember adalah kegiatan pertanian
yakni seluas 5.099,283 Ha atau 51,47% dari total luas wilayah kota. Kemudian
berturut turut adalah tanah tegalan seluas 1.477,9 Ha atau 14,92%, perumahan
seluas 2.679,655 Ha atau 27,05%, kolam ikan seluas 1,0 Ha atau 0,01 % dan
penggunaan tanah lain-lainnya seluas 416,415 Ha atau 4,20%.

Mayoritas penduduk Kabupaten Jember terdiri atas suku Jawa dan suku Madura,
dan sebagian besar beragama Islam. Rata rata penduduk Jember adalah
masyarakat pendatang. Suku Madura dominan di daerah utara dan Suku Jawa di
daerah selatan dan pesisir pantai. Bahasa Jawa dan Madura digunakan di banyak
tempat, sehingga umum bagi masyarakat di Jember menguasai dua bahasa daerah
tersebut dan juga saling pengaruh tersebut memunculkan beberapa ungkapan khas
Jember. Percampuran kedua kebudayaan Jawa dan Madura di Kabupaten Jember
melahirkan satu kebudayaan baru yang bernama budaya Pendalungan. Masyarakat
Pendalungan di Jember mempunyai karakteristik yang unik sebagai hasil dari
penetrasi kedua budaya tersebut. Kesenian Can Macanan Kaduk merupakan satu
hasil budaya masyarakat Pendalungan yang masih bertahan sampai sekarang di
kabupaten Jember.

1.4.3 Topografi
Kondisi topografi daerah Jember sebagian besar merupakan wilayah perbukitan.
Pembagian wilayah tersebut adalah sebagai berikut:
 Pegunungan : 3,45% di sebelah utara pusat kota
 Perbukitan : 3,33% di bagian Tengah pusat Kota
 Dataran : 93,22% di sebelah Timur Laut pusat kota.

Dengan demikian secara umum wilayah Kota Jember didominasi oleh daerah
daratan. Sedangkan luas keseluruhan dari Kota Jember adalah 9.907,755 Ha, yang
terdiri dari 3 kecamatan dan 22 kelurahan. Batas-batas Kota Jember adalah
sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kecamatan Arjada


 Sebelah Selatan : Kecamatan Jenggawah
 Sebelah Timur : Kecamatan Pakusari.
 Sebelah Barat : Kecamatan Sukorambi.

Secara umum Kota Jember mempunyai kemiringan yang bervariasi, yakni


berkisar antara 0-40%. Rincian kemiringan tersebut adalah : 1. 0-8 % seluas
6493,355 Ha 2. 8-15% seluas 2742,53 Ha. 3. 15-25% seluas 330,08 Ha 4. 25-40%
seluas 177,74 Ha. 5. >40% seluas 164,05 Ha. Dataran wilayah Kota Jember
banyak dibentuk oleh jenis tanah litosol dan regosol coklat kekuningan. Kondisi
ini sangat menentukan tingkat kesuburan dan kedalaman efektif tanah, dimana
tingkat kesuburan tersebut adalah berkisar di atas 90 cm.

1.4.4 Hidrogeologi
Kondisi hidrogeologi di Kota Jember sangat dipengaruhi oleh air permukaan
tanah dangkal,karena jenia tanah perkotaan yang permeabelitasnya
rendah.Sumber-sumber mata air dan aliran-aliran sungai yang melintasinya
berawal dari Sungai Bedadung.Sebaliknya di wilayah pedesaan banyak mata air
dengan persediaan banyak,sehingga memperbesar potensi mata pencaharian
sebagai petani. Kondisi hidrologi di Kota Jember sangat dipengaruhi oleh air
permukaan tanah dangkal, sumber-sumber mata air dan aliran-aliran sungai yang
melintasinya. Sungai yang melintasi Kota Jember adalah Sungai Bedadung.

1.4.5 Vegetasi
Menurut Suraida, dkk (2013) tumbuhan paku (Pteridopyhta) sebagai bagian dari
keanekaragaman hayati merupakan komunitas tumbuhan yang memiliki fungsi
ekologis yang cukup penting di dalam ekosistem hutan, seperti sebagai vegetasi
penutup tanah, pencapur serasah bagi pembentukan hara tanah, dan produsen
dalam rantai makanan. Disamping itu berperan sebagai sumber plasma nutfah juga
berpotensi sebagai sumber pangan, dan obat-obatan. Keberadaan jenis tumbuhan
paku yang melimpah serta memiliki berbagai manfaat kurang mendapat perhatian
dibanding kelompok tumbuhan lainnya, dikarenakan masyarakat yang belum
mengetahui jenis tumbuhan paku serta manfaat jenis tumbuhan paku. Identifikasi
dan inventarisasi tumbuhan paku perlu dilakukan untuk mengetahui keberagaman
tumbuhan paku yang ada di daerah tersebut dan untuk mengetahui takson
tumbuhan dan pencatatan atau mengumpulkan data tumbuhan paku yang berada
di daerah tersebut. Penelitian tentang jenis tumbuhan paku di dusun
Sumbercandik desa Panduman kabupaten Jember belum pernah dilakukan,
sehingga perlu melakukan penelitian tentang jenis tumbuhan paku untuk
menambah wawasan pengetahuan khusunya di dusun Sumbercandik desa
Panduman kabupaten Jember.

