Anda di halaman 1dari 9

J-PhAM Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika

Artikel Penelitian

FORMULASI DAN UJI STABILITAS SEDIAAN SIRUP ANTI ALERGI


DENGAN BAHAN AKTIF CHLORPHENIRAMIN MALEAT (CTM)

Djelang Zainuddin Fickri, S. Farm., M. Farm.Klin., Apt.


Program Studi S1 Farmasi STIKES Rumah Sakit Anwar Medika

Abstrak: Sediaan Sirup merupakan sediaan cair yang berupa larutan yang ditandai
dengan rasa manis dengan kandungan sakrosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
66,0%. Pada penelitian formulasi ini digunakan bahan aktif Chlorpheniramin (CTM) yang
merupakan zat yang berwarna putih, tidak berbau, rasa pahit yang mudah larut dalam
air,etanol dan kloroform dan stabil pada ph 4-5. Bahan ini dapat digunakan dalam sediaan
sirup, tablet kaplet, injeksi vial. Pada penelitian ini CTM digunakan dalam sediaan sirup
60 ml untuk usia 6-12 tahun, dan berkhasiat untuk meredakan gejala alergi. CTM ini akan
diformulasikan menjadi bentuk sediaan sirup karena CTM mudah larut dalam air dan
sirup sangat disukai untuk anak – anak karena dalam sediaan sirup terdapat sukrosa yang
dapat digunakan untuk menutupi rasa pahit dari bahan obat tersebut selain itu sirup lebih
mudah ditelan dibandingkan dengan bentuk sediaan padat seperti tablet atau kapsul,
sehingga lebih cocok untuk pemberian pada bayi, anak-anak, dan usia lanjut yang susah
menelan obat dalam bentuk kapsul atau tablet. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui formulasi sirup dari bahan aktif chlorpheniraminmaleat (CTM) dan untuk
mengetahui evaluasi yang dilakukan pada sediaan sirup chlorpheniraminmaleat.
Penelitian ini dapat dimulai dengan memformulasikan bahan aktif chlorpheniraminmaleat
(CTM) dengan bahan tambahan seperti pemanis, pengawet, buffer, antioksidan, perasa,
pewarna, pelarut dan dapar kemudian menentukan kadar sesuai dengan literature
kemudian akan di uji skala lab dan skala pilot, selanjutnya akan dilakukan peracikan
bahan-bahan tersebut sesuai dengan perhitungan penimbangan yang dilakukan pada
laboratorium sediaan liquida stikes rs.anwarmedika dan diakhiri dengan pengujian
stabilitas fisik terhadap kualitas sirup CTM, yang meliputi uji organoleptis, pH, BJ,
viskositas, kadar bahan aktif dan pengujian mikroba. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa sirup berwarna kuning jernih beraroma jeruk dengan rasa jeruk stabil pada ph 4,5
dan terdapat perbedaan antara setelah pembuatan dengan pengujian 1 minggu setelah
pembuatan. Pada pengujian setelah pembuatan viskositas sirup bermula 1,811 cps
menjadi 1,89 cps, pada uji mikrobiologi bermula tidak ada jamur menjadi terdapat jamur,
pada uji kejernihan bermula jernih menjadi keruh hal tersebut terjadi karena kurangnya
zat pengawet yang digunakan pada sediaan sirup.

Kata Kunci: Chlorpheniraminmaleat (CTM), Formulasi sirup Chlorpheniraminmaleat


(CTM), evaluasi sirup Chlorpheniraminmaleat (CTM)

PENDAHULUAN pengisotonis. Zat aktif merupakan zat


utama / zat yang berkhasiat dalam sediaan
Sirup adalah sediaan cair yang berupa sirup. Pelarut merupakan cairan yang
larutan mengandung sakrosa, kecuali dapat melarutkan zat aktif atau biasa
dinyatakan lain, kadar sakrosa, disebut sebagai zat pebawa. Contoh
C12H22O11 tidak kurang dari 64% dan pelarut adalah air, gliserol, propilenglikol,
tidak lebih dari 66,0%. (FI III, 1979). etanol, eter.
Sirup adalah larutan oral yang Pemanis merupakan zat tambahan
mengandung sukrosa atau gula lain yang dalam suatu sirup, pemanis ditambahkan
berkadar tinggi (sirup simpleks adalah untuk memberikan rasa manis pada sirup.
sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Zat penstabil dimaksudkan untuk menjaga
Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64- agar sirup dalam keadaan stabil contoh
66%, kecuali dinyatakan lain (Depkes RI, dari zat penstabil adalah antioksidan,
1979). pendapar, pengkompleks.
Sirup terdiri dari dari zat aktif, pelarut, Pengawet ditambahkan pada sediaan
pemanis, zat penstabil, pengawet, sirup bertujuan agar sirup tahan lama dan
pengental, pewarna, pewangi, perasa, dan bisa di pakai berulang- ulang.

16 | Page ISSN: 2654-8364 Vol.1 No.1 Desember 2018


Artikel Penelitian

Penambahan pengawet biasanya pada Persyaratan mutu dalam pembuatan


sediaan dengan dosis berulang. Pewarna sediaan sirup, yaitu:
adalah zat tambahan untuk sediaan sirup a. Pada pembuatan sirup dari simplisia
atau biasa disebut corigen coloris. yang mengandung glikosida
Pewarna ditambahkan jika diperlukan. antrakinon di tambahkan Na2CO3
Penambahan pewarna biasanya agar sejumlah 10% bobot simplisia.
sediaan menjadi lebih menarik dan tidak b. Kecuali dinyatakan lain, pada
berwarna pucat. pembuatan sirup simplisia untuk
Pewarna yang digunakan umumnya persediaan ditambahkan metil paraben
larut dalam air dan tidak bereaksi dengan 0,25 % b/v atau pengawet lain yang
komponen lain dalam syrup dan warnanya cocok.
stabil dalam kisaran pH selama c. Kadar gula dalam sirup pada suhu
penyimpanan. Penampilan keseluruhan kamar maksimum 65 % sakarosa, bila
dari sediaan cair terutama tergantung pada lebih tinggi akan terjadi pengkristalan,
warna dan kejernihan. Pemilihan warna tetapi bila lebih rendah dari 60 % sirup
biasanya dibuat konsisten dengan rasa. akan membusuk.
Penambahan pengental kedalam sediaan d. Bj sirup kira-kira 1,3
sirup hanya jika diperlukan. Pemberikan e. Pada penyimpanan dapat terjadi inversi
pewangi ditambahkan hanya jika dari sakarosa (pecah menjadi glukosa
diperlukan saja, bertujuan agar obat dan fruktosa) dan bila sirup yang
berbau harum dan menutupi bau zat aktif bereaksi asam inversi dapat terjadi
yang kurang sedap. Contoh dari pewangi lebih cepat.
adalah essens straw, oleum rosae, dll. f. Pemanasan sebaiknya dihindari karena
Penambahan perasa ini hanya jika pemanasan akan menyebabkan
diperlukan, ditambahkan jika sediaan terjadinya gula invert.
sirup yang akan di berikan pada pasien g. Gula invert adalah gula yang terjadi
kurang enak atau terlalu pahit. Unsur sirup karena penguraian sakarosa yang
yang terakhir yaitu pengisotonis yang memutar bidang polarisasi kekiri.
biasanya ditambahkan pada sediaan steril h. Gula invert tidak dikehendaki dalam
(Van, 1990). sirup karena lebih encer sehingga
Berdasarkan fungsinya, sirup mudah berjamur dan berwarna tua (
dikelompokkan menjadi dua golongan terbentuk karamel ), tetapi mencegah
yaitu medicated syrup (sirup obat) dan terjadinya oksidasi dari bahan obat.
flavoured syrup (sirup pembawa). Sirup i. Pada sirup yang mengandung sakarosa
obat didefinisikan sebagai sirup yang 60 % atau lebih, sirup tidak dapat
mengandung satu atau lebih bahan obat. ditumbuhi jamur, meskipun jamur
Sirup obat berupa obat tunggal atau tidak mati.
dikombinasikan dengan obat lain yang j. Bila kadar sakarosa turun karena
berupa preparat yang sudah distandarisasi. inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila
Contohnya sirup CTM, paracetamol. dalam resep, sirup diencerkan dengan
Sirup pembawa biasanya mengandung air dapat pula ditumbuhi jamur.
berbagai bahan aromatis atau rasa enak k. Untuk mencegah sirup tidak menjadi
yang digunakan sebagai larutan pembawa busuk, dapat ditambahkan bahan
atau pemberi rasa. Salah satu contohnya pengawet misalnya nipagin.
adalah sirupus simplex (Ansel, 1989). l. Kadang-kadang gula invert
Proses pembuatan sediaan sirup dikehendaki misalnya dalam
dibagi menjadi dua yatu, cara pemanasan pembuatan sirupus Iodeti ferrosi.Hal
dan cara agitasi. Apabila mnggunakan ini disebabkan karena sirup adalah
cara pemanasan,cepat merupakan salah media yang mereduksi, mencegah
satu kelebihan dari pembuatan sirup bentuk ferro menjadi bentuk ferri. Gula
dengan cara pemanasan. Cara agitasi invert dipercepat pembuatannya
dimaksudkan untuk memberikan ruang dengan memanaskan larutan gula
kepada bahan-bahan pada proses agitasi dengan asam sitrat.
(pengocokan), kelebihan cara ini adalah m. Bila cairan hasil sarian mengandung
tercapainya stabilitas maksimum dan zat yang mudah menguap maka
digunakan untuk bahan yang tidak stabil sakarosa dilarutkan dengan pemanasan
pemanasanya (Arief, 1996). lemah dan dalam botol yang tertutup,

