Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KEPERAWATAN BENCANA

NAMA : Stevanus Maspaitella

NIM : P.1709123

KELAS : KEPERAWATAN B 2017

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

AMBON

2021
Kasus 1

Tn. Martin, 42 tahun mengalami tabrakan dengan mobil lainnya saat


mengendarai mobilnya dijalan tol sekitar pukul 14.30 WIB. Pada saat kejadian
Tn.M pingsan dan segerah dibawa ke Rumah sakit Sehat yang mempunyai
fasilitias lengkap untuk mendapatkan pertolangan. Ketika akan dikeluarkan dari
mobil Tn.M menjerit kesakitan, serta mengatakan tidak bisa mengangkat kaki,
nyeri hebat pada daerah kaki yang mengalami benturan, sebagai seorang
perawat yang bertugas di IGD Tn. Martin langsung ditangani, dari hasil
pemeriksaan, melalui observasi dan pemeriksaan fisik ditemukan tungkai kiri
bagian atas mengalami patah tulang, (adanya deformitas, odema, adanya
krepitasi, serta adanya luka robek 4x1 cm didaerah patahan serta Nampak tulang
mencuat keluar pada daerah kulit) luka kelihatan kotor. TD: 120/80 mmHg, HR:
88x/menit dan RR: 24x/menit, S: 36,7o berdasarkan hasil kolaborasi dengan
dokter perawat disarankan untuk pemasangan spalak/bidai, serta dengan
pemeriksaan radiologi pada kaki yang patah. Diagnosa medis pasien tersebut
fraktur detra terbuka 1/3 distal. Terapi yang didapat berupah infus cairan NaCL
0.9% 26 tetes/menit. Obat-obatan yang diberikan cefotaxime 2x1 gr IV katerolak
2x1 ampul IV, Metranodosole 2x500 mg IV, Ranitidine 2x1 ampul IV, Asam
Trakneksamat 500 mg IV.

Pertanyaan:
1. Buatlah Asuhan Keperawatan sampai dengan Implementasi dan evaluasi serta SOAP
selama 3 Hari pada Kasus diatas.
2. Diagnosa Keperawatan sebanyak 4 diagnosa
3. Berdasarkan instruksi dokter harus lakukan pemeriksaan radiologi pada kasus diatas
sebutkan 4 tujuan pemeriksaan radiologi
4. Bagaimana saudara melakukan pengkajian PQRST pada kasus diatas
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN.M DENGAN DIAGNOSA
MEDIS FRAKTUR FEMUR DETRA TERBUKA 1/3 DISTAL
DI RUMAH SAKIT SEHAT

PENGKAJIAN
A. Biodata
Nama: Tn.M

Usia: 42 Tahun

Jenis Kelamin: Pria

B. Riwayat Kesehatan Klien


a) Keluhan Utama: Klien mengatakan tidak bisa mengangkat kaki karena Nyeri Hebat
Pada Kaki yang Mengalami Benturan.
P: Karena adanya Kecelakaan yang Mengakibatkan tungkai kiri atas mengalami patah
tulang
Q: Pasien Tidak bisa mengangkat kaki karena Nyeri
R: Kaki yang mengalami Benturan (Femur Detra)
S: Nyeri 10
T: Setelah terjadi Kecelakaan
b) Riwayat Kesehatan Sekarang: Klien Mengatakan tidak bisa mengangkat kaki karena
Nyeri pada Kaki Yang mengalami Benturan.
c) Riwayat Penyakit Masa lalu: -
d) Riwayat Penyakit Keluarga: -
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran
 Kualitatif : Somnolen
 Kuantitatif: 8
b. Tanda-tanda Vital
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg
 Nadi: 88 x/menit
 Respirasi: 24x/menit
 Suhu: 36,7oC
2. Data Fisik -
D. Data Psikososial-Spiritual –
E. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Pasien Mengatakan Trauma Langsung Nyeri Akut
tidak bisa mengangkat
kaki, karena Nyeri Hebat Fraktur
Pada Kaki yang
Mengalami Benturan Dikontiunitas Tulang

