Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

Daftar Isi

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Tujuan dan Manfaat

BAB II DASAR TEORI

2.1. Ilmu Ukur Tanah


2.2. Perlengkapan dan Peralatan

BAB III URAIAN PRAKTIK

3.1. Job 1 : Pengenalan dan Fungsi Alat


3.2. Job 2 : Cara Mengatur dan Mengoperasikan Alat
3.3. Job 3 : Latihan Mengukur Jarak dan Beda Tinggi
3.4. Job 4 : Pengukuran Penyipatan Datar Pada Tiap Titik
3.5. Job 5 : Pengukuran Beda Tinggi dengan Waterpass Long Section dan Cross Section

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan
4.2. Saran

LAMPIRAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengukuran tanah adalah salah satu seni paling tua dan terpenting yang dipraktekkan
manusia sejak dahulu kala sudah dirasakan perlunya menandai batas- batas dan pemetaan
tanah.

Pengukuran tanah terus memainkan peranan yang sangat penting dalam banyak cabang
rekayasa. Sebagai contoh, pengukuran diperlukan untuk merencanakan, membangun, dan
memelihara jalan raya, jalan baja, sistem-sistem perhubungan cepat, bangunan, jembatan,
tempat peluncuran proyektil, tempat peluncuran roket, stasiun pelacak, terowongan
tambang, terusan, saluran irigasi, bendungan, saluran pembuangan air, pengkaplingan tanah-tanah
perkotaan, sistem persediaan dan pembuangan saluran limbah, jalur pipa, dan terowongan
tambang. Pengukuran tanah atau metode pengukuran, biasa dipakai dalam perancangan
jalur perakitan dan alat jepit antar pembuatan dan penempatan alat besar, menyediakan titik
kontrol untuk pemotretan udara, dan dalam banyak hal yang berkaitan dalam agronomi,
arkeologi, astronomi, kehutanan, geografi, geologi, dan sismologi, tetapi khususnya dalam
rekayasa militer dan sipil.

Semua insinyur harus tahu batas-batas ketelitian yang mungkin dalam konstruksi,
rancangan dan perencanan pabrik, dan proses-proses pengkhalakan (manufacturing).
Walaupun pengukuran sebenarnya dapat dikerjakan orang lain. Khususnya juru ukur dan
insinyur sipil yang bertugas merancang dan merencanakan pengukuran harus mempunyai
pengertian menyeluruh tentang metode dan instrument yang dipakai, termasuk
kemampuan dan keterbatasannya. Pengetahuan ini paling baik didapat dengan melakukan
pengukuran dengan menggunakan peralatan yang digunakan dalam praktek untuk memperoleh
konsep yang tepat mengenai teori alat, dan selisih– selisih kecil tetapi yang dapat ditemukan
yang terjadi dalam kuantitas- kuantitas yang diamati.

Disamping menekankan perlunya batas-batas ketelitian yang wajar, pengukuran tanah


menitikberatkan nilai pada angka-angka yang terpakai. Para juru ukur dan insinyur harus
tahu kapan harus bekerja sampai perseratusan foot dan bukan persepuluhan atau
perseribuan, atau barang kali foot terdekat, serta sejauh mana keseksamaan data lapangan
yang perlu sebagai pembenaran pelaksanaan hitungan hingga sejumlah angka di belakang koma
yang dikehendaki. Dengan pengalaman mereka mereka mempelajari bagaimana peralatan dan
petugas yang tersedia menentukan prosedur dan hasil yang akan didapat nantinya.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

Sketsa dan hitungan yang rapi adalah pertanda pikiran teratur, yang selanjutnya
merupakan petunjuk adanya latar belakang dan kecakapan rekayasa yang kuat. Membuat
catatan lapangan dalam segala jenis keadaan adalah persiapan yang amat baik untuk pencatatan
dan pembuatan sketsa macam apa yang diharapkan dari semua. Latihan tambahan yang
bernilai lanjut diperoleh dalam penyusunan hitungan yang benar. Para insinyur yang merancang
gedung, jembatan, peralatan dan sebagainya sudah beruntung jika taksiran beban yang dapat
didukung adalah benar dalam batas 5%. Selanjutnya diterapkan faktor keamanan 2 atau lebih.
Namun kecuali untuk pekerjaan topografik, hanya alat–-alat yang teramat kecil dapat
ditoleransikan dalam pengukuran tanah, dan tidak ada faktor keamanan. Oleh karena itu
sudah menjadi tradisi bahwa pengukuran tanah menekankan pada baik buruknya
keseksamaan pekerjaan tangan maupun keseksamaan hitungan.

