Anda di halaman 1dari 47

Tugas Pertemuan 8

Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan I

Dosen Mata Kuliah : Maryati Rahayu, S.E., M.M

Disusun Oleh: Kelompok 9

1. Melda Cathrine 1914190046


2. Risya Yanita Riady 1914190048
3. Annisa Safira 1914190057
4. Ribka Rismawati 1914190060
5. Monica Audina 1914190061

Materi:

1. Inventories : Cost Basis (Persediaan : Harga Pokok)


2. Inventories : Additional Valuation (Persediaan : diluar Harga Pokok)
3. Aktiva Tetap : Akuisisi dan Disposisi Properti, Pabrik dan Peralatan
PENILAIAN PERSEDIAAN : PENDEKATAN DASAR BIAYA

A. KLASIFIKASI DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN

Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam
operasi bisnis, atau sebagai bahan baku yang akan digunakan dalam membuat suatu
produk. Sebuah perusahaan dagang, biasanya membeli barang dagangan berbentuk produk
jual. Perusahaan dagang melporkan biaya yang terkait dengan unit-unit yang belum terjual
dan masih ada di tangan sebagai persediaan barang dagang. Hanya satu akun persediaan,
persediaan barang dagang, yang mucul dalam laporan keuangan.

Sementara untuk perusahaan manufaktur memiliki tiga akun pada umumnya, yaitu
persediaan bahan baku, yaitu biaya yang dibebankan terhadap barang maupun bahan baku
yang terdapat di tangan tapi belum dialihkan ke proses produksi; persediaan barang dalam
proses, yaitu biaya bahan baku untuk produk yang telah diproduksi namun belum selesai
ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung dalam proses produksi ini; dan persediaan
barang jadi yang siap dijual, yaitu produk jadi yang siap dijual.

Sistem akuntansi yang akurat dan catatan yang aktual merupakan hal yang sangat
penting. Penjualan dan pelanggan bisa hilang apabila produk-produk yang dipesan oleh
pelanggan tidak tersedia. Sehingga perusahaan harus selalu mengendalikan ketersediaan
produk secara baik untuk membatasi biaya akibat banyaknya timbunan persediaan ataupun
kekurangannya. Perusahaan menggunakan salah satu dari dua jenis sistem agar pencatatan
persediaan tetap akurat, yaitu :

Sistem Perpetual

Sistem persediaan perpetual secara terus-menerus melacak perubahan akun persediaan.


Yaitu, semua pembelian dan penjualan barang dicatat secara langsung ke akun persediaan
pada saat terjadi. Karakteristik utama dari sistem perpetual adalah sebagai berikut :

1. Pembelian barang dagang untuk dijual kembali atau pembelian bahan baku untuk
proses produksi didebit ke akun persediaan.
2. Biaya angkut, retur pembelian, diskon pembelian dan pengurangan harga lainnya,
didebit ke akun persediaan.
3. Harga pokok penjualan dicatait untuk setiap penjualan dengan mendebit akun harga
pokok penjualan, dan mengkredit persediaan.
4. Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung oleh buku besar pembantu
yang berisi catatan persediaan individual. Buku besar pembantu menunjukkan kuantitas
dan biaya dari setiap jenis persediaan yang ada di tangan.

Sistem Periodik
Menurut sistem persediaan periodik, seluruh pembelian persediaan selama satu periode
dicatat dengan mendebit akun pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode
ditambahkan ke biaya persediaan on hand pada awal periode selanjutnya untuk
menentukan total biaya barang yang siap dijual selama periode berjalan. Kemudian total
biaya barang yang siap dijual dikurangi dengan persediaan akhir periode berjalan untuk
menentukan harga pokok penjualan pada periode tersebut.

Beginning inventory $ 100,000


Purchases, net 800,000
Goods available for sale 900,000
Ending inventory 125,000
Cost of goods sold $ 775,000

Perpetual System
vs Periodic System

.
|
1. Beginning inventory (100 units at $7 = 700)
|
2. Purchase 900 units at $7: |
|
Inventory 6,300 | Purchases 6,300
Accounts payable 6,300 | Accounts payable 6,300
|
3. Sale of 600 untis at $14: |
|
Accounts receivable 8,400 | Accounts receivable 8,400
Sales 8,400 | Sales 8,400
Cost of goods sold 4,200 |
Inventory 4,200 |
|
4. Adjusting entries (ending inventory = 400 units @ $7 = $2,800)
|
No Entry Necessary | Inventory 2,100
| Cost of goods sold 4,200
| Purchases 6,300

Jika yang digunakan adalah system persediaan perpetual dan terdapat perbedaan antara
saldo persediaan perpetual dengan hasil perhitungan fisik, maka diperlukan suatu ayat jurnal
terpisah untuk menyesuaikan akun persediaan perpetual.

B. MASALAH MENDASAR DALAM PENILAIAN PERSEDIAAN

Biaya semua barang yang tersedia untuk dijual atau digunakan harus dialokasikan di
antara barang yang terlah terjual atau digunakan dan barang yang masih ada di tangan.
Biaya barang yang tersedia untuk dijual atau digunakan untuk produksi adalah jumlah dari
(1) biaya barang on hand pada awal periode dan (2) biaya barang yang dibeli atau
diproduksi selama satu siklus operasi. Harga pokok penjualan adalah perbedaan antara
biaya barang on hand pada akhir periode dan biaya barang yang tersedia untuk dijual
selama periode berjalan.

Penilaian persediaan bisa menjadi proses yang kompleks yang memerlukan penentuan
atas:

1. Barang fisik yang harus dimasukkan dalam persediaan.


2. Biaya-biaya yang harus dimasukkan dalam persediaan.
3. Asumsi arus biaya yang harus diadopsi.

1. Barang Fisik yang Harus Dimasukkan dalam Persediaan

Pembelian harus dicatat ketika hak legal atas barang berpindah ke pembeli. Namun
biasanya, pencatatan pembelian pada saat barang diterima, karena sulit bagi pembeli untuk
menentukan secara pasti kapan hak legal berpindah untuk setiap pembelian.

a. Barang dalam Perjalanan

Jika barang dikirimkan atas dasar FOB shipping point, maka hak kepemilikan
berpindah ke tangan pembeli ketika penjual menyerahkan barang kepada perusahaan
jasa pengangkut, yang bertindak sebagai agen atau pembeli. Jika barang dikirimkan atas
dasar FOB destination, maka hak kepemilikan belum berpindah sebelum pembeli
menerima barang dari perusahaan jasa pengangkut.

Secara teknis, barang yang hak legalnya telah berpindah ke pembeli harus dicatat
sebagai pembelian pada periode fiskal. Barang yang dikirimkan atas dasar FOB
shipping point yang masih berada dalam perjalanan pada akhir periode akan menjadi
milik pembeli dan harus diperlihatkan dalam catatan pembeli. Hak legal atas barang ini
berpindah ke pembeli pada saat barang dikirimkan.

b. Barang Konsinyasi

Metode ini menjelaskan bahwa terjadi kesepakatan antara perusahaan yang


mengirimkan barang dagang ke sebuah agen dalam menjual barang konsinyasi tersebut.
Agen tersebut menyetujui untuk menerima barang tanpa kewajiban apapun selain
melindungi dari kehilangan atau kerusakan, sampai barang terjual kepada pihak ketiga
atau pembeli. Ketika agen menjual barang, pendapatan dikurangi komisi penjualan dan
beban penjualan diserahkan kepada perusahaan. Barang yang telah diserahkan kepada
agen, tetap menjadi property perusahaan dan dimasukkan dalam persediaan perusahaan
pada harga beli atau biaya produksi. Sementara agen tidak membuat ayat jurnal pada
akun persediaan untuk barang konsinyasi yang diterima karena barang tersebut
merupakan milik perusahaan.

c. Perjanjian Penjualan Khusus

Seringkali transfer hak legal kepemilikan dan substansi yang mendasari transaksi
tidak cocok. Bisa saja hak legal telah berpindah ke pembeli tetapi penjual barang tetapn
menanggung resiko kepemilikan. Sebaliknya, transfer hak legal mungkin belum terjadi,
tetapi substansi ekonomi dari transaksi itu menyiratkan bahwa resiko kepemilikan telah
berpindah ke pembeli. Tiga situasi penjualan khusus yang sering ditemukan adalah
sebagai berikut:

- Penjualan dengan perjanjian beli kembali


Inti dari transaksi ini adalah bahwa pihak pertama membiayai persediaannya dan
mempertahankan risiko kepemilikan, sekalipun hak legal atas barang secara teknis
telah berpindah kepada pihak kedua akibat penjualan. Keuntungan yang diterima
pihak pertama adalah terhindar dari pajak property pribadi, dan terhapusnya
kewajiban lancar dari neraca. Sementara bagi pihak kedua, pembelian barang bisa
melakukan perjanjian respirokal di masa depan.

- Penjualan dengan tingkat retur yang tinggi


Industri-industri yang memiliki perjanjian formal atau informal yang memungkinkan
persediaan dikembalikan dengan menerima seluruh atau sebagian uang yang telah
dibayarkan. Salah satu alternative melaporkan transaksi penjualan tersebut adalah
mencatat penjualan dengan nilai penuh dan kemudian mencatat penjualan sampai
kondisinya menunjukkan jumlah persediaan yang akan dikembalikan oleh pembeli.
Ketika jumlah retur dapat diestimasi secara memadai, maka barang dapat dipandang
telah dijual. Sebaliknya, jika jumlah retur tidak dapat diramalkan, maka
penghapusan barang ini dari persediaan penjual tidaklah tepat.

- Penjualan cicilan

Barang yang dijual secara cicilan menjelaskan bahwa setiap jenis penjualan yang
pembayarannya dicicil secara periodik sepanjang periode waktu tertentu. Karena
resiko kerugian dari piutang tak tertagih lebih besar dalam penjualan cicilan
dibandingkan dengan transaksi penjualan lain, maka penjualan biasanya menahan
hak legal atas barang sampai seluruh pembayaran dilakukan. Barang harus dihapus
dari persediaan penjual jika persentase piutang tak tertagih dapat diestimasi secara
memadai.

d. Pengaruh Kesalahan Persediaan

Pos-pos yang dimasukkan atau dikeluarkan secara tidak tepat ketika penentuan harga
pokok penjualan akibat kesalahan penyajin persediaan akan menyebabkan laporan
keuangan tidak sesuai. Kesalahan yang umum terjadi adalah sebagai berikut :

- Salah saji persediaan akhir


Jika persediaan akhir kurang saji, maka modal kerja dan rasio lancar kurang saji.
Jika harga pokok penjualan lebih saji, maka laba bersih kurang saji.
Pengaruh kesalahan-kesalahan ini dapat menurunkan laba bersih pada periode
berjalan, dan meningkatkan laba bersih pada periode selanjutnya. Kesalahan tersebut
akan dioffset pada periode berikutnya karena persediaan awal akan kurang saji, dan
laba bersih akan lebih saji.

- Salah saji pembelian dan persediaan


Kesalahan ini adalah barang tertentu perusahaan tidak dicatat sebagai pembelian dan
tidak diperhitungkan dalam persediaan akhir. Pengaruh dari kesalahan ini terhadap
laporan keuangan adalah seperti berikut :

Kesalahan dalam pencantuman barang dari pembelian dan persediaan akan


menyebabkan persediaan dan hutang usaha kurang saji dalam neraca serta pembelian
dan persediaan akhir periode akan kurang saji dalam laporan laba rugi. Namun, laba
bersih untuk periode berjalan tidak dipengaruhi oleh pengabaian seperti itu, karena
pembelian dan persediaan akhir sama-sama kurang saji dengan jumlah yang sama.
Kesalahan tersebut kemudian akan saling mengoffset dalam harga pokok penjualan.
Modal kerja juga tidak berubah, tetapi rasio lancar akan lebih saji karena persediaan
dan utang usaha kurang saji dengan jumlah yang sama.

C. BIAYA-BIAYA YANG HARUS DIMASUKKAN DALAM PERSEDIAAN

Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan berhubungan dengan
berapa jumlah persediaan yang harus dicatat dalam akun. Pembelian persediaan, seperti
aktiva lain, umumnya diperhitungkan atas dasar biaya-biaya berikut :

1. Biaya Produk
Biaya produk adalah biaya-biaya yang melekat pada persediaan dan dicatat
pada akun persediaan. Biaya-biaya tersebut berkaitan langsung dengan perpindahan
barang ke pembeli dan pengubahan barang tersebut yang siap jual. Beban seperti itu
mencakup ongkos pengangkutan barang yang dibeli, biaya pembelian langsung lainnya,
dan biaya tenaga kerja serta produksi lainnya yang dikeluarkan dalam memproses
barang ketika dijual.