Pergeseran Fragmen
Tulang

Nyeri Akut

Pergeseran Fragmen Kerusakan
tulang Integritas Kulit

Laserasi Kulit

Kerusakan Integritas Kulit

Pergeseran Fragmen Hambatan Mobilitas


tulang fisik

Deformitas

Gangguan Fungsi
Ekstremitas

Hambatan Mobilitas fisik


Pergeseran Fragmen Resiko Infeksi
tulang

Laserasi Kulit

Kerusakan Integritas Kulit

Resiko Infeksi

2. DO:
 Klien tampak
menjerit Kesakitan
 Klien Tampak
Meringis
Pengkajian PQRST
P: Nyeri dirasakan ketika
kecelakaan
Q: Nyeri Hebat
R: Femur Detra
S: Skalah Nyeri 10
T: setelah Kecelakaan
 Klien tampak
lemah
 Klien Tampak
Lemas

II. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut b.d Agen Injuri Fisik, gerakan Fragmen Tulang, edema.
2. Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup,
spalak/bidai)
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri, terapi reatriktif (imobilisasi)
4. Resiko Infeksi b.d Trauma, Imunitas tubuh primer menurun, procedure Invasive
(pemasangan traksi)
III. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasioanal

1. Nyeri Akut b.d Agen Injuri Fisik, Setelah dilakukan tindakan  Lakukan pengkajian  Mengetahui
gerakan Fragmen Tulang, edema. keperawatan selam 3x24 jam nyeri secara perkembangan Nyeri
diharapkan Nyeri Klien komprehensif , Klien
Berkurang. termasuk lokasi,  Mengetahui reaksi
karakteristik, durasi, Verbal ketidaknyamanan
Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas, dan klien
 Klien Mampu mengontrol factor prespitasi.  Untuk mengetahui Rasa
Nyeri (tahu penyebab  Obsevasi reaksi Nyeri Pada klien
Nyeri,mampu Nonverbal dari  Untuk mengetahui
menggunakan tehnik ketidaknyamanan Kultur yang
nonfarmakologi untuk  Gunakan Teknik mempengarui respon
mengurangi Nyeri,mencari komunikasi terapeutik Nyeri
bantuan) untuk mengetahui  Untuk mengetahui dan
 Klien mampu Melaporkan pengalaman Nyeri mengurangi factor
bahwa Nyeri berkurang Pasien Prespitasi Nyeri
dengan menggunakan  Kaji Kultur yang  Untuk menamba
manajemen Nyeri. mempengarui respon pengetahuan klien
 Klien Mampu mengenali Nyeri tentang bagaimana cara
Nyeri (skala, intensitas,  Kurangi Faktor penanganan Nyeri secara
frekuensi dan tanda Nyeri) prespitasi Nyeri Mandiri.
 Klien mampu Menyatakan  Pilih dan lakukan  Untuk Membantu Klien
Rasa Nyaman setelah Nyeri penanganan Nyeri dalam Proses
berkurang (Farmakologi, non penyembuhan.
farmakologi dan
Interpersonal)
 Tingkatkan Istirahat

