Anda di halaman 1dari 7

Jawaban 1.

1) Persidangan terbuka untuk umum (Openbaar) 

Yang dimaksud dengan persidangan terbuka untuk umum adalah bahwa setiap
orang diperbolehkan hadir dan mendengarkan serta menyaksikan jalannya
pemeriksaan perkara. Tujuan azas ini adalah:

1. Untuk menjamin pelaksanaan peradilan yang tidak memihak, yakni


dengan meletakan peradilan dibawah penguasaan umum
2. Untuk memberi perlindungan terhadap hak-hak azasi manusia dalam
bidang peradilan
3. Untuk lebih menjamin obyektivitas peradilan dengan mempertanggung
jawabkan pemeriksaan yangfair serta putusan yang adil kepada
masyarakat.

Azas ini dijumpai dalam pasal 17 dan 18 UU No. 14 Tahun 1970 jo UU No 4


Tahun 2004 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Pasal
179 ayat (1), 317 HIR dan pasal 190 R.Bg. [18] Kecuali dalam perkara
perceraiaan. Akan tetapi walaupun pemeriksaan suatu perkaradilakukan tertutup
untuk umum dalam perkara perceraian, namun putusannya harus tetap
dibacakandalam sidang terbuka untuk umum. Putusan yang diucapakan dalam
sidang yang tidak dinyatakanterbuka untuk umum berarti putusan itu tidak sah
dan tidak mempunyai kekuatan hukum sertamengakibatkan batalnya putusan.
Meskipun hakim tidak menyatakan persidangan terbuka untukumum, akan tetapi
di dalanm berita acara persidangan dicatat bahwa persidangan dinyatakan
terbukauntuk umum, maka putusan yang telah dijatuhkan tetap sah.

2) Ultra petita partium


Artinya Hakim tidak boleh memberi putusan tentang sesuatu yang tidak dituntut
atau tidak diminta dalam petitum atau mengabulkan lebih dari pada yang
ditutuntut oleh penggugat. tetapi Hakim tidak dilarang memberi putusan yang
mengurangi isi dari tuntutan gugatan. Landasanya adalah pasal 178 ayat 3 HIR,
dan pasal 189 ayat 3 R.Bg.

Pasal 178 ayat 3 HIR

“Ia (Hakim) tidak diizinkan menjatuhkan keputusan atas perkara yang tidak
digugat, atau memberikan daripada yang digugat”.

Pasal 189 ayat 3 R.Bg.

“Hakim dilarang memberi keputusan tentang hal-hal yang tidak dimohon atau
memberiklan lebih dari yang dimohon”.

3). Persidangan terbuka untuk umum (Openbaar)

Yang dimaksud dengan persidangan terbuka untuk umum adalah bahwa setiap
orang diperbolehkan hadir dan mendengarkan serta menyaksikan jalannya
pemeriksaan perkara. Tujuan azas ini adalah:

1. Untuk menjamin pelaksanaan peradilan yang tidak memihak, yakni


dengan meletakan peradilan dibawah penguasaan umum
2. Untuk memberi perlindungan terhadap hak-hak azasi manusia dalam
bidang peradilan
3. Untuk lebih menjamin obyektivitas peradilan dengan mempertanggung
jawabkan pemeriksaan yang fairserta putusan yang adil kepada
masyarakat.

 Azas ini dijumpai dalam pasal 17 dan 18 UU No. 14 Tahun 1970  jo UU No 4


Tahun 2004 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Pasal
179 ayat (1), 317 HIR dan pasal 190 R.Bg.. Kecuali dalam perkara perceraiaan.
Akan tetapi walaupun pemeriksaan suatu perkara dilakukan tertutup untuk umum
dalam perkara perceraian, namun putusannya harus tetap dibacakan dalam sidang
terbuka untuk umum. Putusan yang diucapakan dalam sidang yang tidak
dinyatakan terbuka untuk umum berarti putusan itu tidak sah dan tidak
mempunyai kekuatan hukum serta mengakibatkan batalnya putusan. Meskipun
hakim tidak menyatakan persidangan terbuka untuk umum, akan tetapi di dalanm
berita acara persidangan dicatat bahwa persidangan dinyatakan terbuka untuk
umum, maka putusan yang telah dijatuhkan tetap sah.

Jawaban 1. B

 Hukum materil adalah hukum yang memuat peraturan-peraturan dalam


bentuk perintah/larangan.

 Hukum formil adalah hukum yang memuat peraturan tentang bagaimana


melaksanakan atau mempertahankan hukum materil. Hukum formil
disebut juga dengan hukum acara. Seperti bagaimana cara menuntut,
prosedur menindak kejahatan, dan lain-lain.

Jawaban 2. A

Dalam hukum Indonesia, judex facti dan judex juris adalah dua tingkatan
peradilan di Indonesia berdasarkan cara mengambil keputusan. Peradilan
Indonesia terdiri dari Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah
Agung. Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi adalah judex facti, yang
berwenang memeriksa fakta dan bukti dari suatu perkara. Judex facti memeriksa
bukti- bukti dari suatu perkara dan menentukan fakta-fakta dari perkara tersebut.
Mahkamah Agung adalah judex juris, hanya memeriksa penerapan hukum dari
suatu perkara, dan tidak memeriksa fakta dari perkaranya.

Jawaban 2. B

1) Mengadili perkara pidana dan perdata pada tingkat banding.


Segala perkara yang timbul yang meliputi mengenai perkara pidana dan perdata
maka pengadilan tinggi wajib ikut serta untuk mengadilinya yang dimana
pengadilan tinggi mengadili hanya sebatas memeriksa berkas atau pun surat-surat
yang dianggap perlu untuk menjadi pertimbangan dalam aspek hukum peradilan
yang dimana hal ini juga bertujuan untuk mengurangi penyebab terjadinya
tindakan penyalahgunaan kewenangan hakim pengadilan tinggi negara yang
berbuat sewenang-wenang terhadap keputusannya.

2) Mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan.

Peran konstitusi dalam negara demokrasi sekarang ini dangat dibutuhkan.


Persengketaan yang terjadi didalam ruang lingkup hukum peradilan yang berada
dalam sistem wilayah hukum peradilan tinggi menjadi pemutus atau mengadili
pada tingkat pertama dan terakhir, hal ini diputuskan oleh ketua pimpinan dari
peradilan tinggi yang ada pada wilayah persengkataan, hakim ketua tidak boleh
sewenang-wenang dalam memutuskan setiap perkara, hakim ketua harus memiliki
bukti yang sangat kuat dalam melakukan peradilan untuk memutuskan segala
persengketaan yang terjadi, hal ini diperlukan agar segala hal nya yang berkaitan
tentang putusan hakim dapat dipertanggung jawabkan dengan begitu fungsi
lembaga peradilan di Indonesia dapat berjalan semestinya.

3) Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat hukum pada instansi


pemerintah.

Peradilan tinggi juga diperlukan kebijakannya dalam memberikan keterangan


yang dilengkapi dengan bukti-bukti terhadap perkara yang sebenar-benarnya
terjadi dan bukan mengada-ngada yang bertujuan untuk mengurangi bahaya akibat
tidak ada keadilan dalam masyarakat dan bernegara, dari bukti tersebut maka akan
dilakukan tahapan selanjutnya yaitu pertimbangan tentang putusan yang akan
dijatuhkan kepada tersangka yang melakukan tindakan melanggar hukum yang
telah ditetapkan oleh negara.
Selain itu peradilan tingigi juga diperlukan dalam memberikan nasihat hukum
pada instansi pemerintahan di daerahnya dalam hal ini mengenai kinerja dari
setiap instansi, tentang pemutusan perkara diwilayah daerah nya dan lain
sebagainya, yang mana hal ini apa bila diminta oleh instansi hukum saja, namun
bukan berarti tidak boleh memberikan masukan meski tidak dimintai oleh instansi
itu. Fungsi pemerintah daerah dalam pembangunan apapun itu baik hukum dan
sistem peradilan tentu akan sangat dibutuhkan.

4) Ketua Pengadilan Tinggi berkewajiban melakukan pengawasan terhadap


jalannya peradilan di tingkat Pengadilan Negeri.

Dalam hal ini ada suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh ketua peradilan
tinggi yaitu melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan pada tingkat
peradilan negeri, ketua peradilan tinggi memiliki kewenangan dalam memberikan
nasihat dan masukan kepada peradilan negeri dalam perkara kinerja maupun tata
cara pemutusan permasalahan hukum yang terjadi.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar terciptanya suatu karakter peradilan hukum
yang dinamis yang sesuai dengan undang-undang dan fungsi pancasila sebagai
dasar negara yang berlaku di negara indonesia, apabila peradilan negeri salah
langkah dalam pengambilan putusan permasalahan maka ketua peradilan tinggi
lah yang berkewajiban untuk memberikan pencerahan kepada peradilan negeri
agar hukum tetap berjalan atau pun dilaksanakan dengan cara seksama dan
sewajarnya.

Jawaban 3. A

Tidak boleh dilakukan secara sepihak (ex parte), hanya pihak penggugat atau
tergugat saja.

Dalam gugatan voluntair, hanya ada satu pihak yang mengajukan atau mutlak satu
pihak (ex-parte). Sedangkan di dalam contentiosa terdapat pihak lawan atau pihak
ketiga yang terlibat dengan perbedaan kepentingan.
Jawaban 3. B

Petitum permohonan harus mengacu pada penyelesaian kepentingan permohonan


secara sepihak.

Petitum permohonan tidak boleh melanggar atau melampaui hak orang lain. Harus
benar-benar murni merupakan permintaan penyelesaian kepentingan pemohon
dengan acuan sebagai berikut:

permintaan penyelesaian kepentingan pemohon dengan acuan sebagai berikut:

Isi petitum merupakan permintaan yang bersifat deklaratif.

 Petitum tidak boleh melibatkan pihak lain yang tidak ikut sebagai
pemohon.

 Tidak boleh memuat petitum yang bersifat condemnatoir (mengandung


hukum). Petitum permohonan harus dirinci satu persatu tentang hal-hal
yang dikehendaki pemohon untuk ditetapkan pengadilan kepadanya.

 Petitum tidak boleh bersifat compositur atau ex aequo et bono (mohon


keadilan saja).

 Proses pemeriksaan permohonan Jalannya Proses Pemeriksaan secara ex-


parte Proses pemeriksaan permohonan hanya secara sepihak atau bersifat
ex-parte, sedangkan yang hadir dalam pemeriksaan persidangan hanya
pemohon atau kuasanya.

Anda mungkin juga menyukai