Materi:
Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam
operasi bisnis, atau sebagai bahan baku yang akan digunakan dalam membuat suatu
produk. Sebuah perusahaan dagang, biasanya membeli barang dagangan berbentuk produk
jual. Perusahaan dagang melporkan biaya yang terkait dengan unit-unit yang belum terjual
dan masih ada di tangan sebagai persediaan barang dagang. Hanya satu akun persediaan,
persediaan barang dagang, yang mucul dalam laporan keuangan.
Sementara untuk perusahaan manufaktur memiliki tiga akun pada umumnya, yaitu
persediaan bahan baku, yaitu biaya yang dibebankan terhadap barang maupun bahan baku
yang terdapat di tangan tapi belum dialihkan ke proses produksi; persediaan barang dalam
proses, yaitu biaya bahan baku untuk produk yang telah diproduksi namun belum selesai
ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung dalam proses produksi ini; dan persediaan
barang jadi yang siap dijual, yaitu produk jadi yang siap dijual.
Sistem akuntansi yang akurat dan catatan yang aktual merupakan hal yang sangat
penting. Penjualan dan pelanggan bisa hilang apabila produk-produk yang dipesan oleh
pelanggan tidak tersedia. Sehingga perusahaan harus selalu mengendalikan ketersediaan
produk secara baik untuk membatasi biaya akibat banyaknya timbunan persediaan ataupun
kekurangannya. Perusahaan menggunakan salah satu dari dua jenis sistem agar pencatatan
persediaan tetap akurat, yaitu :
Sistem Perpetual
1. Pembelian barang dagang untuk dijual kembali atau pembelian bahan baku untuk
proses produksi didebit ke akun persediaan.
2. Biaya angkut, retur pembelian, diskon pembelian dan pengurangan harga lainnya,
didebit ke akun persediaan.
3. Harga pokok penjualan dicatait untuk setiap penjualan dengan mendebit akun harga
pokok penjualan, dan mengkredit persediaan.
4. Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung oleh buku besar pembantu
yang berisi catatan persediaan individual. Buku besar pembantu menunjukkan kuantitas
dan biaya dari setiap jenis persediaan yang ada di tangan.
Sistem Periodik
Menurut sistem persediaan periodik, seluruh pembelian persediaan selama satu periode
dicatat dengan mendebit akun pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode
ditambahkan ke biaya persediaan on hand pada awal periode selanjutnya untuk
menentukan total biaya barang yang siap dijual selama periode berjalan. Kemudian total
biaya barang yang siap dijual dikurangi dengan persediaan akhir periode berjalan untuk
menentukan harga pokok penjualan pada periode tersebut.
Perpetual System
vs Periodic System
.
|
1. Beginning inventory (100 units at $7 = 700)
|
2. Purchase 900 units at $7: |
|
Inventory 6,300 | Purchases 6,300
Accounts payable 6,300 | Accounts payable 6,300
|
3. Sale of 600 untis at $14: |
|
Accounts receivable 8,400 | Accounts receivable 8,400
Sales 8,400 | Sales 8,400
Cost of goods sold 4,200 |
Inventory 4,200 |
|
4. Adjusting entries (ending inventory = 400 units @ $7 = $2,800)
|
No Entry Necessary | Inventory 2,100
| Cost of goods sold 4,200
| Purchases 6,300
Jika yang digunakan adalah system persediaan perpetual dan terdapat perbedaan antara
saldo persediaan perpetual dengan hasil perhitungan fisik, maka diperlukan suatu ayat jurnal
terpisah untuk menyesuaikan akun persediaan perpetual.
Biaya semua barang yang tersedia untuk dijual atau digunakan harus dialokasikan di
antara barang yang terlah terjual atau digunakan dan barang yang masih ada di tangan.
Biaya barang yang tersedia untuk dijual atau digunakan untuk produksi adalah jumlah dari
(1) biaya barang on hand pada awal periode dan (2) biaya barang yang dibeli atau
diproduksi selama satu siklus operasi. Harga pokok penjualan adalah perbedaan antara
biaya barang on hand pada akhir periode dan biaya barang yang tersedia untuk dijual
selama periode berjalan.
Penilaian persediaan bisa menjadi proses yang kompleks yang memerlukan penentuan
atas:
Pembelian harus dicatat ketika hak legal atas barang berpindah ke pembeli. Namun
biasanya, pencatatan pembelian pada saat barang diterima, karena sulit bagi pembeli untuk
menentukan secara pasti kapan hak legal berpindah untuk setiap pembelian.
Jika barang dikirimkan atas dasar FOB shipping point, maka hak kepemilikan
berpindah ke tangan pembeli ketika penjual menyerahkan barang kepada perusahaan
jasa pengangkut, yang bertindak sebagai agen atau pembeli. Jika barang dikirimkan atas
dasar FOB destination, maka hak kepemilikan belum berpindah sebelum pembeli
menerima barang dari perusahaan jasa pengangkut.
Secara teknis, barang yang hak legalnya telah berpindah ke pembeli harus dicatat
sebagai pembelian pada periode fiskal. Barang yang dikirimkan atas dasar FOB
shipping point yang masih berada dalam perjalanan pada akhir periode akan menjadi
milik pembeli dan harus diperlihatkan dalam catatan pembeli. Hak legal atas barang ini
berpindah ke pembeli pada saat barang dikirimkan.
b. Barang Konsinyasi
Seringkali transfer hak legal kepemilikan dan substansi yang mendasari transaksi
tidak cocok. Bisa saja hak legal telah berpindah ke pembeli tetapi penjual barang tetapn
menanggung resiko kepemilikan. Sebaliknya, transfer hak legal mungkin belum terjadi,
tetapi substansi ekonomi dari transaksi itu menyiratkan bahwa resiko kepemilikan telah
berpindah ke pembeli. Tiga situasi penjualan khusus yang sering ditemukan adalah
sebagai berikut:
- Penjualan cicilan
Barang yang dijual secara cicilan menjelaskan bahwa setiap jenis penjualan yang
pembayarannya dicicil secara periodik sepanjang periode waktu tertentu. Karena
resiko kerugian dari piutang tak tertagih lebih besar dalam penjualan cicilan
dibandingkan dengan transaksi penjualan lain, maka penjualan biasanya menahan
hak legal atas barang sampai seluruh pembayaran dilakukan. Barang harus dihapus
dari persediaan penjual jika persentase piutang tak tertagih dapat diestimasi secara
memadai.
Pos-pos yang dimasukkan atau dikeluarkan secara tidak tepat ketika penentuan harga
pokok penjualan akibat kesalahan penyajin persediaan akan menyebabkan laporan
keuangan tidak sesuai. Kesalahan yang umum terjadi adalah sebagai berikut :
Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan berhubungan dengan
berapa jumlah persediaan yang harus dicatat dalam akun. Pembelian persediaan, seperti
aktiva lain, umumnya diperhitungkan atas dasar biaya-biaya berikut :
1. Biaya Produk
Biaya produk adalah biaya-biaya yang melekat pada persediaan dan dicatat
pada akun persediaan. Biaya-biaya tersebut berkaitan langsung dengan perpindahan
barang ke pembeli dan pengubahan barang tersebut yang siap jual. Beban seperti itu
mencakup ongkos pengangkutan barang yang dibeli, biaya pembelian langsung lainnya,
dan biaya tenaga kerja serta produksi lainnya yang dikeluarkan dalam memproses
barang ketika dijual.
