Jawab
Jawab
Jawab :
1. Bahan mentah adalah bahan baku yang belum mengalami pengolahan sehingga belum
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Contoh : Bahan baku pada
umumnya terdiri dari hasil tambang seperti minyak bumi, bijih besi bijih emas, dan
sebagainya, atau dapat juga berupa hasil perkebunan dan pertanian seperti padi, jagung,
bijih kopi, tembakau, dan sebagainya. Agar dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, maka bahan mentah harus diolah/ diproses.
Bahan mentah langsung adalah bahan yang akan menjadi bagian dari barang hasil produksi.
Contoh dari hal ini adalah pembuatan baju. Bahan langsung dalam pembuatan baju ini
adalah kain, sedangkan
sedangkan bahan mentah atau bahan baku tak langsung adalah bahan yang berperan dalam
pembuatan barang produksi, tetapi wujudnya tidak langsung terlihat pada barang yang
dihasilkan. Contoh bahan tidak langsung adalah benang untuk menjahit dan kancing
sebagai aksesori baju.
2. - Economic order quantity adalah tingkat persediaan yang meminimalkan total biaya
menyimpan persediaan dan biaya pemesanan. Ini adalah salah satu model tertua
penjadwalan produksi klasik.
5. Re-order Point, Sesuai dengan namanya, re-order point adalah titik di mana barang
sebaiknya diminta oleh pihak gudang. Re-order point, mengacu pada jumlah persediaan
yang ada di gudang, di mana jika persediaan barang sudah mencapai pada jumlah
tersebut, bagian gudang wajib melaporkan ke bagian purchasing untuk dapat memproses
pembelian barang.
Ada 3 biaya yang yang perli do eprtimbangkan untuj menghitung ROP, yaitu
1. Biyaa kekurangan bahan mentah (stock out cost)
2. Biaya penyimpanan tambahan (extra carrying cost)
3. Biaya waktu tunggu (lead time )
6. Lead time adalah jumlah waktu yang dibutuhkan dari saat pelanggan melakukan
pemesanan sampai produk keluar untuk pengiriman, termasuk waktu yang dibutuhkan
untuk memproduksi bahan untuk produk tersebut atau waktu yang diperlukan untuk
menerima bahan. Di sisi pelanggan, Lead Time dapat diartikan sebagai waktu yang
diperlukan untuk memproses pesanan hingga menerima pengiriman produk yang dipesan.
Misalnya kita melakukan pemesanan hari ini dan menerima kiriman dalam waktu 4 hari
kemudian, berarti waktu tunggu atau Lead Time untuk pesanan tersebut adalah 4 hari.
Lead Time sangat berpengaruh terhadap keputusan pemesanan bahan dalam setiap proses
produksi. Pemesanan bahan yang diperuntukan produksi akan bermasalah apabila tidak
memperhitungkan Lead Time. Pemesanan yang tidak sesuai Lead Time akan
mengakibatkan tingginya persediaan yang merugikan perusahaan ataupun kekurangan
bahan yang dapat digunakan sehingga mengakibatkan berhentinya proses produksi. Oleh
karena itu, kita perlu memperhitungkan dengan baik agar jumlah pemesanan sesuai dengan
Lead Time-nya.
7. Anggaran pembelian bahan mentah berisi rencana kuantitas bahan mentah yang harus
dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus dilakukan secara hati-
hati terutama dalam jumlah dan waktu pembelian. Apabila jumlah bahan mentah yang
dibeli terlalu besar akan mengakibatkan berbagai risiko seperti : bertumpuknya bahan
mentah di gudang, yang mungkin mengakibatkan penurunan kualitas, terlalu lamanya
bahan mentah menunggu giliran diproses, atau biaya penyimpangan yang menjadi lebih
besar. Apabila jumlah bahan mentah yang dibeli terlalu kecil; juga akan mendatangkan
risiko berupa terhambatnya kelancaran proses produksi akibat kehabisan bahan mentah,
serta timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan mentah pengganti secepatnya.
8. Metode FIFO
FIFO (First in First Out) merupakan sebuah metode yang mana sebuah barang pertama
kali masuk harus juga pertama kali yang dikeluarkan atau dijual. Jadi, pencatatan
persediaan yang terdapat di dalam laporan akan serupa dengan stok yang ada di dalam
gudang.
LIFO (Last In First Out) metode ini kebalikan dari FIFO yakni membuat produk yang
dimasukkan terakhir kali ke dalam penjualan lebih awal. Sedangkan, produk yang sudah
ada sejak pertama akan dijual pada kemudian hari. LIFO digunakan agar penataan barang
menjadi lebih mudah.
Untuk menentukan pengendalian persediaan bahan baku yang efektif maka diperlukan
tujuan perencanaan yang efektif pula dan merupakan kegiatan pengendalian
(Controlling). Adapun tujuan perencanaan bahan baku adalah:
1) Agar jumlah persediaan bahan yang disediakan tidak terlalu sedikit juga terlalu
banyak, artinya dalam jumlah yang cukup efisien dan efektif.
2) Operasi perusahaan khususnya proses produksi dapat berjalan secara efisien dan
efektif.
3) Implikasi penyediaan bahan yang efisien demi untu kelancaran proses produksi ,
berarti harus disediakan investasi sejumlah modal dalam jumlah yang memadai.
Bahan X Bahan Y
Keterangan
Produksi SUR Kebutuhan Produksi SUR Kebutuhan
Produk A
Triwulan 1 120 unit 2 kg 240 kg 120 unit 3 kg 360 kg
Triwulan 2 180 unit 2 kg 360 kg 180 unit 3 kg 540 kg
Triwulan 3 150 unit 2 kg 300 kg 150 unit 3 kg 450 kg
Triwulan 4 150 unit 2 kg 300 kg 150 unit 3 kg 450 kg
Total 600 unit 1.200 kg 600 unit 1.800 kg
Produk B
Triwulan 1 160 unit 1 kg 160 kg 160 unit 2 kg 360 kg
Triwulan 2 270 unit 1 kg 270 kg 270 unit 2 kg 540 kg
Triwulan 3 225 unit 1 kg 225 kg 225 unit 2 kg 450 kg
Triwulan 4 225 unit 1 kg 225 kg 225 unit 2 kg 450 kg
Total 900 unit 900 kg 900 unit 1.800 kg
Jumlah 2.100 kg 3.600 kg
Kasus 8.2
Diminta menyusun Anggaran Pembelian untuk kedua bahan mentah tersebut selama tahun
2A11 secara terperinci.
Jawab :
PT MITRA BAKTI
Anggaran Pembelian Bahan Mentah A
Periode 2A11
Kebutuhan Pembelian
Kebutuhan
Bahan Persediaan Persedia
Periode Sementara Unit Harga Jumlah
Mentah Akhir (m) an Awal
(m) (m) (m) (Rp)
(m)
Triwulan
15.000 2.000 17.000 1.000 16.000 2.000 32 jt
1
Triwulan
19.500 1.500 21.000 2.000 19.000 2.000 38 jt
2
Triwulan
15.000 3.000 18.000 1.500 16.500 2.000 33 jt
3
Triwulan
18.000 4.000 22.000 3.000 19.000 2.000 38 jt
4
Total 67.500 78.000 70.500 1.41 jt
Jawab :
Untuk mengilustrasikan aplikasi model EOQ, maka diketahui :
● R = Jumlah permintaan (bahan mentah yang akan dibeli) = 10.000 unit
● S = Biaya pemesanan = Rp.200,.
● C/u = Biaya simpan tahunan per unit = Rp.4,.
Penyelesaian :
EOQ = √ ❑
EOQ = √ ❑
Atau
EOQ = √ ❑
Maka
EOQ, besarnya satuan ekonomi setiap kali pesan = 1.000 unit
Frekuensi (banyaknya) pesanan tiap tahun = 10.000/1.000 = 10 kali
Biaya pemesanan 1 periode = Frekuensi 1 periode x biaya pemesanan/kali pesan
= 10 x Rp200 = Rp2.000,.
Biaya penyimpanan 1 periode = Rata-rata jumlah yang disimpan x Biaya penyimpanan per
unit periode = Rp 1.000 x Rp4 = Rp4.000.
Kasus 8.4
Diminta untuk menghitung besarnya Reorder point (ROP)
Jawab :
Diketahui :
● EOQ, besarnya satuan ekonomi setiap kali pesan = 1.000 unit
● Frekuensi pembelian selama 1 tahun = 10.000 unit/1.000 unit = 10 kali
● Kebutuhan (R) selama setahun = 10.000 unit
● Carrying Cost = Rp 4/unit/tahun
● Procurrement Cost = Rp 200/kali pesan
● Stock Out Cost = Rp 53/unit - Rp 50/unit = Rp 3/unit
1. Biaya Penyimpanan Tambahan (Extra Carrying Cost)
Extra Carrying Cost per order per hari = (1.000 unit x Rp 4/unit/tahun) / 250 hari = Rp 16,.
Lead Time Extra Carrying Cost (ECC)
2 hari 0 x Rp 16,. = 0
3 hari 1 x 11,11% x Rp 16,. = Rp 1.7776
2 x 22,22% x Rp 16,. = Rp 3,5552
4 hari 1 x 22,22% x Rp 16,. = Rp 3,5552
Rp 7,1104
3 x 11,11% x Rp 16,. = Rp 5,3328
2 x 22,22% x Rp 16,. = Rp 7,1104
5 hari
1 x 33,33% x Rp 16,. = Rp 5,3328
Rp 17,7760
4 x 11,11% x Rp 16,. = Rp 7,1104
3 x 22,22% x Rp 16,. = Rp 10,6656
2 x 33,33% x Rp 16,. = Rp 10,6656
6 hari
1 x 22,22% x Rp 16,. = Rp 3, 5552
Rp 31,9968
Keterangan :
Lead Time = 2 hari
ECC = 0, karena 2 hari adalah waktu yang paling cepat atau tidak mungkin lebih cepat lagi.
Keterangan :
Lead Time = 6 hari
SOC = 0, karena 6 hari adalah waktu yang paling lama, atau tidak mungkin lebih lambat lagi.
Dari perhitungan ECC dan SOC di atas dapat di buat perbandingan sebagai berikut :
Lead EEC SOC Total
Per tahun Per tahun
Time Per Order Per order Per tahun
6 319,97 319,97 - 319,97
5 177,76 177,76 13,33 133,32 311,08
4 7,11 71,10 53,33 533,28 604,38
3 1,78 17,78 233.32 1.333,20 1.350,98
2 239,98 2.399,76 2.399,76
Kesimpulan :
Lead time 5 hari akan mendatangkan biaya tota yang minimum R311,08
Setelah lead time diketahui, kemudian ditentukan saat pemesanan kembali (reorder Poin) pada saat
tingkat persediaan bahan mentah sama dengan tingkat persediaan besi ditambah penggunaan
selama lead time.
Kasus 8.5
Diminta untuk menyusun Anggaran Persediaan Bahan Mentah
Jawab :
Kasus 8.6
Diminta untuk menyusun anggaran bahan mentah yang habis dipakai.
Jawab :
Kasus 8.7
Diminta untuk membuat laporan pembelian dan pemakaian bahan mentah dan analisa varian untuk
setiap laporan
Jawab :
Analisis Varian :
1. Varian Karena Jumlah Pembelian
= (Jumlah Rencana – Jumlah Riil) x Harga Rencana
= (5000 kg – 5.100 kg ) x Rp300,./kg
=Rp30.000 (merugikan)
2. Varian Karena Harga Bahan Mentah
= (Harga Rencana – Harga Riil) x Jumlah Riil
= (Rp300,. – Rp275/kg ) X 5.100
=Rp 127.500 (menguntungkan)
3. Total Varian
= Varian karena jumlah + Varian karena harga
= Rp30.000,. + Rp127.500,.
= Rp97.500,. (Menguntungkan)
Analisis Varian :
1. Varian Efisien
= (Jumlah Rencana – Jumlah Riil) x Harga Rencana
=(6.150 – 5.945) x 5.945
= Rp61.500 (menguntungkan)
2. Varian Harga
= (Harga Rencana – Harga Rill) x Jumlah Rill
= (Rp300/kg – Rp275) x 5.945
= Rp 148.625 (menguntungkan)
3. Total Varian
= Varian efisienzi + Varian Harga
=Rp61.500 + Rp148.625
=Rp 210.125 ( menguntungkan)