317-Article Text-455-3-10-20200403
317-Article Text-455-3-10-20200403
Forum Aritmia
Kardiologi Indonesia
J Kardiol Indones. 2012;33:202-4
ISSN 0126/3773
Elevasi segmen ST selalu menimbulkan dugaan adanya J yaitu pangkal segmen ST terhadap posisi segmen PR.
infark miokard akut. Walaupun sebenarnya tidak Bila titik J berada di atas segmen PR maka dikatakan
semua elevasi segmen ST berkaitan dengan adanya elevasi segmen ST, sebaliknya bila posisi titik J di
oklusi arteri koroner karena ada gambaran elevasi bawah segmen PR maka dikatakan depresi segmen ST.
segmen ST yang hanya merupakan varian normal. Jangan menentukan adanya elevasi atau depresi segmen
Tulisan ini akan menyegarkan kembali pengetahuan ST dengan membandingkanya terhadap segmen TP.
tentang elevasi segmen ST varian normal. Gambar 1 merupakan contoh suatu elevasi segmen
Pertama, penting diingatkan kembali cara ST yang normal.1 Perhatikan adanya elevasi segmen
menentukan elevasi atau depresi segmen ST yaitu ST yang jelas di sadapan V1 sampai V5 dan penting
dengan membandingkan posisi segmen ST terhadap dicatat morfologi elevasi segmen ST terlihat agak
segmen PR yang medahuluinya. Perhatikan posisi titik cekung (concave). Sudah sejak lama diketahui bahwa
Gambar 1. EKG dari suatu elevasi segmen ST yang normal. Dimodifikasi dari kepustakaan no. 1.
Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP, Divisi Aritmia, Departemen Kardiologi dan
Alamat korespondensi:
202 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 3 • Juli - September 2012
Yuniadi Y: Elevasi Segmen St Varian Normal
elevasi segmen ST antara 1-3 mm pada satu atau yaitu makin dalam gelombang S maka makin tinggi
lebih sadapan prekordial dapat ditemukan pada 91- elevasi segmen ST.1
93 persen oranglaki-laki sehat yang berusia antara 16 Pola EKG laki-laki sering menyesatkan dalam
hingga 58 tahun.2, 3 Elevasi segmen ST yang normal ini diagnosis infark miokard akut dengan elevasi segmen
terutama terlihat jelas di sadapan V2.Kejadian elevasi ST (IMAEST), apalagi bila terdapat gambaran QS
segmen ST menurun dengan bertambahnya usia, di V1-V3 yang sering ditemukan bila aksis QRS
yaitu menjadi sekitar 30 persen pada usia lebih dari 75 lebih posterior pada pasien hipertrofi ventrikel kiri.
tahun. Pada wanita sehat hanya sekitar 20 persen yang Oleh karena itudiagnosis IMAEST tidak boleh hanya
mempunyai elevasi segmen ST antara 1-3 mm, tetapi didasarkan pada gambaran EKG semata. Kriteria gejala
kejadianya tidak menurun dengan bertambahnya usia.1 klinis yang khas yaitu angina pektoris dan peningkatan
Berdasarkan temuan di atas dapat dikatakan bahwa biomarker yang spesifik merupakan kriteria yang juga
mayoritas laki-laki memiliki gambaran elevasi segmen diperlukan untuk menegakkan IMAEST4 pada EKG
ST 1 mm atau lebih di sadapan prekordial, artinya hal dengan pola laki-laki.
itu merupakan gambaran normal bukan varian normal. Repolarisasi dini yang ditandai dengan elevasi
Gambaran yang demikian disebut sebagai pola EKG segmen ST di sadapan mid-prekordial merupakan
laki-laki, sedangkan elevasi segmen ST yang kurang suatu varian normal. Pada suatu repolarisasi dini,
dari 1 mm disebut pola EKG perempuan.3 Pola EKG umumnya sadapan V4 menunjukkan elevasi segmen
tersebut harus cekung. Terdapat hubungan antara ST yang paling kentara, ditandai juga dengan adanya
kedalaman gelombang S dengan elevasi segmen ST takik pada titik J. Gambaran elevasi segmen ST terlihat
terutama pada pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri, cekung. Gelombang T biasanya positif tinggi.
Gambar 3. Repolarisasi dini dan gelombang T inversi yang merupakan varial normal. Perhatikan
interval QT yang pendek dan segmen ST yang cekung.
Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 3 • Juli - September 2012 203
Jurnal Kardiologi Indonesia
204 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 3 • Juli - September 2012