17 | Page ISSN: 2654-8364 Vol.1 No.1 Desember 2018


Artikel Penelitian

seperti pada pembuatan Thymi sirupus Klorfeniramin maleat adalah turunan


dan Thymi compositus sirupus, alkilamin yang merupakan antihistamin
aurantii corticis sirupus. Untuk dengan indeks terapetik (batas keamanan)
cinnamomi sirupus sakarosa dilarutkan cukup besar dengan efek samping dan
tanpa pemanasan. toksisitas yang relatif rendah
n. Maksud menyerkai pada sirup adalah (Siswandono, 1995). Klorfeniramin
untuk memperoleh sirup yang jernih. maleat merupakan obat golongan
(Voight, R. 1991). antihistamin penghambat reseptor
H1 (AH1) (Siswandono, 1995).
Sifat fisika kimia sirup dapat dilihat Pemasukan gugus klor pada posisi para
viskositas, uji mudah tidaknya dituang, cincin aromatik feniramin maleat akan
dan uji intensitas warna. Viskositas atau meningkatkan aktifitas antihistamin.
kekentalan adalah suatu sifat cairan yang Berdasarkan struktur molekulnya,
berhubungan erat dengan hambatan untuk memiliki gugus kromofor berupa cincin
mengalir. Kekentalan didefinisikan pirimidin, cincin benzen, dan ikatan –
sebagai gaya yang diperlukan untuk C=C- yang mengandung elektron pi (π)
menggerakkan secara berkesinambungan terkonjugasi yang dapat mengabsorpsi
suatu permukaan datar melewati sinar pada panjang gelombang tertentu di
permukaan antara lain dalam kondisi daerah UV (200-400 nm), sehingga dapat
tertentu bila ruang diantara permukaan memberikan nilai serapan (Silverstein,
tersebut diisi dengan cairan yang akan 1986; Rohman, 2007). Spektrum serapan
ditentukan kekentalannya. Untuk UV klorfeniramin maleat bergantung
menentukan kekentalan suhu zat uji yang kepada pelarutnya. Pada suasana netral
diukur harus dikendalikan dengan tepat, klorfeniramin maleat memberikan
karena perubahan suhu yang kecil dapat serapan maksimum pada panjang
menyebabkan perubahan kekentalan gelombang 261 nm, sedangkan dalam
yang berarti untuk pengukuran metanol klorfeniramin maleat
sediaan farmasi. Suhu dipertahankan memberikan serapan maksimum pada
dalam batas tidak lebih dari 0.10C. panjang gelombang 250-275 nm (Florey,
Uji mudah tidaknya dituang adalah 1983).
salah satu parameter kualitas sirup. Hal ini Klorfeniramin maleat mengandung
berikatan erat dengan viskositas. tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
Viskositas yang rendah menjadikan cairan dari 100,5% C6H19ClN2.C4H4O4, dihitung
akan semakin mudah dituang dan terhadap zat yang telah dikeringkan dan
sebaliknya. Sufat fisik ini digunakan memiliki berat molekul 390,67.
untuk melihat stabilitas sediaan cair Klorfeniramin maleat berupa serbuk
selama penyimpanan. Besar kecilnya hablur, putih; tidak berbau, larutan
kadar suspending agent berpengaruh mempunyai pH antara 4 dan 5, mudah
terhadap kemudahan sirup untuk dituang. larut dalam air, larut dalam etanol dan
Kadar zat penstabil yang terlalu besar kloroform; sukar larut dalam eter dan
dapat menyebabkan sirup kental dan dalam benzena (Farmakope IV,
susah dituang. 1995)Mekanisme kerja klorfeniramin
Uji intensitas warna. Uji intensitas maleat adalah sebagai antagonis reseptor
warna dilakukan dengan melakukan H1, klorfeniramin maleat akan
pengamatan pada warna sirup mulai menghambat efek histamin pada
minggu 0-4. Warna yang terjadi selama pembuluh darah, bronkus dan bermacam-
penyimpanan dibandingkan dengan warna macam otot polos; selain itu klorfeniramin
pada minggu 0. uji ini bertujuan untuk maleat dapat merangsang maupun
mengetahui perubahan warna sediaan cair menghambat susunan saraf pusat (Tjay,
yang disimpan selama waktu tertentu. 2002; Siswandono, 1995)Klorfeniramin
(Voight, R. 1991). maleat memberikan efek samping
Evaluasi sediaan sirup terdiri dari uji walaupun juga bersifat serius dan kadang-
stabilitas fisik sirup, kimia sirup, kadang hilang bila pengobatan diteruskan.
mikrobiologi, farmakologi, dan toksisitas. Efek samping yang sering terjadi adalah
Uji fisik sirup meliputi uji volume sedatif, gangguan saluran cerna, mulut
sedimentasi, uji viskositas, uji pH, dan uji kering, kesukaran miksi. Kontraindikasi
organoleptis. dari klorfeniramin maleat ini

18 | Page ISSN: 2654-8364 Vol.1 No.1 Desember 2018


Artikel Penelitian

menimbulkan aktivitas antikolinergik


yang dapat memperburuk asma bronkial, Cara Pembuatan
retensi urin, glaukoma. Klorfeniramin Pembuatan sediaan sirup, pertama
memiliki interaksi dengan alkohol, yang dilakukan adalah menimbang CTM
depresan syaraf pusat, anti kolinergik 48 mg. setelah itu dilarutkan dengan
(IONI, 2001; Tjay, 2002). Tujuan dari aquadest 20ml (disisihkan). Sukrosa
penelitian ini adalah Untuk mengetahui ditimbang sebanyak 36 gram lalu di
formulasi sirup dari bahan aktif larutkan dalam 15 ml air panas
klorfeniramin maleat Untuk mengetahui (disisihkan). Timbang propilen glikol
evaluasi yang dilakukan pada sediaan sebanyak 18 gram, asam sitrat 1,2 gram ,
sirup klorfeniramin maleat. dan natrium sitrat 1,2 gram. Kemudian
asam sitrat dan natrium sitrat dilarutkan
dalam 10 ml aquadest (disisihkan). Lalu
aduk sukrosa dan propilen glikol sampai
homogen. Kemudian CTM dan campuran
sukrosa propilen diaduk sampai homogen.
Lalu campuran tadi di tambahkan esensial
Gambar 1. Struktur Chlorpheniramine Maleate
Penelitian ini dilakukan di jeruk secukupnya. Larutan yang sudah di
Laboratorium Teknologi Farmasi tambahkan larutan jeruk di campur
STIKES RS Anwar Medika yang terletak dengan campuran asam sitrat dan natrium
di Jalan Raya By Pass Krian KM. 33 sitrat sampai homogen. Kemudian di
Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini tambahkan sisa aquadest sampai 60 ml.
dilakukan selama 1 minggu mulai 27
Maret – 03 April 2018. Evaluasi Sediaan Sirup
Chlorpheniramini Maleas
Alat 1. Uji Organoleptis
Alat yang digunakan selama a. Penglihatan yang berhubungan
praktikum antara lain mortir, stamfer, dengan warna kilap, viskositas ,
pipet tetes, beaker glass, gelas ukur,kaca ukuran dan bentuk, volume
arloji, sendok tanduk, batang pengaduk, kerapatan dan berat jenis, panjang
indicator pH, cawan, kertas perkamen, lebar dan diameter serta bentuk
timbangan gram, hot plate, sudip, bahan.
viscometer kapiler, piknometer b. Indra peraba yang berkaitan dengan
struktur, tekstur dan konsistensi.
Bahan Struktur merupakan sifat dari
Bahan yang digunakan dalam komponen penyusun, tekstur
praktikum ini adalah Chlorpheniramine merupakan sensasi tekananyang
Maleat (CTM) propilen glikol,sukrosa, dapat diamati dengan mulut atau
asam sitrat, esensial jeruk,sunset yellow, perabaan dengan jari, dan
aquadest, natrium sitrat. konsistensi merupakan tebal, tipis
dan halus.
Tabel 1 Formula Sediaan Sirup c. Indra pembau, pembauan juga dapat
Chlorpheniramini maleas (CTM) digunakan sebagai suatu indikator
No Komponen Fungsi Kadar Skala Skala terjadinya kerusakan pada produk,
Lab Pilot misalnya ada bau busuk yang
1 CTM Bahan 4 mg/5 48 mg 240 menandakan produk tersebut telah
aktif ml mg
2 Propilen Pengawet 30% 18 gr 90 gr mengalami kerusakan.
glikol d. Indra pengecap, dalam hal kepekaan
3 Sukrosa Pemanis 60% 36 gr 180 gr rasa, maka rasa manis,
4 Asam sitrat Buffer dan 2% 1,2 gr 6 gr
anti-
asin, asam, pahit, dan gurih. Serta
oksidan sensasi lain seperti pedas, astringent
5 Esensial Perasa 0,5% 0,3 gr 1,5 gr (sepat), dll.
jeruk
6 Sunset Pewarna qs qs qs
yellow 2. Penetapan pH
7 Aquadest Pelarut Ad Ad 60 Ad Lakukan kalibrasi alat pH-meter
100% ml 300 ml dengan larutan penyangga sesuai
8 Natrium Dapar 2% 1,2 gr 6 gr
sitrat instruksi kerja alat setiap kali akan

