Anda di halaman 1dari 3

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kubis adalah tanaman sayuran yang lumayan banyak dibudidayakan di Indoneaia.
Kubis (Brassica oleracea L.) merupakan tanaman semusim atau dua musim. Bentuk
daunnya bulat telur sampai lonjong dan lebar seperti kipas. Sistem perakaran kubis agak
dangkal, akar tunggangnya segera bercabang dan memiliki banyak akar serabut. kubis
merupakan sayuran ekonomis dan serbaguna yang mudah ditemukan dan memberikan
nilai gizi yang sangat besar. Kubis kaya akan fitonutrien dan berbagai vitamin seperti
vitamin A, B, dan C. Ini semua adalah antioksidan alami, yang membantu mencegah
kanker dan penyakit jantung, mencegah radikal bebas dan lain sebagainya (Cahyono
1995). Kubis juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan olahan berbagai macam
makanan.
Pada setiap budidaya tanaman pastinya ada permasalahan yang dialami, salah
satunya yaitu hama. Hama merupakan organisme penggaguu tanaman budidaya yang
sangat meresahkan petani apalagi bila intensitas serangan hama tersebut tinggi, pastinya
petani mengalami kerugian yaitu penurunan hasil panen, maka dari itu permasalahan
hama tidak boleh diangap remeh.
Beberapa serangga hama telah dilaporkan dapat menimbulkan kerusakan pada
pertanaman kubis di antaranya ulat daun kubis (Plutella xylostella L.), ulat jantung kubis
(Crocidolomia pavonana Fab.), ulat grayak (Spodoptera litura Fab.), ulat tanah (Agrotis
ipsilon Hufnagel), ulat jengkal (Chrysodeixis orichalcea L.), Helicoverpa armigera
(Hubner), Hellula undalis Fab., dan kutu daun (Permadi dan Sastrosiswojo, 1993).
Di antara jenis-jenis serangga yang telah dilaporkan menjadi hama pada tanaman
kubis, terdapat jenis hama penting tanaman kubis di Indonesia, yaitu ulat daun kubis
(Plutella xylostella L.). P. xylostella merupakan hama utama (key pests) pada kubis
dataran tinggi. Hama tersebut pada umumnya merusak tanaman kubis sebelum
membentuk krop dengan memakan jaringan permukaan bawah daun dengan
meninggalkan bagian epidermis permukaan atas sehingga tampak seperti jendela-jendela
putih.
Upaya pengendalian yang dilakukan oleh petani kubis terhadap hama tersebut
sampai saat ini masih mengandalkan pada penggunaan insektisida. Petani beralasan
bahwa penggunaan insektisida lebih praktis, hemat tenaga kerja dan hasilnya lebih cepat
diketahui. Namun demikian, penggunaan insektisida yang berlebihan, selain merupakan
pemborosan, juga menyebabkan keracunan dan pencemaran terhadap lingkungan (Arifin,
2011). Untuk itu perlu konsep pengendalian yang lebih berlandaskan pada pendekatan
ekologi dan ekonomi yaitu dengan pengendalian hama terpadu (PHT). Perkembangan
konsep PHT dimasa mendatang lebih mengarah pada pemanfaatan sumberdaya hayati
yang ada di alam seperti musuh alami (Smith & van den Bosch, 1967).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana aspek bioekologi hama ulat daun kubis?
2. Apa klasifikasi hama ulat daun kubis?
3. Bagaimana morfologi hama ulat daun kubis?
4. Bagaimana tipe alat mulut hama ulat daun kubis?
5. Bagaimana siklus hidup hama ulat daun kubis?
6. Apa musuh alami hama ulat daun kubis?
7. Bagaimana gejala serangan hama ulat daun kubis?
8. Bagaimana pengendalian hama ulat daun kubis?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui aspek bioekologi hama ulat daun kubis.
2. Mengetahui klasifikasi hama ulat daun kubis.
3. Mengetahui morfologi hama ulat daun kubis.
4. Mengetahui tipe alat mulut hama ulat daun kubis.
5. Mengetahui siklus hidup hama ulat daun kubis.
6. Mengetahui musuh alami hama ulat daun kubuis.
7. Mengetahui gejala serangan hama ulat daun kubis.
8. Mengetahui pengendalian hama ulat daun kubis.

1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini yaitu memberikan informasi mengenai hama ulat daun
kubis yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman penghasil benih dan dapat
mengenal hama ulat daun kubis mulai dari klasifikasi hama sampai cara pengendaliannya.
Daftar Pustaka

Cahyono B. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Kubis. Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Permadi, A.H., dan Sastrosiswojo, S. 1993. Kubis. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Balai Penelitian Hortikultura Lembang, Lembang.

Arifin, M. 2011. Teknik Produksi dan Pemanfaatan Bioinsektisida NPV untuk Pengendalian
Ulat Grayak Kedelai. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor.

Smith, R.F. and R. van den Bosch. 1967. Integrated Control, Biological, Physical and
Selected Chemical Methods. New York Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai