Anda di halaman 1dari 6

STRATEGI MEMPERKUAT KETAHANAN EKONOMI DALAM

NEGERI MAUPUN EKONOMI GLOBAL DITENGAH PANDEMIK


COVID 19

Oleh : ROHMAD HANAFI


NIM : 20160430114

Sumber : ww.ugm.ac.id

Corona virus merupakan sebuah virus yang menginfeksi sistem


pernapasan yang telah menyebar diseluruh dunia hal tersebut telah dipaparkan
oleh World Health Organization ( WHO ) yang di singkat menjadi COVID-19.
Untuk lebih parahnya COVID-19 juga menyebabkan penyakit flu bahkan
kematian. Corona virus bahkan disinyalir bisa melebihi keganasan dari virus yang
pernah dialami oleh masyarakat afrika dan timur tengah yaitu virus MERS-CoV
dan virus lainya yaitu virus SARS-CoV. Virus corona merupakan zoonotic yang
bisa ditularkan ke manusia maupun hewan. Datangnya virus corona terjadi pada
30 Desember 2019 dimana pakar organisasi di china khususnya di wuhan melalui
Wuhan Municipal Helath Committee mengeluarkan statement mengenai “ urgent
notice on the treatment of pneumonia of unknown cause” yang berisi tentang
penyebaran virus corona bisa sampai manca negara dan sangat cepat bahkan
sampai ke 188 negara yang telah terkonfirmasi terkena virus tersebut. Dengan
cepatnya penyebaran virus corona tersebut Indonesia juga tertular. Dengan
demikian akan membawa dampak bagi perekonomian di Indonesia sendiri baik
dari segi perdagangan, investasi maupun di sektor pariwisata.
Dengan terganggunya sektor perdagangan karena dampak dari virus
corona maka secara tidak langsung akan mengakibatkan penurunan dari
penerimaan pajak , dapat kita ketahui bahwa sektor perdagangan merupakan
sektor kedua dalam segi banyaknya kontribusi terhadap penerimaan pajak. BPS
mengeluarkan statement tentang ekspor migas dan non-migas yang dialami oleh
negara China yang merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia. Selain
itu, penyebaran virus Corona juga mengakibatkan penurunan produksi di China,
padahal China menjadi pusat produksi barang dunia, padahal China menjadi pusat
produksi barang dunia. Indonesia juga sangat bergantung dengan bahan baku dari
China terutama bahan baku plastik, bahan baku tekstil, part elektronik, komputer
dan furnitur. Virus Corona juga berdampak pada investasi karena masyarakat akan
lebih berhati-hati saat membeli barang maupun berinvestasi. Virus Corona juga
memengaruhi proyeksi pasar.
Indonesia adalah salah satu negara yang memberlakukan larangan
perjalanan ke luar negeri untuk mengurangi penyebaran virus Corona. Larangan
ini menyebabkan sejumlah maskapai membatalkan penerbangannya dan beberapa
maskapai terpaksa tetap beroperasi meskipun mayoritas bangku pesawatnya
kosong demi memenuhi hak penumpang. Para konsumen banyak yang menunda
pemesanan tiket liburannya karena semakin meluasnya penyebaran virus Corona.
Keadaan ini menyebabkan pemerintah bertindak dengan memberikan kebijakan
untuk mengatasi masalah tersebut. Virus Corona juga sangat berdampak pada
sektor pariwisata. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa
wisatawan asal China mencapai 2.07 juta orang pada tahun 2019 yang mencakup
12.8 persen dari total wisatawan asing sepanjang 2019. Penyebaran virus Corona
menyebabkan wisatawan yang berkunjung ke Indonesia semakin berkurang.
Sektor-sektor penunjang pariwisata seperti hotel, restoran maupun
pengusaha retail pun juga akan terpengaruh dengan adanya virus Corona.
Okupansi hotel mengalami penurunan sampai 40 persen yang berdampak pada
kelangsungan bisnis hotel. Sepinya wisatawan juga berdampak pada restoran atau
rumah makan yang sebagian besar konsumennya adalah para wisatawan.
Melemahnya pariwisata juga berdampak pada industri retail. Adapun daerah yang
sektor retailnya paling terdampak adalah Manado, Bali, Kepulauan Riau, Bangka
Belitung, Medan dan Jakarta. Penyebaran virus Corona juga berdampak pada
sektor investasi,perdagangan,,usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan
juga karena para wisatawan yang datang ke suatu destinasi biasanya akan
membeli oleh-oleh. wisatawan yang berkunjung berkurang, maka omset UMKM
juga akan menurun. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada tahun 2016 sektor
UMKM mendominasi unit bisnis di Indonesia dan jenis usaha mikro banyak
menyerap tenaga kerja.Di lain sisi, virus Corona tidak hanya berdampak negatif,
namun juga dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia.
Untuk dampak COVID-19 Secara Makro, perubahan jumlah permintaan
dan penawaran agregat akan mempengaruhi tingkat kegiatan perekonomian pada
periode tertentu yang pada gilirannya akan berpengaruh pula terhadap pendapatan
nasional atau produksi nasional (PDB-Produk Domestik Bruto). Salah satu yang
menjadi indikator baik buruknya perekonomian disuatu daerah adalah dengan
melihat tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi adalah
persentase perubahan kegiatan ekonomi, yang salah satunya dapat diukur dari
jumlah persentase perubahan produksi barang dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah akan bergantung pada beberapa
hal diantaranya jumlah investasi, konsumsi atau permintaan masyarakat, dan
pengeluaran pemerintah. Sebagai gambaran, jika terjadi peningkatan pengeluaran
pemerintah, maka akan mendorong terciptanya kesempatan kerja baru yang pada
akhirnya akan menyebabkan pendapatan masyarakat pertambah. Jika pendapatan
masyarakat bertambah, maka akan berpengaruh pada permintaan akan barang dan
jasa yang juga meningkat. Hal ini akan mendorong produsen atau perusahaan
memproduksi barang dan jasa lebih banyak dan selanjutnya akan terjadi
kenaikana output nasional. Jadi, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka akan
semakin tinggi tingkat kegiatan perekonomian yang artinya semakin sejahtera
pula masyarakat yang ada di suatu wilayah tersebut.
Dampak wabah virus Corona (Covid-19) tidak hanya merugikan sisi
kesehatan. Bahkan virus ini turut mempengaruhi perekonomian negara-negara di
seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Ekonomi global mngalami penurunan,
menyusul penetapan dari WHO yang menetapkan wabah Corona sebagai pandemi
yang mempengaruhi dunia usaha.Virus corona mulai merebak disekitar wilayah
Wuhan dan kini telah menjangkiti lebih dari 100 negara. Semakin meluasnya
wabah corona ke berbagai belahan dunia menjadi ancaman serius bagi
perekonomian global. "Penyebaran semakin meluas akan memperlama periode
jatuhnya perekonomian”. Dampak terbesarnya ada pada proses produksi,
distribusi, dzan konsumsi akibat tingkat penularan virus yang menyerang aspek
fundamental dari seluruh akivitas manusia, sehingga memaksa pemerintah
menerapkan kebijakan social/phsycal distancing. Sebanyak 13 negara termasuk
Cina, Italia dan Jepang telah menutup sekolah sekolah di seluruh negeri dalam
upaya untuk menghentikan penyebaran virus.Cov.
Covid-19 adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus SARS CoV-2
dan memiliki gejala yang mirip dengan flu biasa, yang dapat berlanjut pada sakit
parah dan radang paru (Pneumonia), sehingga menyebabkan kesulitan bernafas.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagai sumber acuan dunia dalam
menghadapi Covid-19, telah merilis beberapa langkah-langkah perlindungan dasar
