Anda di halaman 1dari 9

EX PENS E

TEORI AKUNTANSI

Kelompok 3 XD DIV Khusus Akuntansi


Ajar Redindra Islami (02)

Devri Radistya (09)

Hensty Simorangkir (14)

Made Dwika Yasindra (18)

St. Bastian S. Pasaribu (26)

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA


2015

BAB X
EXPENSE

LO 1 EXPENSE DEFINED
Dalam framework paragraf 7 beban didefinisikan sebagai "penurunan manfaat ekonomis selama periode

akuntansi dalam bentuk arus keluar atau habisnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan

penurunan ekuitas, selain yang berkaitan dengan distribusi kepada peserta ekuitas."
FASB memberikan pengertian yang berbeda antara beban dengan kerugian. Kerugian adalah penurunan

aktiva bersih dari transaksi di sekitar dan transaksi tidak disengaja dari peristiwa lain yang sebagian besar di

luar kendali perusahaan, sedangkan beban berkaitan dengan operasi besar atau utama yang sedang

berlangsung. Namun menurut Henderson, Peirson, dan Brown, perbedaan yang dinyatakan FASB terkait biaya

dan kerugian tidaklah begitu tampak berguna. Perbedaan ini menjadikan adanya kebutuhan untuk menilai

apakah transaksi yang terjadi adalah bagian dari operasi besar atau utama entitas atau bukan.
Perubahan Dalam Aset dan Kewajiban
Secara alami, pendapatan dan beban terjadi karena kejadian dalam operasi bisnis. Pada kenyataannya,

kejadian yang mengakibatkan peningkatan aset dan penurunan kewajiban sukar untuk dilihat. Apa yang
memberikan definisi biaya operasional adalah konsep arus fisik yang melibatkan entitas, sehingga definisi

framework mengacu pada arus keluar atau habisnya aset atau terjadinya kewajiban.
Definisi dari framework tidak menyebutkan hubungan antara biaya dengan pendapatan, meskipun

keduanya didefinisikan pada manfaat ekonomi masa depan. Meskipun pendapatan dan beban terjadi karena

perusahaan melakukan kegiatan yang akan menghasilkan keuntungan, sebaiknya pendapatan dihubungkan

dengan kejadian aktual dari produksi dan penjualan, dan biaya dihubungkan dengan peggunaan barang atau

jasa untuk mendukung peristiwa-peristiwa tersebut, bukan dengan peristiwa-peristiwa itu sendiri.
Beban dan “Biaya”
Framework menyatakan bahwa penggunaan aset mengakibatkan biaya pada entitas. Hal ini sesuai dengan

argumen sebelumnya bahwa biaya merupakan perubahan nilai. Perubahan nilai mengacu pada pengorbanan

yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh layanan tersebut. Jika tidak ada biaya untuk perusahaan, maka

tidak ada beban. Kadang-kadang beban disebut sebagai 'expired cost'. Sebagai contoh, sebuah komite khusus

dari Asosiasi Akuntansi Amerika (AAA) di 1357 menyajikan definisi "Beban adalah expired cost, baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk periode fiskal terkait aliran barang atau jasa ke pasar, dan operasi

terkait."

LO 2 PENGAKUAN BEBAN
Dalam laporan keuangan, suatu akun dapat dikatakan sebagai beban jika memenuhi dua kriteria, yaitu jika

telah menyebabkan timbulnya kemungkinan arus keluar manfaat ekonomi di masa depan, dan memiliki biaya

atau nilai yang dapat diukur secara memadai (measured with reliability). Penurunan manfaat ekonomis di

masa depan memiliki keterkaitan dengan penurunan nilai aset atau peningkatan nilai kewajiban (liability).
Konsep matching cost yang kita kenal dalam pengakuan beban serta pendapatan yang menyatakan bahwa

setiap penghasilan berhubungan langsung dengan pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan

tersebut. Dengan menggunakan konsep matching cost, maka pendapatan bersih (net accomplishment)

diperoleh dari perbandingan usaha atau beban dengan pendapatan yang terjadi pada suatu periode tertentu.

Namun, meskipun sudah dibantu dengan penerapan konsep matching cost, pengakuan beban masih sulit untuk

dilakukan tanpa adanya kriteria yang lebih spesifik.


Dalam dunia akuntansi, para akuntan menggunakan tiga konsep penyandingan dalam pengakuan beban,

yaitu dengan cara:

1. Menghubungkan sebab dan akibat


2. Pengalokasian yang sistematis dan rasional
3. Pengakuan segera (immediate recognition)

1
Pada kenyataannya, sebagian besar masalah terkait penentuan keuntungan berhubungan dengan proses

penyandingan (matching). Masalah yang berhubungan dengan proses penyandingan adalah akrual dan

penangguhan (deferral). Para akuntan harus memutuskan apakah suatu biaya berkaitan dengan pendapatan di

masa yang akan datang sehingga perlu ditangguhkan atau apakah suatu biaya berkaitan dengan pendapatan di

masa lalu sehingga harus dihapuskan dari keuntungan sebelumnya atau apakah suatu biaya, meskipun belum

dibayarkan, berhubungan dengan pendapatan di periode berjalan dan harus diakui/ditambahkan. Dalam

membuat keputusan ini, pernyataan resmi dari badan otoritatif, kongres, konservatisme, dan kemanfaatan

(expediency) memegang peranan yang penting. Beberapa peraturan sangat jelas, seperti pembebanan biaya

penelitian, dan yang lainnya masih belum begitu jelas, seperti pencatatan kerugian jika kemungkinan besar

bahwa kewajiban telah terjadi.

LO 3 PENGUKURAN BEBAN
Dalam mengukur beban dalam periode berjalan, serangkaian keputusan mengenai bagaimana beban harus

dialokasikan sepanjang periode di masa mendatang sebagai hasil dari pendapatan harus dibuat. Terdapat

beberapa standar akuntansi yang menawarkan pilihan dalam metode pembagian proporsi beban dan

pendapatan, salah satu contohnya IAS 16/AASB 116 bagian Property, Plant, and Equipment. Kriteria

pengambilan keputusan pilihan yang akan dipakai didukung oleh konsep akuntansi akrual “Matching

expenses against revenues” pada periode ketika keduanya saling berhubungan.


Alokasi Beban
Salah satu pendekatan pengukuran beban adalah dengan mengalokasikannya pada periode akuntansi yang

terkait. Paragraf 95 IASB/AASB menyatakan “Beban diakui atas basis keterkaitan langsung antara biaya yang

terjadi dan pendapatan suatu penghasilan yang spesifik”. Proses pencocokan melibatkan serangkaian

pengakuan pendapatan dan beban yang menghasilkan transaksi yang sama secara langsung dan tergabung,

atau kejadian lain. Mengaitkan antara pengorbanan (beban) dan keberhasilan (pendapatan) dalam suatu

periode tertentu merupakan fungsi utama akuntansi, namun dalam praktiknya, hal ini sulit, dan melibatkan

banyak keputusan subyektif para akuntan. Para akuntan harus mengidentifikasi aset mana yang telah habis

dipakai dan nilai yang harus dihapus terkait pendapatan pada periode tersebut.
Matching concept merupakan titik kritis dalam historical cost accounting. Hal tersebut memberikan

tuntunan bagi akuntan dalam menentukan biaya mana yang harus dibebankan dan dapat dipasangkan dengan

2
pendapatan pada periode tersebut, serta biaya mana yang belum habis masa gunanya, untuk dicatat sebagai

aset dalam neraca. Untuk mengatasi masalah tersebut terdapat 3 metode dasar pencocokan yaitu:
1. Menghubungkan sebab dan akibat
Cara yang paling ideal dalam memasangkan beban dengan pendapatan adalah dengan menghubungkan

sebab dan akibatnya. Meskipun sulit, berdasarkan observasi akuntan dapat memutuskan barang dan jasa

tertentu yang terpakai habis seharusnya membantu dalam proses memperoleh pendapatan pada periode

tersebut. Contohnya: komisi penjualan, biaya penjualan, dan penggajian.


Menghubungkan sebab dan akibat sulit diterapkan dalam praktiknya. Salah satu alasannya adalah, dalam

praktik, konsep “cost-attach” (keterlekatan biaya) merupakan basis dari pengaturan sebab – akibat. Menurut

Paton dan Littleton:


“Ideally, all costs should be viewed as ultimately clinging to definite items of goods sold or

services rendered. If this conceptioil could be effectively realised in practice, the net

accomplishment of the enterprise could be measured in terms of units of output rather than of

intervals of time . . . In the more typical situation the degree of continuity of activity tends to

prevent the finding of a basis of affinity which will permit convincing assignments, of all classes

of costs incurred, to particular operations, departments, and - finally - items of product. Not

all costs attach in a discernible manner, and this fact forces the accountant to fall back upon a

time-period as the unit for associating certain expenses with certain revenue”
Diakui, dalam situasi tipikal, basis dari keterlekatan biaya tidak dapat ditemukan. Sebagai dampaknya,

akuntan tidak menghubungkan secara langsung biaya dengan pendapatan, namun memasangkan biaya pada

suatu interval waktu tertentu. Asumsinya, biaya yang digunakan dalam periode waktu tertentu sebagai beban

pasti membantu untuk menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Kritik lainnya juga menunjukkan

bahwa konsep sebab – akibat mengimplikasikan bahwa jumlah pendapatan tertentu dapat dikaitkan pada suatu

jumlah beban.
2. Alokasi secara sistematis dan rasional
Metode sebab akibat tidak dapat digunakan untuk semua biaya. Ketika tidak dapat dilakukan, alternatif

adalah dengan menggunakan alokasi yang rasional dan sistematis. Tujuannya adalah untuk mengakui beban

dalam periode akuntansi di mana manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan barang-barang yang

dikonsumsi atau berakhir.


Alokasi Biaya adalah sebuah konsep pencocokan yang mengarah ke berbagai prosedur. Sebagai contoh,

untuk penyusutan dengan metode garis lurus, unit produksi, jumlah angka tahun, saldo berkurang, dan metode

lainnya. Idenya adalah untuk menemukan metode tertentu yang kurang lebih bertepatan dengan pola jasa atau

3
manfaat yang diberikan oleh aset untuk masa mendatang. Karena kesulitan yang melekat dalam menerapkan

prinsip, banyak perusahaan memilih metode alokasi berdasarkan alasan-alasan yang tak ada hubungannya

dengan pola manfaat.


Salah satu kelemahan dari alokasi biaya adalah hal tersebut bergantung pada estimasi dan asumsi, yang

mungkin sewenang-wenang. Contoh alokasi sewenang-wenang dari biaya berdasarkan waktu adalah

amortisasi goodwill.
Di area di mana alokasi yang saat ini digunakan dikaitkan dengan pembayaran berbasis saham. IFRS

2/AASB 2 berbasis setoran saham mewajibkan perusahaan mencatat beban sehubungan dengan penghasilan

yang diberikan kepada karyawan, baik dalam bentuk uang tunai, aset lain atau instrumen ekuitas entitas. Tiga

bentuk pembayaran berbasis saham:


a. Equity settled shared based payments (entitas menerima barang dan jasa sebagai pertimbangan untuk

instrumen ekuitasnya sendiri)


b. Cash settled shared based payments (entitas mengakuisisi barang dan jasa melalui kewajiban yang

terjadi berdasarkan jumlahnya untuk instrumen ekuitasnya sendiri)


c. Transaksi lain (entitas menerima atau memperoleh dan pelayanan yang baik dan entitas, atau

pemasok, memiliki pilihan apakah transaksi tersebut dengan instrumen ekuitas atau secara tunai).
Barang dan jasa yang diterima dalam pembayaran berbasis transaksi-saham harus diakui pada saat

diterima (IFRS 2 butir 7). Peningkatan komponen ekuitas dicatat untuk rencana equity settled dan peningkatan

kewajiban diakui untuk cash settled.


Equity settled plan adalah hal yang paling sering diamati. Barang dan jasa yang diterima dalam

penyelesaian saham berbasis pembayaran transaksi-ekuitas dan peningkatan komponen ekuitas harus diukur

pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima, kecuali bahwa nilai tidak dapat diestimasi dengan andal

(IFRS 2, para. 10) . Nilai wajar dari barang dan jasa yang diterima biasanya diukur dengan mengacu pada

nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan, pada tanggal pemberian kompensasi. Nilai wajar harus

didasarkan pada harga pasar (IFRS 2, para. 11) tetapi jika harga tersebut tidak tersedia maka model penetapan

harga opsi (seperti Black-Scholes-Merton atau model binomial) harus digunakan.


Dengan demikian, rencana berbasis ekuitas menimbulkan aset atau beban dan peningkatan komponen

ekuitas (dalam kaitannya dengan saham yang dikeluarkan). Jika instrumen ekuitas diberikan segera, biaya

sehubungan dengan barang dan jasa yang diberikan diakui dengan segera dan ada penyesuaian pada

peningkatan ekuitas. Namun, jika instrumen ekuitas tidak diberikan sampai kondisi tertentu terpenuhi (seperti

penyelesaian masa pelayanan, atau peningkatan harga entitas saham) maka nilai wajar dari barang dan jasa

4
yang diterima dicatat di sepanjang periode. Artinya, proses alokasi digunakan untuk membagi biaya

remunerasi (nilai wajar dari barang dan jasa yang akan diterima) selama periode pemberian.
3. Alokasi secara sistematis dan rasional
Prinsip terakhir ini terkait pengakuan dan pengukuran biaya dapat dilihat sebagai salah satu yang

bertanggung jawab atas kemungkinan lain yang tidak tercakup dalam dua prinsip pertama. Sebagai contoh

penggunaan pengakuan langsung adalah pencatatan biaya iklan. Pengaruh iklan dapat memiliki manfaat

jangka panjang, namun mereka sering sulit untuk ditentukan. Sebagai contoh, pelanggan dapat membeli

produk karena mereka dipengaruhi oleh iklan mereka melihat dua tahun sebelumnya. Karena manfaat tidak

dapat ditentukan secara kredibel, biaya iklan biasanya diakui langsung sebagai beban sesuai IAS 138

38/AASB tentang Aset Berwujud. Standard setter 9 IASB dalam kasus ini) memiliki pandangan bahwa

pengeluaran untuk penelitian tidak memenuhi kriteria pengakuan untuk sebuah aset, yaitu, manfaat ekonomi

masa depan yang tidak mungkin, atau tidak dapat diukur dengan andal.

Kritik Atas Teori Alokasi


Matching conceptmenjadi salah satu kunci penting dalam framework ini menurut Paton dan Littleton

dimana mereka menghubungkan beban dengan pendapatan dan usaha dengan pencapaian. Mereka

memandang proses bisnis layaknya aliran biaya, yang berujung pada laporan laba rugi saat biaya expired.

Penentuan seberapa besar biaya yang expired menjadi hal yang penting yang perlu diperhatikan akuntan.

Sprouse berpendapat bahwa ini mengakibatkan neraca menjadi kalah penting dibandingkan laporan laba rugi.

Pendekatan ini mengakibatkan menurunnya kegunaan neraca dalam pengambilan keputusan.


Kritik lain dari Thomas bahwa laporan akuntan adalah sampah karena informasi keuangna yang disajikan

hanya berdasar alokasi semata. Thomas berpendapat bahwa alokasi saat ini secara teoritis tidak tepat, alokasi

yang tepat harus memenuhi tiga kriteria berikut:

1. Additivity: Nilai total harus sama dengan total nilai per bagian. Jika alokasi dibuat dari nilai total,

pembagian harus nantinya habis sama dengan nilai total. Intinya adalahbila jumlah yang dialokasikan

ditotalkan, jumlahnya sama seperti sebelum dialokasikan.


2. Unambiguity: metode alokasi harus menghasilkan alokasi unik. Pemilihan metode dan penerapan

harusjelas.
3. Defensibility: Setelah dipilihnya suatu metode alokasi, maka argumen atas pengambilan keputusan

tersebut harus dapat dipertahankan.

5
Alokasi dalam akuntansi menurut Thomas tidak memenuhi kriteria-kriteria tersebut, terutama kriteria

ketiga. Karena walaupun mungkin mempertahankan sebuah teori, namun banyak teori lain yang muncul dan

juga tetap dapat dipertahankan.


Alokasi ini dipertahankan akuntan karena dua hal, yaitu pertama mengenai input yang diberikan telah

bermanfaat saat ini dan masa depan serta pola alokasi biaya mencerminkan biaya dari jasa yang diterima

periode tersebut. Argumen berikutnay adalah data yang dialokasikan memberi banyak manfaatkarena menurut

pembaca laporan keuangan menemukan bahwa data tersebut berguna.


Kritik dari Thomas muncul untuk argumen pertama dimana ia menuntut akuntan untuk dapat

menunjukkan bahwa jasa yang diberikan berasal dari input yang telah diberikan berkontribusi pada sejumlah

kas masuk, pendapatan atau penghematan biaya. Akuntan tidak dapat membuktikannya, karena asersi alokasi

memang pada awalmulanya tidak dapat dibenarkan/diperbaiki (incorigible), sehingga tidak dapat diverifikasi

dan meragukan. Bahkan Thomas menyatakan bahwa konsep alokasi ini tidak ada di dalam dunia nyata dan

hanyalah ada dalam pikiran dan imajinasi akuntan saja. Interaksi antar komponen menjadi dikesampingkan,

maksudnya adalah misal pekerja dengan mesin lebih banyak menghasilkan barang ketimbang pekerja tanpa

mesin untuk produk yang sama sehingga membagi pendapatan atau kas masuk berdasarkan masing-masing

input menjadi tak bernilai.


Argumen kedua ditolak oleh Thomas karena menurut Thomas pengguna laporan keuangan sudah

dikondisikan untuk mempercayai bahwa informasi tersebut valid, bukan karena informasi tersebut benar-

benar berguna. Saran dari Thomas adalah untuk dibuat laporan current exit price atau laporan net quick asset

funds. Terlepas dari kritik tersebut, pembuat kebijakan tetap berpegang pada teori alokasi karena

meninggalkan teori alokasi akan membawa perubahan drastis dalam hidup akutan, karena ini merupakan basic

yang dipahami oleh akuntan.


Pembelaan Teori Alokasi
Tujuan alokasi di akuntansi konvensional adalah untuk menentukan laba dengan proses matching, atau

lebih detailnya dalam hubungan sebab akibat. Efektivitas konsep ini ada pada hubungan sebab-akibat yang

unik dan jelas antara beban dan pendapatan walaupun ini tidak dapat didemonstrasikan seperti kritrik Thomas.

Namun, tujuan alokasi tersebut dapat juga diubah seperti pada menentukan kembali proses mendapatkan

profit yang awalnya hubungan sebab akibat menjadi hubungan istimewa yakni straight line.
Zimmerman menunjukkan alokasi biaya untuk tujuan internal berguna sebagai alat kontrol dan motivasi

manajer, dan itu dianggap tepat. Dengan alokasi beban dan skema insentif akan membuat manajer

memperhatikan beban yang dilaporkan dan berupaya untuk mengontrolnya sehingga menurunkan pengawasan

6
terhadap menajer dan mengatasi masalah koordinasi yang dihadapi manajer saat mengambil keputusan. Dia

menyimpulkan bahwa selama keuntungan teori alokasi melebihi biaya untuk mengalokasikannya seperti

pencatatan, maka penggunaannya masuk akal dapat diterima. Zimmerman berpendapat bahwa alokasi biaya

tetap dapat membantu mengukur opportunity cost yang selama ini sulit dihitung.

LO 4 TANTANGAN UNTUK PEMBUAT STANDAR AKUNTANSI


Kesesuaian
Kerangka teoritis untuk laporan keuangan mempunyai makna bahwa baik neraca (laporan posisi

keuangan) dan laporan laba rugi menyajikan informasi dengan karakteristik relevansi dan kedapatdipercayaan

(faithfulness) yang representasional (IASB, 2008).


Standar IASB telah ditulis dan direvisi selama lebih dari 30 tahun. Framework kini bertujuan untuk

memberikan definisi umum dan kriteria pengakuan, untuk meningkatkan konsistensi antara standar.

Framework secara khusus juga menyatakan bahwa konsep pencocokan tidak boleh diterapkan sedemikian

rupa untuk memungkinkan pengakuan item dalam neraca yang tidak memenuhi definisi aktiva atau kewajiban

(paragraf 95).
Konservatisme
Konsep kesesuaian (matching concept) membutuhkan banyak pertimbangan dalam menentukan apakah

suatu jumlah biaya yang ditentukan berlaku untuk masa depan atau periode berjalan. Salah satu alasan untuk

kebutuhan yang lebih sedikit atas bukti obyektif dalam pengakuan beban dibandingkan dengan pendapatan

adalah konvensi konservatisme. Konvensi ini menyatakan agar pencatatan atsa beban, kerugian dan kewajiban

sesegera mungkin, meskipun bukti mungkin lemah; namun, dalam hal pendapatan, keuntungan dan aset harus

didukung dengan bukti yang lebih substansial sebelum dicatat. Menurut IAS 11/AASB 111, Construction

Contract (para. 22), pendapatan kontrak dan kontrak biaya yang berkaitan dengan kontrak konstruksi harus

diakui sebagai pendapatan dan beban dengan mengacu pada tingkat penyelesaian aktivitas kontrak pada

tanggal pelaporan. Kerugian yang diharapkan pada kontrak konstruksi harus diakui sebagai beban dengan

segera.
Beberapa berpendapat bahwa konservatisme mendasari kriteria probabilitas dan keandalan yang dianut

dalam framework. Istilah probable berarti bahwa peristiwa di masa depan kemungkinan akan terjadi untuk

mengonfirmasi kerugian atau biaya. Dengan demikian, beban piutang tak tertagih dicatat karena kemungkinan

pada tanggal laporan keuangan bahwa entitas akan dapat mengumpulkan jumlah tertentu untuk yang berhak.
Dikatakan bahwa, karena konservatisme, jika besar kemungkinan bahwa nilai bersih aset mengalami

penurunan, beban harus diakui. Jenis bukti yang diperlukan untuk menentukan probabilitas ini tidak jelas.

7
Berdasarkan australian guidelines (SAC 4), konservatisme dianggap bias yang harus dihindari.

Framework saat ini tidak begitu eksplisit, meskipun menominasikan netralitas sebagai karakteristik kualitatif

informasi keuangan. Informasi dengan bias konservatif bukanlah erupakan informasi netral. Sejauh mana

konservatisme dipraktekkan melalui pengakuan provisi telah dibatasi dalam introduction IAS 37/AASB 137

Provision, Contingent Liabilities, and Contingent Assets. Sebagai tambahan atas kriteria pengakuan dalam

framework yang berkaitan dengan 'probibality' dan 'reliability', standar ini mensyaratkan sebuah entitas agar

memiliki present obligation (legal atau konstruktif) sebelum mengakui penyisihan (para. 95).
Dengan demikian, proviv tidak dapat diakui kecuali entitas tidak dapat menghindari adanya kewajiban;

yaitu, tidak memiliki alternatif realistis untuk menyelesaikan kewajiban (pasal. 17).
Masalah Bagi Auditor
Auditor menghadapi isu seputar perbedaan antara beban dan aset, dalam periode di mana beban diakui,

dan pengukuran beban yang tepat. Definisi beban dalam Framework paragraf 70, sebagai penurunan manfaat

ekonomi dalam bentuk arus keluar atau deplesi aset, memfokuskan perhatian pada pilihan antara pendebetan

beban atau aset pada saat mencata arus keluar aset (atau timbulnya kewajiban). Salah satu kesalahan akuntansi

yang terungkap setelah runtuhnya World Com adalah kapitalisasi beban usaha sebagai aset yang tidak tepat.
Memperlakukan beban sebagai aset adalah cara yang relatif sederhana untuk melebih-lebihkan laba pada

periode berjalan, dan auditor biasanya memerlukan bukti kuat untuk mendukung kapitalisasi pengeluaran.

Namun, upaya manajer untuk melebih-lebihkan beban (dan mengecilkan aset) juga dapat menyebabkan

masalah bagi auditor.


Praktik akuntansi “bigbath” dan “cookiejar” melanggar prinsip-prinsip alokasi beban yang asistematis

dan rasional untuk periode akuntansi yang tepat. Auditor biasanya cenderung kurang memberikan perhatian

pada kemungkinan terjadinya “overstated” dibandingkan “understated” karena keyakinan bahwa pendekatan

konservatif atas pengukuran keuntungan lebih diperlukan.


Area terkait beban yang akan menyulitkan auditor adalah akuntansi terkait estimasi, seperti ketentuan

untuk persediaan usang, garansi, kerugian terhadap tuntutan hukum, dan konstruksi yang masih berjalan.

Anda mungkin juga menyukai