Anda di halaman 1dari 10

LECTURE NOTES

MGMT6138
Leadership & Organizational
Behavior

Week 2
The Field of Organizational
Behavior Part II

MGMT6138- Leadership and Organizational Behaviour


LEARNING OUTCOMES

LO1 Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi prinsip-prinsip dan tantangan


yang berkaitan dengan perilaku organisasi pada level individu, tim, dan tingkatan
organisasi.

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):


- Organizational Culture

MGMT6138- Leadership and Organizational Behaviour


ISI MATERI

A. Konsep Budaya Organisasi


Budaya merujuk kepada suatu sistem pengertian bersama yang dipengang oleh
anggota-anggota suatu organisasi, yang membedakan organisasi tersebut dari organisasi
lainnya. Sistem pengamatan bersama ini, dalam pengamatan yang lebih seksama,
merupakan serangkaian karakter penting yang menjadi nilai bagi suatu organisasi.
Penelitian terakhir menyatakan bahwa terdapat tujuh karakter utama, yang kesemuanya
menjadi eleman-elemen penting suatu budaya organisasi yakni:
a. Inovasi dan pengambilan resiko
Tingkat daya pendorong karyawan untuk bersikap inovatif dan berani mengambil
resiko.
b. Perhatian terhadap detail
Tingkat tuntutan terhadap karyawan untuk mampu memperlihatkan ketepatan,
analisis, dan perhatian terhadap detail.
c. Orientasi terhadap hasil
Tingkat tuntutan terhadap manajemen untuk memilih memusatkan perhatian pada
hasil, dibandingkan perhatian pada teknik dan proses yang digunakan untuk meraih
hasil tersebut.
d. Orientasi terhadap individu
Tingkat kepuasan manajemen dalam mempertimbangkan efek-efek hasil terhadap
individu yang ada di dalam organisasi.
e. Orientasi terhadap tim
Tingkat aktivitas pekerjaan yang diatur secara tim bukan secara perorangan.
f. Agresivitas
Tingkat tuntutan terhadap orang-orang agar berlaku agresif, bersaing, dan tidak
bersikap santai.
g. Stabilitas
Tingkat penekanan aktivitas organisasi dalam mempertahankan status quo
berbanding pertumbuhan.

MGMT6138- Leadership and Organizational Behaviour


Masing-masing karakter tersebut berada dalam suatu kesatuan, dari tingkat yang
rendah menuju tingkat yang lebih tinggi. Menilai suatu organisasi dengan menggunakan
tujuh karakter ini akan menghasilkan gambaran mengenai budaya organisasi tersebut.
Gambaran tersebut kemudian menjadi dasar untuk perasaan saling memahami yang
dimiliki anggota organisasi mengenai organisasi mereka, bagaimana segala sesuatu
dikerjakan berdasarkan pengertian bersama tersebut, dan cara-cara anggota organisasi
seharusnya bersikap.
Budaya organisasi berhubungan dengan cara-cara bagaimana karyawan memahami
tujuh karakter tersebut, bukan perasaan suka atau tidak suka mereka terhadap tujuh
karakter tersebut. Dengan demikian, budaya organisasi merupakan ketentuan yang
deskriptif. Hal ini sangat penting karena budaya organisasi tersebut berfungsi
membedakan antara konsep budaya organisasi dengan konsep kepuasan bekerja.
Penelitian terhadap budaya organisasi telah menempatkan cara untuk mengukur
pandangan karyawan terhadap organisasi mereka. Apakah ada tuntutan sasaran dan kinerja
yang jelas? Apakah suatu organisasi menghargai inovasi? Apakah suatu organisasi
mendorong terciptanya persaingan.
Sebaliknya, penelitian terhadap kepuasan kerja mencari cara untuk mengukur
respons terhadap lingkungan kerja. Penelitian ini berkaitan dengan perasaan karyawan
terhadap harapan perusahaan, praktik pemberian penghargaan, cara-cara penanganan
konflik di dalam perusahaan dan lain sebagainya. Budaya organisasi mewakili persepsi
umum yang dimiliki oleh anggota organisasi. Keadaan ini terbentuk secara jelas bila kita
mendefinisikan budaya sebagai suatu sistem pengertian bersama.
Dengan demikian, kita berharap bahwa masing-masing individu dengan latar
belakang atau tingkat jabatan yang berbeda di dalam organisasi akan mendeskripsikan
budaya organisasi tersebut dengan cara yang sama. Kebanyakan organisasi-organisasi
besar memiliki suatu budaya dominan dan sejumlah sub-budaya.
Suatu budaya dominan mengekspresikan nilai-nilai inti yang diberlakukan secara
bersama oleh mayoritas anggota organisasi. Jika suatu organisasi tidak memiliki budaya
yang dominan dan hanya terdiri dari sejumlah sub-budaya, maka nilai budaya organisasi
sebagai suatu variabel yang berdiri sendiri akan terlihat sangat kecil karena tidak akan ada
interpretasi seragam terhadap apa yang menjadi sikap yang layak ataupun yang tidak
layak.

MGMT6138- Leadership and Organizational Behaviour


B. Fungsi dan Peran Budaya Organisasi
Dalam bagian ini akan dibahas dengan mengenai fungsi-fungsi kinerja budaya dan
menilai apakah budaya tersebut dapat diandalkan bagi suatu organisasi. Budaya memiliki
beberapa fungsi di dalam suatu organisasi, yaitu:
a) Budaya memiliki suatu peran batas-batas penentu, yaitu budaya menciptakan
perbedaan antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.
b) Budaya menyampaikan rasa identitas kepada anggota-anggota organisasi.
c) Budaya mempermudah penerusan komitmen hingga mencapai batas yang lebih
luas, melebihi batas ketertarikan individu.
d) Budaya mendorong stabilitas sistem ekonomi.
e) Budaya bertugas sebagai pembentuk rasa dan mekanisme pengendalian yang
memberikan panduan dan bentuk perilaku serta sikap karyawan.

Kita memperlakukan budaya dalam cara-cara yang tidak menghakimi. Kita tidak
mengatakan baik atau buruk, tetapi budaya itu memang ada. Banyak fungsi-fungsi
sebagaimana telah disebutkan, berguna bagi organisasi dan karyawan. Budaya mendorong
terciptanya komitmen organisasi dan meningkatkan konsistensi sikap karyawan. Keadaan
ini jelas sekali akan menguntungkan sebuah organisasi. Dari sudut pandang karyawan,
budaya menjadi bermanfaat karena budaya tersebut mengurangi keambiguan. Budaya
menyampaikan kepada karyawan bagaimana pekerjaan dilakukan dan apa-apa saja yang
bernilai penting.
Tetapi kita jangan mengabaikan aspek-aspek potensial yang akan merusak fungsi
budaya, terutama suatu budaya yang kuat. Budaya merupakan suatu kecendrungan pada
saat nilai-nilai bersama tidak selaras dengan efektivitas organisasi untuk waktu-waktu
selanjutnya. Situasi ini kebanyakan terjadi jika lingkungan organisasi bersifat dinamis.
Bila lingkungan tersebut berubah dengan cepat, kemungkinan besar budaya organisasi
yang ada sekarang tidak lagi sesuai. Konsistensi terhadap perilaku merupakan aset bagi
organisasi yang berada di dalam lingkungan yang stabil. Tetapi konsistensi itu mungkin
saja akan memberatkan organisasi dan menghalangi kemampuan organisasi tersebut dalam
merespon perubahan-perubahan di dalam lingkungan

MGMT6138- Leadership and Organizational Behaviour


C. Budaya sebagai Value
Budaya organisasi sangat terkait dengan value (nilai). Value merupakan pedoman
dan keyakinan yang digunakan seseorang ketika dihadapkan pada situasi di mana pilihan
harus dibuat. Value juga berarti keinginan, keinginan afektif atau keinginan orang yang
memandu perilaku dan gagasan masyarakat tentang benar atau salah. Salah satunya yang
dikenal dengan Dimensi Nilai Budaya Hofstede dan GLOBE Project Cultural Values
Dimensions.
1) Dimensi Nilai Budaya Hofstede
Adapun yan termasuk dalam nilai budaya hofstede adalah sebagai berikut:
a. Individualism
Individualisme adalah kecenderungan seseorang untuk menjaga diri mereka
sendiri dan keluarga mereka.
b. Power Distance
Merupakan tingkat penerimaan oleh suatu masyarakat dari distribusi kekuasaan
yang tidak merata dalam organisasi.
c. Uncertainty avoidance
Merupakan tingkat sejauh mana orang dalam suatu masyarakat merasa
terancam oleh situasi yang ambigu.
d. Masculinity
Merupakan derajat kehadiran nilai-nilai tradisional "maskulin" - ketegasan dan
materialisme.
e. Long-term orientation
Sejauh mana anggota dari budaya tertentu menilai kegigihan, penghematan
(penghematan), dan keteraturan dalam hubungan
2) GLOBE Project Cultural Values Dimensions
Adapun dimensi dalam nilai budaya ini adalah:
a. Uncertainty avoidance
b. Power distance
c. Societal collectivism
Dapat diartikan level sejauh mana suatu organisasi mendorong dan
memberi penghargaan pada hasil kelompok sebagai lawan dari karyawan
yang mengejar tujuan individu.

MGMT6138- Leadership and Organizational Behaviour


d. In-group collectivism
Merupakan derajat sejauh mana individu mengekspresikan kesetiaan,
kebanggaan, dan kekompakan dalam organisasi dan keluarga mereka.
e. Gender egalitarianism
Sejauh mana suatu organisasi menghindari diskriminasi gender dan
ketidakadilan peran masing-masing.
f. Assertiveness
Merupakan derajat sejauh mana anggota organisasi agresif dan konfrontatif
dalam hubungan sosial.
g. Future orientation
Sejauh mana anggota organisasi merencanakan, berinvestasi di masa depan,
dan pemenuhan kebutuhan yang dapat ditunda.
h. Performance orientation
Dapat diartikan sebagai level di mana individu dalam masyarakat dapat
dihargai untuk peningkatan kinerja dan keunggulan atau kompetensi
mereka.
i. Humane orientation
Sejauh mana individu dalam suatu organisasi dihargai karena bersikap
ramah, altruistis, adil, peduli, dan baik kepada orang lain.

D. Sustaining Culture
Budaya awal berasal dari filosofi pendiri organisasi. Hal ini selanjutnya sangat
memengaruhi kriteria yang digunakan dalam proses penerimaan karyawan baru.
Tindakan-tindakan manajemen puncak membentuk iklim umum mengenai perilaku-
perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. Bagaimana cara karyawan-
karyawan baru bersosialisasi akan tergantung kepada tingkat keberhasilan yang diraih
dalam menyesuaikan nilai-nilai yang dianut karyawan-karyawan baru tersebut dengan
nilai-nilai yang ada di dalam organisasi saat dilakukan proses seleksi dan dengan
keinginan manajemen berkaitan dengan metode sosialisasi. Bagaimana cara budaya
organisasi terbentuk dapat disimpulkan seperti Gambar 1.

MGMT6138- Leadership and Organizational Behaviour


Gambar 1. Proses Pembentukan Budaya Organisasi
Berdasarkan gambar 1, agar budaya dapat bertahan dan berkelanjutan diperlukan
adanya proses sosialisasi. Sosialiasi di sini diartikan sebagai proses di mana organisasi
membawa karyawan baru ke dalam budaya mereka. Termasuk didalamnya pengenalan
dan penanaman nilai, asumsi, dan sikap dari karyawan lama ke karyawan baru. Terdapat
enam cara di mana organisasi dapat menyusun proses sosialisasi untuk karyawan baru:
a. Sosialisasi bersama
Ini terjadi ketika semua karyawan baru dikelompokkan bersama dan dihadapkan
pada serangkaian pengalaman umum (mis., Makan siang, orientasi, pembicara, tur
dan fasilitas).
b. Sosialisasi formal
Perusahaan memisahkan pendatang baru dari karyawan berpengalaman untuk
periode sosialisasi yang jelas.
c. Sosialisasi berurutan
Karyawan baru harus mengikuti urutan langkah-langkah tetap sebelum benar-benar
memulai pekerjaan baru.
d. Sosialisasi tetap
Jadwal waktu tertentu diatur sebelum karyawan baru dapat memulai pekerjaan baru.
e. Sosialisasi serial
Karyawan baru ditugaskan untuk karyawan berpengalaman yang bertindak seperti
panutan atau mentor bagi pendatang baru.
f. Investiture
Pada Pendekatan ini menegaskan dan menerima identitas karyawan yang masuk dan
tidak berusaha melepaskan identitas pribadi-pribadinya.

MGMT6138- Leadership and Organizational Behaviour


SIMPULAN

Terdapat tujuh karakter utama, yang menjadi elemen-elemen penting suatu budaya
organisasi yaitu inovasi dan pengambilan resiko, perhatian terhadap detail, orientasi
terhadap hasil, orientasi terhadap individu, orientasi terhadap tim, agresivitas, dan
stabilitas.
Fungsi-fungsi budaya di dalam suatu organisasi, adalah: (a) budaya memiliki suatu
peran batas-batas penentu, yaitu budaya menciptakan perbedaan antara satu organisasi
dengan organisasi yang lain, (b) budaya menyampaikan rasa identitas kepada anggota-
anggota organisasi, (c) budaya mempermudah penerusan komitmen hingga mencapai
batas yang lebih luas, melebihi batas ketertarikan individu, (d) budaya mendorong
stabilitas sistem ekonomi, dan (e) budaya bertugas sebagai pembentuk rasa dan
mekanisme pengendalian yang memberikan panduan dan bentuk perilaku serta sikap
karyawan.
Tiga kekuatan yang memainkan peranan penting dalam mempertahankan suatu
budaya oganisasi, yaitu praktik-praktik seleksi, tindakan-tindakan manajemen dan metode
sosialisasi. Budaya awal berasal dari filosofi pendiri organisasi. Hal ini selanjutnya sangat
memengaruhi kriteria yang digunakan dalam proses penerimaan karyawan baru.
Tindakan-tindakan manajemen puncak membentuk iklim umum mengenai perilaku-
perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. Bagaimana cara
karyawan-karyawan baru bersosialisasi akan tergantung kepada tingkat keberhasilan yang
diraih dalam menyesuaikan nilai-nilai yang dianut karyawan-karyawan baru tersebut
dengan nilai-nilai yang ada di dalam organisasi saat dilakukan proses seleksi dan dengan
keinginan manajemen berkaitan dengan metode sosialisasi.

MGMT6138- Leadership and Organizational Behaviour


DAFTAR PUSTAKA

Gary Yukl. (2013). Leadership in organizations. 8th Edition. Pearson Education Limited.
Edinburgh Gate Harlow, UK. ISBN: 978-0-273-76566-0
Griffin, R. W., Moorhead, G., (2014). Organizational Behavior: managing people and
organizations. 11th Edition. South-Western College Publishing. Mason. ISBN:
978-1133-626695.
John M. Ivancevich, Robert Konopaske, Michael T. Matteson, (2013). Organizational
behavior and management. 10th Edition. McGraw - Hill Higher Education. New
York. ISBN: 978-0-07-802946-2
Robbins, Stephen P. & Judge, Timothy A., (2015). Organizational Behavior. 16th Edition,
Pearson Education Limited, UK. ISBN-13: 9780133507645

MGMT6138- Leadership and Organizational Behaviour

Anda mungkin juga menyukai