2. Biaya Periode

Biaya periode merupakan biaya-biaya yang terkait secara tidak langsung


dengan akuisisi atau produksi barang. Biaya-biaya periode seperti beban umum
sertaadministrasi tidak dianggap sebagai bagian dari biaya persediaan. Namun,
konsepnya, beban ini merupakan biaya dari produk seperti harga beli awal dan biaya
angkut. Beban penjualan secara umum dianggap lebih berhubungan dengan harga
pokok penjualan daripada dengan persediaan yang belum terjual. Pada umumnya, biaya
tersebut terutama beban administrasi tidak berhubungan secara lansung dengan proses
produksi.

Biaya periode lainnya adalah biaya bunga. Biaya bunga terkait dengan
penyiapan persediaan agar siap dijual harus dibebankan pada saat dikeluarkan. Biaya
bunga dapat dibedakan menjadi dua pendekatan, yaitu sebagai biaya pembiayaan dan
sebagai biaya untuk membiayai aktivitas yang terkait dengan penciptaan dan
pengangkutan persediaan ke kondisi serta lokasi siap jual merupakan biaya aktiva
seperti bahan, tenaga kerja, dan overhead, sehingga harus dikapitalisasi.

3. Perlakuan atas Diskon Pembelian

Pemakaian akun diskon pembelian dalam system persediaan periodik


menunjukkan bahwa perusahaan melaporkan pembelian dan utang usaha pada jumlah
kotor. Jika perusahaan menggunakan metode kotor, maka diskon pembelian dilaporkan
sebagai pengurang dari akun pembelian di laporan laba-rugi. Sedangkan pendekatan
kedua adalah mencatat pembelian dan utang usaha pada jumlah bersih setelah diskon
tunai. Pada pendekatan kedua ini, kegagalan untuk mengambil diskon pembelian
selama periode diskon dicatat dalam akun diskon pembelian yang hilang. Jika
perusahaan menggunakan metode bersih ini, diskon pembelian yang hilang harus
dipandang sebagai beban keuangan dan dilaporkan dalam pos beban serta kerugian
lain-lain pada laporan laba-rugi.
Gross Method vs Net Method

Purchase cost $20,000, terms 2/10, net 30:


.|

|
Purchases 20,000 | Purchases 19,600
Accounts payable 20,000 | Accounts payable 19,600
|
Invoices of $15,000 are paid within discount period:
|
Accounts payable 15,000 | Accounts payable 14,700
Purchase discounts 300 | Cash 14,700
Cash 14,700 |
|
Invoices of $5,000 are paid after discount period:
|
Accounts payable 5,000 | Accounts payable 4,900
Cash 5,000 | Purchase discount lost 100
| Cash 5,000

D. ASUMSI ARUS BIAYA YANG DIPAKAI

Sebetulnya, arus fisik baranga ktual dan asumsi arus biaya seringkali sangat berbeda.
Tidak ada keharusan bahwa konsisten dalam pemakaian asumsi biaya dengan pergerakan
fisik barang. Tujuan utama dari pemakaian asumsi arus biaya ini adalah untuk memilih
asumsi yang paling merefleksikan laba periodik, sesuai dengan kondisi yang berlaku.

Beginning inventory (2,000 x $4) $ 8,000


Purchases:
6,000 x $4.40 26,400
2,000 x 4.75 9,500
Goods available for sale $43,900

Identifikasi Khusus
Identifikasi khusus digunakan dengan cara mengidentifikasi setiap barang yang dijual
dan setiap barang dalam akun persediaan. Seluruh biaya barang yang telah terjual
dimasukkan ke dalam Harga Pokok Penjualan, sementara biaya barang khusus yang
masih berada di tangan dimasukkan pada Persediaan. Metode ini dapat diterapkan
dengan baik dalam situasi yang melibatkan sejumlah item kecil berharga tinggi dan dapat
dibedakan.
Contoh :
Asumsikan bahwa 6,000 unit persediaan PT. ADI JAYA terdiri dari 1,000 unit yang
berasal dari pembelian tanggal 2 Maret, 3,000 unit dari pembelian tanggal 15 Maret, dan
2,000 unit dari pembelian tanggal 30 Maret. Hitung jumlah persediaan akhir dan harga
pokok penjualannya!

Biaya Rata-rata
Metode biaya rata-rata menghitung harga item-item yang terdapat di dalam akun
persediaan atas dasar biaya average barang yang sama yang tersedia selama suatu periode.
Sebagai ilustrasi, PT. ADI JAYA menggunakan metode persediaan periodik, di mana
persediaan akhir dan harga pokok penjualan akan dihitung dengan menggunakan metode
rata-rata tertimbang:

Metode biaya rata-rata yang lain adalah metode rata-rata bergerak, yang digunakan
dalam system persediaan perpetual.
First-In, First-Out (FIFO)
Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang pertama yang dibeli adalah barang
pertama yang digunakan dalam peruahaan manufaktur atau dijual dalam perusahaan
dagang. Maka dari itu, persediaan yang tersisa merupakan barang yang akan dibeli paling
akhir.

Contoh: Asusmsikan bahwa PT. ADI JAYA menggunakan system persediaan periodik
(jumlah persediaan hanya dihitung pada akhir bulan). Biaya persediaan akan dihitung
dengan mengambil biaya dari pembelian paling terakhir dan dikerjakan kembali sampai
semua unit dalam persediaan diperhitungkan.

Jika yang digunakan adalah metode perpetual, maka angka biaya dikaitkan dengan
setiap penarikan barang. Kemudian biaya dari 4,000 unit yang dikeluarkan pada tanggal
19 Maret akan terdiri dari item-item yang dibeli pada tanggal 2 Maretdan 15 Maret.

Ringkasan Penilaian Persediaan Barang


Last-In, First-Out (Metode LIFO)
Metode LIFO mengasumsikan bahwa barang-barang yang terakhir dibeli atau
diproduksi akan dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang tertinggal dalam
persediaan akhir adalah barang-barang yang dibeli atau diproduksi pertama kali Metode
LIFO ini mempunyai kelebihan:
1. Manfaat pajak
Pengguna LIFO dapat memberikan penangguhan sementara atas penerapan pajak
penghasilan sehingga memungkinkan penghematan kas sepanjang tingkat harga terus
meningkat dan kuantitas persediaan tidak menurun. Dengan penghematan kas
perusahaan dapat melunasi pinjaman, menurunkan biaya bunga atau berinventasi
guna memperoleh pendapatan.

2. Pengukuran laba yang baik karena FIFO mengalokasikan gambaran laba yang
cenderung hanya melaporkan laba operasi dan menggunakan pengakuan keuntungan
pemilik persediaan sampai harga atau kuantitas menurun. Laba inflasi yang menyesatkan
cenderung tidak tampak sebagai bagian laba bersih bila metode LIFO digunakan

Metode LIFO mempunyai kelemahan:

1. Memperkecil laba
Penerapan harga terbaru terdapat pendapatan berjalan akan menghasilkan
penurunan laba pada periode inflasi. Akibatnya bila pemakai laporan keuangan tidak
paham bahwa laba yang rendah itu disebabkan penggunaan LIFO, maka harga pasar
saham perusahaan akan memburuk.

2. Saldo persediaan yang tidak realistis pada neraca.


Alokasi biaya persediaan akan dilaporkan lebih rendah. Jika terjadi inflasi, nilai
persediaan akan dilaporkan lebih rendah dari harga pasar atau nilai ganti periode
berjalan.

3. Asumsi arus biaya tidak realistis.


Pembebanan harga pokok berdasarkan LIFO tidak dapat dijadikan alat untuk
memperkirakan arus fisik barang dalam perusahaan. Jarang ditemukan dalam praktek
penggunaan atau transfer barang yang benar-benar sesuai dengan LIFO.
Berikut ini adalah contoh perhitungan persediaan menurut metode LIFO:
a. Asumsikan bahwa Call-Mart Inc. menggunakan sistem periodik.

Tanggal Kuantitas (Q) Biaya per unit Total Biaya


02 Maret 2.000 $4,75 $ 8.000
15 Maret 4.000 4,40 17.600
Persediaan akhir 6.000 $25.600

Barang yang tersedia untuk dijual $ 43.900


Dikurang persediaan akhir 25.600
Harga pokok penjualan $ 18.300

b. Diasumsikan bahwa Call-Mart Inc. menggunakan perpetual


Jika menggunakan sistem perpetual setiap kali barang datang
dijual atau dikeluarkan harus segera ditentukan dan dicatat.
Pembelian Penjualan Saldo

Tanggal Kuantitas Harga Total Kuantitas Harga Total Kuantitas Harga Total
(Q) (Q) (Q)
02 Maret 2,000 $4,00 $ 8.000 2,000 $ 4.00 $ 8.00
2,000 $ 4.00 $ 8.00
05 Maret 6,000 $4,40 $ 26.400 6,000 $ 4.40 $ 26.40
8,000 $ 4.00 $ 42.40
19 Maret 4.000 4.40 17.600 2,000 $ 4.00 $ 8.00
2,000 $ 4.40 $ 8.80
4,000 $ 16.80
30 Maret 2.000 4.75 $ 9.500 2,000 $ 4.00 $ 8.00
2,000 $ 4.40 $ 8.80
2,000 $ 4.75 $ 9.50
6,000 $ 26.30
SOAL

1. Jelaskan mengenai perbedaan antara sistem pencatatatn perpetual maupun periodik!


Jawab :
Sistem persediaan perpetual secara terus-menerus melacak perubahan akun
persediaan. Yaitu, semua pembelian dan penjualan barang dicatat secara langsung ke
akun persediaan pada saat terjadi. Sedangkan Menurut sistem persediaan periodik,
seluruh pembelian persediaan selama satu periode dicatat dengan mendebit akun
pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode ditambahkan ke biaya
persediaan on hand pada awal periode selanjutnya untuk menentukan total biaya
barang yang siap dijual selama periode berjalan.

2. PT. Adi Jaya menggunakan sistem perpetual dalam pencatatan persediaan. Persediaan
awalnya adalah 50 unit dan masing masing $34. Selama bulan juni, perusahaan
membeli 150 unit masing-masing $34 dengan retur penjualan 6 unit dan terjual 125
unit seharga $50 per unit. Buatlah jurnal transaksi tersebut!
Jawab :
Inventory (150 X $34)................................................... 5,100
Accounts Payable.............................................................. 5,100

Accounts Payable (6 X $34) ........................................... 204


Inventory............................................................................. 204

Accounts Receivable (125 X $50)................................6,250


Sales.................................................................................. 6,250

Cost of Goods Sold (125 X $34)..................................4,250


Inventory......................................................................... 4,250

3. PT. Miftah Sport mempunyai informasi terkait dengan pembelian keperluan


sepakbola, : harga beli : $45.000.000, biaya impor $375.000 , beban bunga $520,000,
beban angkut $125.000,. Tentukan persediaan dari perusahaan tersebut!
Jawab :
Purchase price................................................ $45,000,000

Import duties......................................................... 375,000

Transportation costs.............................................. 125,000

Cost of Inventory.......................................... $45,500,000


4. PT. Surya Abadi menggunakan sistem periodik untuk mencatat persediaannya.
Selama bulan April, perusahaan menjual 600 unit, berikut adalah informasi yang
tersedia.
UNIT BIAYA PER BIAYA TOTAL
UNIT
PERSEDIAAN, ¼ 250 $10 $2,500
PEMBELIAN, 400 $12 $4,800
15/4
PEMBELIAN, 350 $13 $4,550
23/4
1,000 $11,850

Hitunglah persediaan pada 30 April dan HPP pada bulan April dengan metode rata –
rata!
Jawab :
11850
Weighted average cost per unit = $ 11.85
1000
Ending inventory 400 X $11.85 $ 4,740

Cost of goods available for sale 11,850


Deduct ending inventory 4,740
Cost of goods sold (600 X $11.85) $ 7,110

5. Berdasarkan data pada nomor 4, hitunglah persediaan dengan menggunakan metode


FIFO!
Jawab :
April 23 350 X $13 $ 4,550
April 15 50 X $12 600
Ending inventory 5,150
Cost of goods available for sale 11,850
Deduct ending inventory 5,150
Cost of goods sold $ 6,700

PERSEDIAAN : DI LUAR HARGA POKOK

Persediaan : Masalah Penilaian Tambahan

Apa makna perubahan nilai persediaan? Sebagai contoh, tabel berikut memperlihatkan tren
penjualan dan persediaan tahunan terakhir dari beberapa toko eceran besar dibandingkan
dengan tahun sebelumnya:

Perusahaan Penjuala Persediaan


n
Nordstrom + 10.59% + 1.73%
Faderated Deparment Stores + 2.40% - 2.95%
JCPenney + 3.59% + 0.41%
Wal-Mart + 11.63% + 9.06%
Mart Department Stores + 8.23% + 13.38%
Target + 11.62% + 18.83%
Best Buy + 17.21% + 25.52%
Circuit City - 1.97% + 7.63%
Sears - 12.22% + 4.01%
Persediaannya tumbuh lebih cepat dari penjualan satu tahun ke tahun berikutnya, tren yang
harus dipandang sebagai sinyal peringatan bagi investor. Kenaikan tingkat persediaan
menunjukan bahwa jumlah pelanggan telah menurun dibandingkan periode
sebelumnya.seperti yang dikemukakan oleh seorang analisis, ketika persediaaan tumbuh lebih
cepat daripada penjualan, maka laba akan jatuh. Artinya, apabila peritel mengalami
pertumbuhan penjualan yang lambat dan pertumbuhan persediaan yang cepat, maka
penurunan harga jual (markdowns) biasanya tidak lama lagi akan dilakukan. Penurunan harga
ini selanjutnya akan menyebabkan pendapatan penjualan dan laba menjadi lebih rendah.

