Makalah Tutorial Blok 3 Kelompok A
Makalah Tutorial Blok 3 Kelompok A
SKENARIO 1
Dosen Pembimbing :
Anggota Kelompok
1. SHAKILA RAHMADIYAH ILYASHA (04031382025085) (KETUA)
2. YUNIARITA EKA PUTRI (04031282025024) (SEKRETARIS)
3. ROJA AWALIA PUTRI (04031282025033)
4. MICHELLE LIU (04031282025034)
5. HANNASA ROUDHATUL JANNAH (04031282025057)
6. NADYA URFA ADRINA (04031282025058)
7. ALFIYYAH PUTRI FAJAR (04031382025075)
8. DEBBY AYU SALSABELLA (04031382025076)
9. ANGELINA PUTRI RANITA BANGUN (04031382025086)
10. ANISYA QONITA (04031182025014)
11. ANISYA PUTRI CAHYANI (04031182025015)
12. ZAKIAH AINI (04031282025027)
13. SALSA KAMILA SAHARA (04031282025028)
14. ARTHISA RIZKY FAUZIYAH (04031282025023)
15. VINA WAHYUNINGSIH (04031282025044)
16. DARMA TSARI FAIZAH (04031282025045)
17. ADINDA AURELIA ARIFIN (04031282025052)
18. NADHIIRA PUTRI SADRUDDIN (04031382025079)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
A. SKENARIO
Seorang anak perempuan berusia 14 tahun datang dengan ibunya ke RSGM
dengan keluhan gigi tetap anaknya ada yang belum tumbuh sehingga anaknya susah
kalau mengunyah makanan. Pemeriksaan klinis menunjukkan masih terdapat gigi
desidui posterior kanan dan kiri yang memiliki cusp carabelli, gigi permanen 35 dan
45 belum erupsi sedangkan gigi desiduinya sudah tanggal. Pemeriksaan rontgen
menunjukkan tidak terdapat benih gigi 35 dan 45, sedangkan gigi desidui memiliki 3
akar yang belum mengalami resorpsi akar dan benih gigi posterior atas masih dalam
tahap pembentukan 1/3 servikal akar. Dokter gigi menjelaskan bahwa anak menderita
kelainan tumbuh kembang gigi berupa tidak terdapat benih gigi permanen dan
keterlambatan erupsi, sehingga menurunkan kemampuan mastikasi sang anak.
B. KLASIFIKASI ISTILAH
1. Keluhan
Keluhan adalah ungkapan yang keluar dari seseorang karena menderita
sesuatu yang berat seperti kesakitan dan kepedihan yang dialaminya.
2. Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa
tubuh pasien untuk menemukan tanda tanda klinis penyakit.
3. Gigi desidui
Gigi desisui adalah gigi anak yang tumbuh pertama kali, sering disebut gigi
sulung atau gigi susu yang erupsi secara lengkap pada usia kurang lebih 2,5 tahun dan
akan tanggal seluruhnya pada usia 13 tahun ke atas digantikan gigi permanen.