2. Kerusakan Integritas Kulit Setelah dilakukan tindakan  Jaga kulit agar tetap  Untuk membantu pasien
berhubungan dengan fraktur terbuka, keperawatan selam 3x24 jam bersih dan kering lebih Nyaman
pemasangan Traksi (pen, kawat, diharapkan Integritas Kulit  Berikan posisi yang  Untuk membantu klien
secrup) klien dapat kembali Normal. mengurangi tekanan dalam penyembuhan
pada Luka. luka
Kriteria Hasil:  Mobilisasi pasien  Agar klien tidak merasa
 Perfusi Jaringan dapat (ubah posisi pasien) bosan
kembali Normal setiap 2 jam sekali.  Agar keluarga juga bisa
 Tidak ada tanda-tanda  Ajarkan keluarga melakukan aktifatas
infeksi tentang luka dan membersikan luka secara
 Ketebalan dan tekstur perawatan luka klien. mandiri.
jaringan normal  Lakukan tehnik  Agar menghindari
 Menunjukan pemahaman perawatan luka dengan benda-benda asing
dalam proses perbaikan steril masuk kedalam luka.
kulit dan mencega  Agar klien tetap merasa
terjadinya cidera berulang. Nyaman, juga
 Menunjukan terjadinya mengurangi Nyeri.
proses penyembuhan luka
3. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan  Monitoring vital sign  Mengetahui respon
berhubungan dengan Nyeri, terapi keperawatan selam 3x24 jam sebelum/sesuda latihan Klien terhadap latihan
reatriktif (imobilisasi) diharapkan Mobilitas fisik dan lihat respon pasien yang diberikan.
klien dapat kembali Normal. saat latihan  Untuk mencegah pasien
 Bantu klien untuk mendapatkan cidera
Kriteria Hasil: menggunakan tongkat yang lebih serius.
 Klien Meningkat dalam saat berjalan dan cegah  Untuk memudahkan
aktifitas Fisik terhadap cidera pasien dalam
 Klien dapat mengerti tujuan  Ajarkan Pasien tentang menjalankan terapi
dari peningkatan mobilitas teknik ambulasi dalam meningkatkan
 Klien dapat  Kaji kemampuan Aktifitas Fisik.
Memverbalisasikan pasien dalam  Membantu pasien
perasaan dalam mobilisasi dalam mobilisasi
peningkatan kekuatan dan  Latih pasien dalam  Agar pasien dapat
kemampuan berpindah pemenuhan kebutuhan meningkatkan
 Klien dapat Memperagakan ADLs secara mandiri keMandiriannya dalam
penggunaan alat bantu sesuai kemampuan ADLs sesuai
untuk mobilisasi.  Berikan alat bantu jika kemampuan.
klien memerlukan  Mempermudah klien
menjalankan Terapi.
4. Resiko Infeksi b.d Trauma, Imunitas Setelah dilakukan tindakan Infection control (control  Agar Lingkungan
tubuh primer menurun, procedure keperawatan selam 3x24 jam infeksi) selalu Steril.
diharapkan dapat menurunkan  Agar tidak terinfeksi
Invasive (pemasangan traksi)  Bersihkan lingkungan
resiko Infeksi pada klien. oleh hal-hal yang
setelah dipakai pasien tidak diinginkan.
Kriteria Hasil: lain  Menjaga Kesterilan
 Pertahankan teknik Ruangan dan
 Klien bebas dari tanda dan isolasi
gejala infeksi Kenyamanan Pasien
 Batasi pengunjungan  Agar Kebersihan
 Mendeskripsikan proses bila perlu
penularan penyakit, factor  Intruksikan pada Pengunjung selalu
yang mempengaruhi dijamin.
pengujung untuk  Untuk memastikan
penularan serta mencuci tangan saat
penatalaksanaannya, kebersihan Pasien dn
berkunjung dan setelah Perawat serta
 Menunjukan kemampuan berkunjung
untuk mencegah Pengunjung.
meninggalkan pasien  Untuk membatasi
timbulnya infeksi  Gunakan sabun
 Jumlah leukosit dalam Infeksi
antimikrobia untuk Mikroorganisme yang
batas normal cuci tangan
 Menunjukkan perilaku  Cuci tangan setiap tidak diinginkan.
hidup  Agar membantu
sebelum dan sesudah Pasien Lekas Pulih.
tindakan keperawatan
 Dorongan Istirahat
IV. EVALUASI

No Waktu Implementasi Evaluasi paraf


dx
04 Februari 2021 S: Pasien Mengatakan Masi merasakan Nyeri

1. 15:00 Wit  melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif O: pasien terlihat meringis kesakitan
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
15:15 wit kualitas, dan factor prespitasi. A: Masalah Belum Teratasi

 Melakukan obsevasi reaksi Nonverbal dari P: Lanjutkan Intervensi, I & 2


ketidaknyamanan

S: pasien mengatakan nyaman dengan posisi yang dianjurkan

15:20 wit  menjaga kulit agar tetap bersih dan kering O: Pasien Terlihat Nyaman dengan posisi yang digunakan

2. 15:25 wit  menganjurkan klien melakukan posisi yang A: Masalah Teratasi


mengurangi tekanan pada Luka. P: Pertahankan Intervensi

 memonitoring vital sign sebelum/sesuda


15:30 wit S: Klien mengatakan,belum bisa berjalan sendiri menggunakan
latihan dan lihat respon pasien saat latihan
tongkat
3. 15:40 wit  membantu klien untuk menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah terhadap cidera O: TTV: TD:120/80, S:36,7oC, N: 88x/m, RR:24x/menit

A: Masalah belum Teratasi

P: Lanjutkan Intervensi II

S: -
O:-

15:50 wit  membersihkan lingkungan setelah dipakai A: Masalah Teratasi


pasien lain
4. 16:00 wit P: Pertahankan Intervensi
 mempertahankan teknik isolasi

S: Pasien Mengatakan Nyeri Pada Femur Detra

05.Februari.2020 O: Pasien Kelihatan Meringis Kesakitan


 menggunakan Teknik komunikasi terapeutik
1. 10:00 Wit untuk mengetahui pengalaman Nyeri Pasien A: Masalah Teratasi sebagian

10:10 wit  Kaji Kultur yang mempengarui respon Nyeri P: Lanjutkan Intervensi I dan II

S: Pasien Mengatakan Nyaman saat posisi tidurnya dirubah setiap


2 jam
2. 10:20 wit  memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
2 jam sekali. O: Pasien Tidak menolak saat perawat membantu dalam
10:30 wit mengubah posisi & Keluarga Juga berperan aktif dalam
 mengajarkan keluarga tentang luka dan membantu perawatan luka Pasien.
perawatan luka klien. A: masalah teratasi

P: Pertahankan Intervensi

S: pasien mengatakan suda mulai paham dalam melakukan Teknik


Ambulasi

10:50 wit O: pasien Nampak bersemangat melakukan teknik ambulasi


11:00 wit  Ajarkan Pasien tentang teknik ambulasi
3. A: Masalah teratasi sebagian
 Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
P: Pertahankan Intervensi

S: pasien mengatakan lebih tenang saat pengunjung dibatasi

O: pasien Nampak lebih tenang, dn Nyaman saat beristirahat

A: Masalah Teratasi
11:15 wit
4 11:30 wit
 membatasi pengunjung bila perlu P: Pertahankan Intervensi
 Intruksikan pada pengujung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien.

S: pasien mengatakan sudah tidak melakukan gerakan prespitasi

O: Pasien Nampak tenang saat dilakukan Terapi, Farmakologi,


1 06.Februari.2021 Non Farmakologi, dan Interpersonal.

10:00 Wit  mengurangi Faktor prespitasi Nyeri A: Masalah Teratasi


 memilih dan melakukan penanganan Nyeri
10:10 wit P: Pertahankan Intervensi
(Farmakologi, non farmakologi dan
10:25 wit Interpersonal)
 Tingkatkan Istirahat

S: -

O:-

2. 10:30 wit  Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril A: Masalah Teratasi

. P: Pertahankan Intervensi

S: pasien mengatakan Sudah mampu melakukan aktifitas Tanpa


Bantuan Perawat dan Keluarga

O: Pasien Nampak suda dapat beraktifitas secara Mandiri


3 10:40 wit  Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri sesuai kemampuan A: Masalah Teratasi
11:00 wit
 Berikan alat bantu jika klien memerlukan P: Pertahankan Intervensi

S: Pasien mengatakan selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah


melakukan tindakan keperawatan
4 11:11 wit  Menggunakan sabun antimikrobia untuk cuci O: pasien mampu melakukan tindakan keperawatan secara
tangan mandiri
11:25 wit
 mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah
A: masalah Teratasi
tindakan keperawatan
 mendorong pasien untuk beristirahat P: Pertahankan Intervensi