Nilai Terendah Antara Biaya dan Harga Pasar

Persediaan dicatat pada biaya awalnya. Akan tetapi, penyimpangan yang besar terhadap
prinsip biaya histori bisa dilakukan jika nilai persediaan menurun di bawah biaya awalnya.
Apapun alasan penurunan ini, perubahan tingkat harga, kerusakan, dan lain-lain persediaan
harus diturunkan nilainya untuk melaporkan kerugian ini. Aturan umumnya adalah bahwa
prinsip biaya historis tidak dapat diterapkan apabila manfaat (kemampuan
menghasilkan pendapatan) masa depan dari aktiva itu tidak lagi sebesar biaya
awalnya. Oleh karena itu, perusahaan melaporkan persediaan pada nilai terendah antara
biaya dan harga pasar (LCM) pada setiap periode pelaporan.

Biaya atau harga pokok (cost) adalah harga perolehan persediaan yang dihitung
dengan memakai salah satu metode berdasarkan biaya historis identifikasi khusus, biaya rata-
rata, FIFO, atau LIFO. Istilah pasar (market) dalam frase “nilai terendah antara biaya dan
harga pasar” (LCM) umumnya berarti biaya untuk mengganti barang melalui pembelian atau
reproduksi.

a. Nilai Terendah antara Biaya dan Harga Pasar Batas Atas dan Batas Bawah
Nilai realisasi bersih (Net Realizable Value – NRV) didefinisikan sebagai estimasi harga
jual dalam keadaan bisnis normal dikurangi dengan estimasi harga jual dalam keadaan
bisnis normal dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan penjualan yang dapat
diprediksi secara layak. Jumlah tersebut dikurangkan dengan marjin laba normal untuk
mendapatkan nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal (net realizable value less
a normal profit marjin).
Memiliki persediaan barang yang belum jadi dengan nilai jual $1.000, estimasi biaya
penyelesaian $300, dan marjin laba normal 10% dari penjualan, Jerry Mander menentukan
nilai realisasi bersih :

Persediaan nilai jual $ 1.000


Dikurangi: Estimasi biaya penyelesaian dan penjualan 300
Nilai realisasi bersih 700
Dikurangi: Penyisihan untuk marjin laba normal (10% dari penjualan) 100
Nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal $ 600
Aturan umum dari “nilai terendah antara biaya dan harga pasar” adalah:
penilaian dinilai pada nilai terendah antara biaya dan harga pasar, dengan harga
pasar dibatasi hingga jumlah yang tidak melebihi nilai realisasi bersih atau lebih
rendah dari nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal.
Batas atas (ceiling) adalah nilai realisasi bersih persediaan. Batas bawah (floor) adalah
nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal. Pembatasan maksimum, tidak
melebihi nilai realisasi bersih (batas atas), mencegah lebih saji nilai persediaan yang
usang atau rusak. Pembatasan minimum, yaitu tidak lebih rendah dari nilai realisasi
bersih dikurangi penyisihan untuk perkiraan marjin laba normal (batas bawah).

b. Bagaimana Nilai Terendah antara Biaya dan Harga Pasar Bekerja


Jumlah yang dibandingkan dengan biaya, yang sering disebut nilai pasar yang ditetapkan
(designated market value), selalu merupakan nilai tengah dari tiga jumlah: biaya
pengganti, nilai realisasi bersih, dan nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal.
Untuk mengilustrasikan bagaimana nilai pasar yang ditetapkan dihitung, asumsikan
bahwa informasi berikut berhubungan dengan persediaan.

Nilai Realisasi
Makanan Biaya Nilai Realisasi Bersih Dikurangi Nilai Pasar yang
Pengganti Bersih Marjin Laba Ditetapkan
(Batas Atas) Normal
(Batas Atas)
Bayam $ 88.000 $120.000 $104.000 $ 104.000
Wortel 90.000 100.000 70.000 90.000
Buncis 45.000 40.000 27.500 40.000
Kacang polong 36.000 72.000 48.000 48.000
Sayur campuran 105.000 92.000 80.000 92.000
Keputusan Nilai Pasar yang Ditetapkan:

Bayam Nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal dipilih karena merupakan
nilai tengah.

Wortel Biaya pengganti dipilih karena merupakan nilai tengah.

Kacang polong Nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal dipilih karena merupakan
nilai tengah.

Sayur campuran Nilai realisasi bersih dipilih karena merupakan niali tengah

Nilai pasar yang ditetapkan kemudian dibandingkan dengan biaya untuk menentukan
yang terendah antara biaya dan harga pasar. Hal tersebut menentukan nilai persediaan akhir.
Nilai Realisasi
Makanan Biaya Nilai Realisasi Bersih Dikurangi Nilai Pasar yang
Pengganti Bersih Marjin Laba Ditetapkan
(Batas Atas) Normal
(Batas Atas)
Bayam $ 88.000 $120.000 $104.000 $ 104.000
Wortel 90.000 100.000 70.000 90.000
Buncis 45.000 40.000 27.500 40.000
Kacang polong 36.000 72.000 48.000 48.000
Sayur campuran 105.000 92.000 80.000 92.000

Nilai Persediaan akhir $ 350.000

Aplikasi aturan nilai terendah antara biaya dan harga pasar hanya
memperhitungkan kerugian nilai yang terjadi dalam kegiatan bisnis normal yang
disebabkan oleh hal-hal seperti perubahan metode, perubahan permintaan, atau keusangan
akibat terlalu lama dipajang. Barang-barang yang rusak atau aus dikurangi dari nilai
realisasi bersihnya. Jika material, barang-barang semacam itu dapat dicatat dalam akun
persediaan yang terpisah.

c. Metode Pengaplikasian LCM


Kenaikan harga pasar barang cenderung mengoffset penurunan harga pasar barang yang
lain, jika pendekatan kategori atau total persediaan yang utama digunakan dalam
mengaplikasikan aturan LCM. Sebagai ilustrasi, memisahkan produk-produk makanannya
dalam dua kategori utama, yaitu makanan kaleng dan makanan beku.

LCM Menurut
Nilai Pasar Setiap Kategori Total
yang Barang Utama Persediaan
Biaya Ditetapkan
Beku:
Bayam $ 80.000 $ 104.000 80.000
Wortel 100.000 90.000 90.000
Buncis 50.000 40.000 40.000
Total makanan beku 203.000 234.000 $203.000
Kaleng
Kacang polong 90.000 48.000 48.000
Sayur campuran 95.000 92.000 92.000
Total makanan kaleng 185.000 140.000 140.000
Total $ 415.000 $ 374.000 $350.000 $370.000 $ 374.000
Jika aturan LCM diaplikasikan pada setiap barang, maka jumlah persediaan adalah
$350.000; jika diaplikasikan pada kategori utama, nilainya adalah $370.000; dan jika
diaplikasikan pada total persediaan, nilainya akan menjadi $374.000. Alasan perbedaan ini
adalah karena nilai pasar yang lebih tinggi dari biaya akan mengoffset nilai pasar yang
lebih rendah dari biaya jika pendekatan kategori utama atau total persediaan digunakan.
Metode yang dipilih harus merupakan metode yang paling jelas mencerminkan laba.
Apapun metode yang dipilih, metode tersebut harus diaplikasikan secara konsisten
dari satu periode ke periode lain.

d. Pencatatan Harga “Pasar” dan Bukan Biaya


Salah satu dari dua metode digunakan untuk mencatat persediaan pada harga pasar.
1. Metode langsung (direct method), biaya digantikan dengan harga pasar (yang lebih
rendah) ketika menilai persediaan.
2. Metode tidak langsung (indirect method) atau metode penyisihan (allowance method),
tidak mengubah angka biaya, tetapi membentuk akun kontra aktiva yang terpisah dan
akun kerugian untuk mencatat penghapusan.

Ilustrasi berikut yang memperlihatkan ayat jurnal menurut kedua metode didasarkan atas
data persediaan berikut ini:

Harga pokok penjualan $ 108.000 (sebelum penyesuaian ke harga pasar)

Persediaan akhir (biaya) 82.000

Persediaan akhir (pada harga pasar) 70.000

Metode Langsung
Pendapatan dari penjualan $ 200.000
Harga pokok penjualan (setelah penyesuaian ke harga pasar) 120.000
Laba kotor atas penjualan $ 80.000
Metode Tidak Langsung atau Penyisihan
Pendapatan dari penjualan $ 200.000
Harga pokok penjualan 180.000
Laba kotor atas penjualan 92.000
Kerugian akibat penurunan harga pasar persediaan 12.000
$ 80.000
*Harga pokok penjualan (sebelum penyesuaian ke harga pasar) $ 108.000
Selisih antara persediaan pada biaya dan harga pasar ($82.000 - $70.000) 12.000
Harga pokok penjualan (setelah penyesuaian ke harga pasar)
$ 120.000

Cara penyajian kedua (metode tidak langsung) lebih disukai karena secara jelas
mengungkapkan kerugian yang terjadi oleh penurunan harga pasar persediaan. Cara
penyajian yang pertama (metode langsung) memasukkan kerugian ini dalam harga pokok
penjualan.
Dengan menggunakan metode tidak langsung, penyisihan untuk mengurangkan
persediaan ke harga pasar akan dilaporkan dalam neraca sebagai pengurangan sebesar
$12.000 terhadap persediaan. Pengurangan ini memungkinkan laporan laba-rugi dan
neraca memperlihatkan persediaan akhir sebesar $82.000, walaupun neraca menampilkan
jumlah bersih sebesar $70.000. Cara penyajian kedua juga membuat buku besar pembantu
dan catatan persediaan tetap sesuai dengan akun pengendali tanpa mengubah harga per
unit.
Sebagai akuntan membiarkan akun ini dalam pembukuan dan hanya
menyesuaikan saldonya pada akhir tahun berikutnya agar sesuai dengan selisih
antara biaya dengan LCM pada tanggal neraca.

e. Evaluasi atas Aturan LCM


Aturan LCM memiliki beberapa defisiensi atau kelemahan konseptual:
1. Penurunan nilai aktiva dan pencatatan nya sebagai beban diakui pada periode ketika
kerugian utilitas ini terjadi bukan pada periode penjualan. Pada sisi lain, kenaikan nilai
aktiva hanya diakui pada saat penjualan terjadi. Perlakuan ini tidak konsisten dan dapat
menyebabkan data laba terdistorsi.
2. Aplikasi aturan LCM menghasilkan inkonsistensi karena persediaan perusahaan
mungkin dinilai menurut biaya dalam satu tahun dan harga pasar dalam tahun
berikutnya.
3. LCM menilai persediaan dalam neraca secara konservatif, tetapi dampaknya terhadap
laporan laba-rugi mungkin atau tidak mungkin bersifat konservatif. Laba bersih tahun
berjalan ketika kerugian diakui jelas lebih rendah; laba bersih untuk periode berikutnya
mungkin lebih tinggi dari normal jika penurunan yang ditetapkan atas harga jual tidak
material.
4. Aplikasi aturan LCM menggunakan “Laba normal” dalam menentukan nilai
persediaan. Karena laba normal merupakan angka estimasi yang didasarkan.

Aturan LCM dirancang untuk memberikan informasi mengenai penurunan


nilai persediaan secara tepat waktu.ketika nilai persediaan menurun, laba akan
jatuh pada periode pencatatan penurunan tersebut.

Dasar Penilaian

a. Penilaian menurut Nilai Realisasi Bersih


Nilai realisasi bersih (harga jual dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan penjualan),
bukan biaya pengganti, untuk tujuan pengaplikasian aturan LCM. Dalam situasi terbatas,
pencatatan persediaan menurut nilai realisasi bersih mendapat dukungan dari banyak
pihak sekalipun jumlah ini melampaui biaya. Pengecualian atas aturan pengakuan normal
ini dibolehkan oleh GAAP jika :
1. Terdapat pasar terkendali dengan harga kuota yang berlaku bagi semua kuantitas dan
2. Tidak ada biaya penjualan yang signifikan.
Sebagai contoh, perusahaan pertambangan biasanya melaporkan persediaan mineral
tertentu (kususnya logam yang langka) pada harga jual karena sering kali terdapa psara
terkendali tanpa biaya penjualan yang signifikan.
Alasan ketiga dari pemakaian metode pemakaian metode penilaian ini adalah bawa
kadang-kadang angka biaya terlalu sulit dihitung. Dalam sebuah pabrik manufaktur,
berbagai bahan baku dan komponen yang dibeli dicampur untuk menciptakan barang jadi
sehingga angka biaya tidak sulit ditentukan. Berbagai barang dalam persediaan, dapat
diperhitungkan atas dasar biaya karena biaya dari setiap komponen telah diketahui.
Namun, dalam perusahaan pengemasan daging, situasinya berbeda. “Bahan baku” terdiri
dari sapi, babi, atau domba, yang masing-masing dibeli secara keseluruhan dan kemudian
dibagi menjadi beragam produk.
Jauh lebih mudah dan bermanfaat bagi perusahaan untuk menentukan harga pasar
berbagai produk dan menilainya pada harga jual dikurangi berbagai biaya, seperti biaya
pengiriman dan penanganan, yang diperlukan agar produk-produk ini sampai ke pasar.
Jadi, karena keunikan dari industri pengepakan daging, persediaan kadang-kadang
dilaporkan pada harga jual dikurangi biaya distribusi.

b. Penilaian dengan Menggunakan Nilai Penjualan Relatif


Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa Woodland Developers membeli tanah seharga $1 juta
yang dibagi menjadi 400 petak. Petak-petak ini memiliki ukuran dsn bentuk yang berbeda,
tetapi secara kasar dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelas, A, B, dan C. Ketika petak-
petak ini dijual, harga beli sebesar $1 juta akan dibagi diantara petak-petak hang telah
terjual dan petak-petak yang masih ada di tangan.
Namun tidak tepat untuk membagi total biaya sebesar $1 juta ke dalam 400 petak
secara merata, atau $2.500 per petak, karena ukuran, bentuk, dan daya tariknya berbeda.
Ketika menghadapi situasi semacam itu tidak jarang ditemui praktek yang paling umum
dan yang paling logis adalah mengalokasikan total biaya di antara berbagai unit atas dasar
nilai penjualan relatifnya.
Ilustrasi dibawah ini memperlihatkan alokasi nilai penjualan relatif untuk contoh
Woodland Developers.

Jumlah Harga Harga Biaya yang Biaya


Petak Petak Jual per Harga Jual Jual Total Dialokasika per
Petak Total Relatif Biaya n ke Petak Petak
A 100 $ 10.000 $1.000.000 100/250 1.000.000 $ 400.000 $4.000
B 100 6.000 600.000 60/250 1.000.000 240.000 2.400
C 200 4.500 900.000 90/250 1.000.000 360.000 1.800
$2.500.000 $1.000.000

Biaya petak yang terjual dan laba kotor dapat dihitung dengan menggunakan
jumlah yang terdapat dalam kolom “Biaya per Petak” sebagai berikut:
Jumlah Petak Biaya per Biaya Petak
Petak yang Terjual Petak yang Terjual Penjualan Laba Kotor
A 77 $4.000 $308.000 $770.000 $462.000
B 80 2.400 192.000 480.000 288.000
C 100 1.800 180.000 450.000 270.000
$680.000 $1.700.000 $1.020.000

Karena itu persediaan akhir adalah $320.000 ($1.000.000 - $680.000).


Jumlah persediaan ini dapat juga dihitung dengan cara lain. Rasio biaya terhadap harga
jual untuk semua petak adalah $1.000.000 dibagi dengan $2.500.000, atau 40%. Dengan
kata lain, jika total harga jual dari petaak-petak yang terjual adalah $1.700.000, maka
biaya dari petak-petak ini adalah 40% dari $1.700.000 atau $680.000. Jadi, persediaan
petak uang masih ada di tangan adalah $1.000.000 - $680.000, atau $320.000.
Metode nilai penjualan relatif digunakan dalam industri minyak untuk menilai
(pada biaya) banyak produk dan produk sampingan yang diperoleh dari satu barel minyak
mentah.

c. Komitmen Pembelian Satu Masalah Khusus


Dalam banyak lini bisnis, kelangsungan hidup dan profitabilitas perusahaan tergantung
pada tersedianya persediaan barang dagang yang mencukupi untuk memenuhi semua
permintaan pelanggan. Akibatnya, sangat wajar bagi sebuah perusahaan untuk membuat
komitmen pembelian (purchase commitments), yang setuju untuk membeli persediaan
beberapa minggu, bulan, atau beberapa tahun di muka. Umumnya, hak atas barang dagang
atau bahan baku yang terkait dengan komitmen pembelian ini belum berpindah ke
pembeli. Sebenarnya barang itu masih berupa sumber daya alam atau, dalam kasus
komoditi, bibit yang belum ditanam, atau dalam kasus produk, masih berupa barang dalam
proses.
Pesanan yang umum, yang harganya sudah ditentukan pada saat dikirimkan dan bisa
dibatalkan sewaktu-waktu oleh pembeli maupun penjual, bukan merupan aktiva atau
kewajiban bagi pembeli. Jadi, komitmen pembelian ini tidak perlu dicatat dalam
pembukuan atau dilaporkan dalam laporan keuangan.
Jika harga pasar kontrak melebihi harga pasar dan kerugian diperkirakan akan
muncul pada saat pembelian dilaksanakan, maka kerugian ini harus diakui dalam
periode terjadinya penurunan harga pasar.

Metode Laba Kotor untuk Mengestimasi Persediaan

Tujuan dasar dari perhitungan fisik persediaan adalah untuk memeriksa kekauratan catatan
persediaan perpetual atau, jika tidak ada catatan, untuk mengetahui jumlah persediaan.
Terkadang, perhitungan fisik tidak praktis untuk dilakukan sehingga terdapat ukuran lain
yang dpaat digunakan untuk mengestimasi persediaan yang ada di tangan.
Metode yang dimaksud adalah metode laba kotor atau sering juga disebut metode marjin
kotor. Metode ini digunakan secara luas oleh para auditor dalam situasi di mana hanya
diperlukan suatu estimasi atas persediaan perusahaan.

Metode laba kotor (gross profit method) didasarkan pada tiga asumsi:
1. Persediaan awal ditambah pembelian sama dengan total barang yang diperhitungkan.
2. Barang yang belum terjual harus berada di tangan.
3. Jika penjualan dikurangin biaya, dikurangkan dari jumlah persediaan awal ditambah
pembelian, maka hasilnya adalah persediaan akhir.

Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa Cetus Corp. memiliki persediaan awal $60.000 dan
pembelian $200.000, keduanya berbasis biaya. Penjualan menurut harga jual berjumlah
$280.000. Laba kotor atas harga jual adalah 30%. Metode laba kotor diaplikasikan sebagai
berikut:

Persediaan awal (pada biaya ) $ 60.000


Pembelian (pada biaya) 200.000
Barang yang tersedia (pada biaya) $260.000
Penjualan (pada harga jual) $280.000
Laba kotor (30% dari $280.000) (84.000)
Penjualan (pada biaya) $196.000
Perkiraan persediaan (pada biaya) $ 64.000

a. Perhitungan Persentase Laba Kotor


Dalam sebagian besar situasi, persentase laba kotor (gross profit percentage) disediakan
sebagai persentase harga jual. Laba kotor atas harga jual merupakan metode yang
umum digunakan untuk menghtung laba karena beberapa alasan, (1) Sebagian besar
barang dinyatakan atas dasar eceran, bukan biaya. (2) Laba yang dihitung atas harga jual
lebih rendah daripada laba yang didasarkan atas biaya, dan persentase yang lebih rendah
ini disukai pelanggan. (3) Laba kotor yang didasarkan atas harga jual tidak pernah
melebihi 100%.

Dalam ilustrasi sebelumnya, angka laba kotor telah diketahui. Namun, bagaimana angka
tersebut ditentukan? Untuk melihat bagaimana persentase laba kotor dihitung, asumsikan
bahwa suatu barang dengan biaya $15,00 dijual seharga $20,00, atau dengan laba kotor
$5,00. Markup ini berjumlah seperempat atau 25% dari harga eceran dan sepertiga atau
1
33 % dari biaya. Perhitungan persentase laba kotor sebagai berikut.
3

Markup $ 5,00 Markup $ 5,00 1


= = 25% pada eceran = =33 % pada biaya
Eceran $ 20,00 Eceran $ 15,00 3

Walaupun perusahaan biasa menghitung laba kotor atas dasar harga jual, namun kita
harus memahami hubungan dasar antara markup atas biaya dan markup atas harga jual.
Sebagai contoh, (1) Asumsikan bahwa diberitahu markup atas biaya untuk suatu barang
tertentu adalah 25%. Lalu, berapa laba kotor atas harga jual? Dan (2) Asumsikan
diberitahu bahwa laba kotor atas harga jual adalah 20%. Berapa markup atas harga jual?
Untuk menjawabnya, asumsikan bahwa harga jual barang tersebut adalah $1,00. Maka,
rumus berikut dapat diaplikasikan:

(1) Harga jual (SP) = Biaya (C) + Laba (2) Harga jual (SP) = Biaya (C) + Laba
kotor kotor
SP = C + 0,25C SP = C + 0,20SP
SP = (1 + 0,25)C (1 – 0,20)SP = C
$1,00 = 1,25C $0,80SP = C
$0,80 = C $0,80 ($1,00) = C
$0,80 = C

Laba kotor di sini adalah $0,20 Maka, markup adalah $0,20 dan markup
($1,00 - $0,80) dan persentase laba kotor atas biaya adalah 25% ($0,20/$0,80).
atas harga jual adalah 25% ($0,20/$1,00).

Retailer menggunakan rumus berikut untuk menyatakan hubungan tersebut:


Persentase markup atas biaya
1. Laba kotor atas harga jual =
100 %+ Persentase markup atas biaya

Laba kotor atas harga jual


2. Persentase markup atas biaya =
100 %− Labakotor atas harga jual

Karena harga jual lebih besar dari biaya, dan jumah laba kotor sama untuk keduanya,
maka laba kotor atas harga jual akan selalu lebih rendah daripada persentase terkait yang
didasarkan atas biaya. Hal yang harus diperhatikan adalah penjualan tidak boleh dikalikan
dengan persentase markup yang didasarkan atas biaya, sementara persentase laba kotor
harus dikonversikan menjadi persentase yang didasarkan atas harga jual.

b. Evaluasi atas Metode Laba Kotor


Kelemahan utama dari metode laba kotor, yang pertama adalah metode ini
menghasilkan suatu estimasi. Akibatnya, perhitungan fisik persediaan harus dilakukan
sekali setahun untuk memeriksa jumlah persediaan yang sebenarnya ada di tangan.
Kedua, metode laba kotor menggunakan persentase masa lalu dalam menentukan
markup. Padahal, harus diperhatikan bahwa setiap kali fluktuasi yang signifikan terjadi,
persentase ini harus disesuaikan juga. Ketiga, aplikasi persentase laba kotor kelompok
harus dilakukan secara hati-hati. Metode laba kotor biasanya tidak boleh dipakai bagi
tujuan pelaporan keuangan karena hanya menyediakan suatu estimasi. Selain itu, metode
laba kotor dibolehkan untuk menentukan persediaan akhir bagi tujuan pelaporan interim
dan pemakaian metode ini harus diungkapkan dalam catatan kaki.

