Anda di halaman 1dari 6

Jambi (1957/8-sekarang)

 Peraturan: UU Drt No. 19 Tahun 1957 [disahkan 9 Agustus 1957; diundangkan 10


Agustus 1957 ] (ditetapkan menjadi UU No. 61 Tahun 1958 [disahkan 25 Juli 1958;
diundangkan 31 Juli 1958 ])
 Wilayah asal: 1. Daerah Swatantra Tingkat II Batanghari, 2. Daerah Swatantra Tingkat II
Merangin; 3. Sebagian Daerah Swatantra Tingkat II Pesisir/Kerinci yang meliputi wilayah
Kecamatan-kecamatan: 1. Kerinci Hulu 2. Kerinci Tengah dan 3. Kerinci Hilir (termaksud dalam
UU No. 12 tahun 1956); dan Kotapraja Jambi (termaksud dalam UU No. 9 tahun 1956).
 Kedudukan Pemerintahan: Jambi.
 Lain-lain: Pemekaran dari Provinsi Sumatra Tengah [II].
Kepulauan Bangka Belitung(2000-sekarang)

 Peraturan: UU No. 27 Tahun 2000 (disahkan dan diundangkan 4 Desember 2000)


 Wilayah asal: 1. Kabupaten Bangka, 2. Kabupaten Belitung; dan 3. Kota Pangkal
Pinang (termaksud dalam UU 28 Tahun 1959).
 Kedudukan Pemerintahan: Kota Pangkal Pinang.
 Lain-lain: Pemekaran dari Provinsi Sumatra Selatan [II] .
Kepulauan Riau (2002-sekarang)

 Peraturan: UU No. 25 Tahun 2002 (disahkan dan diundangkan 25 Oktober 2002).


 Wilayah asal: 1. Kabupaten Kepulauan Riau (dimaksud dalam UU No. 12 Tahun 1956),
2. Kabupaten Karimun, 3. Kabupaten Natuna, 4. Kota Batam (dimaksud dalam UU No. 53
Tahun 1999 jo. UU No. 13 Tahun 2000), dan 5. Kota Tanjung Pinang (dimaksud dalam UU No.
5 Tahun 2001).
 Kedudukan Pemerintahan: Tanjung Pinang.
 Lain-lain: Pemekaran dari Provinsi Riau.
Lampung (1964-sekarang)

 Peraturan: Perppu No. 3 Tahun 1964 [disahkan dan diundangkan 13 Februari 1964; berlaku
surut 1 Januari 1964 ] (ditetapkan menjadi UU No. 14 tahun 1964 [disahkan dan
diundangkan 23 September 1964; berlaku surut 1 Januari 1964 ])
 Wilayah asal: 1. Daerah Tingkat II Lampung Utara, 2. Daerah Tingkat II Lampung Tengah,
3. Daerah Tingkat II Lampung Selatan, dan Kotapraja Tanjungkarang-Telukbetung (termaksud
dalam UU 28 Tahun 1959).
 Kedudukan Pemerintahan: Tanjungkarang-Telukbetung (berganti nama menjadi Kota
Bandar Lampung [?]).
 Lain-lain: Pemekaran dari Provinsi Sumatra Selatan [II] .
Riau (1957/8-sekarang)

 Peraturan: UU Drt No. 19 Tahun 1957 [disahkan 9 Agustus 1957; diundangkan 10


Agustus 1957 ] (ditetapkan menjadi UU No. 61 Tahun 1958 [disahkan 25 Juli 1958;
diundangkan 31 Juli 1958 ]).
 Wilayah asal: 1. Daerah Swatantra Tingkat II Bengkalis, 2. Daerah Swatantra Tingkat II
Kampar, 3. Daerah Swatantra Tingkat II Inderagiri, dan 4. Daerah Swatantra Tingkat II
Kepulauan Riau (termaksud dalam UU No. 12 tahun 1956), 5. Kotapraja Pakanbaru (termaksud
dalam UU No. 8 tahun 1956).
 Kedudukan Pemerintahan (asal): Tanjung Pinang.
 Kedudukan Pemerintahan (sekarang): Kota Pekanbaru.
 Lain-lain:

1. Pemekaran dari Provinsi Sumatra Tengah [II].


2. Sebagian wilayahnya dimekarkan menjadi Provinsi Kepulauan Riau (2002).
Sumatra (1947-1948)

 Peraturan: PP No. 8 Tahun 1947 (disahkan dan diundangkan 28-14-1947).


 Wilayah asal: Wilayah Provinsi Administratif Sumatra.
 Kedudukan Pemerintahan: Medan / Bukittinggi (?).
 Lain-lain:

1. Pembentukan pertama/Alih status dari administratif.


2. Saat dibentuk pertama kali belum ada UU yang mengatur mengenai pemerintahan daerah
sebagaimana dimaksud pasal 18 UUD (1947).
3. Berdasar Perjanjian Renville wilayahnya berkurang karena didirikan/menjadi Negara
Sumatra Timur, Negara Sumatra Selatan, serta Satuan Kenegaraan Riau, Satuan
Kenegaraan Belitung, dan Satuan Kenegaraan Bangka (1948).
4. Wilayahnya dimekarkan menjadi Provinsi Sumatra Utara [I], Provinsi Sumatra Tengah [I],
dan Provinsi Sumatra Selatan [I] (1948).
Sumatra (Administratif) (1945-1947)

 Peraturan: Putusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 19 Agustus 1945.


 Wilayah asal: Daerah Gunseikan Sumatra/Wilayah Provinsi Sumatra Hindia
Belanda (Residentie Atjeh en Onderhoorigheden, Residentie Tapanoeli, Residentie Sumatra's
Westkust, Residentie Benkoelen, Residentie Lampoengsche Districten, Residentie
Palembang, Residentie Djambi, Residentie Riouw en Onderhoorigheden, Residentie Oostkust
van Sumatra, dan Residentie Bangka en Billiton [?]).
 Kedudukan Pemerintahan: Medan / Bukittinggi (?) .
 Lain-lain:

1. Pembentukan pertama.
2. Saat dibentuk pertama kali belum ada UU yang mengatur mengenai pemerintahan daerah
sebagaimana dimaksud pasal 18 UUD (1945).
3. Dialihkan statusnya menjadi provinsi otonom (1947).
Sumatra Barat (1957/8-sekarang)

 Peraturan: UU Drt No. 19 Tahun 1957 [disahkan 9 Agustus 1957; diundangkan 10


Agustus 1957 ] (ditetapkan menjadi UU No. 61 Tahun 1958 [disahkan 25 Juli 1958;
diundangkan 31 Juli 1958 ]).
 Wilayah asal: 1. Daerah Swatantra Tingkat II Agam; 2. Daerah Swatantra Tingkat II
Padang/Pariaman; 3. Daerah Swatantra Tingkat II Solok; 4. Daerah Swatantra Tingkat II
Pasaman; 5. Daerah Swatantra Tingkat II Sawahlunto/Sijunjung; 6. Daerah Swatantra Tingkat II
Limapuluh Kota; 7. Daerah Swatantra Tingkat II Pesisir Selatan/Kerinci, dikurangi dengan
wilayah Kecamatan-kecamatan; 1.Kerinci Hulu, 2.Kerinci Tengah dan, 3.Kerinci Hilir; dan
8. Daerah Swatantra Tingkat II Tanah Datar, (termaksud dalam UU No. 12 tahun 1956);
9. Kotapraja Bukit Tinggi dan 10. Kotapraja Padang (termaksud dalam UU No. 9 tahun 1956);
11. Kotapraja Sawahlunto; 12. Kotapraja Padang panjang; 13. Kotapraja Solok dan
14. Kotapraja Payakumbuh (termaksud dalam UU No. 8 tahun 1956).
 Kedudukan Pemerintahan (asal): Bukittinggi.
 Kedudukan Pemerintahan (sekarang): Kota Padang.
 Lain-lain: Pemekaran dari Provinsi Sumatra Tengah [II].
Sumatra Selatan [I] (1948-1950)

 Peraturan: UU No. 10 Tahun 1948 (disahkan dan diundangkan 15 April 1948)


 Wilayah asal: 1. Karesidenan Palembang, 2. Karesidenan Bengkulu, 3. Karesidenan
Lampung, dan 4. Karesidenan Bangka-Biliton.
 Kedudukan Pemerintahan: Palembang/Curup (sementara, masa periode Pemerintahan
Darurat).
 Lain-lain:

1. Pemekaran dari Provinsi Sumatra.


2. Saat dibentuk pertama kali belum ada UU yang mengatur mengenai pemerintahan daerah
(1948).
3. Sebagian wilayahnya didirikan/menjadi Negara Sumatra Selatan, Satuan kenegaraan
Belitung, dan Satuan kenegaraan Bangka (1948).
4. Selama Periode Pemerintahan Darurat sampai sekitar pertengahan 1950 pemerintahannya
bersifat militer.
5. Dibentuk ulang menjadi Provinsi Sumatra Selatan [II] tanpa pencabutan peraturan UU No.
10 Tahun 1948 (1950).
Sumatra Selatan [II] (1950/9-sekarang)
 Peraturan:

1. Perppu No. 3 Tahun 1950 (disahkan 14 Agustus 1950; berlaku 15 Agustus 1950), jo. UU Drt
No. 16 Tahun 1955 (keduanya ditetapkan menjadi UU No. 25 Tahun 1959 [disahkan 26
Juni 1959; diundangkan 4 Juli 1959 ]); jo. Perppu No. 3 Tahun 1964 (ditetapkan menjadi UU
No. 14 tahun 1964); jo. UU No. 9 Tahun 1967; jo. UU No. 27 Tahun 2000.
2. PP RIS No. 21 Tahun 1950 (ditetapkan 14 Agustus 1950; diumumkan 16 Agustus 1950;
berlaku 17 Agustus 1950)

 Wilayah asal: 1. Karesidenan Palembang, 2. Karesidenan Bengkulu, 3. Karesidenan


Lampung, dan 4. Karesidenan Bangka-Biliton.
 Kedudukan Pemerintahan: Palembang.
 Lain-lain:

1. Pembentukan pertama (berdasarkan kesepakatan RIS-RI [lihat PP RIS No. 21 Tahun


1950])/Pembentukan ulang.
2. Sebagian wilayahnya dimekarkan menjadi: 1. Provinsi Lampung (1964), 2. Provinsi
Bengkulu (1967), dan 3. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2000).
Sumatra Tengah [I] (1948-1950)

 Peraturan: UU No. 10 Tahun 1948 (disahkan dan diundangkan 15 April 1948).


 Wilayah asal: 1. Karesidenan Sumatra Barat, 2. Karesidenan Riau, dan 3. Karesidenan
Jambi.
 Kedudukan Pemerintahan: Bukittinggi.
 Lain-lain:

1. Pemekaran dari Provinsi Sumatra.


2. Saat dibentuk pertama kali belum ada UU yang mengatur mengenai pemerintahan daerah
(1948).
3. Sebagian wilayahnya didirikan/menjadi Satuan kenegaraan Riau (1948).
4. Selama Periode Pemerintahan Darurat sampai sekitar pertengahan 1950 pemerintahannya
bersifat militer.
5. Dibentuk ulang menjadi Provinsi Sumatra Tengah [II] tanpa pencabutan peraturan UU No.
10 Tahun 1948 (1950).
Sumatra Tengah [II] (1950-1957/8)

 Peraturan:

1. Perppu No. 4 Tahun 1950 (disahkan 14 Agustus 1950; berlaku 15 Agustus 1950) jo. UU Drt
No. 16 Tahun 1955.
2. PP RIS No. 21 Tahun 1950 (ditetapkan 14 Agustus 1950; diumumkan 16 Agustus 1950;
berlaku 17 Agustus 1950).
 Wilayah asal: 1. Karesidenan Sumatra Barat, 2. Karesidenan Riau, dan 3. Karesidenan
Jambi.
 Kedudukan Pemerintahan: Bukittinggi.
 Lain-lain:

1. Pembentukan pertama (berdasarkan kesepakatan RIS-RI [lihat PP RIS No. 21 Tahun


1950])/Pembentukan ulang.
2. Dibubarkan dengan UU Drt No. 19 Tahun 1957 (ditetapkan menjadi UU No. 61 Tahun 1958).
Wilayahnya dibentuk (dimekarkan) menjadi Provinsi Sumatra Barat (1957/8), Provinsi
Riau (1957/8), dan Provinsi Jambi (1957/8).
Sumatra Utara [I] (1948-1949)

 Peraturan: UU No. 10 Tahun 1948 (disahkan dan diundangkan 15 April 1948)


 Wilayah asal: 1. Karesidenan Aceh, 2. Karesidenan Tapanuli, dan 3. Karesidenan Sumatra
Timur.
 Kedudukan Pemerintahan: Medan.
 Lain-lain:

1. Pemekaran dari Provinsi Sumatra.


2. Saat dibentuk pertama kali belum ada UU yang mengatur mengenai pemerintahan daerah
(1948).
3. Sebagian wilayahnya didirikan/menjadi Negara Sumatra Timur (1948).
4. Selama Periode Pemerintahan Darurat sampai akhir 1949 pemerintahannya bersifat militer.
5. Dibubarkan dengan Peraturan Wakil Perdana Menteri Pengganti Peraturan Pemerintah
Tahun 1949 No. 8/Des/WKPM dan No. 9/Des/WKPM; Wilayahnya dibentuk (dimekarkan)
menjadi Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli-Sumatra Timur (1949).
Sumatra Utara [II] (1950-1956)

 Peraturan:

1. Perppu No. 5 Tahun 1950 (disahkan 14 Agustus 1950; berlaku 15 Agustus 1950) jo. UU Drt
No. 16 Tahun 1955.
2. PP RIS No. 21 Tahun 1950 (ditetapkan 14 Agustus 1950; diumumkan 16 Agustus 1950jj;
berlaku 17 Agustus 1950).

 Wilayah asal: 1. Karesidenan Aceh, 2. Karesidenan Tapanuli, dan 3. Karesidenan Sumatra


Timur.
 Kedudukan Pemerintahan: Medan.
 Lain-lain:

1. Pembentukan pertama (berdasarkan kesepakatan RIS-RI [lihat PP RIS No. 21 Tahun


1950])/Pembentukan ulang.
2. Perppu No. 5 Tahun 1950 dicabut dan diganti dengan UU No 24 Tahun 1956; Wilayahnya
dibentuk (dimekarkan) menjadi Provinsi Aceh [II] (1956) dan Provinsi Sumatra Utara
[III] (1956).
Sumatra Utara [III] (1956-sekarang)
 Peraturan: UU No 24 Tahun 1956 (disahkan 29 November 1956; diundangkan 7
Desember 1956)
 Wilayah asal: 1. Karesidenan Tapanuli dan 2. Karesidenan Sumatra Timur [meliputi
wilayah: Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli
Selatan, Kabupaten Nias, Kabupaten Langkat, Kabupaten Karo, Kabupaten Deli-
Serdang, Kabupaten Simelungun, Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Batu (dimaksud
dalam UU Drt No. 7 Tahun 1956); Kota Besar Medan, Kota Besar Pematang Siantar, Kota
Besar Sibolga (dimaksud dalam UU Drt No. 8 Tahun 1956); Kota Kecil Tanjung Balai, Kota Kecil
Binjai, dan Kota Kecil Tebing Tinggi (termaksud dalam UU Drt No. 9 Tahun 1956).
 Kedudukan Pemerintahan: Medan.
 Lain-lain: Pemekaran dan pembentukan ulang dari Provinsi Sumatra Utara [II].
Tapanuli-Sumatra Timur (1949-1950)

 Peraturan: Peraturan Wakil Perdana Menteri Pengganti Peraturan Pemerintah Tahun 1949
No. 9/Des/WKPM (disahkan 17 Desember 1949; berlaku 1 Januari 1950).
 Wilayah asal: Karesidenan Tapanuli dan Karesidenan Sumatra Timur yang tidak termasuk
wilayah Negara Sumatra Timur.
 Kedudukan Pemerintahan: Sibolga.
 Lain-lain:

1. Merupakan pemekaran dari Provinsi Sumatra Utara [I].


2. Dibubarkan dengan Perppu No. 5 Tahun 1950; Wilayahnya digabung dengan Provinsi
Aceh menjadi Provinsi Sumatra Utara [II] (1950).

Regio II Kalimantan[sunting | sunting sumber]


Kalimantan (1953-1956)

 Peraturan: UU Drt No. 2 Tahun 1953 (disahkan 7 Januari 1953; diundangkan 13


Januari 1953; berlaku 7 Januari 1953).
 Wilayah asal: Wilayah Provinsi [Administratif] Kalimantan (meliputi wilayah: 1. Karesidenan
Kalimantan Barat, 2. Karesidenan Kalimantan Selatan, dan 3. Karesidenan Kalimantan Timur).
 Kedudukan Pemerintahan: Banjarmasin.
 Lain-lain:

1. Pembentukan Pertama/Alih status dari administratif.


2. Dibubarkan dengan UU No. 25 Tahun 1956; Wilayahnya dibentuk (dimekarkan)
menjadi Provinsi Kalimantan Barat (1956), Kalimantan Selatan (dan Provinsi Kalimantan
Tengah) (1956(7/8)), dan Provinsi Kalimantan Timur (1956).

Anda mungkin juga menyukai