19 | Page ISSN: 2654-8364 Vol.1 No.1 Desember 2018


Artikel Penelitian

melakukan pengukuran.Untuk contoh tanda batas, kemudian dihidupkan


uji yang mempunyai suhu tinggi, stopwatch,diamati aliran cairan sampai
kondisikan contoh uji sampai suhu menuju garis batas bawah pipa
kamar.Keringkan dengan kertas tisu kemudia diamati waktu yang diperoleh
selanjutnya bilas elektroda dengan air untuk cairan dari batas atas sampai
suling.Bilas elektroda dengan contoh batas bawah.Selanjutnya dihitung
uji.Celupkan elektroda ke dalam menggunakan rumus. Rumusnya
contoh uji sampai pH meter adalah:
menunjukkan pembacaan yang η = η1.t1 . ρ1
tetap.Catat hasil pembacaan skala atau t2 . ρ2
angka pada tampilan dari pH meter.
3. Uji Kejernihan Keterangan :
Uji di lakukan secara visual oleh η : Viskositas cairan sampe
praktikan, dengan mengamati sediaan. η1: Viskositas cairan pembanding
Hasil uji sediaan sirup seharusnya t1 : Waktu aliran cairan sampel
jernih, dan tidak mengandung pengotor t2 : Waktu aliran cairan pembanding
di dalamnya. ρ1 : Massa Jenis cairan sampel
4. Bobot Jenis ρ2 : Massa Jenis cairan pembanding
Gunakan piknometer yang bersih dan
kering. Timbang piknometer kosong 6. Volume terpindahkan
(W1), lalu isi dengan air suling, bagian Botol 60 ml yang sebelumnya telah di
luar piknometer dilap sampai kering kalibrasi.Sedian sirup yang telah jadi
dan ditimbang (W2). Buang air suling kemudiaan dimasukan ke dalam 60 ml
tersebut, keringkan piknometer lalu isi sampai batas kalibrasi.Tuang kembali
dengan cairan yang akan diukur bobot sirup dalam gelas ukur untuk
jenisnya pada suhu yang sama pada mengetahui volume terpindahkannya
saat pengukuran air suling, dan serta ketepatan dalam melakukan
timbang (W3). Hitung bobot jenis kalibrasi.
cairan.
Rumus perhitungan bobot jenis : HASIL DAN PEMBAHASAN
rx= : b–a
c–a Penimbangan Bahan
Keterangan: Tabel 1 Penimbangan Bahan
r x = Bobot jenis sampel Formulasi
a = Berat pikno kosong Nama Bahan Unit Per Batch
b = Berat sampel sebelum diuji Formula = 5 botol
(5ml) (300ml)
c = Berat sampel air
CTM 48 mg 240 mg
5. Viskositas/ kekentalan Propilenglikol 18 gram 90 gram
Viskometer kapiler / ostwold dengan Sukrosa 36 gram 180 gram
cara waktu air dari cairan yang diuji Asam sitrat 1,2 gram 6 gram
dibandingkan dengan waktu yang Natrium sitrat 1,2 gram 6 gram
dibutuhkan bagi suatu zat yang Essensial Jeruk 300 mg 1,5 gram
viskositasnya sudah diketahui Sunset Yellow 6 tetes 6 tetes
(biasanya air) untuk lewat dua tanda Aquades Ad 60 ml Ad 300 ml
tersebut. Jika h1 dan h2 masing-masing
adalah viskositas dari cairan yang tidak
diketahui dan cairan standar, ρ1dan
ρ2 adalah kerapatan dari masing-
masing cairan, t 1 dan t2 adalah waktu
alir dalam detik. Cara kerja :
menyiapkan viskometer (viskometer
ostwald), lalu dipasangkan spindle 01
pada viskositer, dimasukan larutan uji
kedalam cup yang telah disiapkan,
diarahkan spindle yang telah terpasang
kedalam cup secara tegak lurus sampai

20 | Page ISSN: 2654-8364 Vol.1 No.1 Desember 2018


Artikel Penelitian

Pembuatan Sirup CTM Pembuatan sirup CTM menggunakan


Tabel 2 Prosedur Pembuatan Sirup pelarut aquadest dengan propilenglikol
CTM sebagai zat pengawet serta bahan
No Prosedur Hasil tambahan lain seperti sukrosa, buffer,
1. Alat dan bahan Alat dan bahan antioksidan, colouris dan flavor. Evaluasi
disiapkan. sudah siap
digunakan dilakukan dengan pemeriksaan
2. CTM ditimbang 48 Didapatkan CTM organoleptis, pemeriksaan pH,
mg menggunakan 48 mg pemeriksaan BJ, pemeriksaan viskositas,.
neraca analitik
3. Aquadest diukur 20 Didapatkan
Evaluasi dilakukan setelah penyimpanan
ml aquadest 20 ml selama seminggu. Praktikum Farmasetika
4. CTM dilarutkan CTM terlarut sediaan liquida pertama kali yang
dengan aquadest dalam aquadest dilakukan adalah merancang formulasi.
5. Sukrosa ditimbang 36 Didapatkan larutan
gram dan dilarutkan sukrosa Rancangan Formulasi digunakan untuk
dalam air panas 15 ml memilih bahan aktif serta bahan tambahan
6. Propilen glikol Didapatkan yang tepat guna untuk menjaga stabilitas
ditimbang 18 gram propilen glikol 18
gram dari sediaan tersebut. Rancangan formula
7. Propilen glikol Semua bahan dilakukan dengan studi literatur dari
dicampur dengan terlarut sempurna beberapa sumber baik buku maupun
nomor (5)
jurnal mengenai aspek farmakologi dan
8. Natrium sitrat Didapat larutan
ditimbang 1,2 gr dan Na. Sitrat aspek fisika kimia. Berdasarkan aspek
dilarutkan dalam air fisika kimia yang dimiliki oleh zat aktif
9. Asam sitrat ditimbang Didapat larutan tersebut maka akan menentukan bentuk
1.2 gram dan asam sitrat
dilarutkan dalam air sediaan yang akan dibuat.
10. Larutan asam sitrat Didapatkan larutan Zat aktif yang dipilih adalah CTM
dicampur dengan buffer yang larut yang dibuat menjadi sediaan sirup yang
nomor (8) sempurna
ditujukan untuk anak –anak usia 6-12
11. Larutan CTM Didapat larutan
ditambahkan homogeny tahun. Digunakan zat aktif CTM karena
campuran larutan CTM berkhasiat sebagai pereda gejala
nomor (7) alergi yang memiliki efek samping sedikit
12. Campuran nomor (11) Semua bahan larut
ditambahkan sempurna dan dan dapat memberikan efek terapi lebih
campuran larutan homogeny cepat dengan dosis yang sedikit dari pada
buffer nomor (10) obat antihistamin yang lain, memiliki sifat
13. Campuran (12) Didapat larutan
ditambah esseensial yang homogen rasa fisika kimia yakni untuk kelarutan, CTM
jeruk 300 mg jeruk mudah larut dalam air, mudah larut dalam
14. Campuran (13) Didapat sirup etanol 95% dan kloroform, sukar larut
ditetesi pewarna CTM berwarna
sunset yellow 6 tetes kuning dan rasa
dalam eter dan dalam benzena (FI Edisi
jeruk III, 1979). Oleh karena itu CTMdi
15 Campuran (14) Didapat sediaan formulasi dalam bentuk sediaan sirup
ditambah aquadest ad Sirup CTM karena CTM larut air (FI Edisi III, 1979)
60 ml
sehingga cocok dijadikan sediaan sirup,
dan sediaansirup juga dapat menutupi rasa
Evaluasi Sirup CTM
pahit zat aktif sehingga lebih disukai
Tabel 3 Hasil Evaluasi Sirup CTM
anak-anak karena rasanya yang
Karakteristik Penafsiran Hasil Hasil Pengamatan manis.Pembuatan sediaan sirup CTM ini
Pembuatan
Organoleptis Warna : Kuning Warna : Kuning Warna : Kuning menggunakan sukrosa dengan kadar 60%,
Rasa : Jeruk Rasa : Jeruk Rasa : Jeruk
Bau : Aroma Bau : Aroma Bau : Aroma jeruk
hal ini sesuai dengan literatur pada FI III,
jeruk jeruk Bentuk : cair 1979 yang menyatakan bahwa dalam
Bentuk : cair Bentuk : cair
pH (25oC) 4–5 4,5 4,5 sediaan cair berupa larutan (sirup)
Berat Jenis
Volume
1,3 gram/ml
Tidak kurang
-
Volume 300 ml
1.27 g/ml
Volume tetap 300 ml
mengandung sukrosa dengan kadar tidak
sediaan pada dari 300 Ml kurang dari 60% dan tidak lebih dari
gelas ukur 300
ml 66,0%. Sediaan sirup dalam satu kemasan
Viskositas 1,811 Cps** - 1,89 Cps berisi 60 ml dengan kadar 4 mg dalam 5
Mikrobiologi Tidak ada jamur Tidak ada jamur Ada jamur
Kadar zat aktif - - - ml.
Kejernihan Jernih Jernih Keruh Langkah selanjutnya dilakukan studi
*) Pengamatan dilakukan setelah 1 literatur mengenai bahan tambahan.
minggu penyimpanan Bahan tambahan terpilih antara lain,
**) Kontrol Sirup dipasaran propilenglikol sebagai zat pengawet

21 | Page ISSN: 2654-8364 Vol.1 No.1 Desember 2018


Artikel Penelitian

dengan kadar 30%, digunakan zat dilarutkan dalam air panas, karena
pengawet tersebut karena dapat stabil menurut kelarutannya sukrosa mudah
dalam pH 4-5 (Marthindalle, ed 28)ini larut dalam air panas (HPE Ed 5 hal 744 –
sesuai dengan pH yang diinginkan dalam 747).Kemudian dilanjutkan dengan
spesifikasi sediaan sirup CTM.Sebagai zat penambahan propilen glikol ke dalam
pendapar digunakan kombinasi asam larutan sukrosa. Larutan sukrosa
sitrat dengan natrium sitrat dengan merupakan larutan jenuh dimana jika
konsentrasi masing – masing 0.2% karena ditambahkan langsung kedalam campuran
digunakan untuk menstabilkan pH zat aktif akan sulit bercampur, oleh karena
sediaan dalam rentan 4 – 5, digunakan itu ditambahkan terlebih dahulu dengan
dapar asam sitrat karena memiliki 3 nilai propilen glikol, karena propilen glikol
Pka dan rentang pH cukup panjang 2,1 – selain dapat dijadikan sebagai zat
7,4 (Martindale ed 28) dikombinasikan pengawet juga berfungsi sebagai co-
dengan natrium sitrat karena dapat solvent atau peningkat kelarutan (HPE Ed
menstabilkan sediaan pada pH 4 -5. 5 hal 624-626) sehingga ketika larutan
Prinsip pembuatan sirup menurut jenuh tersebut dicampurkan dengan zat
Syamsuni, 2007 menyatakan bahwa yang aktif akan lebih mudah untuk homogen.
harus dilakukan pertama (1) penimbangan Selanjutnya penambahan larutan sukrosa
zataktif dan bahanpembantu yg 60% + propilen glikol kedalam larutan
diperlukan, kemudian (2) zat aktif dan CTM di tambahkan terakhir, karena sifat
bahan pembantu berbentuk serbuk dari larutan sukrosa dan propilen glikol
dihaluskan dalam mortar,(3) melarutkan jenuh dan kentalsehingga dicampurkan
zat aktif dengan cara penambahan zat aktif terakhir. Kemudianaquades ditambahkan
sedikit-sedikit ke dalam sejumlah volme hingga tanda batasdan ditetesi dengan
pelarut, sambil diaduk sampai larut perasa Essence Jerukkarena sediaan yang
sempurna, (4) bahan pembantu dilarutkan dibuat berwarna kuning disesuaikan
dengan cara yang sama ke dalam sebagian dengan warna zat aktif yang kuning
pelarut yang diperlukan, (5) volume sehingga diberi rasa jeruk dan berwarna
pelarut ditentukan berdasarkan kelarutan kuning. PerasaEssence Jerukdan pewarna
eksipien yang ditambahkan, (6) Sunset Yellow guna menambah
campurkan bahan-bahan yang sudah larut aceptabilitassediaan pada pasien dan
satu per satu, dan aduk sampai homogeny, menutupi rasa tidak enak dari obat.
(7) Penambahan flavour dam colouris Berdasarkan penelitian yang sudah
dalam keadaan terlarut dalam pelarut yang dilaksanakan, dengan studi literatur dari
dapat bercampur dengan pelarut yang berbagai sumber maka didapatkan
digunakan, (8) Tambahkan sisa pelarut formulasi yang tepat untul sediaan CTM
sampai volume sediaan yang dibuat, (9) sirup. Sediaan yang didapat berupa CTM
Masukkan ke dalam botol coklat yang sirup dengan kadar 4 mg dalam 5 ml untuk
telah ditara sebelumnya, penambahan setiap kemasan ditujukan untuk usia 6-12
volume larutan yang ditara di dalam botol tahun, dan berkhasiat untuk meredakan
disesuaikan dengan kekentalan larutan gejala alergi.
yang dibuat. Botol sediaan diberi etiket, Untuk memastikan efektifitas dan
brosur, dikemas dan disimpan di tempat stabilitas dari sediaan maka dilakukan
yang terlindung dari cahaya. Sehingga beberapa pengujian dengan hasil sebagai
pada pembuatan sediaan sirup CTM tahap berikut. Uji yang pertama adalah uji
peracikan sediaan dimulai dengan organoleptis dengan menggunakan panca
menimbang semua bahan sesuai dengan indera penglihatan, penciuman dan perasa
yang dibutuhkan. Kemudian dilanjutkan meliputi pemeriksaan warna, bau dan
dengan CTM dilarutkan terlebih dahulu rasa. Spesifikasi yang dikehendaki dalam
dalam aquadest sampai larutkarena CTM sediaan adalah warna kuning, bau jeruk
larut dalam air (FI III,1979). Selanjutnya dan rasa manis. Uji ini dilakukan setelah
dimasukan pendapar asam sitrat dan penyimpanan selama satu minggu, dalam
natrium sitrat, sebelumnya dilarutkan satu minggu setelah diuji tidak dialami
terlebih dahulu dengan air secukupnya, perubahan warna maupun bau serta rasa,
karena asam dan natrium sitrat larut dalam semua masih sesuai dengan spesifikasi
air (FI III,1979), agar lebih mudah dalam awal. Uji selanjutnya yakni uji pH dengan
homogenisasi sediaan. Kemudian sukrosa menggunakan pH meter dan pH universal

22 | Page ISSN: 2654-8364 Vol.1 No.1 Desember 2018


Artikel Penelitian

setelah satu minggu disimpan dihasilkan 2. Berdasarkan hasil evaluasi formulasi


pH sirup4,5 pada pH universal dan 4,57 sediaan sirup CTM. Bahwa untuk uji
pada alat pHmeter. Berdasarkan literatur organoleptik, ph, BJ, dan viskositas
CTM stabil pada pH 4-5 (FI III. 1979) hal sudah sesuai yang diinginkan, hanya
ini menunjukkan hasil sirup CTM sesuai saja pada kandungan uji mikroba
dengan spesifikasi sediaan. Uji yang dibiarkan selama 1 munggu
selanjutnya adalah uji bobot jenis dengan terdapat jamur dan mikroba,
menggunakan piknometer menghasilkan kemungkinan karena kurangnya zat
1.27 g/ml. Diketahui bahwa pada literatur penganwet ysng digunakan pada
menyebutkan bahwa BJ Sirup yaitu 1,3 sediaan sirup.
g/ml (Anonim,1979). Berdasarkan hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa BJ DAFTAR PUSTAKA
sediaan sudah mendekati nilai Bj pada Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk
literatur. Uji selanjutnya adalah uji Sediaan Farmasi, diterjemahkan
viskositas dengan menggunakan oleh Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis
viskometer kapiler, menghasilkan nilai Aisyah, Edisi keempat, 255-271,
viskositas sebesar 1,89 cps sedangkan 607-608, 700, UI Press, Jakarta.
menurutPratama, 2014 menyatakan Attwood, D., dan Florence, A.T.
bahwa sediaan sirup dipasaran memiliki 1988,Dasar-dasar Fisikokimia
nilai viskositas 1,811 Cps, hal Farmasi, London: Chapman and
inimenunjukkan sediaan sudah mencapai Hall, Inc. Halaman 81-153.
nilai viskositas yang sesuai. Uji yang Baroroh, Umi L. U.,2004, Diktat Kimia
terakhir dilakukan untuk melihat adanya Dasar I, Universitas Lambung
mikroba berupa jamur melalui penerusan Mangkurat. Banjarbaru.
cahaya dengan menggunakan senter, British Pharmacopoeia, 2009,British
menghasilkan bahwa sediaan ditumbuhi Pharmacopoeia. Volume 1 & 2,
jamur karena sediaan sedikit keruh London: The British
danterdapat fibrin seperti benang halus Pharmacopoeia Commission, Hal.
yang mengindikasikan ada jamur dan 2091-2095, 8702-8704.
mikroba pada sediaan tersebut, hal ini bisa Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia,
terjadi dikarenakan zat pengawet yang Edisi III, Departemen Kesehatan
digunakan hanya 1 senyawa yaitu Republik Indonesia, Jakarta
Propilen glikol sehingga kurang mampu Dirjen POM, 1995, Farmakope
untuk menghambat pertumbuhan jamur Indonesia, Edisi IV, Departemen
dan mikroba, seharusnyadikombinasikan Kesehatan Republik Indonesia,
dengan Metil paraben (Nipagin) karena Jakarta.
nipagin berdasarkan (FII III, 1979) dapat Florey, K, 1992, Analytical Profiles Of
mempertahankan sediaan lebih tahan lama Drug Subtances, Volume 1,15,18,
dan tidak ditumbuhi mikroba atau jamur Academic Press New York and
pada konsentrasi tertentu sesuai London, 84, 85, 304, 369.
kebutuhan. Ganiswarna, S., 1995,Farmakologi dan
Terapi, edisi IV, 271-288 dan 800-
KESIMPULAN 810, Bagian Farmakologi Fakultas
Berdasarkan dari hasil praktikum Kedokteran Universitas Indonesia,
sediaan sirup CTM dapat disimpulkan Jakarta.
bahwa: Harwood, R. J., 2006, Propylene glycol,
1. Beberapa formulasi yang digunakan In: Rowe, R. C., Shesky, P. J., and
untuk pembuatan sirup CTM meliputi Owen, S. C. (eds.), Handbook of
CTM sebagai zat aktif, propilen Pharmaceutical Excipients, Fifth
glikol sebagai pengawet dan Edition, 624, Pharmaceutical Press,
kosolven, sukrosa sebagai pemanis, UK.
asam sitrat sebagai buffer dan Johnson, R. dan Steer, R., 2006, Sucrose,
antioksidan, esensial jeruk sebagai In: Rowe, R. C., Shesky, P. J., and
perasa, sunset yellow sebagai Owen, S. C. (eds.), Handbook of
pewarna, aquadest sebagai pekarut, Pharmaceutical Excipients, Fifth
dan natrium sitrat sebagai dapar. Edition, 744, Pharmaceutical Press,
UK.

23 | Page ISSN: 2654-8364 Vol.1 No.1 Desember 2018


Artikel Penelitian

Jones, David., 2008,FASTTrack: Silverstein, R.M., G.B. Bassler., and


Pharmaceutics – Dosage Form and T.C.D. Morcill., 1986,Penyelidikan
Design, Pharmaceutical Press : dan Pengujian Spektrometrik
London. Senyawa Organik. AlihBahasa : A.J.
Kusriani, R. Herni.,As’ari, hartomo, dan Anny Victor Purba.
Nawawi.,Sopandi.,2017,Penetapan Erlangga. Jakarta.
Kadar Kurkuminoid Dalam Sediaan Siswandono dan Soekardjo, B., 1995,
Sirup Temulawak (Curcuma Kimia Medisinal, 28-29, 157,
Xanthorizzha Roxb) Dengan Airlangga University Press,
Spektrofotometri,Jurnal Farmasi Surabaya.
Galenika Volume 1 No 1 : 12 – 15. Syamsuni, H.A., 2007, Ilmu Resep. EGC.
Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Jakarta.
Cammarata., 1993,Farmasi Fisik: Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-
Dasar-dasar Farmasi Fisik dalam obat Penting: Khasiat, Penggunaan
Ilmu Farmasetik. Edisi Ketiga, dan Efek-efek Sampingnya, Edisi
Penerjemah: Yoshita, UI-Press, Kelima, 357-359, 363-367, Direktur
Jakarta. Jendral Pengawasan Obat dan
Martindale : The Extra Pharmacopoeia Makanan Departemen Kesehatan
28th ed., 1982, The Pharmaceutical Republik Indonesia, Jakarta.
Press, London. Van duinn. 1991. Ilmu resep dan teori.
Rohman, Abdul., 2007, Kimia Farmasi PT.soeronan: Jakarta
Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

24 | Page ISSN: 2654-8364 Vol.1 No.1 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai