Anda di halaman 1dari 33

 

 MAKALAH TUTORIAL BLOK 7 KELOMPOK B

SKENARIO 1

  

Dosen Pembimbing :

drg. Hema Awalia, MPH

Anggota Kelompok 

1. VIKHAULIE RAMADHANI (04031281924038)


2. YOLLANDA GRACIELA SITEPU (03021281924039)
3. DIANA LESTARI (04031281924046)
4. CLARISSA IRENE ARIF (04031281924048)
5. CAHYA TRI HUDANTI (04031281924042)
6. MEGA AZZAHRA SINATRIO (04031281924043)
7. ZAKIYA NUR AFIFAH (04031381924069)
8. AZELLIA ZAHRI (04031381924070)
9. LUTFIAH HAFIZAH (04031181924017)
10.  DIAN KURNIASARI (04031281924018)
11.  DINDA ARUM SUKMA NINGTYAS (04031281924027)
12.  FAJRIYAH BELLA MULLYA (04031281924029)
13.  FEBY MUTIA (04031181924008)
14.  ADELIA MUTIARA AZZAHRA (04031181924002)
15.  ZATA YUMNI NABIILAH (04031181924014)
16.  MELSI TRIANA (04031181924016)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021
A. SKENARIO

Seorang perempuan berusia 38 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan gigi atas
berwarna cokelat dan gigi bawah kiri terasa ngilu bila minum air dingin. Pemeriksaan intra
oral: gigi 21 karies D3 (ICDAS) di permukaan labial, gigi 22 dan 33 karies kelas 5 GV.
Black; tes termal dingin (+). Dokter gigi melakukan isolasi daerah kerja, kemudian
menumpat ketiga gigi tersebut dengan bahan resin komposit yang menggunakan one step
universal adhesive system.
B.  KLASIFIKASI ISTILAH

1. Ngilu 
Ngilu merupakan keadaan ngilu pada gigi  atau pada tulang

2. Isolasi
Isolasi adalah pemisahan gigi atau sekelompok gigi dari jaringan mulut dan air liur dengan
menggunakan dental dam, cotton roll, atau cara lain untuk meningkatkan akses, visibilitas,
dan mengontrol kontaminasi kelembaban saat prosedur restoratif atau operatif dilakukan.

3. Lesi d3 
Lesi d3 merupakan lesi karies pada setengah luar dentin

4. Gigi 22 
Gigi 22 adalah gigi insisif lateral yg berada di rahang atas sebelah kiri

5. Intra oral 
Intra oral merupakan di dalam mulut meliputi Jaringan mukosa rongga mulut antara lain
bibir, pipi, lidah, palatum , tonsil, gingiva dan Jaringan keras gigi/ pulpa.

6. Karies kelas 5 GV black : 


Karies kelas 5 GV black merupakan karies terletak di bagian 1/3 servikal gigi. Karies ini
dapat terjadi pada permukaan fasial maupun lingual, tetapi lebih sering terjadi di permukaan
fasial (labial dan bukal)

7. Karies gigi 
Karies gigi adalah penyakit yang awalnya ditandai oleh demineralisasi dibawah permukaan
gigi oleh asam, yang disebablkan oleh metabolisme bakteri dari gula olahan yang ada pada
makanan yg mengakibatkan kerusakan lokal jaringan keras gigi

8. Tes termal
Tes termal merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin pada gigi
untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal

9. One step universal


One step universal merupakan mekanisme adhesive all-in-one, yang menggabungkan etching,
priming dan bonding, sehingga mengandung monomer fungsional asam, monomer hidrofilik
dan hidrofobik, pelarut air dan organik menjadi satu larutan

10. Labial 
Labial merupakan bagian gigi yg berbatasan dengan bibir
11. Gigi 21 
Gigi 21 adalah gigi insisif 1 kiri atas
12. Resin komposit
Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan atau kombinasi
dari dua atau lebih bahan kimia yang berbeda dengan sifat-sifat unggul. Bahan ini terdiri dari
tiga komponen utama yaitu komponen organik (resin) yang membentuk matriks, bahan
pengisi (filler) anorganik dan bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler yang
disebut coupling agent.

13. Menumpat
Menumpat merupakan mengembalikan fungsi gigi dalam mulut dengan menghentikan proses
karies dan menjaga pulpa agar tetap sehat

14. ICDAS
ICDAS merupakan klasifkasi gigi karies
 D0 : tidak terdapat karies, atau gigi masih sehat
 D1 : pada lapisan email terjadi perubahan, dapat terlihat jika gigi dikeringkan
 D2 : karies bisa terdeteksi bila permukaan gigi basah, terlihat white spot terkadang
berwarna coklat, kedalaman melebihi pit dan fissure normal
 D3 :  karies sedalam email saja belum mencapai dentin
 D4 : karies dentin yang masih mencapai dentino enamel junction, dengan atau tanpa
melibatkan email, berwarna keabu-abuan,biru atau coklat.
 D5 : karies yang sudah mencapai dentin
 D6 : karies dentin yang luas dan dalam, kedalaman setengah dari dentin bahkan
hampir mencapai tanduk pulpa

 15. Gigi 33
Gigi 33 adalah gigi kaninus kiri rahang bawah 
C.  IDENTIFIKASI MASALAH

1. Seorang perempuan berusia 38 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan :


a. gigi atas berwarna cokelat
b. gigi bawah kiri terasa ngilu bila minum air dingin.
 
2. Pemeriksaan intra oral : 
a. gigi 21 karies D3 (ICDAS) di permukaan labial
b. gigi 22 dan 33 karies kelas 5 GV. Black
c. tes termal dingin (+).

3. Dokter gigi melakukan isolasi daerah kerja, kemudian menumpat ketiga gigi tersebut
dengan bahan resin komposit yang menggunakan one step universal adhesive system.
D. ANALISIS KALIMAT

KALIMAT 1

1. Faktor gigi atas berwarna coklat

2. Apa penyebab gigi bawah ngilu saat minum air dingin

3. Cara mencegah gigi atas agar tidak berwarna coklat

4. Bagaimana cara mengurangi gigi ngilu

KALIMAT 2

KARIES:

1. Keluhan apa yang dirasakan pasien jika ditemukan karies D3 pada permukaan labial gigi
21?

2.Mengapa pada gigi 21 diklasifikasikan karies menggunakan ICDAS?


Karena pada skenario gigi 21 memiliki karies D3 dimana karies D3 adalah karies yang hanya
sedalam email saja belum mencapai dentin. Sesuai dengan ICDAS yang mengklasifikasikan
karies berdasarkan keparahan dari karies gigi. 