4. Posterior
Posterior adalah terletak di belakang; bagian yang letaknya lebih dekat ke
bagian akhir tubuh atau struktur suatu benda
5. Cusp carabelli
Cups carabelli merupakan tonjol carabelli atau tonjol tambahan yang letaknya
ada di aspek mesiopalatal molar pertama atas permanen dan molar kedua atas gigi
sulung
6. Gigi permanen 35 dan 45
Gigi permanen 35 dan 45: 35 adalah gigi permanen premolar 2 kiri bawah dan
45 adalah gigi premolar 2 kanan bawah
7. Erupsi gigi
Erupsi gigi merupakan pergerakan gigi diatas gingiva atau gusi di dalam
rongga mulut yang dimulai ketika gigi masih di dalam tulang rahang dan setelah
mahkota gigi terbentuk
8. Tanggal
Tanggal merupakan keadaan dimana gigi dari mahkota hingga ke akar terlepas
dari tulang alveolar
9. Rontgen
Rontgen adalah Tindakan menggunakan radiasi untuk mengambil gambar
bagian dalam dari tubuh seseorang
10. Benih gigi
Benih gigi berasal dari 2 jaringan embrio yang berkembang dari lamina gigi
dari ectodermal dan bagian lain yang berasal dari mesenkim yang terletak dibawah
ectodermal dan merupakan cikal bakal suatu gigi yang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sehingga menjadi 2 bagian yaitu mahkota dan akar gigi
11. Resorpsi akar
Resorpsi akar adalah hilangnya akar gigi secara bertahap akibat erupsi gigi
pengganti di bawahnya
12. Servikal akar
Servikal akar adalah batas antara jaringan cementum dan email dan juga
pertemuan antara mahkota dan akar gigi
13. Kelainan tumbuh kembang gigi
Kelainan tumbuh kembang gigi adalah kondisi abnormalitas pada fase
pertumbuhan gigi yang dapat terjadi pada jumlah, bentuk, ukuran, struktur, dan warna
pada pertumbuhan gigi.
14. Keterlambatan erupsi
Keterlambatan erupsi adalah suatu bentuk abnormalitas erupsi yang hanya
melibatkan 1 atau beberapa gigi dan memberi gangguan sistemik dari nutrisi maupun
endokrin
15. Mastikasi
Mastikasi adalah proses pengunyahan makanan yang melibatkan gigi dan juga
lidah di dalam rongga mulut dimana gigi insisivus digunakan untuk memotong
makanan dan gigi molar digunakan untuk menggerus makanan
16. Gigi permanen
Gigi permanen adalah gigi yang tumbuh secara permanen menggantikan gigi
sulung yang hanya tumbuh sementara
C. IDENTIFIKASI MASALAH
KALIMAT 1
KALIMAT 2
1. Apa saja pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan untuk mengetahui kelainan pada
anak tersebut
KALIMAT 3
Benih Gigi
Resorbsi Akar
KALIMAT 4
E. HIPOTESIS
Anak perempuan berusia 14 tahun mengalami kelainan jumlah gigi dan diduga
menderita penyakit hipodonsia sekaligus delayed eruption mengakibatkan adanya
penurunan kemampuan mastikasi.
F. LEARNING ISSUE
Benih gigi mulai dibentuk sejak janin berusia 7 minggu dan berasal dari
lapisan ektodermal serta mesodermal. Lapisan ektodermal berfungsi membentuk
email dan odontoblast, sedangkan mesodermal membentuk dentin, pulpa, semen,
membran periodontal, dan tulang alveolar. Tahapan perkembangan gigi dibagi
dalam tiga tahap, yaitu tahap praerupsi, tahap prafungsional, dan tahap fungsional.
1. Tahap Praerupsi
Tahap praerupsi yaitu saat mahkota gigi terbentuk dan posisinya dalam
tulang rahang cukup stabil, ketika akar gigi mulai terbentuk dan gigi mulai
bergerak di dalam tulang rahang ke arah rongga mulut, penetrasi mukosa, dan
pada saat akar gigi terbentuk setengah sampai tiga perempat dari panjang akar.
Tahap praerupsi terdiri dari :
a. Inisiasi (Bud Stage)
Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan ektodermal dan
pembentukan benih gigi yang dikenal sebagai organ enamel pada minggu
ke-10 IUL. Perubahan yang paling dominan adalah proliferasi jaringan
ektodermal dan jaringan mesenkimal yang terus berlanjut. Selama sel-sel
dalam organ enamel berproliferasi, jaringan mesenkimal yang mengelilingi
organ enamel mulai berkondensasi. Kondensasi jaringan mesenkimal ini
merupakan tanda awal pembentukan papila dentis pada gigi insisivus,
kaninus, dan molar pertama desidui. Kira-kira 2-3 minggu berikutnya
kondensasi tersebut terus berkembang untuk molar kedua desidui.
