Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT DAERAH (DPRD) KABUPATEN GARUT DALAM


PENYELENGGARAAN FUNGSI LEGISLASI
PERIODE 2014-2019

Selvi Centia1, Nandang Alamsah Deliarnoor2, Rahman Mulyawan3


Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia1,2,3
e-mail: selvi18001@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini di latarbelakangi dari akumulasi permasalahan yang berakar dari lemahnya
kapaitas Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Kabupaten Garut Periode 2014-2019. Lemahnya
kapasitas lembaga legislatif tersebut terlihat dari tidak terakomodirnya aspirasi, keinginan,
dan tuntutan masyarakat Kabupaten Garut yang terlihat dari minimnya usulan Ramperda
setiap tahunnya yang hanya satu produk usulan. Dampak yang ditimbulkan kemudian yaitu
banyaknya pekerjaan rumah berupa proyek yang tidak kunjung terselesaikan seperti proyek
Pasar Leles, ART Center, dan SOR Ciateul yang mangkrak dan otomatis menimbulkan
kerugian negara. Ihwal tersebut diperparah dengan kedisiplinan anggota DPRD dalam
menyelenggarakan kewajibannya. Tujuan penulisan ini adalah menganalisis kapasitas sumber
daya manusia Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Garut dalam
Penyelenggaraan Fungsi Legislasi Periode 2014-2019, penelitian ini menggunakan basis
analisis capacity building dari Grindle (1997:1-28) yang berfokus terhadap aspek
pengembangan sumber daya manusia (SDM). Hasil penelitian menunjukan bahwa
penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan tugas pokok dan fungsi oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Garut dalam penyelenggaraan fungsi legislasi
periode 2014-2019 berdasarkan aspek sumber daya manusia dikatakan masih lemah. Hal
tersebut terbukti dari minimnya usulan Ramperda oleh DPRD Kabupaten Garut yang
cenderung tidak sebanding dengan usulan Ramperda eksekutif, lemahnya penyelenggaraan
dalam mengkomodir tuntutan dan keinginan masyarakat terlihat dari penolakan audiensi
masyarakat oleh DPRD, di samping banyaknya prilaku tidak disiplin seperti ketidakhadiran
dalam Rapat Paripurna dan bermain games saat rapat terlangsung. Lebih dari itu banyak
pihak menilai ketua dan anggota DPRD Kabupaten Garut tidak memiliki keterampilan dalam
menahkodai lembaga legislasi tersebut terbukti dengan tidak kujung dibuatnya kode etik
DPRD Kabupaten Garut , hal tersebut selaras dengan banyaknya akumulasi kekecewaan
masyarakat.

Kata kunci: Kapasitas, Sumber Daya Manusia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

PENDAHULUAN saat ini lebih diartikulasikan sebagai friksi,


karena sejatinya kedaulatan rakyat dapat
Hakikat otonomi yang diberikan
diwakilkan kekuasaannya melalui Dewan
kepada daerah guna mencapai tujuan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
negara, berdasarkan kedaulatan rakyatnya
Berdasarkan Undang-Undang mengartikan posisi krusial DPRD sebagai
Nomor 23 tahun 2014 tentang kompas penentu arah pembangunan di
Pemerintahan Daerah digariskan secara daerah sekaligus merupakan ujung tombak
tegas mengenai hak dan wewenang Dewan dalam upaya memajukan dan
Perwakilan Rakyat Daerah. Adapun hak mensejahterakan masyarakat, artinya
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DPRD merupakan rahim kontrak sosial
antara lain, hak interpelasi, hak angket, dan penyambung lidah rakyat di daerah. Lebih
hak menyatakan pendapat. Tugas pokok dari itu, dalam menjalankan fungsi
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah legislasi Dewan Perwakilan Rakyat
menetapkan kebijaksanaan daerah yang Daerah berperan pula sebagai policy
diwujudkan dalam bentuk Peraturan maker, dan bukan policy implementer di
Daerah maupun Anggaran Pendapatan dan daerah. Artinya, Dewan Perwakilan
Belanja Daerah. Rakyat Daerah sebagai pejabat publik
Sedangkan esensi kewajiban idealnya bersinergi dengan masyarakat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yaitu sebagai stakeholders.
memperjuangkan peningkatan Kondisi mandegnya fungsi legislasi
kesejahteraan rakyat di daerah, dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
cara menyerap, menampung, menghimpun, (DPRD) Kabupaten Garut jelas
dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat. menunjukan lemahnya kompetensi dan
Di samping harus mendahulukan skill sumber daya manusia (SDM) dalam
kepentingan negara di atas kepentingan melaksanakan fungsi utamanya dalam
pribadi, kelompok, dan golongan, dan upaya meningkatkan kualitas segala aspek
pada akhirnya memberikan kehidupan masyarakat, terartikulasi dari
pertanggungjawaban atas tugas dan minimnya penyerapan aspirasi dan
kinerjanya sebagai wujud tanggung jawab perjuangan terhadap tuntutan masyarakat.
moral dan politis. Dengan tetap Dapat terlihat pada Tabel 1.1 mengenai
berpedoman pada peraturan tata tertib, Perbandingan Ranperda yang diajukan
kode etik dan sumpah janji anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Garut, yang menggambarkan hasil
Fungsi legislasi merupakan proses Rancangan peraturan daerah (Ranperda)
mengakomodasi berbagai kepentingan yang terdapat di DPRD di Kabupaten
stakeholders, untuk menetapkan Garut dari tahun 2014 sampai tahun 2018,
bagaimana pembangunan di daerah akan yaitu sebagai berikut:
diselenggarakan. Ihwal tersebut
Tabel 1.1 Perbandingan Ranperda yang diajukan Dewan Perwakilan Rakyat
Kabupaten Garut
Ranperda yang Ranperda yang ditetapkan Ranperda Ranperda
N Tahun diajukan menjadi perda inisitif Pemda inisitif DPRD
o
1 2014 22 21 21 1
2 2015 16 15 16 1
3 2016 23 16 16 1
4 2017 19 17 16 1
5 2018 15 14 13 1
Sumber:Olahan Peneliti, 2019.

Berdasarkan rancangan peraturan dalam memcahkan permasalahan di


daerah (Ranperda) di atas, fungsi legislasi lapangan.
DPRD di Kabupaten Garut tidak berjalan Berkaitan dengan aspek
optimal. Tidak optimalnya fungsi legislasi pengembangan sumber daya manusia,
DPRD tersebut dapat dilihat rendahnya bahwasanya DPRD Kabupaten Garut telah
kuantitas dalam melaksanakan fungsi menjalani sebanyak 15 Program
legislasi yang dihasilkan DPRD Kabupaten Peningkatan Kapasitas Lembaga
Garut. Bahawasanya dari sisi kuantitas, Perwakilan Rakyat Daerah, namun sampai
eksekutif lebih banyak mengajukan saat ini tidak terlihat perubahan atau
Ranperda termasuk hak inisiatifnya perbaikan sumber daya yang responsif dan
dibandingkan dengan legislatif atau profesional terlihat dari miskinnya inisiatif
DPRD Kabupaten Garut. Ihwal tersebut Ranperda yang diusulkan selama lima
dapat dilihat pada tabel 1.1 di atas. Akibat tahun terakhir (sampai dengan berakhirnya
yang timbulkan dari minimnya Program masa jabatan).
Legislasi Daerah (Prolegda), maka dalam Buruknya kinerja DPRD Garut
melaksanakan fungsi legislatif yang derdampak pada lemahnya pengawasan
ditetapkan dalam beberapa tahun ini wakil rakyat Kabupaten Garut, salah
merupakan Perda rutinan, seperti Perda satunya terlihat dari banyaknya tempat
APBD murni, Perda APBD perubahan dan hiburan malam di kabupaten tersebut.
Perda APBD pertanggungjawaban. Pengawasan DPRD di Kabupaten Garut
Ranperda-ranperda di atas lebih banyak yang minim, otomatis membuat kinerja
merupakan Ranperda yang berasal dari eksekutif tidak bisa diimbangi. Alhasil
prakarsa Pemerintah Daerah (eksekutif). banyak kebijakan yang keluar dari
Keadaan tersebut menggambarkan jalur/luput dari pengawasan, artinya tidak
anomali/tidak produktivnya DPRD dalam adanya chek and balance antara kedua
pelaksaan fungsi legislasi di daerah, ihwal lembaga pemerintah tersebut (DPRD dan
tersebut sekaligus menggambarkan Eksekutif). Kondisi faktual yang terjadi
lemahnya pengawasan kepada eksekutif. saat ini di mana DPRD sebagai lembaga
Memperbaiki kondisi lemahnya yang seharusnya memiliki fungsi kontrol
penyelenggaraan fungsi legislasi oleh yang kritis dan peka terhadap eksekutif
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah seakan telah dikondisikan (bugkam). Ihwal
(DPRD) Kabupaten Garut tersebut tersebut diperparah dengan Fakta di mana
diperlukan kompetensi sumber daya DPRD Kabupaten Garut yang sampai saat
manusia (SDM) yang memahami akan ini masih belum berhasil melahirkan kode
tugas pokok dan fungsinya, di samping etik DPRD sebagai norma yang wajib
terdapat responsifitas tinggi, pemahaman dipatuhi selama menjalankan tugas
analisis yang peka terhadap kondisi dalam menjaga martabat, kehormatan, citra, dan
menjaring aspirasi atau permsalahan kredibilitas DPRD.
masyarakat daerah yang berorientasi Guna melakukan konfirmasi terkait
terhadap peningkatan kesejahteraan fakta di atas dapat diketahui bersama
masyarakat melalui perumusan kebijakan bahwa Capacity Building merupakan suatu
proses yang dapat meningkatkan
kemampuan seseorang, organisasi atau Pengembangan kapasitas termasuk
sistem untuk mencapai tujuan yang hendak didalamnya pendidikan dan pelatihan,
dicapai. Pendapat tersebut sejalan reformasi peraturan dan kelembagaan,
dengan apa yang dikatakan oleh Yap pengetahuan, teknologi dan juga asistensi
(Gandara 2008:9) bahwa Capacity finansial.
Building adalah sebuah proses untuk Berdasarkan fenomena empirik dan
meningkatkan individu, group, problem research di atas bagaimana
organisasi, komunitas dan masyarakat Kapasitas Sumber Daya Manusia Dewan
untuk mencapai tujuan yang telah Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
ditetapkan. Kabupaten Garut Dalam Penyelenggaraan
Definisi di atas secara jealas Fungsi Legislasi Periode 2014-2019?.
terkandung makna suatu upaya yang
berhubungan dengan perbaikan kualitas
sumber daya manusia, upaya untuk KAJIAN PUSTAKA
mendorong organisasi agar dapat Secara sederhana kapasitas dapat
berjalan sesuai dengan fungsinya, serta dimaknai sebagai kemampuan seseorang
upaya untuk menciptakan kondisi dalam melakukan sesuatu dalam rangka
lingkungan yang dibutuhkan oleh mencapai tujuan. Hal ini diperkuat dengan
organisasi agar dapat berfungsi dengan pendapat yang dikemukakan oleh
baik. Katty Sensions (1993:15) yang Goodman (1998:21) yang menyatakan
mendefinisikan “Capacity building bahwa “capacity is ability to carry out
usually is understood to mean he lping stated objectives”. Selaras dengan definisi
governments, communities and individuals tersebut, kapasitas dapat dimaknai sebagai
to develop the skills and expertise needed kemampuan seseorang dalam melakukan
to achieve their goals. Capacity building sesuatu dalam rangka mencapai tujuan.
program, often designed to strengthen Hal ini diperkuat dengan pendapat yang
participant’s abilities to evaluate their dikemukakan oleh Goodman (1998:21)
policy choices and implement decisions yang menyatakan bahwa “capacity is
effectively, may include education and ability to carry out stated objectives”.
training, institutional and legal reforms, Capacity Building (pengembangan
as well as scientific, technological and kapasitas) sebagai proses mengembangkan
financial assistance”. dan meningkatkan keterampilan, bakat,
Ihwal tersebut menartikan capacity kemampuan sumber daya organisasi
building dipahami sebagai upaya sebagai kebutuhan untuk ertahan,
membantu pemerintah, masyarakat atau menyesuaikan diri, dan menumbuhkan
individu-individu dalam mengembangkan organisasi di era perubahan yang cepat.
keterampilan dan keahlian yang Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh
dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan. Indonesia (2001:5) mendefinisikan
Program Capacity Building Capacity Building adalah pembangunan
(pengembangan kapasitas) pada dasarnya atau peningkatan kemampuan (capacity)
didesain untuk memperkuat kemampuan secara dinamis untuk mencapai kinerja
dalam mengevaluasi pilihan-pilihan dalam menghasilkan output dan outcome
kebijakan mereka dan menjalankan pada kerangka tertentu. Pengertian di atas
keputusan-keputusannya dengan efektif. dapat diartikan bahwa capacity building
dapat dilihat sebagai sebuah proses untuk tersebut harus memusatkan perhatian
mempengaruhi, atau menggerakkan, kepada dimensi: (1) pengembangan
perubahan di berbagai tingkatan (multi- sumber daya manusia, (2) pengembangan
level) pada individu, kelompok, organisasi organisasi, dan (3) reformasi kelembagaan.
dan sistem yang berusaha memperkuat Yang mana peneliti membatasi diri pada
kemampuan adaptasi diri dan organisasi aspek ‘pengembangan sumber daya
sehingga mereka dapat merespon manusia’. Bahwasanya aspek
perubahan lingkungan yang terjadi secara pengembangan SDM, berfokus terhadap:
terus-menerus. Capacity Building personil yang profesional dan kemampuan
merupakan suatu proses bukan suatu hasil. teknis serta tipe kegiatan seperti: training,
Lebih khususnya, merupakan suatu proses praktek langsung, kondisi iklim kerja, dan
belajar multi level yang erat kaitannya rekruitmen.
dengan ide terhadap tindakan. Dari beberapa definisi SDM di
Selanjutnya, UNDP dan atas dapat disimpulkan bahwa
Canadian International Development pengembangan kapasitas adalah proses
Agency (CIDA) dalam Milen (2006:15) yang dialami oleh individu, kelompok dan
memberikan pengertian peningkatan organisasi untuk memperbaiki
kapasitas sebagai proses dimana individu, kemampuan mereka dalam melaksanakan
kelompok, organisasi, institusi, dan fungsi mereka dan mencapai hasil yang
masyarakat meningkatkan kemampuan diinginkan. Dari pengertian ini kita
mereka untuk (a) menghasilkan kinerja dapat memberi penekanan pada dua hal
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (core penting: 1) pengembangan kapasitas
functions),memecahkan permasalahan, sebagian besar berupa proses
merumuskan dan mewujudkan pencapaian pertumbuhan dan pengembangan
tujuan yang telah ditetapkan, dan (b) internal, dan 2) upaya- upaya
memahami dan memenuhi kebutuhan pengembangan kapasitas berorientasi
pembangunan dalam konteks yang lebih pada hasil.
luas dalam cara yang berkelanjutan. Hal Meneslisik lebih lanjut menurut
ini sejalan dengan konsep pengembangan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014
kapasitas menurut Grindle (1997:45) yang Pasal 1 angka (4) yang dimaksud dengan
menyatakan bahwa pengembangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
kapasitas sebagai ability to perform selanjutnya disingkat DPRD adalah
appropriate task effectvely, efficiently and lembaga perwakilan rakyat daerah yang
sustainable. Bahkan Grindle menyebutkan berkedudukan sebagai unsur
bahwa pengembangan kapasitas mengacu penyelenggara Pemerintahan Daerah.
kepada improvement in the ability of Berbeda dengan penyelenggaraan
public sector organizations. pemerintahan di pusat yang terdiri atas
Dalam penelitan ini menggunakan lembaga eksekutif, legislatif, dan
basis analisis yang dikemukakan oleh yudikatif, penyelenggaraan Pemerintahan
Grindle (1997:1-28) menyatakan bahwa Daerah dilaksanakan oleh DPRD dan
apabila capacity building menjadi Kepala Daerah. DPRD dan Kepala Daerah
serangkaian strategi yang ditujukan berkedudukan sebagai unsur
untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas penyelenggara pemerintahan daerah yang
dan responsivitas, maka capacity building diberi mandat rakyat untuk melaksanakan
Urusan Pemerintahan yang diserahkan (stakeholders), untuk menetapkan
kepada Daerah. Sementara menurut bagaimana pembangunan di daerah akan
Asshiddiqie, (2005:6:23) memberikan dilaksanakan. Fungsi ini dapat
pendapat bahwa: mempengaruhi karakter dan profil
“Adapun fungsi pokok dari lembaga daerah melalui Peraturan Daerah
perwakilan (parlemen) itu pertama-tama sebagai produknya. Di samping itu,
adalah pengawasan terhadap eksekutif, sebagai produk hukum daerah, maka
kemudian barulah fungsi legislate Peraturan Daerah merupakan komitmen
(fungsi pembuatan undang-undang). bersama para pihak pemangku
Bentuk-bentuk pengawasan oleh kepentingan daerah yang mempunyai
parlemen itu bermacam-macam. kekuatan paksa. Dengan demikian
Apabila kita meneliti konstitusi fungsi legislasi mempunyai arti yang
berbagai Negara di dunia kita dapat sangat penting untuk menciptakan
menemukan beberapa bentuk keadaan masyarakat yang diinginkan
pengawasan yang dapat dilakukan oleh (sebagai social engineering) maupun
lembaga parlemen terhadap kinerja sebagai pencipta keadilan sosial bagi
pemerintah. Diantara bentuk-bentuk masyarakat.
yang penting dalam rangka pengwasan
adalah: (1) mengangkat dan
memberhentikan kabinet; (2) hak METODE PENELITIAN
menentukan dan mengawasi anggaran Penelitian ini menggunakan
dan keuangan; (3) melindungi hak milik metode kualitatif yaitu prosedur penelitian
dan kekayaan warga masyarakat; (4) yang menghasilkan data deskripsi berupa
menyelenggarakan forum perdebatan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
parlemen; (5) melakukan dengar orang dan perilaku yang diamati (Lexy
pendapat; (6) hak interplasi dan Maleong, 2006: 3). Creswell (2015:63-64)
pertanyaan; (7) melaksanakan fungsi menyatakan bahwa “metode kualitatif
pemerintahan secara bersama; dan (8) dipilih karena penelitian ini menekankan
melaksanakan fungsi semi-legislatif dan pada proses bukan pada hasil”.
semi-judisial”. Bogdan dan Taylor dalam Moloeng
(2007:4) mendefinisikan penelitian
Secara tegas Wasistiono dan
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
Wiyoso, (2009:58) menyatakan melalui
menghasilkan data deskriptif berupa kata-
fungsi legislasi ini sesungguhnya
kata tertulis atau lisan dari orang-orang
menempatkan DPRD pada posisi yang
dan perilaku yang diamati dari fenomena
sangat strategis dan terhormat, karena
yang terjadi. Lebih lanjut Moleong
DPRD ikut menentukan
(2007:11) mengemukakan bahwa
keberlangsungan dan masa depan
penelitian deskriptif menekankan pada
daerah. Hal ini juga dimaknai sebagai
data berupa kata-kata, gambar, dan bukan
amanah untuk memperjuangkan dan
angka-angka yang disebabkan oleh adanya
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
penerapan metode kualitatif. Selain itu,
Fungsi legislasi adalah suatu proses
semua yang dikumpulkan berkemungkinan
untuk mengakomodasi berbagai tuntuta
menjadi kunci terhadap apa yang sudah
para pihak pemangku kepentingan
diteliti. Hal tersebut agar dapat
memberikan gambaran mendalam aspek masyarakat. Karena sejatinya
mengenai Kapasitas Sumber Daya melalui demokrasi perwakilan artikulasi
Manusia Dewan Perwakilan Rakyat kepentingan masyarakat daerah beada
Daerah (DPRD) Kabupaten Garut Dalam dalam tampuk DPRD.
Penyelenggaraan Fungsi Legislasi Periode Mandulnya fungsi legislasi DPRD
2014-2019. yang merupakan fungsi utama selain dari
Data primer dalam penelitian ini fungsi pegawasan dan fungsi anggaran
diperoleh dengan cara observasi dan mengisyaratkan gagalnya lembaga
wawancara secara mendalam (in-depth tersebut dalam mengakomodir
interview), yaitu pengumpulan data dengan kepentingan masyatakat secara sempurna
cara mengadakan tanya jawab secara di daerah, seperti yang terjadi pada DPRD
langsung dan lisan kepada pihak-pihak Kabupaten Garut. Kecakapan dan
yang berkaitan dengan masalah yang profesionalitas individu seluruh anggota
diteliti, dengan narasumber di lokasi merupakan faktor utama penyebab
penelitian yaitu: Ketua DPRD Garut, buruknya kinerja dalam merumuskan dan
Ketua Komisi III, Ketua Komisi I, mengartikulasikan keinginan rakyat
Wartawan / Pers, Aktivis HMI Kabupaten melalui sebuah kebijakan. Sub akar dari
Garut, Tokoh Masyarakat, dan Lsm lemahnya profesionalitas yaitu rendahnya
Koalisi Masyarakat Bersatu (KMB). pengetahuan anggota DPRD Kabupaten
Teknik analisis data yang Garut terhadap penyelenggaraan tugas
digunakan dalam penelitian ini adalah pokok dan fungsinya (tupoksi) sebagai
menggunakan langkah-langkah seperti wakil rakyat.
yang dikemukakan oleh Burhan Bungin Guna mendukung optimalnya
(2003:70), yaitu pengumpulan data, pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD
reduksi data, display data, verifikasi dan Kabupaten Garut bahwasanya pada tahun
penegasan kesimpulan. Sedangkan teknik 2018 DPRD mendapatkan hak anggaran
pemeriksaan kredibilitas/derajat berdasarkan Perda Nomor 15 Tahun 2017
kepercayaan yang digunakan dalam tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
penelitian ini adalah teknik trianggulasi Daerah (APBD) tahun 2018 sebesar Rp
sumber. 26.584.480.237 ditambah 15 Program
Peningkatan Kapasitas Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah sebesar Rp
HASIL DAN PEMBAHASAN 21.803.974.600 serta Belanja Penunjang
1. Mandulnya Rahim Legislasi DPRD Oprational Pimpinan DPRD sebesar Rp
sebagai artikulasi Lemahnya 393.120.000. Maka ababila di jumlahkan
Profesionalitas (Pengetahuan dan Anggota dan Pimpinan DPRD
Keterampilan) mendapatkan anggaran sebesar Rp
Fungsi legislasi merupakan proses 48.781.574.837, apabila dibagi terhadap 50
mengakomodasi berbagai kepentingan anggota Dewan maka rata-rata pendapat
stakeholders, untuk menetapkan Anggota Dewan pertahun Sebesar Rp
bagaimana pembangunan di daerah akan 975.631.497. Guna memperinci dapat
diselenggarakan. Peran krusial DPRD dilihat pada tabel 1.2 Rincian Anggaran
sebagai ujung tombak rakyat dalam upaya DPRD Garut 2018 di bahwah ini:
meningkatkan taraf kehidupan disegala
Tabel 1.2 Rincian Anggaran DPRD Garut 2018
Anggaran Jumlah Diterima
anggota
DPRD/orang
Hak anggaran 2018 Rp 26.584.480.237
Program Peningkatan Rp 21.803.974.600
Kapasitas Rp 975.631.497
Belanja Penunjang Rp 393.120.000
Oprational Pimpinan
DPRD
Total Anggaran Rp 48.781.574.837
Sumber: Olahan Peneliti 2019.

Besarnya anggaran yang di adalah proyek pembangunan Pasar Leles


terima salah satunya diperuntukan yang magkrak dan berpotensi merugikan
dalam mengembangkan kapasitas negara senilai 800 juta. Lemahnya
organisasi seharunya menjasi tolak pegawsan dari DPRD terlihat dari tidak
ukur dalam mencapai kinerja yang responsifnya lembaga negara tersebut
optimal, sebagai sebuah memenuhi kebutuhan dan tuntutan
tanggungjawab moral seorang masyarakat serta mengurai permasalahan
anggota DPRD terhadap yang terjadi dalam pembagunan Pasar
masyarakat. Berkaitan dengan Leles. Memperkuat hal tersebut, terlihat
ihwal tersebut lemahnya dari padatnya jadwal audiensi untuk
pengetahuan dan keterampilan mempertanyakan terhadap DPRD
DPRD garut membuat Kabupaten Garut yang dilakukan oleh
penyelenggaraan pemerintahan masyarakat guna menyampaikan
daerah Kabupaten Garut berjalan aspirasinya dan meminta kejelasan proyek
mono fungsi oleh Kepala Daerah tersebut.
dengan lepasnya kontrol legislatif Lemahnya keterampilan DPRD
selama lima tahun terakhir. Kabupaten Garut salah satunya tercermin
Berkaitan dengan lemahnya dari sikap ambigu Ketua DPRD Kabupaten
pengawasan tersebut sejatinya berdampak Garut yang memiliki respon lemah
pada banyaknya pekerjaan rumah yang terhadap tuntutan masyarakat, bahkan
mangkrak (berhenti dengan ketidakjelasan) Ketua Perhimpunan Masyarakat
dan tidak sesuai harapan masyarakat serta Transparansi Jawa Barat menilai Euis Ida
besarnya idikasi korupsi. Salah satunya Wartinah sebagai Ketua DPRD sama
adalah proyek Pasar Leles, ART Center, sekali tidak memiliki kemampuan untuk
dan SOR Ciateul yang mangkrak dan mempimpin DPRD Garut. Hal tersebut
berimpas pada kerugian negara. juga diungkapkan oleh beberapa anggota
Salah satu kasus dari lemahnya DPRD Garut yang menilai pimpinannya di
pegawasan oleh DPRD Kabupaten Garut legislatif saat ini tidak memiliki
kemampuan baik secara akademis maupun Sejatinya definisi informasi publik
keterampilan memimpin. Sebagian besar adalah informasi yang dihasilkan,
anggota DPRD Kabupaten Garut disimpan, dikelola, dan dikirim,
menyatakan minimnya keterampilan dan dan/diterima oleh suatu badan publik
ketidak mampuan dalam memimpin (eksekutif, legislatif yudikatif dan badan
terlihat dari tata cara dalam mempimpin lain) yang berkaitan dengan
rapat yang tidak profesional, cara penyelenggaraan negara atau badan publik
pengambilan keputusan yang cenderung yang sesuai dengan undang-undang serta
sepihak dan kurang matang, cara informasi lain yang berkaitan dengan
berkumunikasi dengan masyarakat serta kepentingan publik. Tindakan penolakan
cara berkomunikasi dengan Bupati. audiensi selain menggambarkan lemahnya
Berkaitan dengan ihwal di atas, keterampilan dan kemampuan Ketua
selaras dengan pernyataan Wasistiono DPRD, selain itu tindakan penolakan
dan Wiyoso, (2009:58) melalui fungsi tersebut telah melanggar Pasal 2 ayat 1
legislasi ini sesungguhnya menempatkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008
DPRD pada posisi yang sangat strategis tentang Keterbukaan Informasi Publik
dan terhormat, karena DPRD ikut yang berbunyi ‘setiap informasi publik
menentukan keberlangsungan dan masa harus dapat diperoleh setiap pemohon
depan daerah. Artinya lemabaga DPRD informasi publik dengan cepat dan tepat
mesin pendogkrak kemajuan daerah waktu, biaya ringan, dan secara
yang idealnya diisi oleh individu- sederhana’.
individu profesional dan kompeten di Menyambug ihwal di atas
bidangnya dalam menjamin tercapainya berdasarkan keterangan Sekretaris Jendral
lompatan kemajuan daerah di era Koalisi Masyarakat Bersatu (KMB) bahwa
otonomi saat ini. secara tegas Ketua DPRD Kabupaten
Lebih lanjut ketika peneliti Garut melakukan penlolakan audiensi
menelisik lemahnya keterampilan Ketua terhadap KMB sebanyak dua kali. Yang
DPRD Kabupaten Garut juga terlihat dari sejatinya KMB mempertanakan kejalasan
tidak informatifnya lembaga legislatif nasib masyarakat Kabupaten Garut (PKL)
tersebut, hal tersebut dirasakan ketika yang telah mendapatkan penertiban tidak
banyak masyarakat yang merasa dihambat kunjung menemui solusi dalam meperbaiki
dan tidak dipenuhi hak-hak informasinya keadaan ekonominya. Berdasarkan hemat
bahkan ditolak ketika meminta klarifikasi peneliti melihat kedudukan dan statusnya
terkait permasalahan di Kabupaten Garut. sebagai Ketua DPRD Kabupaten Garut
Sikap arogan terhadap penolakan audiensi bahwasanya tidak terdapat alasan untuk
sejatinya telah hal tersebut telah dijamin menolak kegiatan dialog dan klarifikasi
oleh Undang-undang Nomor 14 Tahun masyarakat termasuk tidak menghadiri
2008 tentang Keterbukaan Informasi audiensi KMB bersama Bupati Garut
Publik, menengok secara seksama bahwa dengan alasan belum terbentuknya alat
salah satu elemen penting dalam kelengkapan DPRD.
mewujudkan penyelenggaraan negara yang Kekecewaan masyarakat
terbuka adalah terdapat hak publik untuk Kabupaten Garut atas buruknya kinerja
memperoleh informasi sesuai dengan DPRD menimbulkan akumulasi gejolak
peraturan perundang-undangan. sosial berkepanjangan terutama yang
datangnya dari organisasi swadaya langsung terhadap tindak tanduk (aktivitas)
masyarakat (LSM/Ormas, aktivis penyeggaraan pemerintah daerah oleh
mahasiswa) yang ada. Salah satu bentuk DPRD Kabupaten Garut.
kekecewaan terhadap kinerja lembaga Inkonsistensi perliaku merupakan
perwakilan rakyat tersebut diutarakan salah satu bukti lemahnya kemampuan
melalui banyaknya aksi demonstrasi akibat sumber daya manusia (SDM) yang ada
ketidak puasan masyarakat serta dalam DPRD Kabupaten Garut. Diartikan
permintaan untuk berdialog atau secara sederhana inkonsistensi merupakan
mengadakan audiensi selalu ditolak. sikap perilaku manusia yang tidak taat
Puncak akumulasi kekecewan tersebut pada asas, yang mana perlikau dan sikap
dilakukan dengan menggiring truk sampak memiliki bagian-bagian yang tidak
dan menumpahkannya di depan pintu bersesuaian atau kontradiktif
utama kantor DPRD Kabupaten Garut oleh (KBBI:2019). Ihwal tersebut bersesuaian
masa sebagai simbol ketidakmampuan dengan kinerja DPRD Kabupaten Garut,
DPRD dalam mengakomodir tuntutan pasalnya hampir selesainya masa jabatan
masyarakat yang menurut masyarakat DPRD Kabupaten Garut belum dapat
DPRD Kabupaten Garut yang hanya melahirkan kode etik.
merupakan gudang sampah saat ini. Kode etik DPRD merupakan
pedoman serta norma yang wajib dipatuhi
2. Inkonsistensi Perilaku serta selama menjalankan tugas menjaga
Artikulasi Lemanya Kapasitas DPRD martabat, kehormatan, citra, dan
Lembaga legslatif daerah pada kredibilitas DPRD. Tidak kunjung
dasarnya merupakan alat representasi dirumuskannya kode etik berdampak pada
tuntutan dan keinginan masyarakat di Peraturan DPRD Garut Nomor 1/2014
daerah yang memiliki kedudukan krusial. tentang Tata Tertib (Tatib) DPRD Garut
Profesionalitas tercermin dari moralitas yang tak tercantum kode etik. Sejatinya
dan etika merupakan atribut wajib bagi Kode Etik DPRD sangat mutlak dalam
seorang anggota Dewan Perwakilan menjaga marwah DPRD sendiri. Anggota
Rakyat Daerah (DPRD). Moralitas sendiri Badan Kehormatan (BK) DPRD
memiiki definisi sifat moral atau Kabupaten Garut ‘Usep Setiawan’
keseluruhan asas dan niai yang berkenaan (Anggota DPRD Fraksi Hanura)
dengan baik atau buruk (Bertens, 2002:7), membenarkan belum memiliki Kode Etik
lebih lanjut eksistensi moralitas DPRD.
terartikulasikan dalam perlilaku dan etika. Hal tersebut sangat kontradiktif
Dalam konteks penyelenggaraan melihat sikap antusias pasca awal
negara, prilaku dan etika merupakan nilai- pelantikan DPRD Kabupaten Garut
nilai yang wajib dijunjung tinggi terlebih periode 2014-2019, di mana seluruh
oleh lembaga pemerintah yang secara vital anggota menggebu-gebu merumuskan
banyak mengambil peran-peran yang akan kode etik DPRD untuk lebih memantapkan
berdampak pada segala segi kehidupan kinerja dibandingkan periode sebelumnya.
masyarakat. Terkait dengan hal tersebut Fakta di lapangan sampai masa jabatan
lemahnya profesionalisme tercermin dari berakhir kode etik DPRD tidak kunjung
banyaknya pekerjaan yang tidak selesai di dibuat, tidak heran terjadi gejolak
samping adanya pelanggaran baik kekecewaan di masyarakat terkait
pelaksanaan tugas pokok dam fungsi Paripurna Pertanggungjawaban APBD
lembaga legislatif tersebut. tahun 2018 sedang berlangsung beberapa
Dapat diuraikan secara gamblang anggota DPRD Kabupaten Garut
bahwasanya kewajiban Dewan Perwakilan tertangkap kamera sedang asik bermain
Rakyat Daerah (DPRD) adalah sebagai games, salah satunya yaitu Agus
berikut:1) memperjuangkan peningkatan Supratman dari partai Gerindra, di
kesejahteraan rakyat di daerah; 2 samping tidak hadirnya sebagian besar
menyerap, menampung, menghimpun, dan anggota DPRD dalam rapat tersebut.
menindaklanjuti aspirasi masyarakat; 3) Sejatinya Rapat Paripurna
mendahulukan kepentingan negara di atas Pertanggungjawaban APBD merupakan
kepentingan pribadi, kelompok, dan forum penting dalam menjaga integritas
golongan; 4) memberikan pertanggungjawaban kinerja selama satu
pertanggungjawaban atas tugas dan tahun kebelakang, yang menjadi catatan
kinerjanya selaku anggota Dewan terhadap penyelenggaraan pemerintah di
Perwakilan Rakyat Daerah sebagai wujud tahun berikutnya. Terkait ihwal banyaknya
tanggung jawab moral dan politis anggota DPRD yang tidak serius selama
terhadap daerah pemilihannya; 5) mentaati rapat berlangsung secara tersirat
peraturan tata tertib, kode etik dan sumpah menggambarkan minimnya etika moral
janji anggota Dewan Perwakilan Rakyat terhadap penyelenggaraan tugas dan
Daerah”. kewajibannya sebagai wakil rakyat.
Lemahnya pelaksanaan kewajiban Bahwasanya dalam memberikan
di atas terlihat dari ketidak seriusan pertanggungjawaban atas tugas dan
lembaga perwakilan rakyat tersebut dalam kinerjanya selaku anggota Dewan
memperjuangkan peningkatan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai wujud
kesejahteraan rakyat di daerah dengan tanggung jawab moral dan politis
cara menyerap, menampung, terhadap daerah pemilihannya. Krusialnya
menghimpun, dan menindaklanjuti forum tersebut tidak mendapat antusiasme
aspirasi masyarakat. Tidak tertunaikannya tinggi dari kebanyakan anggota, di
kewajiban tersebut bertolak belakang samping masih kurang profesionalnya
dengan anggaran dalam melaksanakan Ketua DPRD dalam memimpin acara
kegiatan rapat dengar pendapat, paripurna, tersebut terlihat dari cara komunikasi
reses, kunjungan kerja DPRD, dan makan dengan anggota.
dan minum yang dalam satu tahun Kewajiban DPRD yang ketiga
menghabiskan Rp. 4 miliar. Sejatinya adalah mendahulukan kepentingan negara
dengan melihat besaran anggaran yang di atas kepentingan pribadi, kelompok,
dikeluarkan oleh negara berbanding lurus dan golongan. Pada pelaksanaannya
dengan kinerja DPRD dalam segala aspek. sangat kontradiktif pasalnya ketika
Dapat peneliti analisa perilaku dan dibandingkan dengan keseriusan Rapat
etika anggota DPRD yang tidak serius Paripurna Pertanggungjawaban Anggaran
dalam melaksanakan tugas pokok dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2018
fungsinya, yang akhir-akhir ini banyak yang minim antusiasme, dan berbading
mendapat perhatian adalah perlikau terbalik dengan suasana pembahasan Surat
seenaknya dalam forum-forum penting. Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) terlihat
Salah satunya terjadi ketika Rapat anggota DPRD Kabupaten Garut sangat
aktif memberikan suara dalam rapat bahwasanya DPRD Garut telah dilakukan
tersebut. Berdasarkan keterangan anggota sebanyak 15 Program Peningkatan
DPRD Fraksi PDIP Yudha Puja Turnawan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat
ihwal tersebut karena anggaan SPPD Daerah, namun sampai saat ini tidak
Kabupaten Garut masih sangat kecil, yang terlihat perubahan atau perbaikan sumber
mana anggaran SPPD hanya RP 1,300.000 daya yang responsif dan profesional
di luar biaya hotel, dan masih kalah jauh di terlihat dari miskinnya inisiatif Ranperda
bandingkan DPRD Kota Bandung yang yang diusulkan selama lima tahun terakhir.
mencapai lebih dari Rp 2.000.000/hari. Sejatinya sampai dengan berakhirnya masa
Berdasarkan analisa penliti bahwa jabatan DPRD Kabupaten Garut periode
perbandingan antusiasme anggota DPRD 2014-2019 masih menyisakan kekecewaan
Kabupaten Garut ketika membahas dua masyarakat Kabupaten Garut karena
pokok kewajiban tersebut (Rapat Paripurna ketidak mampuan lembaga legislasi
dan SPPD) mengisyaratkan bahwa dalam tersebut mengakomodir keinginan dan
pelaksanaan studi banding atau perjalanan tuntutan masyarakat, banyaknya proyek
dinas lebih menarik dan dianggap penting mangkrak dan progam yang berhenti di
ketika dibandingkan harus tengah jalan. Hal tersebut berakar dari
mempertanggungjawabkan kinerja kepada lemahnya kapasitas sumber daya manusia
publik selama satu tahun kebelakang. DPRD Kabupaten Garut dalam
Berkaitan dengan aspek melaksanakan tugas pokok, fungsi dan
pengembangan sumber daya manusia, kewajibannya selama lima tahun terakhir
. Kabupaten Garut tidak memiliki
KESIMPULAN keterampilan dalam menahkodai lembaga
Penyelenggaraan roda pemerintahan legislasi tersebut terbukti dengan tidak
daerah berdasarkan aspek kapasitas kujung dibuatnya kode etik DPRD
sumber daya manusia (SDM) oleh DPRD Kabupaten Garut , hal tersebut selaras
Kabupaten Garut dapat dikatan lemah. dengan banyaknya akumulasi kekecewaan
Bahwasanya berdasarkan penyelenggaraan masyarakat. Seatinya DPRD merupakan
tugas pokok dan fungsi oleh Dewan garda terdepan bagi masyarakat dalam
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mewujudkan kedaulatannya, yang idealnya
Kabupaten Garut dalam penyelenggaraan diisi oleh individu-individu profesional
fungsi legislasi periode 2014-2019 terlihat dan memiliki intergritas tinggi dalam
dari minimnya usulan Ramperda oleh rangka memperbaiki kondisi daerahnya
DPRD Kabupaten Garut yang cenderung dalam segala aspek.
tidak sebanding dengan usulan Ramperda
eksekutif, lemahnya penyelenggaraan DAFTAR PUTAKA
dalam mengkomodir tuntutan dan Buku:
keinginan masyarakat terlihat dari Asshiddiqie, Jimly. 20056. Format
penolakan audiensi masyarakat oleh Kelemagaan Negara dan
DPRD, di samping banyaknya prilaku Pergeseran Kekuasaan dalam UUD
tidak disiplin seperti ketidakhadiran dalam 1945.Yogyakarta: FH UII Press
Rapat Paripurna dan bermain games saat Bogdan dan Taylor dalam Moloeng
rapat terlangsung. Lebih dari itu banyak (2007:4)
pihak menilai ketua dan anggota DPRD
Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Organisasi Kantor Satuan Polisi
Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Pamong Praja Kabupaten Lahat.
Raja Craphindo Persada.Cohen, Jurnal Ilmu Administrasi. Volume
J.M, and N.T. Uphoff. 1977. Rural V No. 1 Maret.
Development Participation. New
York: Ithaca. Undang-undang:
Creswell, John W. 2015. Research Design
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008
dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka tentang Keterbukaan Informasi Publik
Pelajar. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
Goodman. 1998. Signal Transduction tentang Pemerintahan Daerah
Events. In: Medical Cell
Biology. Philladelphia: Lippincott- Website
Raven. P.249-90.
Grindle, M.S. (editor), 1997. Getting Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh
Good Government : Capacity Indonesia (APEKSI). 2001.
Building in the Public Sector of Permasalahan Dalam Capacity
Developing Countries, Boston, MA Building Daerah,
: Harvard Institute for International (Otda.Kemendagri.go.id) diakses
Development. tanggal 6 Februari 2019.
K e b a n , Y e r e m i a s , T . 2 0 0 0. “ Inilah, DPRD Garut Masih Belum Punya
Good Governance “d a n Kode Etik-
Capacity Building ”seb a gai https://www.inilahkoran.com/berita
Indikator Utama dan Fokus /1219/dprd-garut-masih-belum-
Penilaian Kinerja Pemerintahan. punya-kode-etik. Diakses pada 20
Meleoong, Lexy J. 2007. Metodelogi November 2019
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Robi Taufik Akbar, Jelang Berakhirnya
Remaja Rosdakarya. hlm 6-7. Jabatan, Aktivis Garut Soroti
Milen, Anni. 2001. What Do We Know Buruknya Kinerja DPRD.
About Capacity Building, An https://www.galamedianews.com/?
Overview of Existing Knowledge arsip=226052&judul=jelang-
and Good Practice, World Health berakhirnya-jabatan-aktivis-garut-
Organization (Departement of soroti-buruknya-kinerja-dprd.
Health Service Provision), Geneva Diakses pada 20 November 2019.
Wasistiono, S., dan Wiyoso, Y., 2009. Radika Robi Ramdani, Kinerja DPRD
“Meningkatkan Kinerja Dewan Garut Buruk-
Perwakilan Rakyat Daerah https://www.radartasikmalaya.c
(DPRD)” . Fokusmedia, Bandung. om/kinerja-dprd-garut-buruk/.
Yuswijaya. 2008. Analisis Diakses pada 20 November
Pengembangan Kapasitas 2019.

Anda mungkin juga menyukai