2. Diagnosa Keperawatan
 Nyeri Akut b.d Agen Injuri Fisik, gerakan Fragmen Tulang, edema, cedera jaringan Lunak, Pemasangan Traksi.
 Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup, spalak/bidai)
 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri, terapi reatriktif (imobilisasi)
 Resiko Infeksi b.d Trauma, Imunitas tubuh primer menurun, procedure Invasive (pemasangan traksi)

3. Berdasarkan instruksi dokter harus lakukan pemeriksaan radiologi pada kasus diatas sebutkan 4 tujuan pemeriksaan radiologi
 Untuk Konfirmasi adanya Fraktur
 Adanya Benda Asing
 Keadaan Patologis lain pada Tulang
 Konfirmasi pergeseran Fragmen tulang.

4. Bagaimana saudara melakukan pengkajian PQRST pada kasus diatas


Saya melakukannya Berdasarkan data kasus yang diberikan dengan berdasarkan pada Karakteristik dari PQRST sendiri
1. Faktor pencetus (P: provocate) : perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga
dapat melakukan observasi bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka
perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan apa saja yang mencetuskan nyeri.
2. Kualitas (Q: quality) : kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien
mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk dan
lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan. Perawat sebaiknya tidak
memberikan kata-kata deskriptif pada klien. Pengkajian akan lebih akurat apabila klien mampu mendeskripsikan sensasi yang
dirasakannya setelah perawat mengajukan pertanyaan terbuka. Misalnya, perawat dapat mengatakan, “Coba jelaskan pada saya,
seperti apa nyeri yang Anda rasakan.” Perawat dapat memberikan klien daftar istilah untuk mendeskripsikan nyeri hanya apabila
klien tidak mampu menggambarkan nyeri yang dirasakannya. McCaffery dan Beebe (1989) melaporkan bahwa kualitas menusuk
(pricking), terbakar, dan sakit adalah bermanfaat mendeskripsi nyeri tahap awal. Pada kesempatan selanjutnya klien dapat
memilih istilah yang lebih deskriptif.

3. Lokasi (R: region) : untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien menunjukkan semua bagian/daerah yang
dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak
daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).
Dalam mencatat lokasi nyeri, perawat menggunakan titik-titik penandaan anatomic dan peristilahan yang deskriptif. Pernyataan
“Nyeri terdapat di kuadran abdomen kanan atas,” adalah pernyataan yang lebih spesifik dibanding “Klien mengatakan bahwa
nyeri terasa di abdomen.” Dengan mengetahui penyakit yang klien alami, membantu perawat dalam melokalisasi nyeri dengan
lebih mudah. Nyeri, di klasifikasi menurut lokasi, mungkin superficial atau kutaneus, dalam atau viseral, atau teralih atau
meradiasi.
4. Keparahan (S: Severe) : tingkat keperahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian
ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, sedang, berat. Skala deskriptif merupakan alat
pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan
sebuah garis yang terdiri dari tiga samppai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.
Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai”nyeri yang tidak tertahankan.”perawat menunjukkan klien skala
tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri
terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih
sebuah kategori untuk mendeskripsi nyeri. Skala penilaian numeric (Numerical Rating Scales, NRS) lebih digunakan sebagai
pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terepeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri,
maka direkomendasi patokan 10 cm (AHCPR, 1992).
5. Durasi (T: Time) : perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri. Perawat dapat
menanyakan: “Kapan nyeri dirasakan?, apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari?, seberapa sering
nyeri kambuh?, atau yang lainnya dengan kata yang semakna. Pengkajian dengan pendekatan PQRST dapat membantu perawat
dalam menentukan rencana intervensi yang sesuai (Muttaqin, 2011).
Dan PQRST yang saya dapatkan dari data kasus diatas adalah:
(P: Nyeri dirasakan ketika kecelakaan) (Q: Nyeri Hebat ) (R: Femur Detra) (S: Skalah Nyeri 10) (T: setelah Kecelakaan)

Anda mungkin juga menyukai