Selanjutnya pada ujung distal lamina dentis di atas berproliferasi secara
teratur ke bagian posterior untuk memulai organ enamel membentuk gigi
permanen yaitu:
1) Molar pertama permanen pada usia 4 bulan IUL.
2) Molar kedua permanen pada usia 1 tahun setelah kelahiran.
3) Molar ketiga permanen pada usia 4 tahun setelah kelahiran
d. Morfodiferensiasi
Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk
menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi
sebelum deposisi matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila
epitel enamel bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas
antara epitel enamel dan odontoblas merupakan gambaran dentinoenamel
junction yang akan terbentuk. Dentinoenamel junction mempunyai sifat
khusus yaitu bertindak sebagai pola pembentuk setiap macam gigi.
Terdapat deposit enamel dan matriks dentin pada daerah tempat sel-sel
ameloblas dan odontoblas yang akan menyempurnakan gigi sesuai dengan
bentuk dan ukurannya.
e. Aposisi
Aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi
(email, dentin, dan sementum). Pertumbuhan aposisi ditandai oleh
pengendapan yang teratur dan berirama dari bahan ekstraseluler yang
mempunyai kemampuan sendiri untuk pertumbuhan yang akan datang.
Pembentukan matriks keras gigi baik pada enamel, dentin, dan sementum
terjadi pada tahap ini. Matriks enamel terbentuk dari sel-sel ameloblas
yang bergerak ke arah tepi dan telah terjadi proses kalsifikasi sekitar 25%-
30%.
f. Kalsifikasi
Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan garam-
garam. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah
mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian
lainnya dengan penambahan lapis demi lapis. Kalsifikasi gigi desidui di
mulai pada minggu ke-14 IUL, diikuti dengan kalsifikasi gigi molar
pertama pada minggu ke-15 IUL. Gigi insisivus lateral mengalami
kalsifikasi pada minggu ke16 IUL, gigi kaninus pada minggu ke-17 IUL,
sedang gigi molar kedua pada minggu ke-18 IUL. Gangguan pada tahap
ini dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti
hipokalsifikasi.
2. Tahap Prafungsional / Praoklusal / Erupsi
Erupsi gigi adalah suatu proses pergerakan gigi secara aksial yang dimulai dari
tempat perkembangan gigi di dalam tulang alveolar sampai akhirnya mencapai
posisi fungsional di dalam rongga mulut. Erupsi gigi merupakan suatu proses yang
berkesinambungan dimulai dari tahap pembentukkan gigi sampai gigi muncul ke
rongga mulut. Proses erupsi gigi permanen selain gigi molar permanen,
melibatkan gigi desidui, yaitu gigi desidui tanggal yang digantikan oleh gigi
permanen. Resorpsi tulang dan akar gigi desidui mengawali pergantian gigi
desidui oleh gigi permanennya. Resoprsi akar gigi desidui dimulai di bagian akar
gigi desidui yang paling dekat dengan benih gigi permanen. Benih-benih gigi
desidui dan gigi-gigi permanen mula-mula terhadap oklusal keduanya itu sejajar.
Dengan pertumbuhan rahang gigi desidui akan lebih terdorong ke arah oklusal,
dan akhirnya benih gigi permanen ini menempati lingual akar atau antara akar-
akar gigi desidui. Proliferasi aktif dari ligamen periodontal akan menghasilkan
tekanan di sekitar kantung gigi yang mendorong gigi ke arah oklusal. Faktor lain
yang juga berperan dalam menggerakkan gigi ke arah oklusal pada tahap ini
adalah perpanjangan dari pulpa, dimana pulpa yang sedang berkembang pesat ke
arah apikal dapat menghasilkan kekuatan untuk mendorong mahkota ke arah
oklusal. Erupsi gigi permanen pada umumnya terjadi antara usia 5 sampai 13
tahun kecuali gigi permanen molar tiga (erupsi antara 17 sampai 21 tahun), juga
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan pubertas.