1.5 Waktu Pelaksanaan


Studi eksplorasi dan pembuatan laporan dilakukan selama 2 bulan termasuk
pengamatan langsung di lapangan dan analisis data – data geologi, social budaya,
dan keekonomiannya.

Bulan 1 Bulan 2
No. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4

1. Studi Pustaka

2. Persiapan alat dan bahan

3. Survei topografi

4. Survei geologi

5. Perhitungan cadangan
Evaluasi dan analisis data
6.
geologi

Pembuatan peta hasil


7.
eksplorai

Kajian kompomen
8.
kemasyarakatan

9. Studi kelayakan

Analisis rencana kerja dan


10.
anggaran biaya

11. Analisis rencana reklamasi

12. Pembuatan laporan

1.6 Metode dan Peralatan


Metode yang digunakan dalam eksplorasi ini adalah metode penelitian langsung
dan metode penelitian tidak langsung. Metode penelitian langsung lebih mengarah
pada penelitian yang dilaksanakan langsung di lapangan seperti pengamatan atau
deskripsi batuan, ketebalan batuan, vegetasi, dan lain-lain. Sedangkan penelitian
tidak langsung lebih mengarah kepada studi pustaka dan analisis data lapangan
dengan menggunakan computer.

1. Eksplorasi langsung

Terdiri dari kegiatan langsung di lapangan yang di mulai dari pemetaan


dan pemboran serta pengambilan sample. Pemetaan yang di lakukan
terbagi atas pemetaan topografi dan geologi. Pemetaan topografi bertujuan
untuk mengetahui kenampakan permukaan dari daerah
penyelidikan.pemetaan geologi bertujuan untuk mengetahui persebaran,
litologi, struktur dan kualitas bahan galian dngan dilakukan dengan
pemboran.
Semua dta yang di dapat di lapangan merupakan data primer. Pengambilan
sample di lakukan pada setiap lubang bor.

Alat yang di gunakakan saat pemetaan topografi adalah kompas, teodholit


digital dan GPS. Alat yang di gunakan untuk perintisan jalan adalah
bulldozer. Alat yang di gunakan untuk pemetaan geologi dan logging
geofisika adalah drilling machine, logging geofiska, radioaktif, water level
test, dan pump. Alat yang di gunakan untuk pengelolaan limbah dan
lingkungan adalah soil pH meter dan water pH meter.

2. Eksploasi tidak langsung

Merupakan bentuk data yang di dapat dari jurnal atau pun penyidik
terdahulu. Data ini disebut dengan data sekunder. Analisis labolatorium
dan geokimi termasuk ke dalam eksplorasi tidak langsung. Alat yang di
gunakan pada kegiatan ini adalah leptop sebagai alat yang untuk
melakukan study literature.

Tabel 1.6
Analisis Data yang Dilakukan
No. Data Hasil analisis Perangkat
masukan
1 Elevasi dan Peta topografi, morfologi, GPS, Global
morfologi dan visualisasi 3 (tiga) Mapper, Google
dimensi Earth,
2 Singkapan Profil singkapan, GPS,Global
batuan, stratigrafi daerah Mapper, Ms.
karakter penelitian, peta lokasi Office, Surfer, Q
batuan, singkapan, peta geologi, Gis
variasi dan perhitungan
geometri sumberdaya/cadangan,
batuan peta kemajuan tambang,
peta rencana reklamasi
3 Flora dan Kondisi lingkungan Ms. Office
fauna sekitar,
kondisi sosial
budaya
masyarakat

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah:


1. Palu Geologi
2. Kompas
3. Loupe
4. Theodolit
5. GPS
6. Alat Pemboran
7. Kamera
8. Buku Lapangan
9. Plastik Sempel

10. Meteran

1.7 Pelaksanaan
Tenaga kerja yang bekerja untuk eksplorasi ini ada 3 orang. Adapun yang
bertanggung jawab atas semua kegiatan eksplrasi adalah KTT.

Tabel 1.7

Pelaksana Kegiatan Eksplorasi

Nama Keahlian Status Pekerjaan Kegiatan


Jacki Angkie S.T, Pemetaan Tenaga Ahli Pemetaan
M.T Topografi
Refinaldi Adhi Pemetaan Tenaga Ahli Pemetaan
Pratama S.T,M.T Geologi
Syahputra. S. T. Keselamatan dan KTT Pemetaan
Keselamatan topografi dan
Kerja Geologi
Tim Pemetaan Pemetaan Asisten Tenaga Pemetaan
Topografi (49 Ahli Topografi
Orang)
Tim Pemetaan Pemetaan Asisten Tenaga Pemetaan
Geologi (40 Orang) Ahli Geologi
Nama Keahlian Status Pekerjaan Kegiatan
Antonius Alan Pemetaan Tenaga Ahli Pemetaan
Melang S.T, M.T Topografi
Fitri Indah Dwi suci Pemetaan Tenaga Ahli Pemetaan
S.T,M.T Geologi
Benhur Soloha. S. Keselamatan dan KTT Pemetaan
T. Keselamatan topografi dan
Kerja Geologi
Tim Pemetaan Pemetaan Asisten Tenaga Pemetaan
Topografi (49 Ahli Topografi
Orang)
Tim Pemetaan Pemetaan Asisten Tenaga Pemetaan
Geologi (40 Orang) Ahli Geologi

Anda mungkin juga menyukai