1.2. Tujuan dan Manfaat


1.2.1. Tujuan :

a. Mahasiswa dapat mengetahui letak kedataran tanah dan kemiringannya.


b. Mahasiswa bisa mengukur tanah menggunakan alat praktek.
c. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari alat praktek tersebut.
d. Untuk mempelajari alat-alat penyipat datar (waterpass) secara teoritis.
1.2.2. Manfaat
Materi Ilmu Ukur Tanah sangat bermanfaat untuk mengetahui letak
kedataran dan kemiringan tanah. Karena tanah merupakan dasar tempat untuk
terbuatnya jalan raya. Jika kita tidak mengetahui kedataran tanah maka jalan yang
akan kita buat tidak sesuai dengan yang diinginkan. Selain dapat mengetahui letak
dasar tanah kita juga menggunakan alat ukur tanah, seperti contoh : waterpass,
tripod, baak ukur dsb. Dari praktikum tersebut kita bisa menentukan letak
kedataran dan kemiringan suatu tanah.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

BAB II
DASAR TEORI

2.1. Ilmu Ukur Tanah

Secara umum Ilmu Ukur Tanah adalah ilmu yang mempelajari cara cara pengukuran
yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan titik permukaan. Ilmu Ukur Tanah
merupakan bagian dari Ilmu yang dinamakan Geodesi. Ilmu Geodesi memiliki 2 maksud
dan tujuan, yaitu :

a. Maksud Ilmiah yaitu ilmu yang mempelajari bentuk dan besar bulatan bumi.
b. Maksud Praktis yaitu Ilmu yang mempelajari penggambaran dari sebagian besar
atau sebagian kecil permukaan bumi yang dinamakan Peta
Tujuan dasar dari Ilmu Ukur Tanah mengacu pada tujuan praktis dari ilmu Geodesi,
maksud tersebut dicapai dengan mempelajari bagaimana cara melakukan pengukuran di
atas permukaan bumi yang memounyai bentuk yang tidak beraturan, karena adanya
gunung dan lembah yang curam. Untuk oengukuran tersebut diperlukan alat ukur yang
berupa waterpass serta alat ukur bantu.
2.2. Perlengkapan dan Peralatan
a. Pesawat Waterpass

Alat yang digunakan sebagai alat optis untuk mengukur jarak dan sudut horizontal
serta dapat pula digunakan untuk mengetahui kedataran dan ketegakkan benang
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

b. Tripod atau Statif

Alat yang digunakan untuk meletakkan waterpass atau Theodolite

c. Unting-Unting

Berfungsi sebagai alat untuk menentukan titik siku dan ketegakan suatu alat seperti
Waterpass

d. Rambu Ukur

Berfungsi untuk mempermudah/membantu mengukur benda tinggi antara garis bidik


dengan permukaan tanah.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

e. Roll Meter

Berfungsi sebagai alat pengukur jarak antara dua titik suatu pengukuran. Meteran
terdiri dari bermacam macam panjang ( 2m, 3m, 5m, 7m, 10m, 20m, 30m, 50m, dan
100m)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

BAB III
URAIAN PRAKTIK

3.1. Job 1 :Pengenalan dan Fungsi Alat

Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke acuan
berikutnya. Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di dalamnya. Untuk
mengecek apakah waterpass telah terpasang dengan benar, perhatikan gelembung di dalam
kaca berbentuk bulat. Apabila gelembung tepat berada di tengah, berarti waterpass telah
terpasang dengan benar. Pada waterpass, terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik. Dalam
lensa, terdapat tanda panah menyerupai ordinat (koordinat kartesius). Angka pada sasaran
bidik akan terbaca dengan melakukan pengaturan fokus lensa. Selisih ketinggian diperoleh
dengan cara mengurangi nilai pengukuran sasaran bidik kiri dengan kanan. Waterpass
memiliki nivo sebagai penyama ketinggian, lensa objektif, lensa okuler, dan penangkap
cahaya. Dengan waterpass ini kita dapat menentukan berapa banya tanah yang dibutuhkan
untuk meratakan suatu lokasi. Alat ini bersifat sangat sensitif terhadap cahaya, sehingga
memerlukan payung untuk menutupi cahaya matahari.

Alat ukur waterpass dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis, yakni :

a. Type semua tetap (dumpy level), dimana teropong dengan nivo menjadi satu,
penyetelan kedudukan teropong di lakukan dengan tiga sekrup pengatur.
b. Type nivo refreksi (wye level), dimana teropong dapat diputar pada sumbu
memanjangnya
c. Type semua tetap dengan sekrup pengungkit (dumpy tilting level), pada jenis ini
sumbu teropong dapat disetel dengan menggunakan sekrup pengungkit (tilting
screw).
d. Type otomatis (automatic level), pada jenis ini kedudukan sumbu teropong akan
horizontal secara otomatis karena di dalamnya dilengkapi dengan prisma-prisma
yang digantungkan pada plat baja.
e. Hand level, dimana alat ini hanya terdiri dari teropong yang dilengkapi dengan nivo,
sedangkan cara menggunakannya cukup dipegang dengan tangan.

Agar dapat digunakan di lapangan, alat ukur waterpas harus memenuhi beberapa syarat
tertentu, baik syarat utama yang tidak dapat ditawar-tawar lagi maupun syarat tambahan
yang dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan pengukuran di lapangan. Adapun
syarat-syarat pemakaian alat waterpass pada umumnya adalah:
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

a. Syarat dinamis: sumbu I vertikal


b. Syarat statis, antara lain :
1. Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo
2. Garis arah nivo tegak lurus sumbu I
3. Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I
Urutan persyaratan statis memang demikian. Namun agar pengaturannya lebih
sistematis dan tidak berulang-ulang, urutan pengaturannya dibalik dari poin 3 ke 1.
a. Mengatur Garis Mendatar Diafragma Tegak Lurus Sumbu I
Pada umumnya garis mendatar diafragma (benang silang mendatar) telah
dibuat tegak lurus sumbu I oleh pabrik yang memproduksi alat ukur.
b. Mengatur Garis Arah Nivo Tegak Lurus Sumbu I
Pada alat ukur waterpass tipe semua tetap tanpa skrup ungkit, syarat ini
penting sekali. Namun pada alat dengan skrup ungkir, syarat ini agak sedikit longgar
karena apabila ada sedikit pergeseran nivo dalam pengukuran, dapat diseimbangkan
dengan skrup ungkir ini. Adapun maksud dari persyaratan ini adalah apabila sumbu I
telah dibuat vertikal, kemana pun teropong diputar, gelembung nivo akan tetap
seimbang. Ini berarti garis bidik selalu mendatar karena garis bidik telah dibuat
sejajar dengan garis arah nivo.
c. Membuat Garis Bidik Sejajar Garis Arah Nivo
Pada alat ukur waterpass, yang diperlukan adalah garis bidik mendatar. Untuk
mengetahui apakah garis bidik sudah betul-betul mendatar atau belum, digunakan
nivo tabung. Jika gelembung nivo seimbang, garis arah nivo pasti mendatar. Dengan
demikian, jika kita bisa membuat garis bidik sejajar dengan garis arah nivo, garis
arah nivo pasti mendatar. Jarak bidik optimum waterpass berkisar antara 40-60 m.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