3. Bagaimana cara pengklasifikasian karies menurt GV Black?

4. Gambaran klinis lesi karies d3

5. Mekanisme terjadinya karies

6. Apa yg menyebabkan terjadinya karies?


 
TES TERMAL:

1. Bagaimana hasil implementasinya?

2. Bagaimana cara melakukan tes termal dan apa saja tujuannya?

3. Apa yang dirasakan oleh pasien jika tes termal bernilai positif?

4. alat dan bahan apa saja yg digunakan untuk tes termal (+) ?
KALIMAT 3

ISOLASI DAERAH KERJA

1. Apa tujuan dokter gigi melakukan isolasi daerah kerja?

2. Bagaimana tatacara melakukan isolasi kerja pada daerah yg akan ditumpat?

3. Bahan dan alat  apa saja yg dapat digunakan untuk isolasi daerah kerja?

RESIN KOMPOSIT

1. Apa indikasi dan kontraindikasi dari penggunaan bahan resin komposit?

2. Apa kelebihan dan kekurangan melakukan penumpatan dengan bahan resin komposit?

3. Bagaimana cara penumpatan menggunakan resin kompositt?

4. Apa komposisi resin komposit?

5. Mengapa gigi ditumpat dengan resin komposit?

ONE STEP ADHESIVE SYSTEM

1. Apa tujuan dari pemilihan one step universal adhesive system?

2. Apa kelebihan dan kekurangan penggunaan one step universal adhesive system?

3. Bagaimana cara melakukan adhesive dengan sistem one step universal adhesive system?
E. HIPOTESIS
Perempuan berusia 38 tahun mengalami karies pada gigi 21, 22, 33 ditandai bercak berwarna
coklat dan sering terasa ngilu jika minum air dingin, ditandai juga dengan tes termal (+).
dokter gigi melakukan Tindakan Tumpatan pada ketiga gigi tersebut menggunakan resin
komposit dengan menggunakan metode one step universal adhesive system. Diduga dokter
gigi menggunakan bahan resin komposit karena memiliki sifat estetika yang baik, dimana
warna dari resin komposit hampir menyerupai warna gigi asli yang dimana cocok untuk gigi
21, 22, dan 33 karena lesi nya terdapat pada permukaan labial.
F. LEARNING ISSUE

1. KARIES
a. Pengertian 
Karies adalah penyakit yang awalnya ditandai oleh demineralisasi dibawah permukaan gigi
oleh asam, yang disebabkan oleh metabolisme bakteri dari gula olahan yang ada pada
makanan.

b. Mekanisme 
Karies gigi biasanya dimulai di bawah permukaan email (demineralisasi awal terjadi di
bawah permukaan), dan merupakan hasil dari proses di mana struktur mineral kristal gigi
mengalami demineralisasi oleh asam organik yang dihasilkan oleh bakteri dari hasil
metabolisme karbohidrat yang dapat difermentasi dalam makanan, terutama gula. Asam
laktat adalah produk akhir utama dari metabolisme gula dan dianggap sebagai asam utama
yang terlibat dalam pembentukan karies. Ketika asam menumpuk, pH turun ke titik di mana
kondisi pada antarmuka biofilm-enamel menjadi tidak jenuh dan asam sebagian
mendemineralisasi lapisan permukaan gigi. Hilangnya mineral menyebabkan peningkatan
porositas, pelebaran ruang antara kristal email dan pelunakan permukaan, yang
memungkinkan asam berdifusi lebih dalam ke dalam gigi yang mengakibatkan demineralisasi
mineral di bawah permukaan.
Saat demineralisasi berkembang ke bawah permukaan email dan dentin pada kasus
karies akar, dengan paparan asam yang terus menerus dan penurunan pH, laju kehilangan
mineral menjadi lebih besar di bawah permukaan daripada di permukaan, mengakibatkan
pembentukan lesi di bawah permukaan. Ketika mineral hilang, lesi muncul secara klinis
sebagai bercak putih.
Jika proses karies berkembang lebih jauh, porositas permukaan meningkat dengan
pembentukan mikrokavitasi di enamel atau, pada karies akar, pelunakan progresif lapisan
dentin permukaan. Pada karies pada mahkota gigi, lapisan permukaan lesi pada akhirnya
dapat runtuh, mengakibatkan kavitasi fisik (lubang makroskopik). Jika proses karies
berlanjut, pada akhirnya pulpa gigi akan rusak dan perlu dilakukan perawatan saluran akar
atau pencabutan gigi.
Untuk kesehatan gigi yang optimal, tujuan utamanya adalah menjaga homeostasis
mineral permukaan gigi. Karena gigi sering terpapar kondisi asam baik dari biofilm atau
asam makanan, kemampuan remineralisasi sangat penting untuk menjaga integritas gigi. Air
liur penting untuk menjaga kesehatan gigi dengan menyediakan mineral yang diperlukan
untuk remineralisasi. Kadar fluorida yang rendah sangat meningkatkan proses karies.

c. Etiologi 
Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial, yang berasal dari hubungan saling
mempengaruhi antara lingkungan, tingkah laku, dan faktor genetik. Karies terjadi karena aksi
dari asam organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme di dalam plak gigi. Mutans
streptococci (termasuk S. mutans dan S. sobrinus) merupakan kelompok bakteri utama yang
terlibat dalam inisiasi demineralisasi email.
Faktor yang terlibat dalam karies gigi adalah biofilm plak gigi, substrat, faktor host,
saliva, dan waktu . Bakteri dapat menggunakan karbohidrat yang dapat difermentasi sebagai
sumber energi langsung dan produk akhir dati jalur glikolitik merupakan asam yang dapat
menyebabkan demineralisasi email. Faktor host meliputi gigi, mikroba dan pola diet. Saliva
membantu menyeimbangkan proses karies dan memiliki peran yang penting dalam
remineralisasi dengan menyediakan larutan berion kalsium dan fosfat serta ion flouride dari
sumber luar. Selain itu saliva memiliki protein seperti histatin, statherin yang berperan
sebagai antimikroba dan antifungal serta inhibisi demineralisasi sehingga apabila terjadi
masalah pada saliva maka akan mempengaruhi gigi untuk menjadi karies.  Waktu ketika
perlakuan asam terjadi terus-menerus dan akhirnya kristal email kolaps dapat menyebabkan
hancurnya permukaan gigi.

d. Klasifikasi 

- GV Black

klasifikasi GV Black dinilai berdasarkan lokasi karies.


 gambaran klinis:
Kelas I: Semua pit dan fisur permukaan oklusal
Kelas II: Bagian proksimal baik bagian mesial atau distal dari gigi posterior 
Kelas III: Proksimal gigi anterior tanpa keterlibatan tepi insisal 
Kelas IV: Proksimal gigi anterior sampai ke tepi insisal
Kelas V: Melibatkan servikal bukal atau insisal, termasuk permukaan proksimal gigi
posterior dimana ridge marginal tidak termasuk dalam preparasi kavitas
Kelas VI:Melibatkan tepi insisal dari semua gigi anterior dan ujung puncak dari semua gigi
posterior

- ICDAS

klasifikasi karies yang dinilai berdasarkan kedalaman karies.


gambaran klinis:

D0: tidak terdapat karies atau gigi masih sehat 

D1:pada lapisan email terjadi perubahan dapat terlihat jika gigi dikeringkan

D2: pada lapisan email terjadi perubahan, dapat terlihat jelas waktu kondisi gigi dalam
keadaan basah

D3: terjadi kerusakan email, tanpa keterlibatan dentin (karies email)

D4: terlihat bayangan dentin pada kapitas, tetapi karies tersebut belum mencapai dentin baru
sampai dentino enamel junction

D5: karies sudah mencapai lapisan dentin (karies dentin)

D6: karies mengenai pulpa

e.Perawatan
karies ditandai dengan hilangnya mineral pada email dan dentin. Penyembuhan pada
lesi karies dipengaruhi oleh adanya proses remineralisasi. Ketika lesi karies berada dalam
tahap awal  dimana proses remineralisasi masih mungkin untuk dilakukan  Sehingga
perawatan pencegahan perlu dilakukan misalnya dengan penggunaan gel flouride dan
varnish. Metode pit dan fissure sealant juga dapat dilakukan untuk pencegahan yaitu dengan
mengisi bagian fissure yang dalam dan susah untuk dibersihkan. Apabila pada lesi karies
sudah terbentuk kavitas perlu dilakukannya tindakan restoraitf untuk mengembalikan
morfologi gigi. terdapat berbagai bahan restorasi, yaitu amalgam, resin komposit, GIC, dan
RMGIC penggunaan bahan tersebut digunakan berdasarkan lokasi karies. Jika lesi aktif dan
telah mengenai email dan dentin dengan perkiraan yang mendekati jaringan pulpa, indirect
pulp capping akan optimal. Jika lesi bersifat progresif dan telah mengenai email, dentin, dan
jaringan pulpa, perawatan saluran akar perlu dipertimbangkan, diikuti dengan restorasi
ekstra-koronal.

f. Cara pencegahan 
Untuk mencegah terjadinya suatu karies, dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut :
 Diet
Diet atau pola makan sangat berpengaruh terhadap terjadinya karies. Beberapa bahan
makanan dapat menjadi pemicu terjadinya karies. Masyarakat yang sering mengkonsumsi
makanan lunak dan mengandung gula terlalu sering akan memiliki resiko yang lebih
besar untuk mengalami karies.

 Menjaga kebersihan mulut


kebersihan mulut seseorang atau anak sudah bisa dilakukan sejak gigi sudah mulai erupsi.
Tindakan menjaga kebersihan gigi dan mulut dapat dilakukan dengan menggosok gigi
dengan benar dan di waktu yang tepat, menggunakan obat kumur, melakukan flossing,
membersihkan bagian lidah, maupun mengkonsumsi makanan yang baik untuk kesehatan
gigi dan mulut seperti sayur dan buah.
 Fluoride
Kandungan fluoride sering ditemukan pada pasta gigi. Fungsi dari fluoride adalah untuk
membunuh bakteri penyebab plak gigi, mengurangi kelarutan pada email gigi dalam
suasana asam, remineralisasi kembali lesi pada email, mencegah gigi kekurangan mineral,
dan memperkuat email.
 Berkunjung ke dokter gigi secara rutin
Melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi sangat dibutuhkan dalam hal pencegahan
karies. Dengan ini, kesehatan gigi akan lebih terkontrol.

g. Keluhan yg ditimbulkan  
Keluhan atau gejala dapat timbul pada seseorang yang mengalami  karies. Berikut beberapa
gejalanya :
 Gigi jadi lebih sensitif
 Sakit gigi atau nyeri secara tiba-tiba
 Terlihat adanya lubang yang jelas pada gigi
 Terdapat noda berwarna hitam, coklat atau putih pada permukaan gigi
 Bau mulut

2. RESIN KOMPOSIT

a. Jenis-jenis resin komposit 


- Makrofill
Resin komposit makrofill memiliki ukuran partikel rata rata 5-25. Dengan konten filler
sekitar 75-80% dari beratnya. Hal ini membuat tekstur permukaannya kasar karena memiliki
ukuran partikel yang relatif besar dan kekerasan pengisi partikel yang ekstrim. Dengan sifat
ini perubahan warna yang terjadi dan area kontak oklusal serta akumulasi plak terjadi lebih
cepat dibandingkan dengan jenis resin komposit yang lain
- Mikrofill
Resin komposit mikrofill memiliki permukaan yang lebih halus dan warna yang lebih senada
dengan warna gigi, sehingga penggunaannya menggantikan resin komposit konvensional.
Komposit mikrofil mengandung partikel koloid siika yang berdiameter rata rata 0,01-0,04
mm. Komposit mikrofill memiliki 35% sampai 60% filler anorganik dari total beratnya,
partikel filler yang dimiliki lebih rendah dibandingkan jenis komposit konvensional dan
hibrid, sehingga sifat fisik dan mekaniknya lebih rendah
- Hibrid
Resin komposit hybrid merupakan jenis resin kombinasi konvensional dan mikrofill. Upaya
ini dilakukan dengan pertimbangan sifat fisik dan sifat mekanik yang baik, Resin komposit
hybrid umumnya memiliki kandungan bahan pengisi anorganik sekitar 75% sampai 85% dari
berat total. Filler yang digunakan merupakan campuran sehingga ukuran partikel rata-rata
jauh lebih kecil (0,4-1 mm) dibandingkan dengan komposit konvensional. Resin Komposit
hybrid mempunyai nilai estetik yang lebih baik, sifat fisik dan mekanik yang lebih kuat.
Dalam perkembangannya terdapat dua generasi baru dari komposit hybrid yaitu:
 Nanofill dan Nanohybrid
Komposit ini memiliki ukuran partikel rata-rata lebih kecil dibandingkan dengan
komposit mikrofill. Keuntungannya, sangat polisable, nilai estetik yang sangat baik,
sifat mekanik optimal, karakteristik penanganan yang baik, stabilitas warna baik,
resistensi stain, ketahanan aus tinggi, dan dapat digunakan untuk jenis tumpatan gigi
anterior dan posterior 
 Microhybrid
Komposit Microhybrid memiliki total filler 56-66% dari volume keseluruhan. Rata
rata ukuran partikel komposit ini sekitar 0,4-0,8 mikron. Penggabungan partikel yang
lebih kecil ini memiliki kemampuan untuk dipoles yang lebih baik dibandingkan
dengan resin komposit hybrid lainnya. Selain itu, sifat fisik dan ketahanan terhadap
aus lebih baik dibandingkan dengan komposit Mikrofill

b. Prosedur penumpatan resin komposit 


1. Preparasi kavitas
2. Pemberian pelapik kalsium hidroksida di atas dentin
3. Pemberian etsa pada seluruh kavitas dan dicuci sampai bersih
4. Pengolesan bahan bonding dan penyinaran dengan light-curing equipment
5. Penumpatan kavitas dengan warna resin komposit yang sesuai warna gigi sekitarnya
dengan menggunakan Vita shade guide
6. Pembentukan kembali anatomis seperti gigi asli
7. Penyinaran permukaan restorasi dengan light-curing equipment
8. Pemolesan permukaan restorasi resin komposit  
c. Kelebihan dan kekurangan 

Kelebihan Kekurangan

Lebih baik dari segi estetik dari pada Memiliki potensi untuk
berubah warna oleh
tumpatan amalgam maupun glass ionomer
noda yang larut dalam air

efisiensi waktu, tenaga, biaya, dan Shrinkage menyebabkan


perubahan warna
keamanan bahan tambalan
pada tepi tumpatan

mudah pengaplikasiannya Penyusutan polimerisasi


rendah

memberikan insulasi termal yang baik untuk pulpa Kurang tahan lama
gigi karena memiliki konduktivitas termal komposit dibandingkan amalgam
yang rendah

Dapat tahan terhadap penetrasi dan keausan abrasif. Ekspansi termal yang lebih
besar daripada struktur gigi
menyebabkan perubahan
dimensi yang lebih besar
dengan perubahan suhu mulut

Memiliki konsentrasi filler yang tinggi sehingga Kekuatan kompresif dan


dapat dipoles sampai permukaan lentur kurang
sangat halus
Kekuatan lebih baik daripada GIC Lemah dalam melepaskan
fluoride

d. Indikasi dan kontra indikasi 

Indikasi Pemakaian Resin Komposit

1) Sebagai bahan tambal gigi lubang karena karies.  Bisa digunakan untuk tambalan gigi
anterior dan juga digunakan untuk gigi posterior bila estetis diperlukan.

- Pada umumnya digunakan untuk menumpat tumpatan kelas III.

- Untuk menumpat tumpatan kelas IV. Dapat pula digunakan pada gigi insisif yang
mengalami fraktur,  dimana untuk mendapatkan retensi dari resin tersebut.

- Untuk tumpatan kelas V. Di mana pada tumpatan kelas V dapat diberikan pin atau pasak
untuk menambah retensi. Jenis resin komposit yang dapat digunakan yaitu mikrofil.

- Pada tumpatan kelas II, di mana tekanan oklusal bukan merupakan suatu masalah dan
mementingkan segi estetik . Misalnya, dipakai untuk menumpat pada gigi premolar pertama
bawah dan premolar kedua bawah.

- Pada bagian pedodontik, bahan ini telah dibuktikan kegunaanya untuk menumpat tumpatan
kelas I dan kelas II. Di mana untuk memperbaiki mahkota gigi yang sangat rusak sebelum
dilakukan preparasi untuk pembuatan gigi dari logam atau mahkota tuang penuh yang terbuat
dari emas (full cast gold crown).

- Pada gigi belakang dengan karies pada bagian interproximal. Misalnya, pada gigi molar
pertama dengan karies di bagian mesial di mana gigi premolar keduanya telah hilang.

2) Untuk memperbaiki enamel gigi yang telah mengalami perubahan warna pada bagian
labial dari gigi depan.

3) Dapat digunakan sebagai restorasi dari fraktur incisal edge. Dalam hal ini digunakan etsa
asam yang memberikan retensi mekanis dari bahan tambal ini. Di samping itu untuk
mendapatkan retensi dapat digunakan pin.

4) Sebagai ilustrasi pada perawatan erosi gingiva tanpa pembuangan struktur gigi yang sehat.
Di sini juga harus menggunakan etsa asam.

5) Dapat digunakan untuk melekatkan bracket metal ortodontik.


6) Sebagai salah satu bahan fissure sealant dalam tindakan propilactis idontotomy.

7) Dapat memperbaiki bentuk anatomi gigi dengan kelainan hipoplasia enamel.

Kontra Indikasi:

1) Pada gigi dengan karies luas.

2) Pada tumpatan kelas I dimana tekanan oklusalnya sangat besar. Misalnya, dipakai pada
gigi molar I atas atau molar I bawah.

3) Pada tumpatan kelas II, di mana kekuatan dari resin komposit secara keseluruhan kurang
baik bila dibandingkan dengan tumpatan amalgam.

4) Pada gigi insisif yang mengalami fraktur lebih dari 1/3 bagian mahkota.

- Indikasi komposit adalah pada kavitas kecil sampai sedang untuk gigi posterior dengan
tekanan kunyah yang kecil, semua restorasi anterior dengan ukuran kecil sampai sedang,
dapat digunakan untuk restorasi porselen, dan sebagai usaha preventif dari restorasi resin.

- Kontra indikasi komposit adalah pada restorasi gigi posterior dengan tekanan kunyah besar,
pada pasien yang sulit mengontrol saliva.

e. Prinsip preparasi 
Prinsip preparasi : 1) menciptakan akses ke area defek (lesi karies, defek non-karies), (2)
menghilangkan defek (lesi karies, dentin dan email yang rusak, restorasi yang rusak dan
bahan dasar), dan (3) menciptakan convenience form untuk restorasi

- Klas I Resin Komposit


Preparasi resin komposit meliputi dimensi preparasi fasiolingual yang minimal (¼th of
intercuspal distance), tidak memerlukan bentuk retensi dovetail dan bentuk retensi
lainnya, preparasi dasar kavitas tidak harus dibuat tegak lurus, dinding kavitas dibuat
konvergen ke arah oklusal, line angles dibuat membulat, dasar preparasi dibuat datar,
konfigurasi marginal  oklusi tetap dipertahankan. Kedalaman preparasi untuk restorasi
resin komposit adalah  minimal 1 mm. Gunakan instrumen flame shaped diamond untuk
membuat bevel pada cavosurface di email. Bevel pada cavosurface umumnya dibuat
selebar 0,5 mm dengan sudut 45 derajat. Bevel pada permukaan email bertujuan untuk 
menambah retensi, mengurangi kebocoran mikro, meningkatkan estetis karena ikatan
dengan struktur gigi lebih baik,  memperkuat ikatan antara gigi dan bahan restorasi,
retensi konvensional seperti groove dapat dihilangkan.

- Klas II Resin Komposit


Preparasi di bagian oklusal sama halnya dengan preparasi klas I resin komposit, preparasi
pada bagian boks proksimal ditentukan berdasarkan perluasan karies, permukaan kontur
proksimal, dan tekanan mastikasi. Preparasi dijaga tetap tegak lurus dengan lantai pulpa.
Preparasi membentuk lebar 1 – 1,5 mm. Untuk lesi karies yang kecil, dinding proksimal
dapat dipisahkan dengan permukaan oklusal (tidak disatukan), namun pada lesi karies
yang besar maka kontak area harus disatukan. Lantai gingiva dibuat datar. Gingival
beveling dibuat bergantung pada lokasi dan luasnya gingival seat. 

- Klas III Restorasi Komposit


Desain dan luasnya preparasi ditentukan dari luasnya lesi karies. Margin enamel
diberi bevel dengan sudut 45 derajat dengan lebar 0.5 mm- 2 mm.  Semua internal
line angles dijaga untuk menurunkan internal stress. Pada tahap akhir, sisa dentin
yang terinfeksi dibuang.

- Klas IV Resin Komposit


Preparasi membentuk boks, dimana dinding fasial dan lingual paralel dengan aksis
gigi. Pada kavitas yang cukup lebar, dibuat bevel dengan kedalaman inisial aksial
dentin adalah 0,5 mm. Bevel juga dibuat dengan sudut 45 derajat dengan permukaan
gigi dengan  luas 0,25 – 2 mm, tergantung dari besarnya retensi yang dibutuhkan.
Semua sudut  internal dibulatkan untuk menghindari stress concentration points. 

