Anda di halaman 1dari 5

Ulkus Tungkai pada Pasien Diabetes

1
Muhammad Fikri and 2Yudha Nurdian.

1
Medical Student, Faculty of Medicine, University of Jember, Indonesia

2
Faculty of Medicine, University of Jember, Indonesia

Coresponding author : muhammadfikri2015@gmail.com

162010101118@students.unej.ac.id

Abstract

Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu masalah utama dalam sistem kesehatan dan
ancaman kesehatan masyarakat global yang telah meningkat secara dramatis selama 2 dekade
terakhir. Menurut studi epidemiologi, jumlah pasien dengan DM meningkat dari sekitar 30
juta kasus pada tahun 1985, 177 juta pada tahun 2000, 285 juta pada tahun 2010, dan
memperkirakan jika situasinya berlanjut, lebih dari 360 juta orang pada tahun 2030 akan
menderita DM .

Indonesia juga menghadapi situasi ancaman diabetes serupa dengan dunia. International
Diabetes Federation (IDF) Atlas 2017 melaporkan bahwa epidemi Diabetes di Indonesia
masih menunjukkan kecenderungan meningkat. Indonesia adalah negara peringkat keenam di
dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah
penyandang Diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang.

Sejalan dengan hal tersebut, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) memperlihatkan peningkatan
angka prevalensi Diabetes yang cukup signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi
8,5% di tahun 2018; sehingga estimasi jumlah penderita di Indonesia mencapai lebih dari 16
juta orang yang kemudian berisiko terkena penyakit lain, seperti: serangan jantung, stroke,
ulkus tungkai, kebutaan dan gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan dan
kematian.
Diabetes mellitus masih menjadi masalah kesehatan di dunia. DM merupakan kondisi
meningkatnya kadar gula darah yang berisiko menimbulkan komplikasi makrovaskular dan
mikrovaskular. Prevalensi DM terus meningkat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Salah satu komplikasi DM adalah ulkus diabetik yang terjadi akibat berkurangnya sensasi
nyeri karena neuropati.

Pasien dengan DM rentan terhadap beberapa komplikasi seperti ulkus kaki diabetik (UKD).
UKD adalah komplikasi umum dari DM yang telah menunjukkan tren peningkatan selama
beberapa dekade sebelumnya. Secara total, diperkirakan 15% pasien dengan diabetes akan
menderita UKD selama hidup mereka . Meskipun angka akurat sulit diperoleh untuk
prevalensi UKD, prevalensi komplikasi ini berkisar antara 4% -27%. Berdasarkan data dari
Infodatin Diabetes oleh Kementrian Kesehatan yang ber.sumber dari data komplikasi
diabetes melitus di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2011, angka komplikasi
dari ulkus tungkai adalah 8,7 % dari total penderita diabetes.

Faktor risiko untuk ulkus kaki pada pasien dengan diabetes meliputi; amputasi ekstremitas
bawah sebelumnya, riwayat ulkus kaki, kelainan bentuk kaki anatomi, penyakit pembuluh
darah perifer, nefropati diabetik pada mereka yang menjalani dialisis, kontrol glikemik yang
buruk dan merokok.

Patofisiologi ulkus kaki diabetik meliputi komponen neuropatik, vaskular, dan sistem imun,
yang semuanya berhubungan dengan keadaan hiperglikemik diabetes. Hiperglikemia
menghasilkan stres oksidatif pada sel-sel saraf dan mengarah pada neuropati. Disfungsi saraf
tambahan terjadi dari glikosilasi protein sel saraf, menyebabkan iskemia lebih lanjut.
Perubahan seluler ini bermanifestasi pada komponen motorik, otonom, dan sensorik ulkus
kaki neuropatik. Kerusakan neuron motorik otot kaki dapat menyebabkan ketidakseimbangan
fleksor dan ekstensor, kelainan anatomi, dan akhirnya ulserasi kulit. Kerusakan saraf otonom
merusak fungsi kelenjar keringat, dan kaki dapat mengalami penurunan kemampuan untuk
melembabkan kulit, yang menyebabkan retak epidermis dan kerusakan kulit. Terakhir, pasien
mungkin tidak melihat luka kaki karena penurunan sensasi perifer. Karena pasokan darah
yang diperlukan untuk menyembuhkan tukak kaki diabetik lebih besar daripada yang
dibutuhkan untuk menjaga kulit tetap utuh, bisul kronis dapat berkembang.
Perubahan vaskular yang mengarah pada ulkus kaki diabetik berkorelasi dengan perubahan
yang diinduksi hiperglikemia pada arteri perifer kaki dan mulai pada tingkat sel. Disfungsi sel
endotel menyebabkan penurunan vasodilator; juga, kadar tromboksan A2 plasma menjadi
meningkat. Hasilnya adalah vasokonstriksi dan hiperkoagulasi plasma dalam arteri perifer
yang menyebabkan iskemia dan peningkatan risiko ulserasi.

Perubahan kekebalan tubuh termasuk berkurangnya respons penyembuhan pada ulkus kaki
diabetik. Peningkatan apoptosis limfosit T, yang menghambat penyembuhan, telah diamati
pada pasien dengan ulkus kaki diabetik.

Tujuan manajemen utama untuk ulkus tungkai diabetik adalah untuk mendapatkan penutupan
luka secepat mungkin. Manajemen ulkus tungkai diabetik harus segera dilakukan dengan tim
multidisiplin yang terdiri dari dokter umum, perawat, pendidik, spesialis ortotik, ahli penyakit
kaki, dan konsultasi dengan spesialis lain seperti ahli bedah vaskular, spesialis penyakit
menular, dokter kulit, ahli endokrin, ahli diet, dan spesialis ortopedi.

Pasien berisiko rendah tanpa kelainan anatomi kaki harus menerima edukasi pasien tentang
perawatan kaki, rekomendasi alas kaki yang tepat untuk mengurangi titik-titik tekanan, dan
penilaian kontrol glikemik yang cermat. Pantau dan optimalkan kadar glukosa darah, dengan
tujuan kadar hemoglobin A1C 7% atau kurang untuk mengurangi risiko penyakit
mikrovaskular pasien.

Untuk pasien dengan klasifikasi risiko yang lebih tinggi, yang mungkin memiliki kelainan
anatomi kaki atau ulkus aktif, intervensi bedah mungkin diperlukan. Debridemen ulkus untuk
menghilangkan jaringan nekrotik, bahan asing seperti bakteri, dan hiperkeratosis yang
mungkin mengelilingi luka.Debridemen yang tajam menggunakan pisau bedah
membersihkan luka, memotong margin, dan mengekspos dasar granulasi jaringan yang sehat
untuk regenerasi lapisan epitel ; spesimen juga dapat diambil pada saat ini untuk kultur.
Debridemen tajam selektif diikuti oleh kasa dibasahi saline telah digunakan secara luas dalam
mengobati ulkus kaki diabetik. Debridemen ulkus superfisial biasanya dapat dilakukan di
klinik atau di samping tempat tidur menggunakan anestesi lokal bila perlu. Anestesi lokal
mungkin tidak diperlukan dengan manifestasi neuropati perifer yang lebih lanjut. Ulkus lanjut
yang membutuhkan debridemen jaringan dalam membutuhkan pembedahan di ruang operasi
sehingga spesimen yang sesuai untuk kultur dapat diperoleh.

Beberapa hal lain yang harus diperhatikan pasien penderita ulkus tungkai diabetik adalah
pasien harus selalu memperhatikan kadar gula darahnya, edukasi pasien tentang faktor
resikonya, modulasi tekanan pada tungkai dengan menggunakan alas kaki yang di desain
sedemikian rupa agar tekanan pada kaki tidak terlalu besar, dan pengurangan gerakan yang
dapat membuat luka bertambah melebar.

Summary

Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu masalah utama dalam sistem kesehatan dan
ancaman kesehatan masyarakat global. Insiden diabetes melitus terus meningkat setiap
tahunnya. Diabetes melitus menyebabkan beragam komplikasi, salah satunya ulkus tungkai.
Faktor risiko untuk ulkus kaki pada pasien dengan diabetes meliputi; amputasi ekstremitas
bawah sebelumnya, riwayat ulkus kaki, kelainan bentuk kaki anatomi, penyakit pembuluh
darah perifer, nefropati diabetik pada mereka yang menjalani dialisis, kontrol glikemik yang
buruk dan merokok.

Patofisiologi ulkus kaki diabetik meliputi komponen neuropatik, vaskular, dan sistem imun,
yang semuanya berhubungan dengan keadaan hiperglikemik diabetes. Perawatan ulkus
tungkai diabetik bisa dengan melakukan debridemen dan pencegahan supaya ulkus tidak
bertambah parah. Kadar gula darah harus dikontrol dan pasien harus menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat.

References
Tesfamichael G. Mariam, Abebaw Alemayehu, Eleni Tesfaye, et al., 2016. “Prevalence of
Diabetic Foot Ulcer and Associated Factors among Adult Diabetic Patients Who
Attend the Diabetic Follow-Up Clinic at the University of Gondar Referral
Hospital, North West Ethiopia. Institutional-Based Cross-Sectional Study,” Journal
of Diabetes Research, vol. 2017, Article ID 2879249, 8 pages, 2017.
https://doi.org/10.1155/2017/2879249. [Diakses pada 11 Maret 2019]
Depkes. 2018. CEGAH, CEGAH, dan CEGAH: Suara Dunia Perangi Diabetes.
http://www.depkes.go.id/article/view/18121200001/prevent-prevent-and-prevent-
the-voice-of-the-world-fight-diabetes.html. [Diakses pada 11 Maret 2019]
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Infodatin : Situasi dan Analisis Diabetes.
www.depkes.go.id/resources/download/.../infodatin-diabetes.pdf [Diakses pada 11
Maret 2019]
Dinh T, Tecilazich F, Kafanas A, et al. 2012. Mechanisms involved in the development and
healing of diabetic foot ulceration. Diabetes ;61(11):2937–2947
Lipsky BA, Berendt AR, Cornia PB, et al. 2012. Infectious Diseases Society of America
clinical practice guideline for the diagnosis and treatment of diabetic foot
infections. Clin Infect Dis. 2012;54(12):e132–e173
Shaw JE, Sicree RA, Zimmet PZ. 2010. Global estimates of the prevalence of diabetes for
2010 and 2030. Diabetes Res Clin Pract ;87:4–14
Edwards J, Stapley S. Debridement of diabetic foot ulcers. 2010. Cochrane Database of
Systematic Reviews, Issue 1. Art. No.: CD003556. DOI:
10.1002/14651858.CD003556.pub2
Dorresteijn JAN, Kriegsman DMW, Assendelft WJJ, Valk GD. 2014. Patient education for
preventing diabetic foot ulceration. Cochrane Database of Systematic Reviews,
Issue 12. Art. No.: CD001488. DOI: 10.1002/14651858.CD001488.pub5
Whiting DR, Guariguata L, Weil C, Shaw J. 2011. IDF diabetes atlas: global estimates of the
prevalence of diabetes for 2011 and 2030. Diabetes Res Clin Pract ;94:311–321
Alavi A, Sibbald RG, Mayer D, Goodman L, Botros M, Armstrong DG, Woo K, Boeni T,
Ayello EA, Kirsner RS. 2014. Diabetic foot ulcers: Part II. Management. J Am
Acad Dermatol ;70:21.e1–2124; quiz 21.e1-2124.
Iraj B, Khorvash F, Ebneshahidi A, Askari G. 2013. Prevention of diabetic foot ulcer. Int J
Prev Med ;4:373–376
Fernando ME, Seneviratne RM, Tan Y, Lazzarini PA, Sangla KS, Cunningham M, Buttner
PG, Golledge J. 2016. Intensive versus conventional glycaemic control for treating
diabetic foot ulcers. Cochrane Database of Systematic Reviews, Issue 1. Art. No.:
CD010764. DOI: 10.1002/14651858.CD010764.pub2
Dorresteijn JAN, Kriegsman DMW, Assendelft WJJ, Valk GD. 2014. Patient education for
preventing diabetic foot ulceration. Cochrane Database of Systematic Reviews,
Issue 12. Art. No.: CD001488. DOI: 10.1002/14651858.CD001488.pub5

Anda mungkin juga menyukai