Metode Persediaan Eceran

Akuntansi untuk persediaan dalam bisnis eceran memberikan sejumlah tantangan. Bagi
retailer bervolume tinggi yang memiliki banyak jenis persediaan yang berbeda akan sangat
kesulitan untuk menentukan biaya setiap penjualan, mencatat kode biaya pada kartu,
mengubah kode untuk mencerminkan penurunan nilai barang dagang, mengalokasikan biaya
seperti transportasi, dan sebagainya jika memakai metode identifikasi khusus.

Maka, alternatif yang bisa dilakukan adalah menyusun persediaan menurut harga eceran.
Dalam sebagian besar perusahaan eceran, terdapat pola yang dapat diamati antara harga dan
biaya. Metode ini dinamakan metode persediaan eceran (retail inventory method),
mensyaratkan bahwa pencatatan dilakukan atas (1) total biaya dan nilai eceran dari
barang yang dibeli, (2) total biaya dan nilai eceran barang yang tersedian untuk dijual,
dan (3) penjualan periode berjalan. Penggunaan metode ini sudah sangat umum. Sebagai
contoh, took swalayan Safeway, Target Corp, Wal-Mart, dan Best Buy.

Berikut akan dijelaskan dengan ilustrasi cara kerja perusahaan yang menggunakan metode
persediaan eceran.

Best Buy
(Periode Berjalan)
Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal $14.000 $ 20.000
Pembelian 63.000 90.000
Barang tersedia untuk dijual $77.000 110.000
Penjualan (85.000)
Persediaan akhir, pada harga eceran $ 25.000

Rasio biaya terhadap harga eceran ($77.000 : $110.000) = 70%


Persediaan akhir pada biaya (70% x $25.000) = $17.500

Terdapat beberapa versi metode persediaa eceran—metode konvensional (nilai terendah


antara biaya rata-rata dan harga pasar), metode biaya, metode eceran LIFO, dan metode
eceran LIFO nilai-dolar. Salah satu keunggulan metode ini adalah bahwa saldo persediaan
dapat diestimasi tanpa perhitungan fisik. Metode persediaan aeceran sangat berguna bagi
setiap jenis laporan interim, karena pengukuran nilai persediaan yang handal dan cepat
biasanya dibutuhkan. Metode ini juga berfungsi sebagai perangkat pengendalian (control
device) karena setiap penyimpangan dari hasil fisik pada akhir tahun harus dijelaskan. Selain
itu, metode eceran ini juga mempercepat perhitungan fisik persediaan pada akhir tahun.

a. Konsep Metode Eceran


Jumlah yang diperlihatkan dalam kolom ‘Eceran’ pada ilustrasi sebelumnya merupakan
harga eceran awal, dengan mengasumsikan bahwa harga tidak berubah. Namun, dalam
prakteknya, harga jual sering kali di-markup dan di-markdown. Bagi retailer, markup
berarti tambahan atas harga eceran awal. Pembatalan markup (markup cancellations)
adalah penurunan harga barang dagang yang sebelumnya telah di-markup di atas harga
eceran awal. Dalam pasar komptetitif, retailer sering kali perlu menggunakan markdown,
yakni penurunan harga jual awal. Pembatalan markdown (markdown cancellations)
terjadi apabila markdown kemudian di-offset oleh kenaikan harga barang yang
sebelumnya telah di-markdown. Baik pembatalan markup maupun pembatalan markdown
tidak bisa melampaui markup atau markdown awal.

b. Metode Persediaan Eceran dengan Markup dan Markdown—Metode Konvensional


Perusahaan eceran menggunakan konsep markup dan markdown dalam melakukan
penilaian persediaan yang layak pada akhir periode akuntansi. Untuk memahami metode
ini, diilustrasikan bahwa persediaan akhir In-Fusion Inc. menurut biaya dapat dihitung
dengan dua asumsi, A dan B.
- Asumsi A: Hitunglah rasio biaya setelah markup (dan pembatalan markup) tetapi
sebelum markdown.
- Asumsi B: Hitunglah rasio biaya setelah markup dan markdown (dan pembatalan
markup dan markdown)

Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal $ 500 $ 1.000
Pembelian (bersih) 20.000 35.000
Markup 3.000
Pembatalan markup 1.000
Markdown 2.500
Pembatalan markdown 2.000
Penjualan (bersih) 25.000
INFUSION INC.
Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal $ 500 $ 1.000
Pembelian (bersih) 20.000 35.000
Barang tersedia untuk dijual 20.500 36.000
Markup $3.000
Pembatalan markup 1.000
Markup bersih 2.000
20.500 38.000

A. Rasio biaya terhadap harga eceran: ❑


❑ = 53,9%
Markdown 2.500
Pembatalan markdown (2.000)
Markdown bersih 500
20.500 37.500

B. Rasio biaya terhadap harga eceran: ❑


❑ = 54,7%
Penjualan (bersih) 25.000
Persediaan akhir pada harga eceran $12.500

Perhitungan untuk In-Fusion adalah:


Persediaan akhir pada harga eceran x Rasio biaya = Nilai persediaan akhir
- Asumsi A: $12.000 x 53,9% = $6.737,50
- Asumsi B: $12.000 x 54,7% = $6,837,50

Metode persediaan eceran konvensional hanya menggunakan asumsi A. Metode ini


dirancang untuk memperkirakan nilai terendah antara biaya rata-rata dan harga pasar.
Metode ini dapat disebut sebagai pendekatan LCM atau metode persediaan eceran
konvensional.

Markup biasanya menunjukkan bahwa nilai pasar barang telah naik. Pada sisi lain,
markdown berarti bahwa nilai manfaat barang telah menurun. Karena itu, jika kita
berupaya memperkirakan LCM, maka markdown harus dipandang sebagai kerugian dan
tidak dilibatkan dalam perhitungan rasio-biaya-terhadap-harga-eceran. Jadi, rasio-biaya-
terhadap-harga-eceran akan menjadi lebih rendah, sehingga mengarah pada perkiraan
LCM.

Oleh karena itu, untuk memperkirakan LCM, rasio-biaya-terhadap-harga-eceran harus


ditetapkan dengan membagi biaya barang yang tersedia dengan jumlah harga eceran awal
barang itu ditambah dengan markup bersih; markdown dan pembatalan markdown tidak
diperhitungkan. Format dasar dari metode persediaan eceran dengan pendekatan LCM:

INFUSION INC.
Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal $ 500 $ 1.000
Pembelian (bersih) 20.000 35.000
Total 20.500 36.000

Ditambah: Markup bersih


Markup $3.000
Pembatalan markup (1.000) 2.000
Total $20.500 38.000

Dikurang: Markdown bersih


Markdown 2.500
Pembatalan markdown (2.000) 500
Harga jual barang yang tersedia 37.500
Dikurang: Penjualan (bersih) 25.000
Persediaan akhir, pada harga eceran $ 12.500

Biaya barang yang tersedia untuk dijual


Rasio biaya-terhadap-harga-eceran:
Harga eceran awal barang yang tersedia
$ 20.500
: = 53,9%
$ 38.000

Persediaan akhir pada LCM (53,9% x $12.500) = $


6.737,50

c. Pos-pos Khusus yang Berhubungan dengan Metode Eceran


Dalam metode eceran, kita memperlakukan pos-pos khusus sebagai berikut:
1) Biaya pengangkutan diperlakukan sebagai bagian dari biaya pembelian.
2) Retur pembelian biasanya dipandang sebagai pengurangan baik pada biaya maupun
harga eceran.
3) Diskon pembelian dan pengurangan harga biasanya dipandang sebagai pengurang
biaya pembelian.

Perlakuan atas pos-pos yang mempengaruhi kolom biaya dari metode persediaan eceran
mengikuti perhitungan biaya yang tersedia untuk dijual. Selain itu, retur penjualan dan
pengurangan harga dipandang sebagai penyesuain terhadap pernjualan kotor; namun
diskon penjualan tidak diakui apabila penjualan dicatat sebagai penjualan kotor.
Menyesuaikan akun diskon penjualan dalam situasi semacam itu akan menghasilkan
angka persediaan akhir (menurut harga eceran) yang lebih saji.

Sejumlah pos-pos khusus juga memerlukan analisis yang seksama:


1) Transfer masuk dari departemen lain, misalnya, harus dilaporkan dengan cara yang
sama seperti pada pemeblian dari perusahaan lain.
2) Kekurangan normal (pecah, rusak, hilang, atau aus) harus mengurangi kolom ‘harga
eceran’ kerena barang-barang ini tidak lagi tersedia untuk dijual.
3) Kekurangan abnormal harus dikurangkan dari kolom ‘biaya’ dan kolom ‘harga
eceran’ serta dilaporkan sebagai jumlah persediaan khusus atau sebagai kerugian.
4) Diskon untuk karyawan harus dikurangkan dari kolom harga eceran, dengan cara
yang sama seperti dalam penjualan.

Ilustrasi berikut memperlihatkan metode persediaan eceran konvensional dengan pos-pos


khusus:

EXTREME SPORT APPAREL


Biaya Harga Eceran
Persediaan awal $ 1.000 $ 1.800
Pembelian 30.000 60.000
Transportasi-masuk 600 -
Retur pembelian (1.500) (3.000)
Total 30.100 58.800
Markup bersih 9.000
Kekurangan abnormal (1.200) (2.000)
Total $28.900 65.800

Dikurangi:
Markdown bersih 1.400
Penjualan $36.000
Retur penjualan 900 35.100
Diskon untuk karyawan 800
Kekurangan normal 1.300
$27.200
$ 28.900
Rasio biaya terhadap harga eceran: = 43,9%
$ 65.800

Persediaan akhir pada LCM (43,9% x $27.200) = $11.940,80


d. Evaluasi atas Metode Persediaan Eceran
Salah satu karakteristik dari metode persediaan eceran adalah bahwa metode itu memiliki
pengaruh rata-rata terhadap berbagai tingkat laba kotor. Jika diaplikasikan kepada
perusahaan secara keseluruhan, di mana tingkat laba kotor bervariasi antar departemen,
maka tidak ada penyisihan yang dibuat untuk menutupi distorsi hasil akibat perbedaan
seperti itu. Sejumlah perusahaan telah memodifikasi metode persediaan eceran dalam
kondisi semacam itu dengan menghitung persediaan secara terpisah menurut departemen
atau kelompok barang dagang yang memiliki laba kotor yang sama. Selain itu, realibilitas
metode ini mengasumsikan bahwa distribusi barang dalam persediaan serupa dengan
“bauran” dalam total barang yang tersedia untuk dijual.

Penyajian Dan Analisis

a. Penyajian Persediaan
Standar akuntansi mewajibkan laporan keuangan mengungkapkan komposisi dari
persediaan, pengaturan pembiayaan persediaan, dan metode kalkukasi biaya persediaan
yang digunakan. Perusahaan manufaktur juga harus melaporkan komposisi persediaan
baik dalam neraca ataupun dalam skedul terpisah. Pengaturan biaya yang penting atau
tidak biasa yang berhubungan dengan persediaan mungkin memerlukan catatan
pengungkapan.

Dasar penilaian persediaan dan metode yang dipakai dalam menghitung biaya (FIFO,
LIFO, biaya rata-rata, dan sebagainya) juga harus dilaporkan. Apabila perusahaan ingin
mengubah metode penetapan harga salah satu dari unsur-unsur persediaannya, maka
perubahan prinsip akuntansi ini harus dilaporkan. Sebagai contoh, jika perusahaan
mengubah metode akuntansi barang A dari FIFO ke biaya rata-rata, maka perubahan ini
berserta pengaruhnya terhadap laba, harus dilaporkan secara terpisah dalam laporan
keuangan.

b. Analisis Persediaan
Jumlah persediaan harus dikelola oleh perusahaan. Namun, pengelolaan persediaan
membutuhkan perhatian terus-menerus. Pada satu sisi, manajemen ingin memiliki
berbagai jenis dan kuantitas persediaan yang besar sehingga konsumen bisa memilih dan
selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan. Akan tetapi, kebijakan persediaan
semacam itu membutuhkan biaya pencatatan yang besar. Pada sisi lain, tingkat persediaan
yang rendah bisa menimbulkan stockout, hilangnya penjualan, dan membuat konsumen
marah.

Rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk mencari jalan tengah dari keduanya. Rasio-
rasio yang umum digunakan adalah:
- Rasio Perputaran Persediaan
Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali, secara rata-rata, persediaan terjual
selama suatu periode. Tujuannya adalah untuk mengukur likuiditas persediaan. Rasio
perputaran persediaan dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan
persediaan rata-rata yang ada di tangan selama suatu periode. Kecuali faktor-faktor
musiman sangat signifikan, persediaan rata-rata dapat dihitung memakai saldo
persediaan awal dan saldo persediaan akhir.

- Jumlah Hari Rata-rata untuk Menjual Persediaan


Salah satu varian dari rasio perputaran persediaan adalah jumlah hari rata-rata untuk
menjual persediaan, yang merupakan jumlah hari rata-rata penjualan persediaan yang
ada di tangan. Sebagai contoh, jika perputaran Kellog Company 8 kali, dibagi dengan
365 hari, maka hasilnya adalah 45,6 hari,

Perusahaan yang paling sukses adalah perusahaan yang mampu mempertahankan tingkat
persediaan yang rendah dan memiliki rasio perputaran persediaan yang lebih tinggi
daripada pesaingnya, serta mampu memenuhi kebutuhan pelanggannya.

Metode Eceran LIFO

Banyak perusahaan ritel telah beralih dari perlakuan yang lebih konvensional ke metode
eceran LIFO untuk mendapatkan keuntungan pajak yang berkaitan dengan penilaian
persediaan LIFO. Selain itu, penggunaan asumsi LIFO juga akan menghasilkan
penandinga yang lebih baik antara biaya dengan pendapatan. Aplikasi metode eceran
LIFO dilakukan dengan dua asumsi: (1) harga stabil dan (2) harga yang berfluktuasi.

a. Harga Stabil—Metode Eceran LIFO


Menurut metode eceran LIFO, baik markup dan markdown diperhitungkan dalam
persentase biaya-terhadap-harga-eceran. Selain itu, karena metode LIFO hanya
berkaitan dengan lapisan tambahan, atau jumlah yang harus dikurangkan dari lapisan
sebelumnya, maka persediaan awal tidak dimasukkan dalam persentase biaya-terhadap-
harga-eceran. Asumsi utama dari metode eceran LIFO adalah bahwa markup dan
markdown hanya berlaku untuk barang-barang yang dibeli selama periode berjalan dan
bukan untuk persediaan awal.

b. Harga Berfluktuasi—Metode Eceran LIFO Nilai-Dolar


Asumsikan bahwa perubahan tingkat harga persediaan terjadi. jika tingkat harga
berubah, maka perubahan harga itu harus dihilangkan karena kita sedang mengukur
kenaikan persediaan, bukan kenaikan nilai dollarnya. Pendekatan ini disebut dengan
metode eceran LIFO nilai-dolar.

Dalam menghitung persediaan LIFO menurut pendekatan LIFO nilai-dolar, kenaikan


dollar persediaan dicari dan dideflasikan ke harga awal tahun untuk menentukan apakah
kenaikan atau penurunan actual kuantitias telah terjadi. jika telah terjadi kenaikan
kuantitas, maka kenaikan ini dinilai pada indeks baru—untuk menghitung nilai lapisan
baru. Jika telah terjadi penurunan kuantitas, maka penurunan ini harus dikurangkan dari
lapisan paling akhir sampai ke tingkat yang diperlukan. Jika terjadi penurunan riil
dalam persediaan, maka lapisan sebelumnya harus “dikeluarkan” dari harga yang
berlaku pada saat lapisan tersebut ditambahkan.

Baik metode LCM maupun metode eceran LIFO memiliki keunggulan dan kelemahan
tersendiri. Dari sisi praktis, pemilihan metode persediaan eceran seringkali melibatkan
penentuan metode mana yang memberikan laba kena pajak yang paling rendah. LIFO
akan memberikan penandingan biaya berjalan yang lebih tepat, tetapi persediaan akhir
ditetapkan menurut biaya. Di sisi lain, metode persediaan eceran konvensional mungkin
meneyebabkan penghapusan yang lebih besar karena penggunaan pendekatan LCM
dapat mengoffset penandingan biaya berjalan LIFO.

c. Peralihan dari Metode Eceran Konvensional ke Metode Eceran LIFO


Karena metode eceran konvensional merupakan pendekatan LCM, maka persediaan
awal harus dinyatakan kembali ke dasar biaya apabila beralih dari metode eceran
konvensional ke metode LIFO. Pendekatan yang umum dipakai adalah menghitung
dasar biaya dari pembelian tahun sebelumnya, kemudian disesuaikan dengan markup
dan markdown.

SOAL

1. Sebuah perusahaan membeli 50 jas hujan dengan biaya Rp 1.000.000 atau Rp 20.000
untuk satu setel jas hujan. Perusahaan tersebut menjual satu setel jas hujannya dengan
harga Rp 25.000. Hitunglah berapa markupnya jika perusahaan tersebut menaikkan harga
satu setel jas hujan menjadi Rp 32.000? Lalu, perusahaan memutuskan untuk menurunkan
harga jual untuk satu setel jas hujan karena musim yang telah berubah. Harga untuk satu
setelnya berubah menjadi Rp 22.000, maka hitunglah berapa markdown dan pembatalan
markup?
Jawab:
- Jika harga satu setel jas hujan dinaikkan menjadi Rp 32.000, maka perusahaan
melakukan markup sebesar Rp 7.000.
- Pada harga Rp 22.000, perusahaan telah melakukan pembatalan markup sebesar Rp
7.000 dan telah dilakukan markdown sebesar Rp 3.000

2. Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan PT. Makmur untuk tahun berjalan:
Persediaan awal Rp 6.500.000
Pembelian Rp 11.500.000
Total barang yang tersedia untuk dijual Rp 18.000.000
Penjualan Rp 20.000.000

Hitunglah persediaan akhir dengan mengasumsikan laba kotor atas harga jual adalah 40%.

Jawab:

Persediaan awal Rp 6.500.000


Pembelian Rp 11.500.000
Total barang yang tersedia untuk dijual Rp 18.000.000
Penjualan (pada harga jual) Rp 20.000.000

Dikurang: Laba kotor (40% x Rp 20.000.000) Rp 8.000.000


Penjualan (pada biaya) Rp 12.000.000
Perkiraan persediaan (pada biaya) Rp 6.000.000

3. Apa fungsi dari metode persediaan eceran?

Jawab:
a. Metode persediaan eceran berfungsi sebagai perangkat pengendalian, karena setiap
penyimpangan dari hasil fisik pada akhir tahun harus dijelaskan.
b. Metode ini juga mempercepat perhitungan fisik persediaan pada akhir tahun, karena
petugas yang melakukan perhitungan fisik persediaan hanya perlu mencatat harga
eceran setiap barang.
c. Selain itu, metode ini juga sangat berguna bagi setiap jens laporan interim, karena
pengukuran nilai persediaan yang handal dan cepat biasanya dibutuhkan.
4. Dalam konsep metode eceran dikenal yang namanya markup, pembatalan markup,
markdown, dan pembatalan markdown. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keempatnya!

Jawab:
a. Markup adalah tambahan atas harga eceran awal.
b. Pembatalan markup berarti penurunan harga barang dagang yang sebelumnya telah di-
markup di atas harga eceran awal.
c. Markdown yaitu penurunan harga jual awal.
d. Pembatalan markdown terjadi apabila markdown kemudian dioffset oleh kenaikan
harga barang yang sebelumnya telah di-markdown.
5. Hitunglah persediaan akhir dengan menggunakan metode persediaan eceran konvensional
atau pendekatan LCM dengan catatan PT. Sukses untuk bulan Juli diikhtisarkan sebagai
berikut:
- Persediaan, 1 Juli: Pada biaya, Rp 1.000.000 dan pada harga eceran, Rp 1.500.000
- Pembelian bulan Juli: Pada biaya, Rp 3.500.000 dan pada harga eceran, Rp 4.000.000
- Markup bersih: Rp 300.000
- Markdown bersih: Rp 150.000
- Penjualan: Rp 2.000.000
- Transportasi masuk: Rp 400.000
- Kerugian persediaan akibat kerusakan normal: Rp 100.000
- Diskon untuk karyawan: Rp 250.000

Jawab:

PT. Sukses
(Pada Tahun Berjalan)
Biaya Harga Eceran
Persediaan awal Rp. 1.000.000 Rp 1.500.000
Pembelian 3.500.000 4.000.000
Transportasi masuk 400.000
Total Rp 4.900.000  Rp 5.500.000

Markup bersih 300.000


Total Rp
5.200.000

Dikurangi:
Markdown bersih 150.000
Penjualan 2.000.000
Diskon untuk karyawan
250.000
Kekurangan normal 100.000
Total Rp
2.700.000

Rp 4.900.000
Rasio biaya terhadap harga eceran: = 89,1%
Rp5.500 .000

Persediaan akhir pada LCM (89,1% x Rp 2.700.000) = Rp 2.405.700

6. Sebutkan aturan LCM yang memiliki beberapa defisiensi atau kelemahan konseptual
Jawab:
a. Penurunan nilai aktiva dan pencatatan nya sebagai beban diakui pada periode
ketika kerugian utilitas ini terjadi bukan pada periode penjualan. Pada sisi lain,
kenaikan nilai aktiva hanya diakui pada saat penjualan terjadi. Perlakuan ini
tidak konsisten dan dapat menyebabkan data laba terdistorsi.
b. Aplikasi aturan LCM menghasilkan inkonsistensi karena persediaan
perusahaan mungkin dinilai menurut biaya dalam satu tahun dan harga pasar
dalam tahun berikutnya.
c. LCM menilai persediaan dalam neraca secara konservatif, tetapi dampaknya
terhadap laporan laba-rugi mungkin atau tidak mungkin bersifat konservatif.
Laba bersih tahun berjalan ketika kerugian diakui jelas lebih rendah; laba
bersih untuk periode berikutnya mungkin lebih tinggi dari normal jika
penurunan yang ditetapkan atas harga jual tidak material.
d. Aplikasi aturan LCM menggunakan “Laba normal” dalam menentukan nilai
persediaan. Karena laba normal merupakan angka estimasi yang didasarkan.

7. PT ABC mempunyai persediaan per 30 Juli 20xx sebagai berikut :

Janis Bahan Unit Harga Pokok Harga Pasar


Bahan Baku:
- Bahan A 1.500 3.800 4.300
- Bahan B 2.000 2.500 2.400
- Bahan C 3.500 1.800 2.000
Barang dalam proses:
- Barang D 1.500 4.500 4.300
- Barang E 980 5.300 1.800
Barang jadi:
- Barang F 750 7.000 7.300
- Barang G 780 7.900 7.900

Diminta : Hitunglah nilai persediaan dengan menggunakan Metode Harga Pokok atau
harga pasar yang lebih rendah, bila ditetapkan untuk :
1). Per jenis bahan 2). Per kelompok bahan 3). Keseluruhan bahan

Jawab :

Nilai Pasar
yang Individual Major Total
Jenis Bahan Biaya Ditetapkan Item Item Inventory
Bahan Baku:
- Bahan A 5.700.000 6.450.000 5.700.000
- Bahan B 5.000.000 4.800.000 4.800.000
- Bahan C 6.300.000 7.000.000 6.300.000
Total Bahan Baku 17.000.000 18.250.000 17.000.000
Barang dalam proses:
- Barang D 6.750.000 6.450.000 6.450.000
- Barang E 5.194.000 1.764.000 1.764.000
Total Bahan dalam Proses 11.944.000 8.214.000 8.214.000
Barang Jadi:
- Barang F 5.250.000 5.475.000 5.250.000
- Barang G 6.162.000 6.240.000 6.162.000
Total Barang Jadi 11.412.000 11.715.000 11.412.000
Total 40.365.000 38.179.000 36.426.000 36.629.000 36.426.000
8. Apa kegunaan utama dari laba kotor?
Jawab:
Tujuan utama Laba Kotor adalah untuk menunjukkan jumlah pendapatan yang tersisa
pada akhir periode yang dapat digunakan untuk menutup biaya operasional (Biaya
Admin, Penjualan atau Pemasaran, dan lainnya). 