- Klas V Resin Komposit


Gigi diisolasi dan kedalaman aksial dentin dipertahankan sebanyak 0,75 mm selama
preparasi. Dinding aksial mengikuti kontur permukaan fasial (insisogingival dan
mesiodistal). Retensi bisa ditambah dengan bevel di permukaan enamel seluas 0,25 –
2 mm,  dengan sudut 45 derajat dengan permukaan gigi.
3. ONE STEP UNIVERSAL ADHESIVE SYSTEM
a. Prosedur pengaplikasiannya 
1. Bersihkan permukaan gigi
2. Preparasi gigi
3. Isolasi gigi dengan rubber dam atau lainnya
4. Proteksi pulpa dengan calcium hydroxide pada daerah dentin yang tipis 
5. Aplikasikan one step universal adhesive dengan aplikator ke dalam kavitas, waktunya
disesuaikan dengan petunjuk pabrik (sekitar 10 detik)
6. Setelah aplikasi, perlahan beri angin  selama 3 detik, lalu keringkan dengan angin yang
lebih kencang sampai tipis dan lapisan bonding agent yang uniform terbentuk
7. Light cure dengan menyesuaikan intensitas light cure dan waktu curing sesuia petunjuk
pabrik
8. Isi kavitas dengan bahan restorasi

b. Kelebihan dan kekurangan 


Kelebihan: 
1. Menyederhanakan 3 tahapan menjadi 1 tahapan saja dimana proses etsa dilakukan tanpa
dibilas dan bisa langsung di light cure sehingga pengaplikasiaannya sederhana dan
mempersingkat waktu
2. Menurunkan risiko penetrasi adhesive/primer ke kolagen secara tidak sempurna
3. Menghindari subjektivitas dalam menentukan kelembapan permukaan dentin yang ideal
untuk difusi primer
4. Memiliki kekuatan ikatan yang konsisten
5. Mengurangi sensitifitas gigi pascaoperatif

Kekurangan: 
1. Penelitian klinis terbatas dan masih belum diketahui secara jelas kinerja serta kekuatan
ikatan bahan dalam kondisi klinis 
2. Lebih berisiko menghasilkan defek insisal marginal dan diskolorasi dibandingkan dengan
kelompok etch-and-rinse
3. Kekuatan ikatannya lemah karena kadar asam tinggi
4. Kandungan air yang banyak bisa meningkatkan degradasi
5. Tidak kompatibel dengan resin komposit self-cure kecuali bila sebelumnya dilapisi
dengan bonding resin hidrofobik
6. Meninggalkan residu hidroksiapatit yang menempel di serat kolagen. Residu tersebut bisa
berikatan dengan monomer seperti 4-META dan 10-MDP. Selain itu, adanya
hidroksiapatit membantu melindungi kolagen dari degradasi sehingga memperlemah
ikatan.

c. Indikasi dan kontraindikasi 


1. Indikasi :
- Semua Restorasi Komposit Langsung (komposit berbasis resin, RMGIC, core
build-ups)
- Semua Restorasi Tidak Langsung (logam, keramik kaca, zirkonia / alumina, dll.)
- Desensitization/Sealing of Tooth
- Intraoral Repair (chipped porcelain, additions to direct restorations, etc.)
- Composite to Metal/Set Amalgam (Direct Veneering)
- Adhesive (Bonded) Amalgam Restorations
- Protective Varnish for Glass Ionomer Based Fillings
- Endodontic Post Bonding
- Orthodontic Bonding

2. Kontraindikasi :
- Sangat Mudah Terbakar
- Pasien yang memiliki riwayat reaksi alergi parah terhadap resin metakrilat
- Saat menggunakan perekat gigi, kontaminasi air liur akan mengganggu ikatan dentin dan
dapat menyebabkan penurunan umur panjang restorasi.
- Hindari cipratan ke mata. Jika bersentuhan dengan mata, basuh dengan banyak air dan
cari perhatian medis.

d. Jenis-jenisnya, masukan generasinya 


1. Generasi Pertama
Generasi pertama sistem bonding dentin dikembangkan di akhir tahun 1950 dan awal
tahun 1960, tersusun atas surface-active co-monomer NPG GMA (N-phenylglycine glycidyl
methacrylate). Komonomer ini dapat berikatan dengan kalsium di permukaan gigi,
membentuk ikatan kimia yang tahan air. Kekuatan ikat material ini dengan dentin hanya
berkisar 2-3 MPa. Secara in vitro,hasilnya tidak memuaskan terutama saat merestorasi lesi
servikal non karies.

2. Generasi Kedua
Generasi kedua adhesif dentin adalah material fosfat-ester (phenyl P dan hydroxyethyl
methacrylate [HEMA] dalam etanol). Produk generasi ini diperkenalkan pertama kali di
Jepang dengan nama Clearfil Bond System F pada tahun 1978. Mekanisme perlekatan ini
mengandalkan reaksi antara gugus fosfat yang bermuatan negatif dengan ion kalsium yang
bermuatan positif di smear layer.Kekuatan ikat generasi ini hanya berkisar 1-5 MPa, masih
jauh dari nilai klinis yang diharapkan, yaitu: 10 MPa. Generasi ini tidak membasahi dentin
dengan baik, tidak berpenetrasi di smear layer secara menyeluruh sehingga tidak mencapai
permukaan dentin guna membentuk ikatan ion ataupun resin tags di tubulus dentin. Pengujian
in vitro selama 6 bulan mengecewakan.

3. Generasi Ketiga
Prinsip generasi ketiga adhesif dentin adalah tidak menghilangkan seluruh smear layer
tetapi memodifikasinya sehingga monomer asam (phenyl Patau PENTA) dapat berpenetrasi.
Hasil uji laboratoris memuaskan, namun hasil uji klinis tidak memuaskan. Ethylene diamine
tetra acetic acid (EDTA) dalam generasi ini digunakan dalam perkembangannya, untuk
menghilangkan smear layer.Adapun kendala penggunaannya adalah EDTA dapat
menghilangkan zat anorganik,namun tidak dapat menghilangkan zat organik di smear layer.

4. Generasi Keempat 
Smear layer tidak hanya berfungsi sebagai ”diffusion barrier” untuk mengurangi
permeabilitas dentin, namun juga berfungsi sebagai penghalang bagi penetrasi bahan adhesif
di dentin. Generasi keempat adhesif dentin menggunakan etsa asam dentin untuk
menghilangkan smear layer. Generasi ini dikenal dengan teknik “total-etch” atau etch-and-
rinse (Gambar 1). Teknik ini terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu: penggunaan gel asam fosfat,
aplikasi primer yang berisi monomer hidrofilik reaktif yang terlarut dalam etanol/aseton/air,
aplikasi bahan bonding resin yang mengandung atau tidak mengandung filler. Pelarut
etanol/aseton/air dalam primer bertujuan menggantikan cairan yang berasal dari matriks
dentin dan membawa monomer ke jaringan dentin yang telah didemineralisasi dan jaring-
jaring kolagen. Bahan bonding mengandung monomer yang bersifat hidrofobik, seperti: Bis-
GMA, dikombinasikan dengan molekul hidrofilik, seperti: HEMA.Teknik untuk bonding
dentin ini popular di tahun 1990-an hingga saat ini.