Bagian Bagian Waterpass


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

3.2. Job 2 : Cara Mengatur dan Mengoperasikan Alat


1. Penentuan Profil
a. Profil Memanjang
1) Pemasangan patok dilakukan pada jarak tertentu. Dalam hal ini sesuai dengan
keinginan anda. Namun demikian, terlebih dahulu tentukan arah utara dengan
menggunakan kompas. Kemudian mengenolkan nilai dari waterpass, dimana
arah utara merupakan patokan utama. Waterpass diletakkan di tengah-tengah
antara kedua patok.
2) Waterpass diseimbangkan dengan melihat kedudukan nivo sambil memutar
sekrup penyetel hingga gelembung yang berada di dalamnya dalam
kedudukan yang seimbang (di tengah-tengah).
3) Pada pengukuran profil memanjang ini digunakan metode “Double Standing”,
yaitu suatu metode dimana pengukuran pergi dan pengukuran pulang
dilakukan serempak hanya dengan menggunakan kedudukan pesawat,
misalnya pada pengukuran pergi, P0 sebagai pembacaan belakang dan
P1sebagai pembacaan muka, begitu pula sebaliknya.
4) Bak ukur diletakkan di atas patok dengan kedudukan vertikal dari segala arah.
5) Waterpass diarahkan ke patok pertama (P0) selanjutnya disebut pembacaan
belakang. Pada teropong terlihat pembacaan benang atas, benang tengah dan
bawah. Setelah itu waterpass diarahkan ke patok kedua (P1).
6) Selanjutnya dengan mengubah letak pesawat (waterpass) kita mengadakan
pengukuran pulang dengan mengarahkan ke P1 (pembacaan belakang). Pada
teropong terlihat pembacaan benang atas, tengah dan bawah.
7) Pengamatan selanjutnya dilakukan secara teratur dengan cara seperti di atas
sampai pada patok terakhir.
b. Profil Melintang
1) Waterpass diletakkan pada patok utama dan diseimbangkan kembali
kedudukan nivo nya seperti pada pengukuran profil memanjang.
2) Pada jarak yang memungkinkan diletakkan bak ukur. Titik yang diukur
disebelah kanan waterpass diberi simbol a, b dan disebelah kiri diberi simbol
c dan d.
3) Pengukuran dilakukan secara teliti mulai dari patok pertama sampai pada
patok terakhir.
4) Semua data yang diperoleh dicatat pada tabel yang tersedia.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

2. Cara Mengoperasikan Alat Ukur Waterpass

Memasang alat di atas kaki tiga Alat ukur waterpass tergolong ke dalam Tripod
Levels, yaitu dalam penggunaannya harus terpasang diatas kaki tiga. Oleh karena itu
kegiatan pertama yang harus dikuasai adalah memasang alat ini pada kaki tiga atau
statif. Pekerjaan ini jangan dianggap sepele, jangan hanya dianggap sekedar
menyambungkan skrup yang ada di kaki tiga ke lubang yang ada di alat ukur, tetapi
dalam pemasangan ini harus diperhatikan juga antara lain :

 Kedudukan dasar alat waterpass dengan dasar kepala kaki tiga harus pas, sehingga
waterpass terpasang di tengah kepala kaki tiga.
 Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segitiga, oleh karena itu
sebaiknya tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat dibentuk segitiga
tersebut.
 Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar tidak
mudah bergeser apalagi sampai terlepas skrup penghubung kaki tiga dan alat
terlepas.
a. Mendirikan alat (Set-up) adalah memasang alat ukur yang sudah terpasang pada
kaki tiga tepat di atas titik pengukuran dan siap untuk dibidikan, yaitu sudah
memenuhi persyaratan berikut:
 Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan
gelembung nivo kotak ada di tengah.
 Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan gelembung
nivo tabung ada di tengah atau nivo U membentuk huruf U.
b. Membidikan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan mengarahkan teropong ke
sasaran yang akan dibidik, memfokuskan diafragma agar terlihat dengan jelas,
memfokuskan bidikan agar objek yang dibidik terlihat jelas dan terakhir
menepatkan benang diafragma tegak dan diafragma mendatar tepat pada sasaran
yang diinginkan.
3. Membaca Hasil Pembidikan
a. Pembacaan benang atau pembacaan rambu.

Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka pada rambu
ukur yang dibidik yang tepat dengan benang diafragma mendatar dan benang stadia
atas dan bawah. Bacaan yang tepat dengan benang diafragma mendatar biasa disebut
dengan Bacaan Tengah (BT), sedangkan yang tepat dengan benang stadia atas disebut
Bacaan Atas (BA) dan yang tepat dengan benang stadia bawah disebut Bacaan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

Bawah (BB). Karena jarak antara benang diafragma mendatar ke benang stadia atas
dan bawah sama, maka :

BA – BT = BT – BB atau BT = ½ ( BA – BB) Persamaan ini biasa digunakan


untuk mengecek benar atau salahnya pembacaan.

Kegunaan pembacaan benang ini adalah :

 Bacaan benang tengah digunakan dalam penentuan beda tinggi antara tempat
berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik atau diantara rambu- rambu
ukur yang dibidik.
 Bacaan benang atas dan bawah digunakan dalam penentuan jarak antara tempat
berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik. Pembacaan rambu ukur oleh
alat ini ada yang terlihat dalam keadaan tegak dan ada yang terbalik, sementara
pembacaannya dapat dinyatakan dalam satuan meter (m) atau centimeter (cm).
b. Pembacaan sudut Waterpass

Pembacaan sudut waterpass seringkali juga dilengkapi dengan lingkaran


mendatar berskala, sehingga dapat digunakan untuk mengukur sudut mendatar atau
sudut horizontal.