9. Apa yang dimaksud dengan Metode Penilaian Persediaan?


Jawab:
Metode Penilaian Persediaan adalah sebuah cara dimana seorang pemilik usaha bisa
mengkalkulasikan Harga Pokok Penjualannya dengan Biaya Persediaan Akhir.

10. Apa yang dimaksud dengan nilai realisasi bersih?


Jawab:
Nilai realisasi bersih (Net Realizable Value – NRV) didefinisikan sebagai estimasi
harga jual dalam keadaan bisnis normal dikurangi dengan estimasi harga jual dalam
keadaan bisnis normal dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan penjualan
yang dapat diprediksi secara layak.
AKTIVA TETAP : AKUSISI DAN DISPOSISI PROPERTI, PABRIK DAN
PERALATAN

Properti, pabrik, dan peralatan adalah kelompok aktiva tetap. Karakteristik dari ketiganya
adalah, aktiva tersebut diperoleh untuk digunakan dalam operasi dan bukan untuk dijual
kembali, aktiva tersebut bersifat jangka panjang dan merupakan subjek penyusutan, dan
aktiva tersebut memiliki substansi fisik.

Akuisisi properti, pabrik, dan peralatan dinilai berdasarkan prinsip biaya historis berupa
kas atau ekuivalen kas. Property, pabrik, dan peralatan tidak boleh dicatat ketika mengandung
unsure taksiran, nilai pasar, atau nilai saat ini yang melebihi biaya. Alasan utamanya adalah,
karena pada tanggal akuisisi, biaya merefleksikan nilai wajar. Kemudian biaya historis
melibatkan biaya actual, bukan transaksi hipotesis, sehingga merupakan hal yang paling
dapat diandalkan. Dan alsan yang terakhir adalah keuntungan serta kerugian sebaiknya tidak
diantisipasi tetapi harus diakui ketika aktiva dijual.

Biaya Tanah, Bangunan, dan Peralatan

Semua pengeluaran akuisisi tanah dianggap sebagai biaya tanah. Biaya tanah mencakup
harga beli, biaya pengakuan tanah di kantor administrasi, biaya lain-lain yang dikeluarkan
dalam persiapan penggunaan tanah agar siap digunakan, dan pengeluaran yang berkaitan
dengan perbaikan dan pengembangan kondisi fisik tanah yang memiliki umur tidak terbatas.
Secara umum, tanah adalah bagian dari property, pabrik, dan peralatan. Namun apabila
bersifat spekulatif, maka ketiganya dianggap sebagai investasi. Dan apabila tanah tersebut
diperdagangkan oleh sebuah entitas, makan tanah tersebut dapat dikategorikan sebagai
persediaan.

Sementara itu, biaya bangunan termasuk kepada seluruh biaya, baik yang berhubungan
dengan akuisisi atau pembangunannya. Biaya-biaya tersebut adalah biaya bahan, tenaga kerja
yang membangun, overhead cost yang keluar selama proses pengerjaan konstruksi, dan yang
terpenting adalah perizinan mengenai pendirian bangunan tersebut.

Peralatan meliputi peralatan kantor, perkakas, mesin, dan termasuk didalamnya adalah
perlengkapan administratif lainnya. Biaya peralatan terdiri dari harga perolehan, biaya
angkut, asuransi, biaya instalasi dan pengecekan sebelum peralatan siap digunakan.
Biaya untuk Aktiva yang Dibuat Sendiri dan Biaya Bunga Selama Konstruksi

Dalam beberapa kasus, beberapa perusahaan mebuat aktiva tetapnya sendiri. Sehingga
dalam hal pengalokasian biaya tersebut tidak melibatkan biaya beli atau perolehan aktiva
tersebut. Bahan dan tenaga kerja langsung digunakan dalam konstruksi tidak akan
menimbulkan masalah, karena perusahaan dapat langsung mengendalikan biaya pembuatan
aktiva tersebut. Namun untuk biaya overhead yang bervariasi, perusahaan dapat
menggunakan 2 metode, yaitu dengan tidak membebankan overhead ke biaya pembuatan dan
dengan pembebanan sebagian dari total overhead pada proses pembuatan.

Di dalam akuntansi, perlakuan bunga terhadap biaya property, pabrik dan peralatan
terdapat tiga pendekatan, yaitu dengan tidak mengkapitalisasi beban bunga sebagai biaya
konstruksi, melainkan sebagai biaya administratif. Yang kedua, membebankan ke konstruksi
atas semua biaya yang digunakan, baik yang dapat diidentifikasi maupun yang tidak,
sehingga sebuah aktiva harus dibebankan semua pembiayaan agar aktiva tersebut siap
digunakan. Dan yang ketiga, hanya mengkapitalisasi biaya bunga yang terjadi selama proses
kontruksi berlangsung, sehingga pendekatan ini hanya mengkapitalisasi biaya bunga yang
muncul melalui pembiayaan dengan hutang.

Untuk menerapkan pendekatan ini, ada tiga item yang perlu diperhatikan. Pertama,
Aktiva yang memenuhi kualifikasi. Untuk memenuhi kualifikasi sebagai kapitalisasi bunga,
aktiva harus memiliki periode waktu untuk menyiapkannya agar dapat digunakan. Kedua,
periode Kapitalisasi merupakan periode waktu dimana bunga harus dikapitalisasi, yang
dimulai apabila ketiga kondisi berikut terjadi: (1) pengeluaran untuk aktiva telah dilakukan;
(2) aktivitas yang diperlukan untuk mempersiapkan aktiva agar dapat digunakan sedang
berjalan; (3) biaya bunga telah terjadi. Kapitalisasi bunga akan terus berlangsung selama
ketiga kondisi tersebut ada. Dan ketiga, jumlah yang harus dikapitalisasi merupakan jumlah
bunga yang akan dikapitalisasi dibatasi hingga biaya bunga aktual terendah yang terjadi
selama periode berjalan atau bunga yang dapat dihindarkan. Bunga yang dapat dihindarkan
merupakan jumlah biaya bunga yang selama periode berjalan yang secara teoritis dapat
dihindari jika pengeluaran untuk membeli aktiva tidak dilakukan. Bunga yang dapat
dihindarkan dapat diterapkan dengan menentukan jumlah bunga potensial yang dapat
dikapitalisasi selama periode akuntansi dengan mengalikan suku bunga dengan akumulasi
pengeluaran rata-rata tertimbang dari aktiva yang memnuhi kualifikasi selama periode
berjalan.
Masalah Khusus yang Berhubungan dengan Kapitalisasi Bunga

Terdapat dua masalah terkait dengan kapitalisasi bunga yang memerlukan perhatian
khusus. Pertama, Pengeluaran untuk tanah. Apabila tanah dibeli untuk didirikan bangunan,
maka biaya bunga yang dikapitalisasi selama periode konstruksi merupakan bagian dari biaya
pabrik, bukan tanah. Tetapi, jika pembelian tanah dilakukan untuk tujuan spekulasi, maka
biaya bunga tidak perlu dikapitalisasi karena aktiva tersebut telah siap untuk digunakan. Dan
yang kedua, pendapatan bunga. Pendapatan bunga tidak boleh dioffset dengan biaya bunga.
Karena bunga atas aktiva yang memenuhi kualifikasi harus dikapitalisasi, baik apakah
kelebihan dana pinjaman itu diinvestasikan secara temporer dalam sekuritas jangka pendek
atau tidak. Dari sudut pandang konseptual, banyak yang meyakini bahwa adanya asumsi yang
menyatakan bahwa perusahaan seharusnya tidak mengkapitalisasi biaya bunga atau seluruh
biaya bunga, baik actual maupun tertangguh.

A. PENILAIAN

Seperti aktiva yang lainnya, perusahaan sebaiknya mencatat property, pabrik, dan
bangunan pada nilai pasar wajar yang diberikan pada saat akuisisi atau nilai wajar aktiva
yang diterima, bergantung pada mana yang memiliki bukti lebih jelas.

Diskon Tunai

Ada dua sudut pandang tentang apakah pengurangan biaya atau harga pokok aktiva harus
terjadi meskipun diskon tidak diambil. Menurut pendekatan pertama, diskon baik diambil
atau tidak dianggap sebagai pengurang biaya aktiva. Hal itu karena, biaya riil dari aktiva
merupakan kas atau harga ekuivalen kas aktiva.

Sedangkan pendekatan lainnya menyatakan bahwa diskon tunai tidak selalu harus
dianggap sebagi kerugian karena syaratnya mungkin tidak menguntungkan, atau mungkin
tidak bijaksana bagi perusahaan untuk mengambil diskon itu. Saat ini kedua pendekatan ini
masih banyak digunakan, namun dalam prakteknya yang lebih sering digunakan adalah
pendekatan yang pertama.

Kontrak Pembayaran yang Ditangguhkan

Aktiva tetap sering dibeli atas dasar kontrak kredit jangka panjang dengan menggunakan
wesel, hipotik, obligasi, atau kewajiban peralatan. Agar dapat merefleksikan biaya secara
tepat, aktiva yang dibeli dengan kontrak kredit jangka panjang harus diperhitungkan pada
nilai sekarang dari pertimbangan yang dipertukarkan antara pihak-pihak yang melakukan
kontrak pada tanggal transaksi.

Pembelian Lump Sum

Permasalahan khusus sering muncul pada saat penentuan harga aktiva tetap ketika
perusahaan membeli sekelompok aktiva tetap pada harga lump sum tunggal. Apabila situasi
seperti ini terjadi, perusahaan harus mengalokasikan total biaya di antara berbagai aktiva
berdasarkan nilai psar wajar relatifnya. Asumsinya bahwa biaya-biaya ini akan bervariasi
dalam proporsi langsung terhadap nilai wajar.

Penerbitan Saham

Apabila property diperoleh oleh perusahaan melalui penerbitan sekuritas seperti saham
biasa, maka biaya property itu tidak dapat diukur secara tepat dengan nilai pari atau nilai
diterapkan saham tersebut. Jika saham itu sedang diperdagangkan secara aktif, maka nilai
pasar saham yang diterbitkan merupakan indikasi yang wajar atas biaya property yang
diperoleh. Saham merupakan ukuran yang baik atas harga ekuivalen kas berjalan.

Pertukaran Aktiva Nonmoneter


Akuntansi yang biasa untuk pertukaran aktiva nonmoneter harus didasarkan atas nilai
wajar aktiva yang diberikan atau nilai wajar aktiva yang diterima, mana yang memiliki bukti
lebih jelas. Jadi, setiap keuntungan atau kerugian dari pertukaran harus segera diakui. Sebuah
pertukaran mempunyai substansi komersial jika arus kas masa di masa yang akan datang
berubah sebagai akibat dari transaksi. Hal ini berarti bahwa jika posisi ekonomi keduan pihak
berubah, transaksi tersebut memiliki substansi komersial. Akuntansi untuk jenis-jenis
transaksi yang berbeda dalam berbagai situasi. Dalam situasi kerugian, apabila aktiva
nonmoneter yang sama dipertukarkan dan menghasilkan kerugian, maka kerugian itu harus
diakui dengan segera.

Perusahaan mengakui kerugian dengan segera terlepas apakah pertukaran yang terjadi
memiliki substansi komersial ataukah tidak. Hal tersebut didasari bahwa perusahaan
seharusnya tidak menilai aktiva yang dimilikinya lebih dari harga kasnya yang setara; jika
kerugian tersebut ditangguhkan, aktiva akan mempunyai nilai lebih tinggi daripada nilai yang
sesungguhnya dimiliki (overstate). Sebaliknya, perusahaan mengakui keuntungan apabila
perusahaan akan melakukan pencatatan terhadap biaya aktiva nonmoneter yang diterima
untuk dipertukarkan dengan aktiva nonmoneter yang lainnya pada nilai wajar pada suatu
aktiva yang diberikan, dan dengan sesegera mungkin mengakui keuntungan yang diperoleh
perusahaan. perusahaan dapat menggunakan nilai wajar dari seluruh aktiva yang telah
diterima oleh perusahaan jika dan hanya jika nilai wajar tersebut lebih jelas daripada nilai
wajar aktiva yang telah diberikan.