individu dalam menghadapi Pandemi ini. Beberapa diantaranya yaitu menjaga
kebersihan tangan melalui rajin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau
dengan cairan berbasis alkohol, menjaga jarak sosial (Social distancing) dengan
cara menjaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang lain atau siapa saja yang
batuk atau bersin, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut, karena ketiganya
merupakan jalan masuknya virus ke dalam tubuh, menjaga kebersihan pernafasan
dengan cara menutup mulut dan hidung dengan tisu atau dengan siku pada saat
batuk dan bersin, jika mengalami demam, batuk dan kesulitan bernafas, cari
perawatan medis sesegera mungkin, serta tetap mencari informasi dan mengikuti
saran yang diberikan oleh penyedia layanan kesehatan setempat.
Cara yang paling tepat untuk keluar dari zona merah perekonomian yang
di akibatkan oleh virus COVID-19 yaitu dengan menerapkan kebijakan moneter
dan kebijakan fiscal. Melalui kebijakan fiskal, pemerintah dapat mempengaruhi
tingkat pendapatan nasional, kesempatan kerja, investasi nasional, dan distribusi
penghasilan nasional. Mengacu pada dampak buruk dari Covid-19 ini, Menteri
Keuangan Sri Mulyani memprediksi turunnya pendapatan negara sebesar 10
persen di tahun ini Penurunan pendapatan akibat wabah Covid-19 itu terutama
akan terjadi di sisi penerimaan perpajakan. Penerimaan Perpajakan turun akibat
kondisi ekonomi melemah, dukungan insentif pajak dan penurunan tarif PPh.
PNBP turun dampak jatuhnya harga komoditas pandemi Covid-19 telah
mengancam sistem keuangan yang ditunjukkan dengan penurunan berbagai
aktivitas ekonomi domestik. Dari sisi pengeluaran, dampak yang diakibatkan
Covid-19 ini sangat besar. Mengatasi permasalahan yang timbul akibat Covid-19
ini diharapkan tidak terlalu menekan defisit APBN. Oleh sebab itu, dibutuhkan
strategi yang dapat membantu mengatur perekonomian saat ini. Kebijakan fiskal
dari sisi penerimaan dan pengeluaran pemerintah ternyata sangat besar
perananannya dalam menanggulangi dampak Covid-19 (Rahmadia & Febriyani,
2020).
Kebijakan fiskal diartikan tindakan kebijaksanaan yang dilakukan oleh
pemerintah, yang berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran uang Kebijakan
fiskal Negara Indonesia tercermin dalam Anggaran Pendapat Belanja Negara
(APBN). Dalam APBN tersebut, terdapat penetapan pemerintah mengenai alokasi
dan distribusi keuangan negara. Mengingat urgennya bidang ini dalam
pembangunan perekonomian negara. Kebijakan fiskal juga berpengaruh terhadap
inflasi. Dampak kebijakan fiskal terhadap output dan inflasi adalah suatu kondisi
kenaikan pengeluaran pemerintah berdampak positif terhadap PDB sementara
kondisi kenaikan pajak berdampak menurunkan PDB. Dampak positif dari
pengeluaran pemerintah dan dampak negatif dari pajak terhadap PDB tersebut
sejalan dengan teori Keynes tentang peran pemerintah dalam menggerakkan
perekonomian serta sesuai dengan penelitian empiris di beberapa negara maju.
Pengaruh pengeluaran pemerintah lebih dominan terhadap PDB dibandingkan
dengan pajak menunjukkan masih cukup efektifnya kebijakan ini untuk
menstimulasi pertumbuhan ekonomi khususnya dalam masa resesi dibandingkan
dengan pajak (Silalahi & Ginting, 2020).
Dalam menghadapi pandemik Covid-19 ini, pemerintah menerapkan
kebijakan fiskal terhadap penerimaan dan pengeluaran negara untuk menjaga
pertumbuhan ekonomi maupun kestabilan perekonomian. Dari sisi penerimaan,
pemerintah harus memperhatikan pemberian kontribusi penerimaan dari PPN dan
PPh Badan yang selama ini menjadi andalan pemerintah. Dari sisi pengeluaran,
pemerintah harus mampu memperhatikan realisasi penggunaan dana tersebut agar
tepat sasaran dan mengutamakan kegiatan prioritas pencegahan pandemik Covid-
19 Untuk menekan defisit anggaran terhadap pembiayan-pembiayan pemerintah
dapat melakukan refocusing/revisi terhadap anggaran yang ada di APBN untuk
dioptimalkan penggunaannya selama masa pandemik Covid-19.
Untuk skala global ancaman yang diakibatkan oleh covid 19 akan
menyebabkan krisis finansial yang akan dan terus membawa dampak terhadap
perekonomian global Di sisi lainnya lagi International Monetary Fund (IMF) juga
mengambil kesimpulan bahwa hal ini dapat disebut sebagai ‘largest financial
shock since Great Depression’, yang digambarkan sebagai dampak krisis yang
terjadi begitu signifikan saat itu bahkan boleh jadi terasa hingga saat ini. uangan
yang terdampak di negara Amerika Serikat (AS), beberapa pandangan
mengutarakan kesimpulan mengenai beberapa hal yang menyebabkan kejadian
krisis ini. Stiglitz, mantan peraih Nobel Ekonomi 2001, mengutarakan sebuah
pandangan yaitu krisis keuangan yang terjadi di AS diakibatkan oleh kesalahan
yang bersumber dari pengambilan kebijakan ekonomi yang tidak tepat atau dalam
bahasa arsitek dapat disebut sebagai dalam ‘system failure’. System failureyang
dimaksud menurut Stiglitz, telah mulai bermunculan sejak pergantian Paul
Volcker. Kemudian pandangan perlunya mengambil sebuah kebijakan dalam
berbagai situasi dipasar keuangan diutarakan oleh Alan Greenspan sebagai Chief
The Fed. Adapun pengambilan keputusan pada kebijakan lain juga menjadi sebab
musabab terjadinya krisis tersebut, diantaranya dapat dilihat dari kebijakan-
kebijakan yang bermunculan dilantai Wall Street terlihat cenderung memberikan
perlindungan lebih kepada dunia perbankan AS dalam spekulasi dan kegiatan
yang bersifat derifatif pada produk-produk keuangan, begitupun kebijakan dan
kekacauan sebelumnya terhadap sejumlah skandal misalnya yang telah terjadi
dalam contoh kasus Enron dan Worldcom (Burhanuddin & Abdi, 2020).
Jadi dengan demikian corona virus menjadi bukti bahwa virus tersebut
menganggu kesehatan dan menimbulkan ketidakstabilan ekonomi pada suatu
negara bahkan dalam skala global. Untuk memitigasi penyebaran virus atau
dampak yang diakibatkan oleh virus corona terhadap perekonomian dalam negeri
maupun skala global perlu kita pertimbangkan utnuk memberikan sebuah
kebijakan kebijakan yang nantinya dapat meminimalisir dampak virus tersebut
terhadap perekonomian. Hal lain yang perlu kita lakukan yaitu dengan
memberikan cadangan dana atau dana talangan dari suatu negara untuk
mempersiapkan jika di masa depan akan terjadi lagi pandemic seperti sekarang ini
dengan melakukan cadangan devisa kita akan lebih siap dalam menghadapi virus
covid seperti sekarang ini.

DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, C. I., & Abdi, M. N. (2020). AkMen AkMen. Krisis,
Ancaman Global, Ekonomi Dampak, Dari, 17, 710–718.
Rahmadia, S., & Febriyani, N. (2020). Dampak covid-19 terhadap
ekonomi. Jurnal Ekonomi Islam(JE Islam), 4–9.
http://www.academia.edu/download/63607873/19011040100113_
Shinta_Rahmadia_Paper_Ekonomi_Makro20200612-116816-
16qfxl2.pdf
Silalahi, D. E., & Ginting, R. R. (2020). Strategi Kebijakan Fiskal
Pemerintah Indonesia Untuk Mengatur Penerimaan dan
Pengeluaran Negara Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19.
Jesya (Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah), 3(2), 156–167.
https://doi.org/10.36778/jesya.v3i2.193

Anda mungkin juga menyukai