Ada 2 satuan ukuran sudut yang biasa digunakan, yaitu :

1) Satuan derajat

Pada satuan ini satu lingkaran dibagi kedalam 360 bagian, setiap bagian
dinyatakan dengan 1 derajat (1°), setiap derajat dibagi lagi menjadi 60 bagian,
setiap bagian dinyatakan dengan 1 menit (1’) dan setiap menit dibagi lagi
kedalam 60 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 detik (1”).

2) Satuan grid.

Pada satuan ini satu lingkaran dibagi kedalam 400 bagian, setiap bagian
dinyatakan dengan 1 grid (1g), setiap grid dibagi lagi menjadi 100 bagian, setiap
bagian dinyatakan dengan 1 centigrid (1cg) dan setiap centigrid dibagi lagi
kedalam 100 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 centi- centigrid
(1ccg). Salah satu contoh pembacaan sudut horizontal dari alat ukur waterpass
NK2 dari Wild.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

3.3. Job 3 : Latihan Mengukur Jarak dan Beda Tinggi


1. Tujuan
a. Mengukur beda tinggi dengan alat Waterpass
b. Menanamkan kemampuan menggunakan alat Waterpass di lapangan.
c. Melatih cara mengukur beda tinggi dan jarak.
d. Mengolah data lapangan dari alat sifat datar untuk gambar profil lapangan.
2. Manfaat
a. Mahasiswa dapat mengukur beda tinggi dengan menggunakan alat Waterpass
b. Mahasiswa dapat menggunakan alat Waterpass di lapangan.
c. Mahasiswa dapat mengukur beda tinggi dan jarak.
d. Mahasiswa dapat mengolah data lapangan.

3. Dasar Teori
Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk
mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi tersebut
ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditunjukan ke
rambu-rambu ukur yang vertical.
Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini disebut
dengan Levelling atau Waterpassing. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan
tiggi suatu titik yang akan ditentukan ketiggiannya berdasarkan suatu system referensi
atau bidang acuan.
Sistem referensi atau acaun yang digunakan adalah tinggi muka air air laut rata-
rata atau Mean sea Level (MSL) atau system referensi lain yang dipilih.Sistem
referensi ini mempunyai arti sangat penting, terutama dalam bidang keairan, misalnya:
Irigasi, Hidrologi, dan sebagainya. Namun demikian masih banyak pekerjaan-
pekerjaan lain yang memerlukan system referinsi.
Untuk menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi tidak selalu tidak
selalu harus selalu mengukur beda tinggi dari muka laut (MSL), namun dapat
dilakukan dengan titik-titik tetap yang sudah ada disekitar lokasi oengukuran. Titik-
titik tersebut umumnya telah diketahui ketinggiannya maupun kordinatnya (X,Y,Z)
yang disebut Banch Mark (BM). Banch mark merupakan suatu tanda yang jelas
(mudah ditemukan) dan kokoh dipermukaan bumi yang berbentuk tugu atau patok
beton sehingga terlindung dari faktor-faktor pengrusakan.
Manfaat penting lainnya dari pengukuran Levelling ini adalah untuk kepentingan
proyek-proyek yang berhubungan dengan pekerjaan tanah (Earth Work) misalnya
untuk menghitung volume galian dan timbunan. Untuk itu dikenal adanya pengukuran
sipat datar profil memanjang (Long section) dan sipat datar profil melintang (Cross
section). Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkat-tingkat
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

