Laporan Pendahuluan Keperawatan Fraktur

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DEWASA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. A DENGAN FRAKTUR DI RUANG


BUGENVILE RSUD dr. Chasbullah Abdulmajid Bekasi.

(Tanggal 16 Desember 2019)

1. Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenanga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.
(Price & Wilson, 2006)
2. Etilogi
Klasifikasi fraktur : (Chairuddin, 2003)
Klasifikasi etiologis.
a) Fraktur traumatic
b) Fraktur patologis terjadi pada tulang karena adanya kelinan atau penyakit yang
menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi, tumor, kelainan bawaan) dan
dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan.
c) Fraktur stress terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang pada
daerah tulang yang menompang berat badan. Fraktur stress jarang sekali
ditemukan pada anggota gerak atas.

Klasifikasi klinis.

a) Fraktur tertutup (simple fraktur), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
b) Fraktur terbuka (compound fraktur), bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar. Karena adanya perlukaan dikulit.
c) Fraktur dengan komplikasi, missal malunion, delayed, union, nonunion,
infeksi tulang.

Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat (menurut R. Gustino), yaitu :

Derajat I :

 Luka < 1 cm
 Kerusakan sederhana, transversal, atau kominutif ringan
 Kontaminasi minimal

Derajat II :

 Laserasi > 1 cm
 Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap / avulsi
 Fraktur kominutif sedang
 Kontaminasi sedang

Derajat III :

Terjadi karusakan jaringan lunak yang luas meliputi strukutur kulit, otot, dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.
3. Patoflow

Trauma Langsung Trauma tidak langsung Patologis

Fraktur

Diskontinuitas tulang Pergeseran frakmen tulang Nyeri akut

Perubahan jaringan sekitar Kerusakan fragmen tulang

Tekanan sumsum tulang


Pergeseran fragmen tulang
Spasme otot lebih tinggi dari kapiler

Deformitas Peningkatan tekanan kapiler Melepaskan katekolamin

Metabolism asam lemak


Ggn fungsi ekstermitas Pelepasan histamin
Protein plasma hilang Bergabung dengan trombosit
Hambatan mobilitas fisik

Edema Emboli
Laserasi kulit

Penekanan pembuluh Menyumbat pembuluh


darah darah

Kerusakan integritas kulit Ketidakefektifan perfusi


Putus vena atau arteri
resiko infeksi jaringan perifer

Perdarahan Resiko syok


Kehilangan volume cairan
(Hipovolemik)
4. Manisfestasi Klinis
1) Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2) Nyeri pembengkakan
3) Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jauh dari ketinggian atau jatuh
dikamar mandi)
4) Gangguan fungsi anggota gerak
5) Deformitas
6) Kelaninan gerak
7) Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
5. Komplikasi
1) Komplikasi Awal
a) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan
posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b) Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup
di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga
menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan
kerusakan pada otot. Gejala-gejalanya mencakup rasa sakit karena
ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan
yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif
pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering
pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).
c) Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal
ini terjadi ketika gelembung - gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang
dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati
sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh – pembuluh darah
pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli
lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah,
marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
d) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke
tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur
(yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan
menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang
terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan
gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada
pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya
melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat
menahan beban
f) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
g) Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks
tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk
melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak,
fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi
karena trauma dan fraktur – fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka
vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar
2) Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan
supai darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang -kadang
dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang dapat
menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan
lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat
patologis.
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan
deformitas, angulasi atau pergeseran.

6. Pengkajian
Pengkajian Primer
1. Airway
Adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk
2. Breathing
Kelemahan menelan atau batuk melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi saat aspires.
3. Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran
mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
4. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau
atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun cara
yang cukup jelas dan cepat adalah: AVPU (Alert, voice, pain, unrespon).

7. Pemeriksaan Diagnostik
I.Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan
sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan
kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan
lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada
indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi.
Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi  kegunaan
pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang
harus dibaca pada x-ray :
 Bayangan jaringan lunak.
 Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik
atau juga rotasi.
 Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
 Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:
a. Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain
tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang
kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga
mengalaminya.
b. Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di
ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
c. Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
d. Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal dari
tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.

8. Diagnosa Keperawatan
I. Dx 1 : Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, Gerakan fragmen tulang,
edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi.
II. Dx 2 : Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah
kejaringan.
III. Dx 3 : Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi
(pen, kawat, sekrup)
Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik,  Pain level Pain Management
spasme otot, Gerakan fragmen  Pain control  Lakukan
tulang, edema, cedera jaringan lunak,  Comfort level pengkajian nyeri
pemasangan traksi. Kriteria Hasil : secara
1) Mampu mengontrol nyeri komprehensif
(tahu penyebab nyeri, termasuk lokasi,
mampu menggunakan tehnik karakteristik,
nonfarmakologi untuk durasi, frekuensi,
mengurangi nyeri, mencari kualitas dan factor
bantuan) presipitasi.
2) Meloporkan bahwa nyeri  Evaluasi
berkurang dengan pengalaman nyeri
menggunakan manajemen masa lampau
nyeri  Evaluasi Bersama
3) Mampu mengenali nyeri pasien dan tim
(skala, intensitas, frekuensi kesehatan lain
dan tanda nyeri) tentang
4) Menyatakan rasa nyaman ketidakefektifan
setelah nyeri berkurang control nyeri masa
lampau
 Kurangi factor
presipitasi nyeri
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan  Circulation status Manajemen sensasi perifer
perifer b.d penurunan suplai darah  Tissue perfusion :  Monitor adanya
kejaringan. cerebral daerah tertentu
Kriteria Hasil : yang hanya peka
1) Mendemonstrasikan status terhadap panas,
sirkulasi yang ditandai  Instruksikan
dengan : keluarga untuk
 Tekanan systole dan
diastole dalam mengobservasi
rentang yang kulit jika ada isi
diharapkan atau laserasi
 Tidak ada ortostatik  Kolaborasi
hipertensi pemberian
 Tidak ada tanda- analgetik
tanda peningkatan
tekanan intracranial
>15mmhg
2) Mendemontrasikan
kemampuan kognitif
yang ditandai dengan :
 Berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
 Menunjukakan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
 Memproses
informasi
3. Kerusakan integritas kulit b.d fraktur  tissue integrity : skin and Pressure management
terbuka, pemasangan traksi (pen, mucous  Anjurkan pasien
kawat, sekrup)  membranranes untuk
 hemodyalis akses menggunakan
Kriteria hasil : pakaian yang
1) Integritas kulit yang baik longgar
bias dipertahankan (sensasi,  Jaga kebersihan
elatisitas, temperature, kulit agar tetap
hidrasi, pigmentasi) bersih dan kering
2) Perfusi jaringan baik  Mobilisasi pasien
3) Mampu melindungi kulit (ubah posisi pasien
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan setiap dua jam
perawatan alami sekali)
 Monitor kulit akan
adanya kemerahan
 Monitor aktivitas
dan mobilisasi
pasien

Daftar Pustaka

Herdman, TH. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan : definisi & Klasifikasi
2015-2017. Edisi 10. Jakarta : EGC

Huda A.N, Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction.

Jhonson , Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Lousie, Misouri :
Mosby, Inc

McClpskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Lousie, Misouri :
Mosby, Inc

Anda mungkin juga menyukai