2. Biaya Periode
Biaya periode lainnya adalah biaya bunga. Biaya bunga terkait dengan
penyiapan persediaan agar siap dijual harus dibebankan pada saat dikeluarkan. Biaya
bunga dapat dibedakan menjadi dua pendekatan, yaitu sebagai biaya pembiayaan dan
sebagai biaya untuk membiayai aktivitas yang terkait dengan penciptaan dan
pengangkutan persediaan ke kondisi serta lokasi siap jual merupakan biaya aktiva
seperti bahan, tenaga kerja, dan overhead, sehingga harus dikapitalisasi.
|
Purchases 20,000 | Purchases 19,600
Accounts payable 20,000 | Accounts payable 19,600
|
Invoices of $15,000 are paid within discount period:
|
Accounts payable 15,000 | Accounts payable 14,700
Purchase discounts 300 | Cash 14,700
Cash 14,700 |
|
Invoices of $5,000 are paid after discount period:
|
Accounts payable 5,000 | Accounts payable 4,900
Cash 5,000 | Purchase discount lost 100
| Cash 5,000
Sebetulnya, arus fisik baranga ktual dan asumsi arus biaya seringkali sangat berbeda.
Tidak ada keharusan bahwa konsisten dalam pemakaian asumsi biaya dengan pergerakan
fisik barang. Tujuan utama dari pemakaian asumsi arus biaya ini adalah untuk memilih
asumsi yang paling merefleksikan laba periodik, sesuai dengan kondisi yang berlaku.
Identifikasi Khusus
Identifikasi khusus digunakan dengan cara mengidentifikasi setiap barang yang dijual
dan setiap barang dalam akun persediaan. Seluruh biaya barang yang telah terjual
dimasukkan ke dalam Harga Pokok Penjualan, sementara biaya barang khusus yang
masih berada di tangan dimasukkan pada Persediaan. Metode ini dapat diterapkan
dengan baik dalam situasi yang melibatkan sejumlah item kecil berharga tinggi dan dapat
dibedakan.
Contoh :
Asumsikan bahwa 6,000 unit persediaan PT. ADI JAYA terdiri dari 1,000 unit yang
berasal dari pembelian tanggal 2 Maret, 3,000 unit dari pembelian tanggal 15 Maret, dan
2,000 unit dari pembelian tanggal 30 Maret. Hitung jumlah persediaan akhir dan harga
pokok penjualannya!
Biaya Rata-rata
Metode biaya rata-rata menghitung harga item-item yang terdapat di dalam akun
persediaan atas dasar biaya average barang yang sama yang tersedia selama suatu periode.
Sebagai ilustrasi, PT. ADI JAYA menggunakan metode persediaan periodik, di mana
persediaan akhir dan harga pokok penjualan akan dihitung dengan menggunakan metode
rata-rata tertimbang:
Metode biaya rata-rata yang lain adalah metode rata-rata bergerak, yang digunakan
dalam system persediaan perpetual.
First-In, First-Out (FIFO)
Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang pertama yang dibeli adalah barang
pertama yang digunakan dalam peruahaan manufaktur atau dijual dalam perusahaan
dagang. Maka dari itu, persediaan yang tersisa merupakan barang yang akan dibeli paling
akhir.
Contoh: Asusmsikan bahwa PT. ADI JAYA menggunakan system persediaan periodik
(jumlah persediaan hanya dihitung pada akhir bulan). Biaya persediaan akan dihitung
dengan mengambil biaya dari pembelian paling terakhir dan dikerjakan kembali sampai
semua unit dalam persediaan diperhitungkan.
Jika yang digunakan adalah metode perpetual, maka angka biaya dikaitkan dengan
setiap penarikan barang. Kemudian biaya dari 4,000 unit yang dikeluarkan pada tanggal
19 Maret akan terdiri dari item-item yang dibeli pada tanggal 2 Maretdan 15 Maret.
2. Pengukuran laba yang baik karena FIFO mengalokasikan gambaran laba yang
cenderung hanya melaporkan laba operasi dan menggunakan pengakuan keuntungan
pemilik persediaan sampai harga atau kuantitas menurun. Laba inflasi yang menyesatkan
cenderung tidak tampak sebagai bagian laba bersih bila metode LIFO digunakan
1. Memperkecil laba
Penerapan harga terbaru terdapat pendapatan berjalan akan menghasilkan
penurunan laba pada periode inflasi. Akibatnya bila pemakai laporan keuangan tidak
paham bahwa laba yang rendah itu disebabkan penggunaan LIFO, maka harga pasar
saham perusahaan akan memburuk.
Tanggal Kuantitas Harga Total Kuantitas Harga Total Kuantitas Harga Total
(Q) (Q) (Q)
02 Maret 2,000 $4,00 $ 8.000 2,000 $ 4.00 $ 8.00
2,000 $ 4.00 $ 8.00
05 Maret 6,000 $4,40 $ 26.400 6,000 $ 4.40 $ 26.40
8,000 $ 4.00 $ 42.40
19 Maret 4.000 4.40 17.600 2,000 $ 4.00 $ 8.00
2,000 $ 4.40 $ 8.80
4,000 $ 16.80
30 Maret 2.000 4.75 $ 9.500 2,000 $ 4.00 $ 8.00
2,000 $ 4.40 $ 8.80
2,000 $ 4.75 $ 9.50
6,000 $ 26.30
SOAL
2. PT. Adi Jaya menggunakan sistem perpetual dalam pencatatan persediaan. Persediaan
awalnya adalah 50 unit dan masing masing $34. Selama bulan juni, perusahaan
membeli 150 unit masing-masing $34 dengan retur penjualan 6 unit dan terjual 125
unit seharga $50 per unit. Buatlah jurnal transaksi tersebut!
Jawab :
Inventory (150 X $34)................................................... 5,100
Accounts Payable.............................................................. 5,100
Hitunglah persediaan pada 30 April dan HPP pada bulan April dengan metode rata –
rata!
Jawab :
11850
Weighted average cost per unit = $ 11.85
1000
Ending inventory 400 X $11.85 $ 4,740
Apa makna perubahan nilai persediaan? Sebagai contoh, tabel berikut memperlihatkan tren
penjualan dan persediaan tahunan terakhir dari beberapa toko eceran besar dibandingkan
dengan tahun sebelumnya:
Persediaan dicatat pada biaya awalnya. Akan tetapi, penyimpangan yang besar terhadap
prinsip biaya histori bisa dilakukan jika nilai persediaan menurun di bawah biaya awalnya.
Apapun alasan penurunan ini, perubahan tingkat harga, kerusakan, dan lain-lain persediaan
harus diturunkan nilainya untuk melaporkan kerugian ini. Aturan umumnya adalah bahwa
prinsip biaya historis tidak dapat diterapkan apabila manfaat (kemampuan
menghasilkan pendapatan) masa depan dari aktiva itu tidak lagi sebesar biaya
awalnya. Oleh karena itu, perusahaan melaporkan persediaan pada nilai terendah antara
biaya dan harga pasar (LCM) pada setiap periode pelaporan.
Biaya atau harga pokok (cost) adalah harga perolehan persediaan yang dihitung
dengan memakai salah satu metode berdasarkan biaya historis identifikasi khusus, biaya rata-
rata, FIFO, atau LIFO. Istilah pasar (market) dalam frase “nilai terendah antara biaya dan
harga pasar” (LCM) umumnya berarti biaya untuk mengganti barang melalui pembelian atau
reproduksi.
a. Nilai Terendah antara Biaya dan Harga Pasar Batas Atas dan Batas Bawah
Nilai realisasi bersih (Net Realizable Value – NRV) didefinisikan sebagai estimasi harga
jual dalam keadaan bisnis normal dikurangi dengan estimasi harga jual dalam keadaan
bisnis normal dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan penjualan yang dapat
diprediksi secara layak. Jumlah tersebut dikurangkan dengan marjin laba normal untuk
mendapatkan nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal (net realizable value less
a normal profit marjin).
Memiliki persediaan barang yang belum jadi dengan nilai jual $1.000, estimasi biaya
penyelesaian $300, dan marjin laba normal 10% dari penjualan, Jerry Mander menentukan
nilai realisasi bersih :
Nilai Realisasi
Makanan Biaya Nilai Realisasi Bersih Dikurangi Nilai Pasar yang
Pengganti Bersih Marjin Laba Ditetapkan
(Batas Atas) Normal
(Batas Atas)
Bayam $ 88.000 $120.000 $104.000 $ 104.000
Wortel 90.000 100.000 70.000 90.000
Buncis 45.000 40.000 27.500 40.000
Kacang polong 36.000 72.000 48.000 48.000
Sayur campuran 105.000 92.000 80.000 92.000
Keputusan Nilai Pasar yang Ditetapkan:
Bayam Nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal dipilih karena merupakan
nilai tengah.
Kacang polong Nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal dipilih karena merupakan
nilai tengah.
Sayur campuran Nilai realisasi bersih dipilih karena merupakan niali tengah
Nilai pasar yang ditetapkan kemudian dibandingkan dengan biaya untuk menentukan
yang terendah antara biaya dan harga pasar. Hal tersebut menentukan nilai persediaan akhir.
Nilai Realisasi
Makanan Biaya Nilai Realisasi Bersih Dikurangi Nilai Pasar yang
Pengganti Bersih Marjin Laba Ditetapkan
(Batas Atas) Normal
(Batas Atas)
Bayam $ 88.000 $120.000 $104.000 $ 104.000
Wortel 90.000 100.000 70.000 90.000
Buncis 45.000 40.000 27.500 40.000
Kacang polong 36.000 72.000 48.000 48.000
Sayur campuran 105.000 92.000 80.000 92.000
Aplikasi aturan nilai terendah antara biaya dan harga pasar hanya
memperhitungkan kerugian nilai yang terjadi dalam kegiatan bisnis normal yang
disebabkan oleh hal-hal seperti perubahan metode, perubahan permintaan, atau keusangan
akibat terlalu lama dipajang. Barang-barang yang rusak atau aus dikurangi dari nilai
realisasi bersihnya. Jika material, barang-barang semacam itu dapat dicatat dalam akun
persediaan yang terpisah.
LCM Menurut
Nilai Pasar Setiap Kategori Total
yang Barang Utama Persediaan
Biaya Ditetapkan
Beku:
Bayam $ 80.000 $ 104.000 80.000
Wortel 100.000 90.000 90.000
Buncis 50.000 40.000 40.000
Total makanan beku 203.000 234.000 $203.000
Kaleng
Kacang polong 90.000 48.000 48.000
Sayur campuran 95.000 92.000 92.000
Total makanan kaleng 185.000 140.000 140.000
Total $ 415.000 $ 374.000 $350.000 $370.000 $ 374.000
Jika aturan LCM diaplikasikan pada setiap barang, maka jumlah persediaan adalah
$350.000; jika diaplikasikan pada kategori utama, nilainya adalah $370.000; dan jika
diaplikasikan pada total persediaan, nilainya akan menjadi $374.000. Alasan perbedaan ini
adalah karena nilai pasar yang lebih tinggi dari biaya akan mengoffset nilai pasar yang
lebih rendah dari biaya jika pendekatan kategori utama atau total persediaan digunakan.
Metode yang dipilih harus merupakan metode yang paling jelas mencerminkan laba.
Apapun metode yang dipilih, metode tersebut harus diaplikasikan secara konsisten
dari satu periode ke periode lain.
Ilustrasi berikut yang memperlihatkan ayat jurnal menurut kedua metode didasarkan atas
data persediaan berikut ini:
Metode Langsung
Pendapatan dari penjualan $ 200.000
Harga pokok penjualan (setelah penyesuaian ke harga pasar) 120.000
Laba kotor atas penjualan $ 80.000
Metode Tidak Langsung atau Penyisihan
Pendapatan dari penjualan $ 200.000
Harga pokok penjualan 180.000
Laba kotor atas penjualan 92.000
Kerugian akibat penurunan harga pasar persediaan 12.000
$ 80.000
*Harga pokok penjualan (sebelum penyesuaian ke harga pasar) $ 108.000
Selisih antara persediaan pada biaya dan harga pasar ($82.000 - $70.000) 12.000
Harga pokok penjualan (setelah penyesuaian ke harga pasar)
$ 120.000
Cara penyajian kedua (metode tidak langsung) lebih disukai karena secara jelas
mengungkapkan kerugian yang terjadi oleh penurunan harga pasar persediaan. Cara
penyajian yang pertama (metode langsung) memasukkan kerugian ini dalam harga pokok
penjualan.
Dengan menggunakan metode tidak langsung, penyisihan untuk mengurangkan
persediaan ke harga pasar akan dilaporkan dalam neraca sebagai pengurangan sebesar
$12.000 terhadap persediaan. Pengurangan ini memungkinkan laporan laba-rugi dan
neraca memperlihatkan persediaan akhir sebesar $82.000, walaupun neraca menampilkan
jumlah bersih sebesar $70.000. Cara penyajian kedua juga membuat buku besar pembantu
dan catatan persediaan tetap sesuai dengan akun pengendali tanpa mengubah harga per
unit.
Sebagai akuntan membiarkan akun ini dalam pembukuan dan hanya
menyesuaikan saldonya pada akhir tahun berikutnya agar sesuai dengan selisih
antara biaya dengan LCM pada tanggal neraca.
Dasar Penilaian
Biaya petak yang terjual dan laba kotor dapat dihitung dengan menggunakan
jumlah yang terdapat dalam kolom “Biaya per Petak” sebagai berikut:
Jumlah Petak Biaya per Biaya Petak
Petak yang Terjual Petak yang Terjual Penjualan Laba Kotor
A 77 $4.000 $308.000 $770.000 $462.000
B 80 2.400 192.000 480.000 288.000
C 100 1.800 180.000 450.000 270.000
$680.000 $1.700.000 $1.020.000
Tujuan dasar dari perhitungan fisik persediaan adalah untuk memeriksa kekauratan catatan
persediaan perpetual atau, jika tidak ada catatan, untuk mengetahui jumlah persediaan.
Terkadang, perhitungan fisik tidak praktis untuk dilakukan sehingga terdapat ukuran lain
yang dpaat digunakan untuk mengestimasi persediaan yang ada di tangan.
Metode yang dimaksud adalah metode laba kotor atau sering juga disebut metode marjin
kotor. Metode ini digunakan secara luas oleh para auditor dalam situasi di mana hanya
diperlukan suatu estimasi atas persediaan perusahaan.
Metode laba kotor (gross profit method) didasarkan pada tiga asumsi:
1. Persediaan awal ditambah pembelian sama dengan total barang yang diperhitungkan.
2. Barang yang belum terjual harus berada di tangan.
3. Jika penjualan dikurangin biaya, dikurangkan dari jumlah persediaan awal ditambah
pembelian, maka hasilnya adalah persediaan akhir.
Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa Cetus Corp. memiliki persediaan awal $60.000 dan
pembelian $200.000, keduanya berbasis biaya. Penjualan menurut harga jual berjumlah
$280.000. Laba kotor atas harga jual adalah 30%. Metode laba kotor diaplikasikan sebagai
berikut:
Dalam ilustrasi sebelumnya, angka laba kotor telah diketahui. Namun, bagaimana angka
tersebut ditentukan? Untuk melihat bagaimana persentase laba kotor dihitung, asumsikan
bahwa suatu barang dengan biaya $15,00 dijual seharga $20,00, atau dengan laba kotor
$5,00. Markup ini berjumlah seperempat atau 25% dari harga eceran dan sepertiga atau
1
33 % dari biaya. Perhitungan persentase laba kotor sebagai berikut.
3
Walaupun perusahaan biasa menghitung laba kotor atas dasar harga jual, namun kita
harus memahami hubungan dasar antara markup atas biaya dan markup atas harga jual.
Sebagai contoh, (1) Asumsikan bahwa diberitahu markup atas biaya untuk suatu barang
tertentu adalah 25%. Lalu, berapa laba kotor atas harga jual? Dan (2) Asumsikan
diberitahu bahwa laba kotor atas harga jual adalah 20%. Berapa markup atas harga jual?
Untuk menjawabnya, asumsikan bahwa harga jual barang tersebut adalah $1,00. Maka,
rumus berikut dapat diaplikasikan:
(1) Harga jual (SP) = Biaya (C) + Laba (2) Harga jual (SP) = Biaya (C) + Laba
kotor kotor
SP = C + 0,25C SP = C + 0,20SP
SP = (1 + 0,25)C (1 – 0,20)SP = C
$1,00 = 1,25C $0,80SP = C
$0,80 = C $0,80 ($1,00) = C
$0,80 = C
Laba kotor di sini adalah $0,20 Maka, markup adalah $0,20 dan markup
($1,00 - $0,80) dan persentase laba kotor atas biaya adalah 25% ($0,20/$0,80).
atas harga jual adalah 25% ($0,20/$1,00).
Karena harga jual lebih besar dari biaya, dan jumah laba kotor sama untuk keduanya,
maka laba kotor atas harga jual akan selalu lebih rendah daripada persentase terkait yang
didasarkan atas biaya. Hal yang harus diperhatikan adalah penjualan tidak boleh dikalikan
dengan persentase markup yang didasarkan atas biaya, sementara persentase laba kotor
harus dikonversikan menjadi persentase yang didasarkan atas harga jual.
Akuntansi untuk persediaan dalam bisnis eceran memberikan sejumlah tantangan. Bagi
retailer bervolume tinggi yang memiliki banyak jenis persediaan yang berbeda akan sangat
kesulitan untuk menentukan biaya setiap penjualan, mencatat kode biaya pada kartu,
mengubah kode untuk mencerminkan penurunan nilai barang dagang, mengalokasikan biaya
seperti transportasi, dan sebagainya jika memakai metode identifikasi khusus.
Maka, alternatif yang bisa dilakukan adalah menyusun persediaan menurut harga eceran.
Dalam sebagian besar perusahaan eceran, terdapat pola yang dapat diamati antara harga dan
biaya. Metode ini dinamakan metode persediaan eceran (retail inventory method),
mensyaratkan bahwa pencatatan dilakukan atas (1) total biaya dan nilai eceran dari
barang yang dibeli, (2) total biaya dan nilai eceran barang yang tersedian untuk dijual,
dan (3) penjualan periode berjalan. Penggunaan metode ini sudah sangat umum. Sebagai
contoh, took swalayan Safeway, Target Corp, Wal-Mart, dan Best Buy.
Berikut akan dijelaskan dengan ilustrasi cara kerja perusahaan yang menggunakan metode
persediaan eceran.
Best Buy
(Periode Berjalan)
Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal $14.000 $ 20.000
Pembelian 63.000 90.000
Barang tersedia untuk dijual $77.000 110.000
Penjualan (85.000)
Persediaan akhir, pada harga eceran $ 25.000
Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal $ 500 $ 1.000
Pembelian (bersih) 20.000 35.000
Markup 3.000
Pembatalan markup 1.000
Markdown 2.500
Pembatalan markdown 2.000
Penjualan (bersih) 25.000
INFUSION INC.
Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal $ 500 $ 1.000
Pembelian (bersih) 20.000 35.000
Barang tersedia untuk dijual 20.500 36.000
Markup $3.000
Pembatalan markup 1.000
Markup bersih 2.000
20.500 38.000
Markup biasanya menunjukkan bahwa nilai pasar barang telah naik. Pada sisi lain,
markdown berarti bahwa nilai manfaat barang telah menurun. Karena itu, jika kita
berupaya memperkirakan LCM, maka markdown harus dipandang sebagai kerugian dan
tidak dilibatkan dalam perhitungan rasio-biaya-terhadap-harga-eceran. Jadi, rasio-biaya-
terhadap-harga-eceran akan menjadi lebih rendah, sehingga mengarah pada perkiraan
LCM.
INFUSION INC.
Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal $ 500 $ 1.000
Pembelian (bersih) 20.000 35.000
Total 20.500 36.000
Perlakuan atas pos-pos yang mempengaruhi kolom biaya dari metode persediaan eceran
mengikuti perhitungan biaya yang tersedia untuk dijual. Selain itu, retur penjualan dan
pengurangan harga dipandang sebagai penyesuain terhadap pernjualan kotor; namun
diskon penjualan tidak diakui apabila penjualan dicatat sebagai penjualan kotor.
Menyesuaikan akun diskon penjualan dalam situasi semacam itu akan menghasilkan
angka persediaan akhir (menurut harga eceran) yang lebih saji.
Dikurangi:
Markdown bersih 1.400
Penjualan $36.000
Retur penjualan 900 35.100
Diskon untuk karyawan 800
Kekurangan normal 1.300
$27.200
$ 28.900
Rasio biaya terhadap harga eceran: = 43,9%
$ 65.800
a. Penyajian Persediaan
Standar akuntansi mewajibkan laporan keuangan mengungkapkan komposisi dari
persediaan, pengaturan pembiayaan persediaan, dan metode kalkukasi biaya persediaan
yang digunakan. Perusahaan manufaktur juga harus melaporkan komposisi persediaan
baik dalam neraca ataupun dalam skedul terpisah. Pengaturan biaya yang penting atau
tidak biasa yang berhubungan dengan persediaan mungkin memerlukan catatan
pengungkapan.
Dasar penilaian persediaan dan metode yang dipakai dalam menghitung biaya (FIFO,
LIFO, biaya rata-rata, dan sebagainya) juga harus dilaporkan. Apabila perusahaan ingin
mengubah metode penetapan harga salah satu dari unsur-unsur persediaannya, maka
perubahan prinsip akuntansi ini harus dilaporkan. Sebagai contoh, jika perusahaan
mengubah metode akuntansi barang A dari FIFO ke biaya rata-rata, maka perubahan ini
berserta pengaruhnya terhadap laba, harus dilaporkan secara terpisah dalam laporan
keuangan.
b. Analisis Persediaan
Jumlah persediaan harus dikelola oleh perusahaan. Namun, pengelolaan persediaan
membutuhkan perhatian terus-menerus. Pada satu sisi, manajemen ingin memiliki
berbagai jenis dan kuantitas persediaan yang besar sehingga konsumen bisa memilih dan
selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan. Akan tetapi, kebijakan persediaan
semacam itu membutuhkan biaya pencatatan yang besar. Pada sisi lain, tingkat persediaan
yang rendah bisa menimbulkan stockout, hilangnya penjualan, dan membuat konsumen
marah.
Rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk mencari jalan tengah dari keduanya. Rasio-
rasio yang umum digunakan adalah:
- Rasio Perputaran Persediaan
Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali, secara rata-rata, persediaan terjual
selama suatu periode. Tujuannya adalah untuk mengukur likuiditas persediaan. Rasio
perputaran persediaan dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan
persediaan rata-rata yang ada di tangan selama suatu periode. Kecuali faktor-faktor
musiman sangat signifikan, persediaan rata-rata dapat dihitung memakai saldo
persediaan awal dan saldo persediaan akhir.
Perusahaan yang paling sukses adalah perusahaan yang mampu mempertahankan tingkat
persediaan yang rendah dan memiliki rasio perputaran persediaan yang lebih tinggi
daripada pesaingnya, serta mampu memenuhi kebutuhan pelanggannya.
Banyak perusahaan ritel telah beralih dari perlakuan yang lebih konvensional ke metode
eceran LIFO untuk mendapatkan keuntungan pajak yang berkaitan dengan penilaian
persediaan LIFO. Selain itu, penggunaan asumsi LIFO juga akan menghasilkan
penandinga yang lebih baik antara biaya dengan pendapatan. Aplikasi metode eceran
LIFO dilakukan dengan dua asumsi: (1) harga stabil dan (2) harga yang berfluktuasi.
Baik metode LCM maupun metode eceran LIFO memiliki keunggulan dan kelemahan
tersendiri. Dari sisi praktis, pemilihan metode persediaan eceran seringkali melibatkan
penentuan metode mana yang memberikan laba kena pajak yang paling rendah. LIFO
akan memberikan penandingan biaya berjalan yang lebih tepat, tetapi persediaan akhir
ditetapkan menurut biaya. Di sisi lain, metode persediaan eceran konvensional mungkin
meneyebabkan penghapusan yang lebih besar karena penggunaan pendekatan LCM
dapat mengoffset penandingan biaya berjalan LIFO.
SOAL
1. Sebuah perusahaan membeli 50 jas hujan dengan biaya Rp 1.000.000 atau Rp 20.000
untuk satu setel jas hujan. Perusahaan tersebut menjual satu setel jas hujannya dengan
harga Rp 25.000. Hitunglah berapa markupnya jika perusahaan tersebut menaikkan harga
satu setel jas hujan menjadi Rp 32.000? Lalu, perusahaan memutuskan untuk menurunkan
harga jual untuk satu setel jas hujan karena musim yang telah berubah. Harga untuk satu
setelnya berubah menjadi Rp 22.000, maka hitunglah berapa markdown dan pembatalan
markup?
Jawab:
- Jika harga satu setel jas hujan dinaikkan menjadi Rp 32.000, maka perusahaan
melakukan markup sebesar Rp 7.000.
- Pada harga Rp 22.000, perusahaan telah melakukan pembatalan markup sebesar Rp
7.000 dan telah dilakukan markdown sebesar Rp 3.000
2. Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan PT. Makmur untuk tahun berjalan:
Persediaan awal Rp 6.500.000
Pembelian Rp 11.500.000
Total barang yang tersedia untuk dijual Rp 18.000.000
Penjualan Rp 20.000.000
Hitunglah persediaan akhir dengan mengasumsikan laba kotor atas harga jual adalah 40%.
Jawab:
Jawab:
a. Metode persediaan eceran berfungsi sebagai perangkat pengendalian, karena setiap
penyimpangan dari hasil fisik pada akhir tahun harus dijelaskan.
b. Metode ini juga mempercepat perhitungan fisik persediaan pada akhir tahun, karena
petugas yang melakukan perhitungan fisik persediaan hanya perlu mencatat harga
eceran setiap barang.
c. Selain itu, metode ini juga sangat berguna bagi setiap jens laporan interim, karena
pengukuran nilai persediaan yang handal dan cepat biasanya dibutuhkan.
4. Dalam konsep metode eceran dikenal yang namanya markup, pembatalan markup,
markdown, dan pembatalan markdown. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keempatnya!
Jawab:
a. Markup adalah tambahan atas harga eceran awal.
b. Pembatalan markup berarti penurunan harga barang dagang yang sebelumnya telah di-
markup di atas harga eceran awal.
c. Markdown yaitu penurunan harga jual awal.
d. Pembatalan markdown terjadi apabila markdown kemudian dioffset oleh kenaikan
harga barang yang sebelumnya telah di-markdown.
5. Hitunglah persediaan akhir dengan menggunakan metode persediaan eceran konvensional
atau pendekatan LCM dengan catatan PT. Sukses untuk bulan Juli diikhtisarkan sebagai
berikut:
- Persediaan, 1 Juli: Pada biaya, Rp 1.000.000 dan pada harga eceran, Rp 1.500.000
- Pembelian bulan Juli: Pada biaya, Rp 3.500.000 dan pada harga eceran, Rp 4.000.000
- Markup bersih: Rp 300.000
- Markdown bersih: Rp 150.000
- Penjualan: Rp 2.000.000
- Transportasi masuk: Rp 400.000
- Kerugian persediaan akibat kerusakan normal: Rp 100.000
- Diskon untuk karyawan: Rp 250.000
Jawab:
PT. Sukses
(Pada Tahun Berjalan)
Biaya Harga Eceran
Persediaan awal Rp. 1.000.000 Rp 1.500.000
Pembelian 3.500.000 4.000.000
Transportasi masuk 400.000
Total Rp 4.900.000 Rp 5.500.000
Dikurangi:
Markdown bersih 150.000
Penjualan 2.000.000
Diskon untuk karyawan
250.000
Kekurangan normal 100.000
Total Rp
2.700.000
Rp 4.900.000
Rasio biaya terhadap harga eceran: = 89,1%
Rp5.500 .000
6. Sebutkan aturan LCM yang memiliki beberapa defisiensi atau kelemahan konseptual
Jawab:
a. Penurunan nilai aktiva dan pencatatan nya sebagai beban diakui pada periode
ketika kerugian utilitas ini terjadi bukan pada periode penjualan. Pada sisi lain,
kenaikan nilai aktiva hanya diakui pada saat penjualan terjadi. Perlakuan ini
tidak konsisten dan dapat menyebabkan data laba terdistorsi.
b. Aplikasi aturan LCM menghasilkan inkonsistensi karena persediaan
perusahaan mungkin dinilai menurut biaya dalam satu tahun dan harga pasar
dalam tahun berikutnya.
c. LCM menilai persediaan dalam neraca secara konservatif, tetapi dampaknya
terhadap laporan laba-rugi mungkin atau tidak mungkin bersifat konservatif.
Laba bersih tahun berjalan ketika kerugian diakui jelas lebih rendah; laba
bersih untuk periode berikutnya mungkin lebih tinggi dari normal jika
penurunan yang ditetapkan atas harga jual tidak material.
d. Aplikasi aturan LCM menggunakan “Laba normal” dalam menentukan nilai
persediaan. Karena laba normal merupakan angka estimasi yang didasarkan.
Diminta : Hitunglah nilai persediaan dengan menggunakan Metode Harga Pokok atau
harga pasar yang lebih rendah, bila ditetapkan untuk :
1). Per jenis bahan 2). Per kelompok bahan 3). Keseluruhan bahan
Jawab :
Nilai Pasar
yang Individual Major Total
Jenis Bahan Biaya Ditetapkan Item Item Inventory
Bahan Baku:
- Bahan A 5.700.000 6.450.000 5.700.000
- Bahan B 5.000.000 4.800.000 4.800.000
- Bahan C 6.300.000 7.000.000 6.300.000
Total Bahan Baku 17.000.000 18.250.000 17.000.000
Barang dalam proses:
- Barang D 6.750.000 6.450.000 6.450.000
- Barang E 5.194.000 1.764.000 1.764.000
Total Bahan dalam Proses 11.944.000 8.214.000 8.214.000
Barang Jadi:
- Barang F 5.250.000 5.475.000 5.250.000
- Barang G 6.162.000 6.240.000 6.162.000
Total Barang Jadi 11.412.000 11.715.000 11.412.000
Total 40.365.000 38.179.000 36.426.000 36.629.000 36.426.000
8. Apa kegunaan utama dari laba kotor?
Jawab:
Tujuan utama Laba Kotor adalah untuk menunjukkan jumlah pendapatan yang tersisa
pada akhir periode yang dapat digunakan untuk menutup biaya operasional (Biaya
Admin, Penjualan atau Pemasaran, dan lainnya).
Properti, pabrik, dan peralatan adalah kelompok aktiva tetap. Karakteristik dari ketiganya
adalah, aktiva tersebut diperoleh untuk digunakan dalam operasi dan bukan untuk dijual
kembali, aktiva tersebut bersifat jangka panjang dan merupakan subjek penyusutan, dan
aktiva tersebut memiliki substansi fisik.
Akuisisi properti, pabrik, dan peralatan dinilai berdasarkan prinsip biaya historis berupa
kas atau ekuivalen kas. Property, pabrik, dan peralatan tidak boleh dicatat ketika mengandung
unsure taksiran, nilai pasar, atau nilai saat ini yang melebihi biaya. Alasan utamanya adalah,
karena pada tanggal akuisisi, biaya merefleksikan nilai wajar. Kemudian biaya historis
melibatkan biaya actual, bukan transaksi hipotesis, sehingga merupakan hal yang paling
dapat diandalkan. Dan alsan yang terakhir adalah keuntungan serta kerugian sebaiknya tidak
diantisipasi tetapi harus diakui ketika aktiva dijual.
Semua pengeluaran akuisisi tanah dianggap sebagai biaya tanah. Biaya tanah mencakup
harga beli, biaya pengakuan tanah di kantor administrasi, biaya lain-lain yang dikeluarkan
dalam persiapan penggunaan tanah agar siap digunakan, dan pengeluaran yang berkaitan
dengan perbaikan dan pengembangan kondisi fisik tanah yang memiliki umur tidak terbatas.
Secara umum, tanah adalah bagian dari property, pabrik, dan peralatan. Namun apabila
bersifat spekulatif, maka ketiganya dianggap sebagai investasi. Dan apabila tanah tersebut
diperdagangkan oleh sebuah entitas, makan tanah tersebut dapat dikategorikan sebagai
persediaan.
Sementara itu, biaya bangunan termasuk kepada seluruh biaya, baik yang berhubungan
dengan akuisisi atau pembangunannya. Biaya-biaya tersebut adalah biaya bahan, tenaga kerja
yang membangun, overhead cost yang keluar selama proses pengerjaan konstruksi, dan yang
terpenting adalah perizinan mengenai pendirian bangunan tersebut.
Peralatan meliputi peralatan kantor, perkakas, mesin, dan termasuk didalamnya adalah
perlengkapan administratif lainnya. Biaya peralatan terdiri dari harga perolehan, biaya
angkut, asuransi, biaya instalasi dan pengecekan sebelum peralatan siap digunakan.
Biaya untuk Aktiva yang Dibuat Sendiri dan Biaya Bunga Selama Konstruksi
Dalam beberapa kasus, beberapa perusahaan mebuat aktiva tetapnya sendiri. Sehingga
dalam hal pengalokasian biaya tersebut tidak melibatkan biaya beli atau perolehan aktiva
tersebut. Bahan dan tenaga kerja langsung digunakan dalam konstruksi tidak akan
menimbulkan masalah, karena perusahaan dapat langsung mengendalikan biaya pembuatan
aktiva tersebut. Namun untuk biaya overhead yang bervariasi, perusahaan dapat
menggunakan 2 metode, yaitu dengan tidak membebankan overhead ke biaya pembuatan dan
dengan pembebanan sebagian dari total overhead pada proses pembuatan.
Di dalam akuntansi, perlakuan bunga terhadap biaya property, pabrik dan peralatan
terdapat tiga pendekatan, yaitu dengan tidak mengkapitalisasi beban bunga sebagai biaya
konstruksi, melainkan sebagai biaya administratif. Yang kedua, membebankan ke konstruksi
atas semua biaya yang digunakan, baik yang dapat diidentifikasi maupun yang tidak,
sehingga sebuah aktiva harus dibebankan semua pembiayaan agar aktiva tersebut siap
digunakan. Dan yang ketiga, hanya mengkapitalisasi biaya bunga yang terjadi selama proses
kontruksi berlangsung, sehingga pendekatan ini hanya mengkapitalisasi biaya bunga yang
muncul melalui pembiayaan dengan hutang.
Untuk menerapkan pendekatan ini, ada tiga item yang perlu diperhatikan. Pertama,
Aktiva yang memenuhi kualifikasi. Untuk memenuhi kualifikasi sebagai kapitalisasi bunga,
aktiva harus memiliki periode waktu untuk menyiapkannya agar dapat digunakan. Kedua,
periode Kapitalisasi merupakan periode waktu dimana bunga harus dikapitalisasi, yang
dimulai apabila ketiga kondisi berikut terjadi: (1) pengeluaran untuk aktiva telah dilakukan;
(2) aktivitas yang diperlukan untuk mempersiapkan aktiva agar dapat digunakan sedang
berjalan; (3) biaya bunga telah terjadi. Kapitalisasi bunga akan terus berlangsung selama
ketiga kondisi tersebut ada. Dan ketiga, jumlah yang harus dikapitalisasi merupakan jumlah
bunga yang akan dikapitalisasi dibatasi hingga biaya bunga aktual terendah yang terjadi
selama periode berjalan atau bunga yang dapat dihindarkan. Bunga yang dapat dihindarkan
merupakan jumlah biaya bunga yang selama periode berjalan yang secara teoritis dapat
dihindari jika pengeluaran untuk membeli aktiva tidak dilakukan. Bunga yang dapat
dihindarkan dapat diterapkan dengan menentukan jumlah bunga potensial yang dapat
dikapitalisasi selama periode akuntansi dengan mengalikan suku bunga dengan akumulasi
pengeluaran rata-rata tertimbang dari aktiva yang memnuhi kualifikasi selama periode
berjalan.
Masalah Khusus yang Berhubungan dengan Kapitalisasi Bunga
Terdapat dua masalah terkait dengan kapitalisasi bunga yang memerlukan perhatian
khusus. Pertama, Pengeluaran untuk tanah. Apabila tanah dibeli untuk didirikan bangunan,
maka biaya bunga yang dikapitalisasi selama periode konstruksi merupakan bagian dari biaya
pabrik, bukan tanah. Tetapi, jika pembelian tanah dilakukan untuk tujuan spekulasi, maka
biaya bunga tidak perlu dikapitalisasi karena aktiva tersebut telah siap untuk digunakan. Dan
yang kedua, pendapatan bunga. Pendapatan bunga tidak boleh dioffset dengan biaya bunga.
Karena bunga atas aktiva yang memenuhi kualifikasi harus dikapitalisasi, baik apakah
kelebihan dana pinjaman itu diinvestasikan secara temporer dalam sekuritas jangka pendek
atau tidak. Dari sudut pandang konseptual, banyak yang meyakini bahwa adanya asumsi yang
menyatakan bahwa perusahaan seharusnya tidak mengkapitalisasi biaya bunga atau seluruh
biaya bunga, baik actual maupun tertangguh.
A. PENILAIAN
Seperti aktiva yang lainnya, perusahaan sebaiknya mencatat property, pabrik, dan
bangunan pada nilai pasar wajar yang diberikan pada saat akuisisi atau nilai wajar aktiva
yang diterima, bergantung pada mana yang memiliki bukti lebih jelas.
Diskon Tunai
Ada dua sudut pandang tentang apakah pengurangan biaya atau harga pokok aktiva harus
terjadi meskipun diskon tidak diambil. Menurut pendekatan pertama, diskon baik diambil
atau tidak dianggap sebagai pengurang biaya aktiva. Hal itu karena, biaya riil dari aktiva
merupakan kas atau harga ekuivalen kas aktiva.
Sedangkan pendekatan lainnya menyatakan bahwa diskon tunai tidak selalu harus
dianggap sebagi kerugian karena syaratnya mungkin tidak menguntungkan, atau mungkin
tidak bijaksana bagi perusahaan untuk mengambil diskon itu. Saat ini kedua pendekatan ini
masih banyak digunakan, namun dalam prakteknya yang lebih sering digunakan adalah
pendekatan yang pertama.
Aktiva tetap sering dibeli atas dasar kontrak kredit jangka panjang dengan menggunakan
wesel, hipotik, obligasi, atau kewajiban peralatan. Agar dapat merefleksikan biaya secara
tepat, aktiva yang dibeli dengan kontrak kredit jangka panjang harus diperhitungkan pada
nilai sekarang dari pertimbangan yang dipertukarkan antara pihak-pihak yang melakukan
kontrak pada tanggal transaksi.
Permasalahan khusus sering muncul pada saat penentuan harga aktiva tetap ketika
perusahaan membeli sekelompok aktiva tetap pada harga lump sum tunggal. Apabila situasi
seperti ini terjadi, perusahaan harus mengalokasikan total biaya di antara berbagai aktiva
berdasarkan nilai psar wajar relatifnya. Asumsinya bahwa biaya-biaya ini akan bervariasi
dalam proporsi langsung terhadap nilai wajar.
Penerbitan Saham
Apabila property diperoleh oleh perusahaan melalui penerbitan sekuritas seperti saham
biasa, maka biaya property itu tidak dapat diukur secara tepat dengan nilai pari atau nilai
diterapkan saham tersebut. Jika saham itu sedang diperdagangkan secara aktif, maka nilai
pasar saham yang diterbitkan merupakan indikasi yang wajar atas biaya property yang
diperoleh. Saham merupakan ukuran yang baik atas harga ekuivalen kas berjalan.
Perusahaan mengakui kerugian dengan segera terlepas apakah pertukaran yang terjadi
memiliki substansi komersial ataukah tidak. Hal tersebut didasari bahwa perusahaan
seharusnya tidak menilai aktiva yang dimilikinya lebih dari harga kasnya yang setara; jika
kerugian tersebut ditangguhkan, aktiva akan mempunyai nilai lebih tinggi daripada nilai yang
sesungguhnya dimiliki (overstate). Sebaliknya, perusahaan mengakui keuntungan apabila
perusahaan akan melakukan pencatatan terhadap biaya aktiva nonmoneter yang diterima
untuk dipertukarkan dengan aktiva nonmoneter yang lainnya pada nilai wajar pada suatu
aktiva yang diberikan, dan dengan sesegera mungkin mengakui keuntungan yang diperoleh
perusahaan. perusahaan dapat menggunakan nilai wajar dari seluruh aktiva yang telah
diterima oleh perusahaan jika dan hanya jika nilai wajar tersebut lebih jelas daripada nilai
wajar aktiva yang telah diberikan.
Dalam situasi keuntungan ada tiga keadaan pertukaran yang terjadi. Pertama, pertukaran
mempunyai substansi komersial biasanya mencatat biaya aktiva nonmoneter yang diterima
untuk dituker dengan aktiva nonmoneter yang lain pada nilai wajar dari aktiva yang
diberikan, dan dengan segera mengakui keuntungan. Kedua, tidak ada substansi komersial-
tidak ada kas yang diterima biasanya menangguhkan keuntungan dan mengakui kerugian
dengan segera. Ketiga, tidak ada substansi komersial-sejumlah kas diterima biasanya
perusahaan mengakui sebagian keuntungan, bagian keuntungan yang diakui perusahaan
adalah rasio aktiva moneter (kas yang dibandingkan dengan nilai total yang diterima).
Hibah Pemerintah
Hibah ialah bantuan yang diterima dari pemerintah dalam bentuk transfer sumber daya ke
sebuah perusahaan untuk masa lalu maupun masa depan sesuai dengan kondisi tertentu pada
operasional perusahaan. IFRS menyatakan bahwa hibah harus diakui dalam bentuk
pendapatan (pendekatan penghasilan) secara sistematik yang sesuai dengan biaya yang terkait
yang dimaksudkan untuk mengimbangi perusahaan.
Kontribusi harus dicatat pada nilai wajar aktiva yang diterima dan kredit yang
berhubungan harus dibuat untuk pendapatan dalam jumlah yang sama. Nilai wajar aktiva
harus digunakan untuk menentukan nilainya dalam pembukuan. Standar IFRS telah
menyatakan sikap bahwa, secara umum kontribusi yang diterima harus diakui sebagai
pendapatan dalam periode penerimaannya.
Secara umum, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat masa depan yang lebih
besar harus dikapitalisasi, sementara pengeluaran yang hanya ditujukan untuk
mempertahankan tingkat pelayanan tertentu harus dianggap sebagai beban. Agar biaya-biaya
ini dapat dikapitalisasi, harus ada tiga kondisi berikut:
Penambahan
Penambahan pada umumnya tidak menimbulkan masalah akuntansi yang besar. Setiap
penambahan yang terjadi pada aktiva tetap akan dikapitalisasi karena aktiva baru telah
diciptakan. Namun masalah yang sering timbul dalam hal penambahan adalah akuntansi
untuk setiap perubahan yang berhubungan dengan struktur yang ada akibat penambahan
tersebut.
Perbaikan adalah penggantian aktiva yang sekarang sedang digunakan dengan aktiva lain
yang lebih baik. Sedangkan penggantian adalah substitusi dari aktiva yang sama. seringnya
perbaikan dan penggantian timbul dari kebijakan umum untuk memodernisasi atau
merehabilitasi seperangkat peralatan. Masalahnya disini adalah membedakan jenis
pengeluaran ini apakah meningkatkan potensi jasa masa depan atau hanya mempertahankan
tingkat pelayanan yang ada.
Jika ditentukan bahwa pengeluaran ini meningkatkan potensi pelayanan masa depan dari
aktiva, pengeluaran tersebut harus dikapitalisasi. Maka akuntansi yang diberlakukan adalah
dengan salah satu dari tiga cara berikut tergantung pada situasinya.
Reparasi
Reparasi biasa adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan aktiva tetap
berada dalam kondisi siap operasi. biaya ini dapat dibebankan ke akun beban selama periode
terjadinya, atas dasar bahwa periode tersebut merupakan periode yang paling banyak
menerima manfaat.
Keuntungan dan kerugian sebenarnya merupakan koreksi laba bersih untuk tahun-tahun
selama aktiva tetap digunakan. Setiap keuntungan atau kerugian dari pelepasan segmen
perusahaan harus dilaporkan bersama dengan hasil yang berkaitan dari operasi yang
dihentikan.
Perusahaan mungkin memensiunkan aktiva tetap mereka secara secara suka rela atau
membuang mereka dengan melakukan
Penjualan
Penukaran
Konversi terpaksa
Pengabaian
Penyusutan harus dicatat selama periode waktu antara tanggal ayat jurnal penyusutan
berakhir dibuat dan tanggal penjualan.
Konversi Terpaksa
Kadang pelayanan suatu aktiva berakhir karena konversi terpaksa seperti kebakaran, banjir,
pencurian, atau pembebasan. Selisih antara jumlah yang dipulihkan dan nilai buku aktiva
tersebut jika ada, dilaporkan sebagai keuntungan atau kerugian. Keuntungan atau kerugian
akan diperlakukan dengan cara yang tidak berbeda dengan jenis disposisi lainnya.
SOAL
1. Apakah aset yang sudah habis depresiasinya tapi masih digunakan dalam aktivitas
operasi perusahaan tetap ditulis dalam laporan neraca atau catatan laporan keuangan?
Jawab :
Perusahaan harus tetap menunjukkan aset tersebut dalam laporan neraca maupun
catatan laporan keuangannya. Jika asetnya sudah habis didepresiasi, maka perusahaan
akan menulis nilai sisa atau gain yang diperoleh. Investor akan memperoleh informasi
penting jika perusahaan menunjukkan aset-asetnya secara lengkap. Maka dari itu
informasi jika aset tersebut sudah habis didepresiasi namun masih dipakai dalam
aktivitas operasi perusahaan juga harus dicantumkan dalam laporan keuangan atau
catatan laporan keuangan.
2. Apakah peraturan umum pada pengakuan untung atau rugi atas penarikan aktiva tetap
harus dilaporakan dalam laporan laba rugi?
Jawab :
Keuntungan dan kerugian dipaorkan bersama pos-pos bisnis biasa. Tetapi apabila itu
berasal dari operasi segmen perusahaan yang dijual maka harus dipisahakan mana
yang hasil operasi yang berlanjut dan tidak dan keuntungan atau kerugiannya
dilaporkan bersama dengan hasil yang berkaitan dengan operasi yang dihentikan.
5. PT. Kurnia Bakti membeli tanah, bangunan, dan peralatan dari PT. Sumber Kencana
secara tunai sebesar Rp. 306.000.000. Apabila estimasi dari ketiga aktiva tersebut
adalah Rp. 60.000.000, Rp. 220.000.000, dan Rp. 80.000.000. Pada berapa jumlah
ketiga aktiva tersebut harus dicatat?
Jawab :
Total lump sum
Tanah 60.000.000
Bangunan 220.000.000
Peralatan 80.000.000
Total 360.000.000
6. PT. Adi Jaya mendapatkan tanah dengan menerbitkan saham biasa sebanyak 2000
lembar dengan nilai par $20. Tanah tersebut langsung dinilai dengan hasil sebesar
$120,000. Saham tersebut aktif diperdagangkan dengan harga $50 per lembarnya.
Siapkanlah jurnal umum untuk mencatat akuisisi atas tanah tersebut!
Jawab :
Land (2,000 X $50) ........................................................... 100,000
Share Capital—Ordinary (2,000 X $20) .......... 40,000
Share Premium—Ordinary................................. 60,000
7. PT. Indo Utama membeli tanah dengan harga $50,000. Biaya perataan tanah sebesar
$10,275.Serta biaya untuk penghancuran bangunan lama yang berdiri diatas tanah
tersebut sebesar $15,100. Berapakah besarnya biaya yang harus dicatat sebagaibiaya
tanah?
Jawab :
$50,000 + $10,275 + $15,100 = $75,375
8. PT. Maju Mundur membeli dua bidang tanah. Tanah tersebut salah satunya akan
digunakan sebagai tempat membangun pabrik baru sedang sebidang tanah yang lain
dibeli dengan tujuan akan dijual kembali. Bagaimana kedua bidang tanah tersebut
harus dilaporkan didalam neraca perusahaan?
Jawab :
Dalam kasus diatas tanah yang akan digunakan sebagai tempat memebangun pabrik
baru akan dicatat sebagai aktiva tetap perusahaan sedangkan tanah yang akan dijual
kembali akan dicatat sebagai investasi perusahaan.
9. PT. Surya Abadi memiliki mesin dengan biaya $35,000 saat membeli pada tanggal 1
Juli 2007. Penyusutannya sebesar $3,500 per tahun dan sampai dengan 31 Desember
2010 akumulasi penyusutannya sebesar $12,250. Selanjutnya perusahaan menjual
mesin tersebut pada 1 September 2011 sebesar $25,000. Buatlah jurnal untuk
mencatat Depresiasi di tahun 2011 dan Mencatat besarnya penjualan tersebut!
Jawab :
a. Depreciation Expense ($3,500 X 8/12) .......................... 2,333.33
Accumulated Depreciation ....................................... 2,333.33
b. Cash..................................................................................... 25,000
Accumulated Depreciation ($12,250 + 2,333.33)................ 14,583.33
Machinery............................................................................
35,000
Gain on Disposal of Machinery...........................................
4,83.33
10. PT. Abadi Karya memperdagangkan truk lamanya dengan truk baru. Biaya truk lama
adalah $25,000 dan memiliki akumulasi penyusutan sebesar $22,000. Truk baru
tersebut berharga $32,000. Namun, perusahaan juga harus membayar kas sebesar
$31,000. Buatlah jurnal untuk mencatat pertukaran aktiva ini!
Jawab :
Truck ............................................................................ 32,000
Accumulated Depreciation............................................ 22,000
Loss on Disposal of Truck............................................. 1,000
Truck.............................................................................. 25,000
Cash............................................................................... 31,000