Anda di halaman 1dari 6

Kalimantan (Administratif) [I] (1945-1946)

 Peraturan: Putusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 19 Agustus 1945.


 Wilayah asal: TNI Angkatan Laut|Daerah Kaigun/Wilayah Provinsi Kalimantan Hindia
Belanda (Residentie Westerafdeeling van Borneo dan Residentie Zuider en Oostafdeeling van
Borneo).
 Kedudukan Pemerintahan: Banjarmasin (?).
 Lain-lain:

1. Pembentukan Pertama.
2. Saat dibentuk pertama kali belum ada UU yang mengatur mengenai pemerintahan daerah
sebagaimana dimaksud pasal 18 UUD (1945)
3. Berdasar Perundingan Linggarjati wilayah Provinsi Kalimantan tidak lagi masuk dalam
wilayah de facto Republik Indonesia (1946).
4. Di wilayahnya didirikan Satuan Kenegaraan Daerah Istimewa Kalimantan Barat, Satuan
Kenegaraan Dayak Besar, Satuan Kenegaraan Daerah Banjar, Satuan Kenegaraan
Kalimantan Tenggara, dan Satuan Kenegaraan Kalimantan Timur (1946).
Kalimantan (Administratif) [II] (1950-1953)

 Peraturan: PP RIS No. 21 Tahun 1950 (ditetapkan 14 Agustus 1950; diumumkan 16


Agustus 1950; berlaku 17 Agustus 1950).
 Wilayah asal: Wilayah Karesidenan Kalimantan Barat, Karesidenan Kalimantan Selatan,
dan Karesidenan Kalimantan Timur (meliputi wilayah bekas: Satuan Kenegaraan Daerah
Istimewa Kalimantan Barat, Satuan Kenegaraan Dayak Besar, Satuan Kenegaraan Daerah
Banjar, Satuan Kenegaraan Kalimantan Tenggara, dan Satuan Kenegaraan Kalimantan Timur).
 Kedudukan Pemerintahan: Banjarmasin (?).
 Lain-lain:

1. Pembentukan pertama (berdasarkan kesepakatan RIS-RI)/Pembentukan ulang.


2. Dialihkan statusnya menjadi provinsi otonom (1953).
Kalimantan Barat (1956-sekarang)

 Peraturan: UU No. 25 Tahun 1956 (disahkan 19 November 1956; diundangkan 7


Desember 1956) jo. UU Drt No. 10 Tahun 1957 (ditetapkan menjadi UU No. 21 Tahun 1958).
 Wilayah asal: 1. Kabupaten Sambas, 2. Kabupaten Pontianak, 3. Kabupaten Ketapang,
4. Kabupaten Sanggau, 5. Kabupaten Sintang, 6. Kabupaten Kapuas-Hulu; dan 7. Kota Besar
Pontianak (tersebut dalam UU Drt No. 3 tahun 1953).
 Kedudukan Pemerintahan: Pontianak.
 Lain-lain: Pemekaran dari Provinsi Kalimantan.
Kalimantan Selatan (1956-sekarang)
 Peraturan: UU No. 25 Tahun 1956 (disahkan 19 November 1956; diundangkan 7
Desember 1956) jo. UU Drt No. 10 Tahun 1957 (ditetapkan menjadi UU No. 21 Tahun 1958) jo.
UU No. 27 Tahun 1959.
 Wilayah asal: 1. Kabupaten Banjar, 2. Kabupaten Hulusungai-Selatan, 3. Kabupaten
Hulusungai-Utara, 4. Kabupaten Barito, 5. Kabupaten Kapuas, 6. Kabupaten Kotawaringin,
7. Kabupaten Kotabaru, dan 8. Kota Besar Banjarmasin (tersebut dalam UU Drt No. 3 tahun
1953).
 Kedudukan Pemerintahan: Banjarmasin.
 Lain-lain:

1. Pemekaran dari Provinsi Kalimantan.


2. Sebagian wilayahnya dimekarkan menjadi Provinsi Kalimantan Tengah (1957/8).
3. Mengalami pengurangan wilayah yaitu Daerah Swatantra Tingkat II Pasir (hasil
pemekaran Daerah Swatantra Tingkat II Kotabaru) diserahkan kepada Provinsi Kalimantan
Timur (1959).
Kalimantan Tengah (1957/8-sekarang)

 Peraturan: UU Drt No. 10 Tahun 1957 [disahkan 7 Mei 1957; diundangkan 23 Mei 1957 ]


(ditetapkan menjadi UU No. 21 Tahun 1958 [disahkan 17 Juni 1958; diundangkan 2 Juli 1958 ])
jo. UU No. 25 Tahun 1956.
 Wilayah asal: 1. Daerah Swatantra Tingkat II Barito, 2. Daerah Swatantra Tingkat II Kapuas,
dan 3. Daerah Swatantra Tingkat II Kotawaringin (tersebut dalam UU Drt No. 3 tahun 1953).
 Kedudukan Pemerintahan (sementara): Banjarmasin.
 Kedudukan Pemerintahan: Pahandut (1956)/Palangkaraya (1957).
 Lain-lain: Pemekaran dari Provinsi Kalimantan Selatan (atau Provinsi Kalimantan [?]).
Kalimantan Timur (1956-sekarang)