Aplikasi asam berfungsi menghilangkan smear layer sebagian atau menyeluruh,


mendemineralisasi dentin intertubular dan peritubular, membuka tubulus dentin dan kolagen
fibril,serta meningkatkan mikroporositas dentin intertubular. Demineralisasi dentin oleh asam
dapat mencapai kedalaman 7,5 μm, tergantung tipe asam, waktu dan konsentrasinya. Etsa
asam tidak hanya berfungsi mendemineralisasi, tetapi juga mengubah energi bebas
permukaan (surface free energy). Prinsip dasar suatu ikatan atau kontak yang baik adalah
bahan adhesif harus mempunyai tegangan permukaan yang rendah dan substrat harus
mempunyai energi bebas permukaan yang tinggi. Hidroksiapatit mempunyai energi
permukaan yang tinggi, tetapi kolagen dan komposit mempunyai energi permukaan yang
rendah. Dentin memiliki dua substrat yang berbeda energi, yaitu: hidroksiapatit dan kolagen.
Primer dalam teknik etch-and-rinse bertujuan meningkatkan energi permukaan dentin.
Menurut Rosales-Leal et al. 19, terdapat korelasi antara energi permukaan dentin dengan
kekuatan ikar geser.Sistem adhesif dengan teknik etch-and-rinse berhasil secara in vitro dan
in vivo. Uji kekuatan ikat terhadap dentin berkisar 17-30 MPa, nilai yang hampir sama
dengan email. Wilder et al. membuktikan bahwa tingkat keberhasilan teknik three-step
bonding mencapai 93% selama lebih dari 12 tahun, pengamatan dilakukan terhadap 100
restorasi.
5. Generasi Kelima
Generasi ini dikenal dengan istilah two-step etch-and-rinse adhesives atau sistem “one
bottle”.Istilah “one bottle”digunakan karena primer dan bahan bonding ada dalam satu botol.
Etsa tetap diperlukan dan digunakan terpisah. Kekuatan ikatan terhadap dentin hampir
mendekati ikatan terhadap email secara in vitro, sehingga penelitian terarah untuk
menyederhanakan prosedur adhesif. Produk generasi ini antara lain: One-step Plus (Bisco,
Inc), Prime & Bond NT (DENTSPLY Caulk), Adper single Bond Plus (3M ESPE), OptiBond
Solo Plus (Kerr Corporation), Excite (Ivoclar Vivadent, Schaan, Liechtenstein), XP Bond
(DENTSPLY Caulk).

6. Generasi Keenam
Bahan adhesif generasi keenam diperkenalkan di akhir tahun 1990, yang dikenal
dengan istilah two-step self-etch systems atau self-etching-primer (SEP). Self-etching-primer
mengkombinasikan etsa dan primer,memungkinkan monomer resin menembus (penetrasi)
substrat dentinal melalui smear layer tanpa membilas etsa dan pengeringan, sehingga
mengurangi kemungkinan over-wettingatau over-drying yang berpengaruh terhadap adhesi.
Air merupakan komponen SEP, penting bagi monomer asam untuk mengionisasi dan
demineralisasi. Oleh karena itu, dentin tetap lembab ketika aplikasi SEP dan kolapsnya
kolagen fibril dapat dihindari. Kelembaban dentin terjaga namun SEP rentan terhadap
degradasi hidrolitik. Komposisi SEP antara lain: monomer ester asam fosfat (10-MDP), 4-
METAdan phenyl-P. Self-etching-primer berbeda dengan asam fosfat dalam
mendemineralisasi email dan kekuatan ikatannya secara klinis tidak sekuat etsa asam
fosfat.Teknik ini tidak sesensitif etch-and-rinse. Tipe adhesif tidak berkorelasi dengan
sensitifitas post-operatif.

7. Generasi Ketujuh
Generasi ini diperkenalkan di akhir tahun 2002 dan dikenal dengan istilah one-step
self-etch adhesives atau “all-in-one”. Generasi ini mengkombinasikan etsa, primer dan bahan
bonding dalam satu larutan agar aplikasinya mudah. All-in-one adhesivesmengandung
uncured ionic monomers sehingga dapat berkontak dengan restorasi resin komposit secara
langsung. Tipe ini bersifat seperti membran semi permeabel sehingga dapat memicu
degradasi hidrolitik ikatan resin-dentin. Beberapa monomer resin yang digunakan terlalu
bersifat hidrofilik sehingga rentan terhadap degradasi.

8. Generasi Kedelapan
Perkembangan nanoteknologi di bidang kedokteran gigi memicu penemuan
nanokomposit dan nano-adhesif yang mengandung nanofillers. Bahan nano-bonding adalah
larutan yang berisi nanofillers guna memperkuat ikatan terhadap email dan dentin, absorbsi
stres dan waktu penyimpanan yang lebih lama. Jenis bahan adhesif ini dikenal sebagai
generasi kedelapan. Generasi ini mengandung partikel silica berukuran nano dan bersifat
dual-cure. Pada tahun 2010, Voco America memperkenalkan VOCO, Futurabond DC, suatu
bahan adhesif nano-reinforced, self-cured, light-cureddan dual-curedone-step,self-etch dalam
satu sistem. Pabrik mengungkapkan bahwa kekuatan adhesif mencapai lebih dari 30 MPa,
baik di dentin dan email terhadap resin komposit.
9. Generasi Adhesif Universal
Perkembangan terbaru di bidang kedokteran gigi adhesif adalah bahan adhesif
Universal. Generasi ini dikenal sebagai bahan adhesif “Multi mode” atau “Multi
purpose”karena dapat digunakan dengan teknik etch-and-rinse, self-etch atau selective etch.
Generasi ini dikembangkan untuk mengatasi ketidakmampuan generasi bahan adhesif one-
step self-etch.Aplikasi bahan adhesif ini dapat digunakan bersama dengan atau tanpa asam
fosfat. Methacryloyloxydecyl Dihydrogen phosphate (MDP) merupakan monomer asam
hidrofilik yang banyak ditemukan pada adhesif generasi ini. Prinsip kerja dari monomer
tersebut adalah terbentuknya ikatan ion antara gugus karboksilat dan atau fosfat dari MDP
dengan kalsium dari hidroksiapatit, untuk membentuk senyawa MDP-kalsium. Selain itu,
bahan adhesif ini juga mengandung biphenyl dimethacrylate(BPDM), dipentaerythritol
pentaacrylate phosphoric acid ester(PEN-TA) dan kopolimer asam polialkenoat, yang dapat
meningkatkan ikatan dengan struktur gigi. Komposisi lain yang terkandung adalah kombinasi
monomer hidrofilik (hydroxyethul methacrylate/HEMA), hidrofobik (decandiol
dimethacrylite/D3MA) dan intermediet (bis-GMA). Beberapa pabrik juga menambahkan
silane dalam komposisinya agar dapat diaplikasikan untukmelekatkan resin komposit pada
bahan lain, seperti: keramik/porselin, metal, zirconia dan resin komposit. Berdasarkan hal
tersebut, maka bahan adhesif generasi ini dapat diaplikasikan pada restorasi direk maupun
indirek. Keuntungan dari bahan adhesif ini adalah para klinisi dapat memilih melakukan
prosedur etsa atau tidak, berdasarkan kasus klinisnya. Contoh pada kasus dentin sklerotik dan
untuk mendapatkan ikatan yang kuat di email, maka etsa dapat dilakukan. Sebaliknya
prosedur tanpa etsa dapat dilakukan pada kasus waktu kunjungan yang singkat atau pasien
anak-anak.

e. Tujuan 
Tujuan dari one steps universal adhesive systems adalah untuk mensederhanakan proses
adhesi dengan mengurangi tahapan klinis yang nantinya akan mengurangi waktu kerja
(working time). Sistem ini juga diperlukan dalam mencegah kerusakan kolagen dari dentin
yang terdemineralisasi dan untuk mencegah sensitivitas postoperasi.