3. Tahap Fungsional / Oklusal
Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal
dan berlangsung bertahun-tahun. Selama tahap ini gigi bergerak ke arah oklusal,
mesial, dan proksimal. Pergerakan gigi pada tahap ini bertujuan untuk
mengimbangi kehilangan substansi gigi yang terpakai selama berfungsi sehingga
oklusi dan titik kontak proksimal dipertahankan. Pada tahap ini, gigi mencapai
kontak oklusi dan dapat berfungsi untuk mastikasi. Atrisi dan abrasi dapat terjadi
pada permukaan insisal gigi sehingga gigi akan terus mengalami erupsi sebagai
kompensasi adanya kehilangan struktur gigi untuk dapat mencapai kontak oklusi.
3. Macam – macam kelainan yag dapat terjadi pada tumbuh kembang gigi
desidui dan gigi permanen
a. Waktu Erupsi
1. Ankylosis
Ankylosis adalah suatu penggabungan jaringan keras antara tulang dan
gigi. Ini kemungkinan terjadi sebagai hasil dari suatu kerusakan dalam
interaksi antara resorbsi normal dan perbaikan jaringan keras selama proses
penggantian gigi desidui dengan gigi permanen. Ankylosis secara khas terjadi
setelah erupsi parsial gigi ke dalam rongga yang digambarkan sebagai suatu
fusi dari cementum atau dentin ke tulang alveolar selama perubahan selular
dalam ligamen periodontal yang disebabkan oleh trauma dan penyakit lain.
Pada gigi desidui prevalensi terjadinya antara 7-14 %. Dan paling sering
terjadi pada gigi molar pertama desidui rahang bawah, gigi molar kedua
desidui rahang bawah, gigi molar pertama desidui rahang atas dan molar
kedua desidui rahang atas. Ankylosis dapat memicu terjadinya kehilangan
panjang lengkung, ekstrusi pada gigi yang berada dilengkung yang
berseberangan, gangguan terhadap urutan erupsi gigi.
Gambar Ankylosis
2. Eruption Cyst
4. Delayed Eruption
Delayed eruption merupakan salah satu bentuk penyimpangan erupsi
gigi yang ditandai dengan adanya keterlambatan erupsi gigi. Salah satu
penyebabnya dapat berasal dari faktor lokal seperti impaksi gigi. Penanganan
delayed eruption karena impaksi dapat dilakukan secara kombinasi bedah dan
ortodontik dengan tujuan untuk memperbaiki posisi gigi dan hubungannya
dengan lengkung rahang.
5. Natal Teeth
Natal teeth merupakan gigi yang sudah muncul sejak bayi dilahirkan.
Gigi yang sudah ada sejak lahir ini tidak muncul dalam jumlah banyak.
Bentuknya juga tidak seperti gigi pada umumnya. Ada yang berbentuk
kerucut, kecil dan berwarna agak kuning kecoklatan atau putih. Biasanya, gigi
yang muncul saat bayi baru lahir ini berada di gusi bagian bawah atau gigi
tumbuh di gusi atas bagian depan.
Bayi yang terlahir dengan gigi, ternyata memiliki jenis yang berbeda-
beda. Ada empat jenis yang umum terjadi, yaitu:
Gigi yang belum menembus gusi, namun terlihat
keberadaannya karena gusi yang menebal.
Sebagian kecil gigi terlihat di gusi.
Gigi sudah terbentuk, tapi goyang karena tidak memiliki akar
sama sekali.
Gigi yang sudah utuh namun masih goyang walau sudah
terdapat sedikit akar.
Kemunculan gigi saat bayi baru dilahirkan umumnya tidak terkait
dengan gangguan medis apapun. Hingga kini, penyebab pastinya juga tidak
diketahui. Namun, ada juga yang beranggapan natal teeth terjadi karena ada
pengaruh dari beberapa sindrom seperti:
Sotos. Kelainan genetika yang membuat pertumbuhan fisik
anak lebih cepat.