 Peraturan: UU No. 25 Tahun 1956 (disahkan 17 Juni 1958; diundangkan 2 Juli 1958) jo. UU


Drt No. 10 Tahun 1957 (ditetapkan menjadi UU No. 21 Tahun 1958) jo. UU No. 27 Tahun 1959
jo. UU No. 20 Tahun 2012 (disahkan 16 November 2012; diundangkan 17 Juli 2012).
 Wilayah asal: 1. Daerah Istimewa Kutai, 2. Daerah Istimewa Berau, dan 3. Daerah Istimewa
Bulongan (tersebut dalam UU Drt No. 3 tahun 1953).
 Kedudukan Pemerintahan: Samarinda.
 Lain-lain:

1. Pemekaran dari Provinsi Kalimantan.


2. Mengalami penambahan wilayah yaitu Daerah Swatantra Tingkat II Pasir (hasil
pemekaran Daerah Swatantra Tingkat II Kotabaru) dari Provinsi Kalimantan Selatan (1959).
3. Sebagian wilayahnya dimekarkan menjadi Provinsi Kalimantan Utara.
Kalimantan Utara (2012-sekarang)
 Peraturan: UU No. 20 Tahun 2012 (disahkan 16 November 2012; diundangkan 17
Juli 2012).
 Wilayah asal: (1) Kabupaten Bulungan (tersebut dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun
1959); (2) Kota Tarakan (tersebut dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1997);
(3) Kabupaten Nunukan; (4) Kabupaten Malinau (keduanya tersebut dalam Undang-Undang
Nomor 47 Tahun 1999); dan (5) Kabupaten Tana Tidung (tersebut dalam Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2007)
 Kedudukan Pemerintahan: Tanjung Selor
 Lain-lain:

1. Pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur


2. Wilayahnya merupakan wilayah tradisional Daerah Istimewa Bulongan (tersebut dalam UU
Drt No. 3 tahun 1953) (?).

Regio III Jawa[sunting | sunting sumber]


Banten (2000-sekarang)

 Peraturan: UU No. 23 Tahun 2000 (disahkan dan diundangkan 17 Oktober 2000).


 Wilayah asal: 1. Kabupaten Serang, 2. Kabupaten Pandeglang, 3. Kabupaten Lebak, dan
4. Kabupaten Tangerang (dimaksud dalam UU No. 14 Tahun 1950), 5. Kota
Tangerang (dimaksud dalam UU No. 2 Tahun 1993), dan 6. Kota Cilegon (dimaksud dalam UU
No. 15 Tahun 1999).
 Kedudukan Pemerintahan (asal): Serang, sebagai sebagian wilayah Kabupaten Serang.
 Kedudukan Pemerintahan (sekarang): Kota Serang.
 Lain-lain: Pemekaran dari Provinsi Jawa Barat.
Daerah Istimewa Yogyakarta (1950-sekarang)

 Peraturan: UU No. 3 Tahun 1950 (disahkan 3 Maret 1950, diundangkan 4 Maret 1950,


berlaku 15 Agustus 1950), jo. UU No. 19 Tahun 1950, jo. UU No. 9 Tahun 1955; jo. UU Drt No.
5 Tahun 1957 (ditetapkan menjadi UU No. 18 Tahun 1958).
 Nomenklatur yang digunakan:

1. Daerah Istimewa Yogyakarta (1950-1965, 2012-sekarang).


2. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (1965-2012).
3. Provinsi Istimewa Yogyakarta (1999 belum pernah digunakan).

 Wilayah asal: Daerah Kesultanan Yogyakarta dan Daerah [Kepangeranan] Pakualaman


 Kedudukan Pemerintahan: Yogyakarta
 Lain-lain:

1. Pembentukan pertama/penurunan status kesultanan dan kepangeranan dari negara


protektorat dalam lingkungan RI menjadi daerah istimewa setingkat provinsi dalam
lingkungan RI).
2. Mengalami penambahan wilayah dari exclave Provinsi Jawa Tengah yaitu Kotagede, Imogiri,
dan Ngawen (1957/8).
3. Penurunan status dari daerah istimewa setingkat provinsi menjadi provinsi biasa (1965).
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (1950-sekarang)

 Peraturan:

1. UU Drt RIS No. 20 Tahun 1950 [disahkan dan diundangkan 13 Mei 1950; berlaku surut 31
Maret 1950 ] (ditetapkan menjadi UU No. 1 Tahun 1956 [disahkan 7 Februari 1956;
berlaku 10 Februari 1956 ]).
2. UU Pnps No. 2 Tahun 1961 jo. UU Pnps No. 15 Tahun 1963 dan UU No. 10 Tahun 1964
(semuanya dicabut dengan nomor 3).
3. UU No. 11 Tahun 1990 (dicabut dengan nomor 4).
4. UU No. 34 Tahun 1999 (dicabut dengan nomor 5).
5. jo. UU No. 29 Tahun 2007.

 Nomenklatur yang digunakan:

1. Kotapraja Jakarta Raya (1950-1961).


2. Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya (1961-1964).
3. Jakarta [atau Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta]  (1964-1990).
4. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (1990-1999).
5. Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (1999-sekarang).

 Wilayah asal: Wilayah-wilayah yang dimaksud dalam Keputusan Presiden Republik


Indonesia Serikat No. 125 tahun 1950 (Kota Batavia ditambah Kota Kebayoran dan Kota
Meester Cornelis/Jatinegara [?])
 Kedudukan Pemerintahan (sekarang): Kota Administratif Jakarta Pusat
 Lain-lain:

1. Berasal dari Distrik Federal Jakarta (Pasal 50 Konstitusi RIS 1949).


2. Pada mulanya berbentuk kota.
3. Disetarakan dengan provinsi dengan nomenklatur Pemerintahan Daerah Khusus Ibu kota
Jakarta Raya (1961).
4. Dibentuk sebagai provinsi otonom dengan nomenklatur Daerah Khusus Ibu kota Jakarta
(1990).
5. Dinyatakan sebagai daerah [otonomi] khusus karena sebagai Ibu kota Negara dengan
nomenklatur Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta (1999).
6. Kekhususan [otonomi] diatur kembali dengan UU No. 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan
Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta Sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Indonesia
(2007).
Jawa Barat (1950-sekarang)

 Peraturan:

1. UU No. 11 Tahun 1950 (disahkan dan diundangkan 4 Juli 1950; berlaku 15 Agustus 1950).


2. PP RIS No. 21 Tahun 1950 (ditetapkan 14 Agustus 1950; diumumkan 16 Agustus 1950;
berlaku 17 Agustus 1950).

 Wilayah asal: 1. Karesidenan Serang, 2. Karesidenan Jakarta, 3. Karesidenan Bogor,


4. Karesidenan Priangan, dan 5. Karesidenan Cirebon.
 Kedudukan Pemerintahan: Bandung.
 Lain-lain:

1. Pembentukan pertama (berdasarkan kesepakatan RIS-RI [lihat PP RIS No. 21 Tahun


1950])/Pembentukan ulang.
2. Sebagian wilayahnya dimekarkan menjadi Provinsi Banten (2000).
Jawa Barat (Administratif) (1945-[1947(?)])

 Peraturan: Putusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 19 Agustus 1945.


 Wilayah asal: Wilayah Provinsi Jawa Barat Hindia Belanda (1. Karesidenan
Bantam (Banten), 2. Karesidenan Batavia (Jakarta), 3. Karesidenan Buitenzorg (Bogor),
4. Karesidenan Priangan (Bandung), dan 5. Karesidenan Cheribon (Cirebon)[?])
 Kedudukan Pemerintahan: Bandung (?).
 Lain-lain:

1. Pembentukan pertama.
2. Saat dibentuk pertama kali belum ada UU yang mengatur mengenai pemerintahan daerah
sebagaimana dimaksud pasal 18 UUD (1945).
3. Setelah agresi militer I sebagian besar wilayahnya diduduki Belanda (1947).
4. Berdasarkan Perjanjian Renville wilayahnya berkurang dan hanya tinggal sebagian dari
wilayah karesidenan Banten (1948).
5. Sebagian wilayahnya didirikan Negara Pasundan dan Distrik Federal Jakarta (1948).
Jawa Tengah (1950-sekarang)

 Peraturan:

1. UU No. 10 Tahun 1950 (disahkan dan diundangkan 4 Juli 1950; berlaku 15 Agustus 1950)


jo. UU Drt No. 5 Tahun 1957 (ditetapkan menjadi UU No. 18 Tahun 1958).
2. PP RIS No. 21 Tahun 1950 (ditetapkan 14 Agustus 1950; diumumkan 16 Agustus 1950;
berlaku 17 Agustus 1950).

 Wilayah asal: 1. Karesidenan Semarang, 2. Karesidenan Pati, 3. Karesidenan Pekalongan,


4. Karesidenan Banyumas, 5. Karesidenan Kedu, dan 6. Karesidenan Surakarta.
 Kedudukan Pemerintahan: Semarang.
 Lain-lain:

1. Pembentukan pertama (berdasarkan kesepakatan RIS-RI [lihat PP RIS No. 21 Tahun


1950])/Pembentukan ulang.
2. Wilayah bekas Kesunanan Surakarta termasuk exclave Kotagede serta Imogiri dan Praja
Mangkunegaran termasuk exclave Ngawen (yang keduanya telah dibubarkan dan
wilayahnya dijadikan Karesidenan Istimewa Surakarta pada 1946) dimasukkan menjadi
wilayah Provinsi Jawa Tengah (1950).
3. Terjadi pengurangan wilayah yaitu wilayah exclave Kotagede, Imogiri, dan Ngawen
diserahkan pada Daerah Istimewa Yogyakarta (1957/8).

Anda mungkin juga menyukai