ketelitian sesuai dengan tujuan proyek yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan pada
setiap pengukuran akan selalu terdapat kesalah-kesalahan. Fungsi tingkat-tingkat
ketelitan tersebut adalah batas toleransi kesalahan pengukuran yang diperbolehkakan.
Untuk itu perlu diantisipasi kesalah tersebut agar di dapat suatu hasil pengukuran untuk
memenuhi batasan toleransi yang telah ditetapkan.
Secara umum, bagian bagian waterpass adalah :
a. Lensa bidik, berfungsi untuk membidik objek.
b. Sekrup A, B, dan C, berfungsi untuk mengatur gelembung nivo agar berada di
tengah lingkaran.
c. Nivo, berfungsi untuk menentukan kedataran alat.
d. Pemutar fokus, berfungsi untuk memperjelas objek yang dibidik.
e. Cermin nivo, untuk memantulkan bayangan nivo.
f. Vizier bidikan, untuk mengarahkan arah bidikan teropong.
g. Sekrup fokus benang, untuk memfokuskan benang bidikan.
h. Sekrup penggerak horizontal, untuk menggerakkan secara halus arah bidikan
horizontal teropong.
i. Plat dasar, untuk landasan alat ke tripod.
j. Body teropong, badan teropong.
k. Rumah lensa depan, untuk tempat lensa depan.
l. Skala gerakan sudut horizontal, untuk mengetahui besar gerakan sudut horizontal.
m. Nomor seri alat, untuk identifikasi alat.
4. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Waterpass
2. Roll Meter
3. Jalon
4. Rambu Ukur
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

5. Tripod / Statif
b. Bahan
1. Payung
2. Pen
3. Pensil
4. Penghapus
5. Buku / Kertas kerja
5. Cara kerja

1. Menentukan lokasi lapangan yang akan diukur beda tinggi dan jaraknya.

2. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pengukuran.

3. Menentukan titik yang akan diukur beda tinggi dan jaraknya.

4. Mengukur dengan menggunakan rol meter sejauh 25 meter.

5. Menyiapkan alat Waterpass dengan cara :

a. Menyiapkan perangkat Waterpass

b. Memasang bak.

c. Memasang triput/kaki tiga.

d. Memasang pesawat diatas kepala statif.

e. Menyetel nivo kotak dengan cara memutar scrub AB secara bersama hingga
gelembung nivo kearah garis scrub C.

f. Memutar scrub C ke kanan/kiri hingga gelembung nivo bergerak ke tengah.

g. Menyetel nivo tabung dengan srub penyetel nivo tabung.

h. Memfokuskan bidikan pada baak /rambu kemudian memutar scrub


penguncinya
6. Setelah itu membaca benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
7. Mencatat hasil dari pembacaan benang atas, benang tengan, dan benang bawah.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

8. Melakukan secara berulang prosedur kerja di titik yang kedua dan titik ke tiga.

6. Hasil Pembacaan Waterpass

a. Data Titik Pertama

1. Ba : 1500
Bt : 1385
Bb : 1270

2. Ba : 1370
Bt : 1190
Bb : 1010

b. Data Titik Kedua

1. Ba : 1420
Bt : 1340
Bb : 1260

2. Ba : 1480
Bt : 1390
Bb : 1300

c. Data Titik Ketiga

1. Ba : 1520
Bt : 1425
Bb : 1330

2. Ba : 1550
Bt : 1510
Bb : 1470
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

7. Pembahasan dan Perhitungan

Patok Selisih ketinggian Jarak


/ Titik Baak Baak Belakang dalam
Naik (+) Turun(-) Meter

Ba : 1370 Ba : 1500 130 -


P1 590 dm :
Bb : 1190 Bt : 1385 195 -
59 m
Bt :1010 Bb : 1270 260 -

Ba : 1420 Ba : 1480 60 -
P2 340 dm :
Bt : 1340 Bt : 1390 50 -
34 m
Bb : 1260 Bb : 1300 40 -

Ba : 1520 Ba : 1550 30 -
P3 270 dm :
Bt : 1425 Bt : 1510 85 -
27 m
Bb : 1330 Bb : 1470 140 -

Didapatkan hasil perhitungan akhir :


Beda Tinggi I = Bt P2 – Bt P1
= (1340+1390) - (1190+1385)
= 2730 – 2575
= 155 mm
= 0,155 m

Beda Tinggi II = Bt P3 – Bt P2
= (1425+1510) – (1340+1390)
= 2935 – 2730
= 205 mm
= 0,205 m

Jadi beda tinggi I dari titik pertama di gerbang belakang sampai titik kedua adalah
0,155 m dan beda tinggi II dari titik kedua sampai titik ke tiga dengan jarak adalah
0,205 m.

3.4. Job 4 : Pengukuran Penyipatan Datar Pada Tiap Titik


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan P.O Box 1341
Telepon (0541)260588 Fax 260355 Samarinda 75134

Anda mungkin juga menyukai