Dalam situasi keuntungan ada tiga keadaan pertukaran yang terjadi. Pertama, pertukaran
mempunyai substansi komersial biasanya mencatat biaya aktiva nonmoneter yang diterima
untuk dituker dengan aktiva nonmoneter yang lain pada nilai wajar dari aktiva yang
diberikan, dan dengan segera mengakui keuntungan. Kedua, tidak ada substansi komersial-
tidak ada kas yang diterima biasanya menangguhkan keuntungan dan mengakui kerugian
dengan segera. Ketiga, tidak ada substansi komersial-sejumlah kas diterima biasanya
perusahaan mengakui sebagian keuntungan, bagian keuntungan yang diakui perusahaan
adalah rasio aktiva moneter (kas yang dibandingkan dengan nilai total yang diterima).

Hibah Pemerintah

Hibah ialah bantuan yang diterima dari pemerintah dalam bentuk transfer sumber daya ke
sebuah perusahaan untuk masa lalu maupun masa depan sesuai dengan kondisi tertentu pada
operasional perusahaan. IFRS menyatakan bahwa hibah harus diakui dalam bentuk
pendapatan (pendekatan penghasilan) secara sistematik yang sesuai dengan biaya yang terkait
yang dimaksudkan untuk mengimbangi perusahaan.

Akuntansi untuk Kontribusi

Kontribusi harus dicatat pada nilai wajar aktiva yang diterima dan kredit yang
berhubungan harus dibuat untuk pendapatan dalam jumlah yang sama. Nilai wajar aktiva
harus digunakan untuk menentukan nilainya dalam pembukuan. Standar IFRS telah
menyatakan sikap bahwa, secara umum kontribusi yang diterima harus diakui sebagai
pendapatan dalam periode penerimaannya.

B. BIAYA SETELAH AKUISISI

Secara umum, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat masa depan yang lebih
besar harus dikapitalisasi, sementara pengeluaran yang hanya ditujukan untuk
mempertahankan tingkat pelayanan tertentu harus dianggap sebagai beban. Agar biaya-biaya
ini dapat dikapitalisasi, harus ada tiga kondisi berikut:

1. Umur manfaat aktiva harus meningkat


2. Kuantitas unit yang diproduksi oleh aktiva harus meningkat
3. Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan

Penambahan

Penambahan pada umumnya tidak menimbulkan masalah akuntansi yang besar. Setiap
penambahan yang terjadi pada aktiva tetap akan dikapitalisasi karena aktiva baru telah
diciptakan. Namun masalah yang sering timbul dalam hal penambahan adalah akuntansi
untuk setiap perubahan yang berhubungan dengan struktur yang ada akibat penambahan
tersebut.

Perbaikan dan Penggantian

Perbaikan adalah penggantian aktiva yang sekarang sedang digunakan dengan aktiva lain
yang lebih baik. Sedangkan penggantian adalah substitusi dari aktiva yang sama. seringnya
perbaikan dan penggantian timbul dari kebijakan umum untuk memodernisasi atau
merehabilitasi seperangkat peralatan. Masalahnya disini adalah membedakan jenis
pengeluaran ini apakah meningkatkan potensi jasa masa depan atau hanya mempertahankan
tingkat pelayanan yang ada.

Jika ditentukan bahwa pengeluaran ini meningkatkan potensi pelayanan masa depan dari
aktiva, pengeluaran tersebut harus dikapitalisasi. Maka akuntansi yang diberlakukan adalah
dengan salah satu dari tiga cara berikut tergantung pada situasinya.

1. Menggunakan pendekatan substitusi. Pendekatan ini merupakan prosedur yang benar


jika jumlah tercatat dari aktiva lama tersedia. Jika nilai tercatat aktiva lama tidak
dapat ditentukan, maka cukup dengan menghapus biaya aktiva lama dan
menggantikannya dengan biaya aktiva baru.
2. Mengkapitalisasi biaya baru. Pendekatan ini mengkapitalisasi perbaikan dan mencatat
jumlah aktiva lama dalam nilai buku. Justifikasi untuk mengkapitalisasi biaya
perbaikan atau penggantian adalah bahwa walaupun nilai tercatat aktiva lama tidak
dikeluarkan dari akun, namun penyusutan yang mencukupi telah diperhitungkan atas
pos tersebut untuk mengurangi nilai tercatat menjadi hampir nol.
3. Membebankan ke Akumulasi Penyusutan. Penggantian akan memperpanjang umur
manfaat aktiva dan oleh karena itu mengumpulkan kembali sejumlah atau semua
penyusutan di masa lalu.

Penyusutan Kembali dan Pemasangan Kembali

Biaya penyusutan kembali dan pemasangan kembali merupakan pengeluaran yang


ditujukan untuk memberikan manfaat di periode masa depan

Reparasi

Reparasi biasa adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan aktiva tetap
berada dalam kondisi siap operasi. biaya ini dapat dibebankan ke akun beban selama periode
terjadinya, atas dasar bahwa periode tersebut merupakan periode yang paling banyak
menerima manfaat.

C. DISPOSISI AKTIVA TETAP

Keuntungan dan kerugian sebenarnya merupakan koreksi laba bersih untuk tahun-tahun
selama aktiva tetap digunakan. Setiap keuntungan atau kerugian dari pelepasan segmen
perusahaan harus dilaporkan bersama dengan hasil yang berkaitan dari operasi yang
dihentikan.

Perusahaan mungkin memensiunkan aktiva tetap mereka secara secara suka rela atau
membuang mereka dengan melakukan

 Penjualan
 Penukaran
 Konversi terpaksa
 Pengabaian

Penjualan Aktiva Tetap

Penyusutan harus dicatat selama periode waktu antara tanggal ayat jurnal penyusutan
berakhir dibuat dan tanggal penjualan.

Konversi Terpaksa

Kadang pelayanan suatu aktiva berakhir karena konversi terpaksa seperti kebakaran, banjir,
pencurian, atau pembebasan. Selisih antara jumlah yang dipulihkan dan nilai buku aktiva
tersebut jika ada, dilaporkan sebagai keuntungan atau kerugian. Keuntungan atau kerugian
akan diperlakukan dengan cara yang tidak berbeda dengan jenis disposisi lainnya.
SOAL

1. Apakah aset yang sudah habis depresiasinya tapi masih digunakan dalam aktivitas
operasi perusahaan tetap ditulis dalam laporan neraca atau catatan laporan keuangan?
Jawab :
Perusahaan harus tetap menunjukkan aset tersebut dalam laporan neraca maupun
catatan laporan keuangannya. Jika asetnya sudah habis didepresiasi, maka perusahaan
akan menulis nilai sisa atau gain yang diperoleh. Investor akan memperoleh informasi
penting jika perusahaan menunjukkan aset-asetnya secara lengkap. Maka dari itu
informasi jika aset tersebut sudah habis didepresiasi namun masih dipakai dalam
aktivitas operasi perusahaan juga harus dicantumkan dalam laporan keuangan atau
catatan laporan keuangan.

2. Apakah peraturan umum pada pengakuan untung atau rugi atas penarikan aktiva tetap
harus dilaporakan dalam laporan laba rugi?
Jawab :
Keuntungan dan kerugian dipaorkan bersama pos-pos bisnis biasa. Tetapi apabila itu
berasal dari operasi segmen perusahaan yang dijual maka harus dipisahakan mana
yang hasil operasi yang berlanjut dan tidak dan keuntungan atau kerugiannya
dilaporkan bersama dengan hasil yang berkaitan dengan operasi yang dihentikan.

3. Bagaimana perusahaan mencatat adanya grant oleh pemerintah?


Jawab :
IFRS mewajibkan perusahaan untuk mengakui grant dari pemerintah menggunakan
dasar yang match dengan biaya yang dikompensasikan.Jika perusahaan mengakui
grant sebagai pendapatan selama masa pakainya, maka pengakuannya adalah dengan
mencatat grant tersebut sebagai pendapatan grant yang ditunda (deferred grant
revenue). Namun grant juga dapat diakui dengan mengurangkan grant dengan
carrying amount asetnya sehingga beban depresiasinya akan berkurang.
4. Apa perbedaaan perlakuan yang dalam akuntansi untuk situasi dimana pertukaran
mempunyai substansi komersial dan tidak memiliki substansi komersial?
Jawab :
Dalam pertukaran yang memiliki substansi komersial semua kerugian dan keutungan
harus dicatat secara langsung tetapi pada pertukarang yang tidak memiliki substansi
komersial maka kerugian akan dicatat secara langsung tetapi bila ada keuntungan
akan ditangguhkan pengakuannya

5. PT. Kurnia Bakti membeli tanah, bangunan, dan peralatan dari PT. Sumber Kencana
secara tunai sebesar Rp. 306.000.000. Apabila estimasi dari ketiga aktiva tersebut
adalah Rp. 60.000.000, Rp. 220.000.000, dan Rp. 80.000.000. Pada berapa jumlah
ketiga aktiva tersebut harus dicatat?
Jawab :
Total lump sum
Tanah 60.000.000
Bangunan 220.000.000
Peralatan 80.000.000
Total 360.000.000

Alokasi harga beli

Tanah (60.000.000/360.000.000) X 306.000.000 = 51.000.000

Bangunan (220.000.000/360.000.000) X 306.000.000 = 187.000.000

Peralatan (80.000.000/360.000.000) X 306.000.000 = 68.000.000

6. PT. Adi Jaya mendapatkan tanah dengan menerbitkan saham biasa sebanyak 2000
lembar dengan nilai par $20. Tanah tersebut langsung dinilai dengan hasil sebesar
$120,000. Saham tersebut aktif diperdagangkan dengan harga $50 per lembarnya.
Siapkanlah jurnal umum untuk mencatat akuisisi atas tanah tersebut!
Jawab :
Land (2,000 X $50) ........................................................... 100,000
Share Capital—Ordinary (2,000 X $20) .......... 40,000
Share Premium—Ordinary................................. 60,000
7. PT. Indo Utama membeli tanah dengan harga $50,000. Biaya perataan tanah sebesar
$10,275.Serta biaya untuk penghancuran bangunan lama yang berdiri diatas tanah
tersebut sebesar $15,100. Berapakah besarnya biaya yang harus dicatat sebagaibiaya
tanah?
Jawab :
$50,000 + $10,275 + $15,100 = $75,375

8. PT. Maju Mundur membeli dua bidang tanah. Tanah tersebut salah satunya akan
digunakan sebagai tempat membangun pabrik baru sedang sebidang tanah yang lain
dibeli dengan tujuan akan dijual kembali. Bagaimana kedua bidang tanah tersebut
harus dilaporkan didalam neraca perusahaan?
Jawab :
Dalam kasus diatas tanah yang akan digunakan sebagai tempat memebangun pabrik
baru akan dicatat sebagai aktiva tetap perusahaan sedangkan tanah yang akan dijual
kembali akan dicatat sebagai investasi perusahaan.

9. PT. Surya Abadi memiliki mesin dengan biaya $35,000 saat membeli pada tanggal 1
Juli 2007. Penyusutannya sebesar $3,500 per tahun dan sampai dengan 31 Desember
2010 akumulasi penyusutannya sebesar $12,250. Selanjutnya perusahaan menjual
mesin tersebut pada 1 September 2011 sebesar $25,000. Buatlah jurnal untuk
mencatat Depresiasi di tahun 2011 dan Mencatat besarnya penjualan tersebut!
Jawab :
a. Depreciation Expense ($3,500 X 8/12) .......................... 2,333.33
Accumulated Depreciation ....................................... 2,333.33
b. Cash..................................................................................... 25,000
Accumulated Depreciation ($12,250 + 2,333.33)................ 14,583.33
Machinery............................................................................
35,000
Gain on Disposal of Machinery...........................................
4,83.33

10. PT. Abadi Karya memperdagangkan truk lamanya dengan truk baru. Biaya truk lama
adalah $25,000 dan memiliki akumulasi penyusutan sebesar $22,000. Truk baru
tersebut berharga $32,000. Namun, perusahaan juga harus membayar kas sebesar
$31,000. Buatlah jurnal untuk mencatat pertukaran aktiva ini!
Jawab :
Truck ............................................................................ 32,000
Accumulated Depreciation............................................ 22,000
Loss on Disposal of Truck............................................. 1,000
Truck.............................................................................. 25,000
Cash............................................................................... 31,000

Anda mungkin juga menyukai