Hallermann-Streiff. Kelainan yang memengaruhi
pertumbuhan rambut, gigi dan tengkorak.
Pierre Robin. Kelainan pada rahang bayi yang baru lahir.
Ellis-van Creveld. Kelainan genetik langka yang ditandai
dengan tungkai pendek, jari tangan atau jari kaki tambahan,
perkembangan kuku yang tidak normal termasuk gigi yang
abnormal.
6. Neonatal Feed
Neonatal feed merupakan gigi yang muncul pada bayi saat berusia 30
hari. Ga,bara klinis gigi yaitu gigi berwarna putih sekali, tidak ada akar, dan
bentuknya mengkerucut. Dapat menyebabkan terjadinya ulkus dan susah
menyusui.
b. Jumlah Gigi
1. Anodontia
Absennya gigi pada rongga mulut. Pemeriksaan klinis dengan rontgen.
Anodontia total
Kelainan kongenital yang menyebabkan absennya gigi secara
keseluruhan di rongga mulut disebabkan tidak munculnya benih gigi.
Etiologi:
- Pengaruh genetik (MSX1 dan PAX9).
- Pengaruh kelainan ektodermal dysplasia.
- Pengaruh radiasi yang tinggi.
Partial Anodontia
Partial anodontia adalah kelainan kongenital karena tidak
adanya benih gigi yang menyebabkan kegagalan pertumbuhan satu atau
beberapa gigi. Kelainan ini lebih sering terjadi pada perempuan. Gigi
yang paling sering tidak tumbuh adalah gigi M3; gigi P2; dan gigi I2.
Gigi M1 dan gigi I2 mandibular paling jarang mengalami partial
anodontia. Partial anodontia dibagi menjadi hipodontia dan
oligodontia.
Hipodontia adalah absennya 1 atau 2 gigi sedangkan
Oligodontia adalah absennya 6 atau lebih gigi.
Etiologi:
Kegagalan dalam proses pembentukan gigi
Pengaruh genetik (autosomal dominan, autosomal resesif, atau sex-
linked)
Pengaruh penyakit herediter (Sindrom Down, Sindrom Cruozon,
dan Sindrom Turner)
b. Supernumerary teeth
Supernumerrary teeth merupakan kelainan jumlah tumbuh
kembang gigi dimana ada satu atau lebih elemen gigi melebihi jumlah gigi
yang normal. Kelainan ini dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi tetap
yang terjadi pada tahap inisiasi dan proliferasi. Pemeriksaan klinis dengan
melihat gigi pasien.
Supernumerary teeth memiliki bentuk yang sama atau berbeda
dengan gigi normal. Bentuknya dapat konus (seperti kerucut), tuberculate
(memiliki banyak tonjol gigi), atau odontome (bentuknya tidak beraturan).
Lebih sering terjadi pada rahang atas dibandingkan rahang bawah dan
lebih sering terjadi pada gigi tetap dibandingkan gigi susu.
Dapat terbentuk di berbagai bagian rahang:
Daerah antara gigi insisif 1 atas kanan dan kiri (mesiodens)
Sebelah gigi molar (para-molars)
Bagian paling belakang gigi molar terakhir (disto-molars)
sebelah gigi premolar (para-premolars).
Etiologi :
1. Proliferasi sel yang berlebihan pada saat pembentukan benih gigi Gigi
yang terbentuk melebihi jumlah yang normal
2. Diturunkan dari orang tua (herediter)
3. Bagian dari sindroma tertentu cleft lip and cleft palate (sumbing pada
bibir dan langit-langit).
Mesioden distomolar
Parapremolar paramolar
7. Proses Mastikasi
1. Definisi proses mastikasi
Mastikasi didefinisikan sebagai aksi mengunyah makanan. Mastikasi
merupakan tahap awal dari pencernaan. Makanan dihancurkan menjadi
partikel yang lebih kecil (bolus) untuk mempermudah proses penelanan.
Mastikasi terdiri dari ritme membuka dan menutup rahang yang terkontrol
dengan baik dan melibatkan proses biofisika dan biokimia untuk
mempersiapkan penelanan (Okeson, 2013).
2. Hubungan tumbuh kembang gigi dengan proses mastikasi
Perkembangan gigi manusia merupakan proses biologis yang kompleks
dan rentan terhadap pengaruh lingkungan sehingga mengakibatkan terjadi
penyimpangan dari perkembangan normal yang disebut maloklusi. Maloklusi
adalah penyimpangan yang terstimulasi oleh lingkungan selama proses
tumbuh kembang. Sedangkan Mastikasi merupakan proses penghancuran
makanan secara mekanik yang bertujuan membentuk bolus yang kecil
sehingga dapat mempermudah proses penelanan.
Komponen mastikasi terdiri dari gigi-geligi, sendi temporomandibula,
sistem saraf dan otot kunyah (otot masseter, otot temporalis, otot pterygoideus
lateralis, otot pterygoideus medialis, serta otot tambahan), dengan tahap-tahap
yang terjadi yaitu tahap membuka mandibula, tahap menutup mandibula, dan
tahap berkontaknya gigi antagonis dengan gigi lain atau kontak gigi dengan
makanan. Faktor-faktor yang berkaitan dengan fungsi mastikasi antara lain
adalah kehilangan dan restorasi gigi posterior, status oklusi, aktivitas sensorik,
aliran saliva, dan fungsi motorik oral. Permukaan oklusal menjadi faktor yang
penting saat terjadinya proses mengunyah, karena jumlah gigi mempengaruhi
pemecahan/pelumatan makanan.
Lalu apa hubungan dari tumbuh kembang gigi dengan proses
mastikasi dan sebaliknya? Penelitian menyebutkan bahwa mastikasi sangat
mempengaruhi pertumbuhan mandibula, sedangkan Enomoto dkk
menunjukkan penurunan fungsi mastikasi dapat mempengaruhi ekspresi gen
pada kartilage kondilusmandibula. Ukuran mandibula yang berkurang
menyebabkan berkurangnya volume tulang untuk posisi gigi sehingga terjadi
malposisi gigi.
Selain itu, mastikasi mempunyai fungsi penting untuk mengatur
aktivitas pertumbuhan tulang alveloar dengan cara penghambatan
pertumbuhan tulang alveolar. Teori tersebut berdasarkan perubahan ukuran
mandibula pada masa tumbuh kembang akan mengakibatkan perubahan posisi
dan lokasi gigi molar. Perubahan posisi tersebut diperlukan untuk
mempertahankan organ mastikasi sehingga dapat berfungsi walaupun terjadi
perubahan ukuran rahang, hal tersebut merupakan proses adaptasi yang harus
berjalan harmonis.
Dan sebaliknya selain mastikasi juga dapat mempengaruhi tumbuh
kembang dari gigi ,proses mastikasi juga bisa terpengaruhi oleh perkembangan
gigi seperti faktor faktor yang telah disebut diatas pengaruh ini lebih
khususnya terjadi pada proses pertumbuhan gigi yang mengalami kelainan
baik secara jumlah, ukura, bentuk dan lain-lain sehingga dapat mengurangi
fungsi dari gigi tersebut dan berakibat juda pada proses mastikasi yang terjadi,
seperti yang terjadi pada kelainan pertumbuhan pada jumlah gigi seperti
anondontia dimana terjadi kelainan kognital yang menyebabkan tidak adanya
gigi secar keseluruhan di rongga mulut. Hal ini tentu saja membawa dampak
besar pada proses mastikasi akibatanya kemampuan mastikasi seseorang yang
menderita anondontia akan berbeda dari orang yang tidak menderita
anondontia.
3. Mekanisme proses mastikasi