 
4. TES TERMAL
a. Prosedur 
1. Tes Dingin
 Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan menggunakan cotton roll
atau rubber dam
 Mengeringkan gigi yang akan dilakukan pemeriksaan vital
 Semprotkan etil klorida pada cotton pellet
 Mengoleskan cotton pellet pada permukaan gigi
 Catat respon pasien
2. Tes Panas 
 Mengisolasi gigi yang akan dilakukan pemeriksaan
 Panaskan Gutta percha diatas api
 Aplikasikan gutta percha pada bagian buko-oklusan gigi
 Jika tidak ada respon maka oleskan pada sepertiga servikal bagian bukal

b. Intrepertasi hasil 
1. Tes Dingin
Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri tajam yang
singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila tidak ada respon atau pasien
tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut nonvital atau nekrosis pulpa. Respon dapat
berupa respon positif palsu apabila aplikasi tes dingin terkena gigi sebelahnya atau
mengenai gingiva (Grossman, dkk, 1995). Respon negatif palsu dapat terjadi karena tes
dingin diaplikasikan pada gigi yang mengalami penyempitan (metamorfosis kalsium).

2. Tes Panas
Pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah apabila stimulus yang diberikan terlalu berlebih. Rasa nyeri yang tajam dan singkat
ketika diberi stimulus gutta perca menandakan gigi vital, sebaliknya respon negatif atau
tidak merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non vital

c. Tujuan 
Tes termal memiliki tujuan untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal.

d. Alat dan bahan 


Alat :
 Cotton roll
 Rubber dam
 alat touch and heat
 instrumen penghantar panas
Bahan :
 etil klorida
 gutta percha panas
 compound panas

5. ISOLASI DAERAH KERJA

a. Prosedur 
Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva dan lidah akan
menggangu penglihatan. Beberapa metode tepat digunakan untuk mengisolasi daerah kerja
yaitu saliva ejector, gulungan kapas atau cotton roll, dan isolator karet atau rubbedam

- Saliva Ejector 

Alat ini mempuyai diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva yang tertumpuk
didalam mulut. Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya dari diletakkan didasar mulut.
Pada posisi initer kadang membuat pasien tidak nyaman karena diletakkan terus menerus
didasar mulut, di bawah tekanan negatif yang konstan dapat menarik jaringan lunak dan
menimbulkan lesi jaringan lunak (Baum, 1997).

- Gulungan Kapas atau Cotton Roll 

Gulungan Kapas atau Cotton Roll digunakan kedokteran gigi memiliki beberapa ukuran
panjang dan besar. Namun yang sering digunakan adalah cotton roll nomor 2 dengan panjang
11/2 inchi dan diameter 3/6 inchi, Cotton roll dapat menyerap saliva cukup efektif schingga
menghasilkan isolasi jangka pendek pada rongga mulut. Biasanya colton roll harus sering
diganti karena akan sering terbashi oleh saliva. Penggunaan cotton roll bersama saliva ejector
efektif dalam meminimalkan aliran saliva (Baum, 1997).

b. Tujuan 
Isolasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi saliva dan cairan rongga mulut
lainnya selama melakukan restorasi. Kontaminasi ini dapat menyebabkan menurunnya ikatan
material komposit ke struktur gigi. Isolasi dapat dilakukan dengan menggunakan rubber dam,
cotton roll, saliva ejector, dan retraction cord.

c. Alat dan bahan 

 Tissue retractors and protecting devices


a. Rubber dam

Lembaran tipis latex/non latex yang ditahan menggunakan clamp dan frame yang
dilubangi sehingga gigi menonjol keluar dari lubang tersebut sementara gigi lainnya tetap
terlindungi. Rubber dam mengeliminasi saliva dari area tatalaksana, retraksi jaringan lunak,
dan mengisolasi satu/lebih gigi di mulut.

Kelebihan penggunaan rubber dam adalah melindungi gigi, bisa mengontrol


cairan secara sempurna dan dalam waktu yang lama, akses dan visibilitas meningkat, area
kerja bersih dan kering, melindungi bibir, pipi, dan lidah, melindungi dari kontaminasi
yang tidak diharapkan, mencegah accidental swallowing benda asing, meningkatkan
efisiensi terapi, membatasi percikan bakteri dari saliva dan darah, meningkatkan sifat
dental material, dan proteksi terhadap pasien dan dokter gigi.

Kekurangannya adalah memakan waktu ketika pemasangan, komunikasi dengan


pasien lebih sulit, apabila tidak digunakan dengan benar maka bisa merusak crown
porselain/membuat trauma pada gingiva, dan pemasangan clamp yang tidak tepat juga
bisa berisiko tertelan oleh pasien.

Indikasi:

 Perawatan saluran akar/prosedur endodontik agar tidak tertelan benda asing dan
mencegah kontaminasi pada ruang saluran akar
 Pembuangan karies yang dalam untuk mencegah kontaminasi pulpa apabila karies
sudah mencapai pulpa
 Restorasi subgingiva untuk mencegah retraksi gingiva dan mengontrol cairan
gingiva
 Pada pasien yang berisiko tinggi sehingga cairan dalam mulut tidak menyebar,
misalnya penderita hepatitis B atau HIV
 Bleaching untuk mencegah kerusakan pada jaringan lunak akibat bleaching
agents

Kontraindikasi:

 Pasien asma
 Alergi latex
 Bernapas lewat mulut
 Gigi dengan malposisi ekstrim
 Beberapa kasus molar tiga

Cara pemasangan rubber dam:


Metode I - Pemasangan clamp sebelum rubber dam

Metode ini digunakan untuk gigi posterior pada gigi dewasa dan anak-anak kecuali molar
ketiga. Keuntungannya adalah tehnik cepat dan sederhana, clamp dan gigi bisa terlihat
dengan baik ketika pemasangan rubber dam, trauma pada jaringan minimal. 

- Pilih clamp sesuai dengan ukuran gigi


- Pasang floss pada clamp bow dan letakkan clamp pada gigi
- Tehnik ini memerlukan lubang yang lebih besar sehingga clamp juga bisa melewati
lubang tersebut. Biasanya dibuat dua/tiga lubang yang tumpang tindih.
- Peregangan rubber dam bisa dilakukan dengan cara:
 Regangkan rubber dam sheet diatas clamp
 Lalu regangkan sheet ke arah buccal jaw dan pasang dibawah jaw tersebut
 Tarik sheet ke bagian palatal/lingual dan lepaskan
Metode II - Pemasangan rubber dam bersamaan dengan clamp
Pemasangan rubber dam dengan metode ini bisa menimbulkan trauma pada gingiva
dan ketika pemasangan clamp, pandangan jadi terbatas. Metode ini diindikasikan untuk gigi
molar ketiga. 

- Pilih clamp sesuai dengan anatomi gigi


- Pasang floss di sekitar clamp dan periksa stabilitas
- Buat lubang pada rubber dam sheet
- Tahan clamp dengan clamp forcep dan clamp wing masuk ke lubang yang sudah dibuat
- Pasang clamp dan rubber dam ke rongga mulut dan kencangkan clamp untuk
meregangkan lubang
- Clamp dan rubber dam dipasang diatas mahkota. Pertama, jaw of clamp diarahkan ke
bagian lingual
- Selanjutnya, jaw of clamp diposisikan ke arah bukal
- Setelah clamp diposisikan, periksa kembali stabilitas clamp
- Lepaskan forcep dari clamp
- Buka rubber sheet dari wings sehingga membentang di sekitar marginal servikal gigi

Metode III - Split dam technique


Rubber dam dipasang untuk mengisolasi gigi tanpa menggunakan clamp. Pada tehnik
ini, buat dua lubang yang tumpang tindih. Regangkan rubber dam ke gigi yang akan
ditatalaksana dan gigi yang berdekatan pada masing-masing sisi. Tepi rubber dam ditarik
dengan hati-hati melalui area kontak pada bagian distal gigi yang berdekatan. Tehnik ini
mudah digunakan pada gigi anterior dan tidak cocok digunakan pada gigi posterior.
Indikasi: 
- Isolasi gigi anterior
- Struktur mahkota tidak memadai
- Ketika dibutuhkan isolasi pada gigi dengan crown porselain karena pada beberapa kasus
penggunaan rubber dam clamp pada margin crown bisa merusak bagian servikal
porselain

b. Cheek and lip retractor

Alat ini berguna untuk membuka bibir dan pipi ke arah belakang dan ke arah luar.
Mulut lebih membuka ke arah vertikal sehingga ideal untuk tindakan yang dilakukan pada
gingiva gigi depan atas dan bawah dan untuk adjustment karet ortodontik. 

c. Tongue depressor 

Tongue depressor berguna untuk menahan lidah selama prosedur dental dilakukan.

d. Metallic band 

Alat ini berfungsi untuk melindungi gigi ketika melakukan preparasi kelas II.

- Alat untuk membuang cairan dan debris

a. Saliva ejector/low volume ejector

Ketika melakukan prosedur klinis, saliva ejector digunakan untuk membuang cairan
dan saliva dalam jumlah sedikit yang ada di rongga mulut. Ujung saliva ejector harus lembut
agar tidak menimbulkan luka pada jaringan. 
b. High volume evacuator

Alat ini digunakan untuk membuang air yang berasal dari airotor dan partikel besar
dengan kecepatan tinggi dan memiliki double-ended aspiration tip yang memastikan sisi
bukal dan lingual tetap teraspirasi. Selain itu, juga berguna untuk membantu menarik pipi dan
lidah.  

 Alat untuk menyerap cairan

Merupakan salah satu alat isolasi gigi yang cukup penting, terutama ketika rubber dam tidak
bisa digunakan. Alat-alat ini berguna untuk isolasi dalam waktu singkat, misalnya ketika
melakukan pemeriksaan, polishing, dan pit and fissure sealant. 
a. Absorbent paper pads/wafers

Selain cotton roll, alat ini juga bisa digunakan dengan cara diletakkan pada sulkus
bukal untuk membuka bagian pipi untuk mengabsorpsi saliva dan cairan lain dalam waktu
yang singkat.

b. Cotton rolls

Biasanya diletakkan pada sulkus bukal atau lingual terutama pada tempat keluar
duktus kelenjar saliva untuk mengabsorpsi saliva. Gigi maksila diisolasi dengan meletakkan
cotton roll pada vestibula bukal. Gigi mandibula diisolasi dengan meletakkan cotton roll pada
vestibula bukal dan ukuran cotton roll yang lebih besar pada vestibula lingual. 

c. Gauze pieces

Kain kasa diletakkan di mulut dan lidah untuk mencegah kontaminasi dari benda-
benda asing. Isolasi dengan gulungan kapas atau kain kasa lebih disukai daripada penggunaan
bendungan karet, yang dapat menyebabkan malposisi pada gigi yang lepas.

REFERENSI

Angus C. Cameron, Richard P. Widmer. 2013. Handbook of Pediatric Dentistry 4th edition

(Anusavice, K.J., Chiayi, S., Rawls, H.R. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials.ed ke-
12: Elsevier.)

Hetmann H, Swift E, Ritter A. Sturdevant’s Art and Science of Operative Dentistry. 

Sixth ed. Elsevier; 2012. 141-487 p.


Irawan, Bambang. 2012. “Peran Bahan Restorasi Kedokteran Gigi Dalam Keberhasilan
Pembuatan Restorasi.” Makassar Dental Journal 1(4):1–8.

KEMENDIKBUD. Guru Pembelajaran Modul Paket Keahlian Keperawatan Sekolah


Menengah Kejuruan.2016.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia)

(Lueckel, Hendrik Meyer, Sebastian Paris, dan Kim R. Ekstrand. 2013. Caries Management 
Science And Clinical Practice. Germany: L.E.G.O Vincenza.)

. Nasoohi N, Hoorizad M, Tabatabaei SF. Effects of Wet and Dry Finishing and Polishing on
Surface Roughness and Microhardness of Composite Resins. Journal of Dentistry (Tehran,
Iran). 2017 Mar;14(2):69-75.

Sofan E, Sofan A, Palaia G, Tenore G, Romeo U, Migliau G. Classification review of dental


adhesive systems: from the IV generation to the universal type. Annali di stomatologia. 2017
Jan;8(1):1.

Shenoy, Arvind., MALA, KUNDABALA. Endodontics: Principles and Practice E-Book.


India: Elsevier Health Sciences, 2016.

Pitts, Nigel B., et al. "Dental caries." Nature reviews Disease primers 3.1 (2017): 1-16.

cawson’s essentials of Oral Pathology and Oral Medicine, 9th edition, E.W.Odell

Fibryanto, E. (2020). Bahan Adhesif Restorasi Resin Komposit. Jurnal Kedokteran Gigi
Terpadu, 2(1).

Classification review of dental adhesive systems: from the IV generation to the universal
type. Annali Disotomatologia: A journal of Odontodtomatologic Sciences. 2017
Pelotas, Universidade Federal De, Rafael Guerra Lund, and Universidade Federal De Pelotas.
2019. “Bonding Performance of Universal Adhesives : An Updated Systematic Review and
Meta-Analysis,” no. March.

Lueckel, Hendrik Meyer, Sebastian Paris, dan Kim R. Ekstrand. 2013. Caries Management
Science And Clinical Practice. Germany: L.E.G.O Vincenza.

Walton, R.E., Torabinejad, M., 2008, Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, EGC, Jakarta.
Grosman, L. I., Seymour, O., Carlos, E., D., R., 1995, Ilmu Endodontik dalam Praktek, edisi
kesebelas, EGC, Jakarta.

Shofu Dental. BeautiBond Self-Etching One Component Dental Adhesive. Instruction for
Use

Anda mungkin juga menyukai