Anda di halaman 1dari 16

PEMERIKSAAN AKUNTANSI

“PROSES AUDIT”

Anggota:
1. Rinita Mutiarasani K (1613010043)
2. Laita Amalia (1613010083)
3. Nilam Sari (1613010095)
4. Aswin Tya Saputri (1613010098)
5. Ummu Asroriyah (1613010100)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL


“VETERAN” JAWA TIMUR
AKUNTANSI
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt., karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “PROSES AUDIT” ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan kami juga berterimakasih pada Bapak
Drs. Ec.Tamadoy Thamrin, M. Si UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai cara berperilaku dalam organisasi. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna.oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Surabaya, 25 September 2018

Penyusun
PEMBAHASAN
A. TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT
.Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem,
proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak
memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek
dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang
telah disetujui dan diterima.

Tanggung Jawab Audit dan Tujuan

 1.    Tujuan pelaksanaan audit atas laporan keuangan


  Tujuan pengauditan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen merupakan
pemberian opini atas kewajaran dimana laporan tersebut telah disajikan secara wajar, dalam
segala hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas, sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Langkah-langkah mengembangkan tujuan audit antara lain :


1.    Memahami tujuan dan tanggungjawab audit
2.    Membagi laporan keuangan kedalam siklus-siklus
3.    Mengetahui asersi manajemen atas laporan keuangan
4.    Mengetahui tujuan umum audit untuk kelompok transaksi, akun dan pengungkapan
5.    Mengetahui tujuan khusus audit untuk kelompok  transaksi, akun dan pengungkapan

2.    Tanggungjawab manajemen dalam penyajian laporan keuangan


Auditor memiliki tanggungjawab untuk merencanakan dan menjalankan audit untuk
memperoleh keyakinan yang memadai mengenai apakah laporan keuangan telah bebas dari
salah saji material, yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Karena sifat dari
bahan bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor harus mampu mendapatkan
keyakinan yang memadai, namun bukan absolut, bahwa salah saji material telah dideteksi.
Auditor tidak memiliki tanggungjawab untuk merencanakan dan menjalankan audit
untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa kesalahan penyajian yang disebabkan
oleh kesalahan maupun kecurangan, yang tidak signifikan terhadap laporan keuangan telah
terdeteksi. Mengenai tanggungjawab audit untuk mendeteksi salah saji yang material
memasukkan beberapa istilah dan kalimat penting :

1)    Salah saji material vs tidak material :


salah saji yang dianggap material jika gabungan dari kesalahan yang belum dikoreksi
dan kecurangan dalam laporan keuangan yang mengubah/mengurangi keputusan pengguna
laporan keuangan tersebut.
2)    Keyakinan memadai
standar audit mengindikasikan keyakinan memadai sebagai tingkat yang tinggi, namun
tidak absolut, bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji material. Konsep
“memadai, namun bukan absolut” menandakan bahwa auditor bukanlah penjamin kebenaran
atas laporan keuangan.
3)    Kesalahan vs kecurangan
kesalahan adalah salah saji yang tidak disengaja sedangkan kecurangan adalah salah
saji yang disengaja. Untuk kecurangan, terdapat perbedaan antara penyalahgunaan aset
(kecurangan karyawan) dan kecurangan dalam pelaporan (kecurangan manajemen).
4)    Skeptisme profesional
mengharuskan pengauditan didesain untuk menghasilkan keyakinan yang memadai
agar dapat mendeteksi dengan baik kesalahan material maupun kecurangan dalam laporan
keuangan.
3.   Tanggungjawab auditor
  Auditor menekan beragam kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan-kesalahan dalam
perhitungan, kealphaan, kesalah pahaman, dan kesalahan penerapan standar akuntansi, serta
kesalahan dalam pengelompokan dan penjelasan.
Kecurangan dalam pelaporan keuangan membahayakan para pengguna dengan cara
memberikan informasi laporan keuangan yang salah untuk membuat keputusan. Secara khas,
kesalahan dalam laporan keuangan dilakukan oleh manajemen, terkadang tanpa pengetahuan
karyawan. Manajemen berada dalam posisi yang mampu menentukan keputusan-keputusan
yang terkait dengan akuntansi dan pelaporanya tanpa sepengetahuan karyawan.
Tindakan ilegal : tindakan yang melanggar hukum atau paraturan pemerintah selain
kecurangan. Berikut beberapa tindakan ilegal :
 Tindakan ilegal yang berdampak langsung
pelanggaran atas UU dan peraturan tertentu memiliki dampak langsung terhadap saldo
akun tertentu dan laporan keuangan. Tanggungjawab auditor atas tindakan ini sama dengan
tanggungjawab auditor atas kekeliruan dan kecurangan.
 Tidakan ilegal yang berdampak tidak langsung
sebagian besar tindakan ilegal hanya mempengaruhi laporan keuangan secara tidak
langsung. Auditor tidak memberikan kepastian bahwa tindakan ini akan terdeteksi.

Auditor memiliki 3 tingkat tanggungjawab untuk menemukan dan melaporankan tindakan


ilegal, yaitu :
1)    Auditor pertama kali harus menanyakan pada manajemen yang tingkatnya lebih tinggi dari
pihak yang dicurigai terlibat dalam tindakan ilegal yang potensial.
2)    Auditor harus berkonsultasi dengan penasihat hukum klien/ahli lainnya yang memiliki
pengetahuan mengenai potensi tindakan ilegal.
3)    Auditor harus mempertimbangkan untuk menambah akumulasi bahan bukti audit untuk
menetukan apakah benar-benar terjadi tindakan ilegal.

4.    Pendekatan siklus laporan keuangan untuk segmentasi audit


  Pengauditan dilakukan dengan membagi laporan keuangan ke dalam kelompok atau
komponen yang lebih kecil. Sebuah cara yag umum untuk mengelompokkan audit adalah
dengan tetap menjaga jenis atau kelompok transaksi dan saldo akun yang terkait erat ke
dalam satu kelompok yang sama. Pendekatan ini disebut pendekatan siklus.

Logika penggunaan pendekatan siklus ini adalah bahwa pendekatan ini menghubungkan
bagaimana transaksi-transaksi dicatat dalam jurnal dan diikhtisarkan dalam buku besar dan
laporan keuangan. Pendekatan siklus menggabungkan transaksi dalam jurnal yang berbeda
dengan  saldo yang tercatat dibuku besar yang timbul karena transaksi tersebut.
5.    Kategori asersi manajemen tentang laporan keuangan
  Asersi manajemen adalah pernyataan tersirat atau tertulis oleh manajemen mengenai
kelompok-kelompok transaksi dan akun-akun terkait serta pengungkapan dalam laporan
keuangan.

PSA 07 (SA 326) mengelompokkan asersi ke dalam 3 kategori, yaitu :


1)    Asersi mengenai kelompok transaksi dan kejadian selama periode yang diaudit :
a.    Keterjadain
apakah transaksi yang telah tercatat dan telah dilaporkan dalam laporan keuangan benar-
benar terjadi selama periode pembukuan.
b.    Kelengkapan
apakah semua transaksi yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan sudah
dicatat dengan lengkap.
c.    Akurasi
apakah transaksi telah dicatat dengan jumlah yang benar.
d.    Klasifikasi
apakah transaksi telah dicatat dengan nama akun yang benar.
e.    Pisah batas
apakah transaksi telah dicatat pada periode pembukuan yang tepat.

2)    Asersi mengenai saldo akun di akhir periode pembukuan :


a.    Keberadaan
 apakah aset, liabilitas, dan ekuitas yang dimasukkan dalam neraca memang benar-benar
ada ditanggal neraca tersebut.
b.    Kelengkapan
apakah semua akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan benar-benar
dimasukkan dalam laporan keuangan.
c.    Penilaian dan alokasi
Apakah aset, liabilitas, dan ekuitas telah dimasukkan dalam laporan keuangan dengan jumlah
yang tepat, termasuk setiap penyesuaian yang menggambarkan nilai aset pada nilai realisasi
bersihnya.
d.    Hak dan kewajiban
apakah aset merupakan hak entitas tersebut dan apakah liabilitas merupakan kewajiban dari
entitas tersebut pada suatu tanggal tertentu.

3)    Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan :


a.    Keterjadian dan hak atas kewajiban
apakah kejadian yang diungkapkan telah benar terjadi serta merupakan hak dan kewajiban
dari entitas tersebut.

b.    Kelengkapan
apakah semua pengungkapan  yang diharuskan telah dimasukkan dalam laporan keuangan.
c.    Akurasi dan penilaian
apakah informasi keuangan telah  diungkapkan dengan wajar dan dengan jumlah yang
tepat.
d.    Klasifikasi dan pemahaman
apakah jumlah-jumlah telah diklasifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan dan
catatan kaki, serta apakah penjelasan saldo dan pengungkapan terkait dapat dipahami.

6.    Tujuan umum dan khusus audit asersi  manajemen


Auditor telah menemukan bahwa pada umumnya, cara yang paling efektif dan efisien
untuk melakukan pengauditan adalah dengan mendapatkan beberapa kombinasi keyakinan
untuk setiap kelompok transaksi dan untuk saldo akhir akun-akun terkait. Untuk setiap
traksaksi yang telah ditentukan, beberapa tujuan audit harus terpenuhi sebelum auditor
menyimpulkan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat.
1)    Tujuan audit terkait transaksi : mengikuti dan terkait erat dengan asersi manajemen.

Tujuan umum audit terkait transaksi :


a. keterjadian :  transaksi yang dicatat benar-benar ada
b. kelengkapan : transaksi yang ada telah dicatat
c. akurasi : transaksi yang disajikan dalam jumlah yang benar
d. pemindah bukuan dan pengikhtisaran : transaksi yang dicatat telah dimasukkan dalam arsip
utama dengan tepat dan telah diikhtisarkan dengan benar
e. klasifikasi : transaksi yg dimasukkan dalam jurnal klien diklasifikasi dengan tepat
f.  penetapan waktu : transaksi dicatat pada tanggal yang benar

Tujuan khusus audi terkait transaksi : tujuan khusus audit terkait transaksi untuk setiap
kelompok transaksi yang penting dapat dikembangkan.

2)    Tujuan audit terkait saldo kategori :


Tujuan umum audit terkait transaksi :
a.    Keberadaan : jumlah yang dicatat memang benar-benar ada
b.    Kelengkapan : jumlah yang  ada telah  dicatat
c.    Akurasi : jumlah yang dimasukkan dinyatakan dalam jumlah yang benar
d.    Klasifikasi : jumlah yang dimasukkan pada daftar milik klien telah diklasifikasi dengan benar
e.    Pisah batas : transaksi mendekati tanggal neraca dicatat dalam periode yang benar
f.     Keterikatan perincian saldo akun sesuai dengan jumlah di arsip utama yang terkait, sesuai
dengan jumlah total saldo akun dan sesuai dg jumlah total di BB

Tujuan khusus audi terkait transaksi : tujuan khusus audit terkait saldo dari setiap saldo
akun pada laporan keuangan dapat dikembangkan.

3)    Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan : sama dengan asersi manajemen untuk
penyajian dan pengungkapan yang telah dibahas sebelumnya. Konsep yang sama yang
diterapkan untuk tujuan audit terkait saldo juga diterapkan untuk tujuan audit penyajian dan
pengungkapan.

7.    Bagaimana tujuan audit dicapai


Auditor harus mendapatkan bukti audit yang memadai untuk mendukung semua asersi
manajemen dalam laporan keuangan. Hal ini dilakukan dengan mengakumulasi bukti-bukti
untuk mendukung kombinasi yang tepat dari tujuan audit terkait transaksi dan tujuan audit
terkait saldo.

Penyajian dan tujuan audit terkait pengungkapan terkait erat dengan tujuan audit terkait
saldo.
1)    Merencanakan dan merancang sebuah pendekatan audit (fase 1)
a.    Mendapatkan pemahaman atas entitas klien dan lingkungannya
b.    Mamahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
c.    Menilai risiko salah saji material

2)    Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi (fase 2)


3)    Melakukan prosedur analitis dan pengujian atas rincian saldo (fase 3)
4)    Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit (fase 4)

B. BUKTI AUDIT
.   Bukti Audit merupakan segala informasi yang mendukung angka - angka atau
informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor
sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan
keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating
information) yang tersedia bagi auditor.
Informasi ini sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam meyakinkan auditor
bahwa laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Bukti audit mencakup informasi yang sangat persuasif, misalnya perhitungan
auditor atas sekuritas yang diperjualbelikan dan informasi yang kurang persuasif, misalnya
respons atas pertanyaan – pertanyaan dari para karyawan klien. Penggunaan bukti bukan hal
yang aneh bagi auditor. Bukti juga digunakan secara ekstentif oleh para ilmuwan, pengacara
dan ahli sejarah.
Buku harian, buku besar dan buku pembantu, memo, dan catatan tidak resmi seperti
daftar lembaran kerja (work sheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan
rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan.
Informasi pendukung lainnya meliputi semua dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak,
notulen rapat, konfirmasi dan pernyataan tertulis dari pihak yang kompeten, informasi yang
diperoleh auditor melalui tanya jawab, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta
informasi lain yang dihasilkan atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk
menarik kesimpulan dengan alasan kuat.
Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental di dalam audit, dan hal itu
dinyatakan dalam standar pekerjaan lapangan ketiga. Ikatan Akuntan Indonesia (2001 : 326
pr. 1) menyatakan bahwa : “ Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi : Bukti audit
kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pernyataan,
dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan auditan.”
• Definisi Bukti Audit
• Bukti Audit merupakan segala informasi yang mendukung angka - angka atau
informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh
auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung
laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat
(corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
• • Materialitas dan Resiko
Akun yang saldonya besar dalam laporan keuangan diperlukan jumlah bukti audit yang lebih
banyak bila dibandingkan dengan akun yang bersaldo tidak material. Untuk akun yang
memiliki kemungkinan tinggi untuk disajikan salah dalam laporan keuangan, jumlah bukti
audit yang dikumpulkan oleh auditor umumnya lebih banyak bila dibandingkan dengan akun
yang memilliki kemungkinan kecil untuk salah disajikan dalam laporan keuangan.

Jenis Bukti Audit


Tipe bukti audit dikelompokan menjadi 2 yaitu tipe data akuntansi dan tipe informasipenguat.
1. Tipe Data Akuntansi
• Pengendalian Intern Sebagai Bukti
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan
untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Auditor harus mengetahui bahwa
klien telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan
usahanya setiap hari, hal ini merupakan bukti yang kuat bagi auditor mengenai keandalan
informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan.
• Catatan Akuntansi Sebagai Bukti
Auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam laporan
keuangan,
dengan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi. Dengan
demikian, catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan
transakasi keuangan yang telah dilakukan oleh klien.
2. Tipe Informasi Penguat
• Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau
perhitungan aktiva berwujud. Pengamatan fisik terhadap suatu aktiva merupakan cara untuk
mengidentifikasi sesuatu yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas, dan merupakan suatu
usaha untuk menentukan mutu atau keaslian kekayaantersebut.
• Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau
angka atau symbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dibagi menjadi
3 golongan, yaitu:
1.Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung
kepada auditor.
2.Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang dismpan dalam arsip klien.
3.Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
• Perhitungan Sebagai Bukti
Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:
1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.
2.Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
3.Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan tarif
depressiasi yang digunakan oleh klien.
4.Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham yang
beredar, taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.
• Bukti Lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak
meminta keterangan secara lisan dari klien terutama para manajer. Jawaban lisan yang
diperoleh dari permintaan keterangan tersebut merupakan tipe bukti lisan.
• Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang
lebih intensif, auditor melakukan analis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang,
penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.
• Bukti dari Spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan
khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing.Pada umumnya spesialis yang digunakan
oleh auditor bukan orang atau perusahaan yang mempunyai hubungan dengan klien.
Penentuan persyaratan keahlian dan nama baik spesialis sepenuhnya berada ditangan auditor.
Jika auditor menerima hasil penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten, hasil
kerja spesialis tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar.
Jika auditor puas dengan hasil penemuan spesialis, dan jika ia memberikan pendapat selain
pendapat wajar, maka ia dapat menunjukkan hasil pekerjaan spesialis tersebut untuk
mendukung alasan tidak diberikan pendapat wajar dalam laporan auditnya.

C. PERENCANAAN AUDIT
Perencanaaan Audit meliputi pengembangan strategi pelaksanaan secara menyeluruh dan
Lingkup Audit yang diharapkan.

Dalam perencanaan Audit, Auditor harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut:
 Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat usaha
entitas tersebut.
 Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
 Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang
signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi
akuntansi pokok perusahaan
 Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
 Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit
 Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan peyesuaian
 Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti
risiko kekeliruan atau kecurangan material atau adanya transaksi antar pihak – pihak yang
mempunyai hubungan istimewa
 Sifat laporan Auditor yang diharapkan akan diserahkan ( sebagai contoh : laporan Auditor
tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam,
laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).

Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup, dan pada saat
pekerjaan harus dilaksanakan yaitu membuat suatu program audit secara tertulis (satu set
program audit tertulis) untuk setiap audit. Program audit harus menggariskan dengan rinci
prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit.
Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi sesuai dengan keadaan.
Selama berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat menyebabkan terjadinya perubahan
prosedur audit yang telah direncanakan tersebut.

Auditor harus mempertimbangkan apakah suatu keahlian khusus diperlukan, seperti dalam
mempertimbangkan dampak pengolahan komputer terhadap auditnya, untuk memahami
pengendalian intern, kebijakan dan prosedur, atau untuk merancang dan melaksakan prosedur
audit. Jika keahlian khusus diperlukan, auditor harus mencari asisten atau tenaga ahli yang
memiliki keahlian tersebut, yang mungkin berasal dari staf kantor akuntannya atau ahli dari
luar. Jika penggunaan jasa tenaga ahli tersebut direncanakan, auditor harus memiliki
pengetahuan memadai yang bersangkutan dengan computer untuk mengkomunikasikan
tujuan pekerjaan ahli lain tersebut; untuk mengevaluasi apakah hasil prosedur yang telah
ditentukan tersebut mencapai tujuan auditor; dan untuk mengevaluasi hasil prosedur audit
yang diterapkan berkaitan dengan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lain yang
direncanakan.

Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan tugasnya dengan sebaik –
baiknya, yakni sebagai berikut :
 Untuk memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup dalam situasi saat itu
 Untuk membantu menekan biaya audit
 Untuk menghindari salah pengertian dengan klien
Terdapat tujuh bagian utama dalam perencanaan audit, yakni sebagai berikut :
 Perencanaan awal audit
 Memperoleh informasi mengenai latar belakang
 Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien
 Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
 Menentukan materialitas dan risiko
 Memahami struktur pengendalian intern
 Mengembangkan rencana dan program audit secara menyeluruh

MEMPEROLEH INFORMASI MENGENAI LATAR BELAKANG


Informasi mengenai latar belakang didapat dengan berbagai cara, diantaranya adalah sbagai
berikut:
• Memahami Bidang Usaha dan Industri Klien
Untuk menginterpretasikan maksud dari informasi yang diperoleh selama audit secara
memadai, penting bagi auditor untuk memahami industry klien. Ada tiga alasan mengapa
diperlukan pemahaman yang baik atas industry klien, yakni sebagai berikut.
- Banyak industry mempunyai aturan akuntansi yang khas yang harus dipahami auditor
untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Misalnya, jika auditor mengaudit badan-badan pemerintah,
auditor harus memahami aturan-aturan dalam akuntansi pemerintahan. Akan terdapat aturan
akuntansi yang khas untuk perusahaan konstruksi, kereta api, organisasi nirlaba, lembaga
keuangan, dan banyak organisasi lainnya.
- Auditor sering dapat mengidentifikasikan risiko dalam industri yang akan
mempengaruhi penetapan risiko audit yang dapat diterima, atau bahkanmengaudit perusahaan
dalam industry tersebut dapat dibenarkan.
- Terdapat risiko bawaan yang pada hakikatnya sama bagi seluruh klien dalam industry
yang bersangkutan. Pemahaman risiko tersebut menolong auditor dalam mengidentifikasi
risiko bawaan dari klien. Contohnya antara lain, risiko bawaan potensi keusangan persediaan
dalam industry rumah mode, risiko bawaan kolektibilitas piutang usaha dalam industry
pinjaman konsumen, dan risiko bawaan cadangan kerugian dalam asuransi kebakaran.
Pengetahuan mengenai industry klien dapat diperoleh dengan berbagai cara, diantaranya
adalah diskusi dengan auditor sebelumnya, pertemuan dengan pegawai klien, pedoman audit
industry, teks pelajaran, majalah industry, atau asosiasi industry.
• Meninjau Pabrik dan Kantor
Peninjauan atas fasilitas klien bermanfaat untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
mengenai bidang usaha dan operasi klien karena akan diproleh kesempatan untuk menemui
pegawai kunci dan mengamati operasi dari tangan pertama. Peninjau langsung atas fasilitas
fisik akan membantu auditor dalam memahami pengamanan fisik atas aktiva dan dalam
menginterpretasikan data akuntansi dengan cara memberikan kerangka acuan dalam
visualisasi aktiva seperti persediaan dalam proses dan peralatan public.
• Menelaah Kebijakan Perusahaan
Keputusan-keputusan dasar yang menyangkut kebijakan seperti kebijakan tentang
pengendalian intern, pelepasan sebagian dari usaha, kebijakan kredit, pinjaman ke perusahaan
afiliasi, dan kebijakan akuntansi untuk mencatat aktiva dan pengakuan pendapatan, harus
selalu dievaluasi dengan teliti sebagai bagian dari audit untuk menetapkan apakah
manajemen memperoleh wewenang dari dewan komisaris untuk membuat keputusan tertentu
dan untuk meyakinkan bahwa keputusan manajemen telah tercermin dalam laporan
keuangan.
• Mengidentifikasi Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Hubungan istimewa didefinisikan sebagai perusahaan afiliasi, pemilik utama perusahaan
klien, atau pihak lainnya yang berhubungan dengan klien, dimana salah satu pihak dapat
mempengaruhi manajemen atau kebijakan operasi pihak lainnya. Contoh umum adalah
transaksi penjualan atau pembelian antara perusahaan induk dan anak, pertukaran peralatan
antara dua perusahaan yang dimiliki oleh orang yang sama, dan peminjaman kepada pegawai,
serta adanya pengaruh kuat pelanggan utama terhadap manajemen klien.
• Mengevaluasi Kebutuhan akan Spesialis dari Luar
Jika auditor mengahadapi situasi yang memerlukan pengetahuan khusus, mungkin perlu
baginya untuk menghubungi seorang spesialis. Contohnya adalah penggunaan seorang
spesialis berlian untuk menilai biaya penggantian berlian, atau seorang spesialis aktuaris
untuk menetapkan kelayakan nilai yang tertulis dari cadangan kerugian asuransi, atau
konsultasi dengan pengacara untuk membuat interpretasi hukum dari sebuah kontrak.

MEMPEROLEH INFORMASI MENGENAI KEWAJIBAN HUKUM KLIEN

Tiga dokumen hukum dan catatan yang berkaitan erat yang harus diperiksa pada awal
penugasan Adalah (1) akta pendirian dan anggaran perusahaan, (2) risalah rapat direksi,
komisaris, dan pemegang saham dan (3) kontrak. Beberapa informasi mengenai kontrak,
harus diungkapkan dalam keuangan. Pengetahuan awal pengetahuan hokum dan catatan ini
akan memungkinkan auditor untuk menginterprestasikan bahan bukti selama penugasan
berlangsung dan menjamin bahwa pengungkapan yang pantas telah dilakukan dalam laporan
keuangan.
a. Memahami bidang usaha dan industri klien, diperlukan untuk mengetahui kekhasan
aturan akuntansi,menidentifikasi risiko industri dan risiko bawaan.
1) pihak terkait : adalah pihak terkait, pemilik utama perusahaan klien atau pihak lain
yang berhubungan dngan klien, dimana salah satu pihak dapat mempengaruhi manajemen
atau peraturan operasional lainnya.
2) corporate charter : diberikan oleh negara tempat perusahaan berada dab dokumen yang sah
diperlukan untuk mengenali perusahaan sebagai entitas terpisah
3) corporate minutes : catatan resmi dari pertemuan dewan direksi dan pemegang saham.
b. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien. Dokumen dan catatan hukum
yang diperlukan adalah akte pendirian dananggaran dasar perusahaan, notulen rapat, dan
kontrak. Client bussiness risk : resiko bahwa klien akan gagal dalam usahanya dan gagal
mencapai tujuannya
c. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan.
d. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko
bawaan .
e. Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko pengendalian .
f. Mengembangkan rencana audit dan program audit menyeluruh .

MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALISIS PENDAHULUAN


Tujuan pelaksanaan prosedur analisis :
• Memahami bidang usaha klien
• Penetapan kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
• Indikasi adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
• Mengurangu pengujian audit yang terinci

D. MENENTUKAN MATERIALITAS DAN RESIKO

Materialistis dan risiko Adalah unsure penting dalam merencanakan audit dan merancang
pendekatan yang akan digunakan.
Materialistas Adalah jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi
akuntansi.

Langkah-langkah dalam penetapan materialistas Adalah sebagai berikut :


Langkah 1 : menetukan pertimbangan awal mengenai materialistas
Langkah 2 : mengalokasikan pertimbangan awal mengenai materialistas
Langkah 3 : mengestimasikan total salah saji dalam segmen
Langkah 4 : mengestimasikan salah saji gabungan
Langkah 5 : membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan pertimbangan awal
mengenai meterialistas.
Estimasi jumlah kekeliruan atau salah saji dalam tiap segmen (langkah 3) terjadi selama
audit. Langkah 4 dan 5 dilakukan pada tahap penyelesaian audit. Selain itu,risiko dalam audit
berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan
audit.

MENGEMBANGKAN RENCANA DAN PROGRAM AUDIT MENYELURUH

Rencana audit dan program audit berkaitan dengan jenis-jenis pengujian audit yang
dilakukan,yaitu prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian
intern,pengujian atas pengendalian,pengujian substantive atas transaksi,prosedur analisis dan
pengujian terinci atas saldo.

PROSEDUR ANALISIS
Prosedur analisis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan
mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data
keuangan yang lainnya,atai antara data keuangan dengan non keuangan.
Prosedur analisis antara lain mencakup hal-hal sebagao berikut :
         Membandingkan informasi keuangan tahun berjalan dengan :
-          Tahun-tahun sebelumnya
-          Perusahaan lain di industry yang sama atau rata-rata industry
-          Anggaran dan prakiraan
-          Estimasi prediktif auditor
         Analisis mengenai hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan yang diharapkan
bersesuian dengan pola yang terprediksi
         Membandingkan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan
         Membandingkan dari cabang yang satu dengan yang lainnya,atau antara lokasi yang satu
dengan yang lainnya.
Beberapa hal yang harus dinyatakan dari hasil pelaksanaan prosedur analisis,antara lain
sebagai berikut :
         Pemahaman tentang bidang usaha dan industry klien
         Karakteristik keuangan dari industry yang bersangkutan
         Penetapan kemampuan klien untuk mempertahankan kelangsungan usahanya
         Penekanan audit  karena adanya indikasi kekeliruan dalam laporan keuangan seperti
adanya perbedaan yang signifikan antara data keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun
sebelumnya,atau antara data keuangan klien dengan data keuangan dari industry terkait

Contoh beberapa prosedur analisis dalam kaitannya dengan tes saldo nilai persediaan pada
siklus persediaan dan pergudangan Adalah sebagai berikut :

Prosedur analisis Kemungkinan kekeliruan


Bandingkan persentase margin bruto dengan Lebih saji atau kurang saji persediaan dan
tahun lalu harga pokok penjualan
Bandingkan perputaran persediaan dengan Keusangan persediaan yang berdampak pada
tahun lalu harga  pokok penjualan
Bandingkan biaya per unit persediaan denganLebih saji atau kurang saji persediaan dan
tahun lalu harga pokok persediaan
Bandingkan nilai persediaan dengan tahun Kekeliruan dalam kompilasi biaya per unit
lalu atau perluasannya yang berdampak pada
persediaan dan harga pokok penjualan
Bandingkan biaya manufaktur tahun berjalan Salah saji biaya per unit persediaan,terutama
dengan tahun lalu upah langsung dan overhead pabrik,yang
berdampak pada persediaan dan HPP

Tujuan prosedur analisis pada tahap penyelesaian audit Adalah untuk menunjukkan
kemungkinan adanya salah saji/kekeliruan (arahan perhatian) dan menilai kelangsungan
hidup usaha.
Prosedur analisis pada tahap penelaahan secara menyeluruh tersebut dapat membantu auditor
dalam menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan
keuangan secara keseluruhan. Penelahaan secara menyeluruh umumnya meliputi pembacaan
laporan keuangan dan catatannya serta mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
a.      Kecukupan bukti yang terkumpul sebagai respon terhadap saldo yang tidak biasa atau yang
tidak diharapkan,yang diidentifikasi pada waktu perencanaan audit atau dalam pelaksanaan
audit.
b.      Saldo atau hubungan yang tidak biasa atai tidak diharapkan yang sebelumnya tidak
diidentifikasi.

Sumber informasi
Sumber-sumber informasi yang dapat digunakan untuk melakukan prosedur analisis dapat
diperoleh dari :
         Surat kabar dan majalah industry
         Laporan keuangan periode berjalan dan periode-periode sebelumnya
         Rencana kerja dan anggaran perusahaan
         Data-data non keuangan
KERTAS KERJA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT
► Kertas Kerja Audit
            Kertas kerja audit berguna sebagai alat bertahan bagi auditor terhadap tuntutan
pengadilan atas kelalaian atau penyelewengan yang di tuduhkan dan juga sebagai alat untuk
mengumpulkan segala informasi yang penting yang menjadi bahan laporan audit.
      Kertas kerja audit akan mencerminkan standart audit dan prosedur audit yang dijalankan
serta kesimpulan apa yang dapat di tarik sebagai hasil audit.
      Kertas kerja audit harus di buat secara teratur, hati-hati, bersih, dan teliti serta mudah di
mengerti. Penanggung jawab dan supervisor mereview kertas kerja audit dengan tujuan
sebagai berikut :
●    Meyakinkan bahwa program audit telah dilaksanakan dengan tepat.
●    Meyakinkan bahwa audit telah dilakukan sesuai dengan standart auditing yang di tetapkan
IAI.
●    Meyakinkan bahwa laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
      Kertas kerja audit bukan memuat salinan dari buku / dokumen perusahaan, tetapi memuat
ikhtisar data di sertai kesimpulan audit. Data yang dimuat dalam kertas kerja audit harus
merupakan data yang perlu untuk mendukung laporan, perlu untuk penyelidikan di kemudian
hari dan perlu untuk verifikasi ketepatan pembukuan tranksaksi.
      Setiap kertas kerja harus ditanda tangani dan di beri tanggal oleh auditor pada saat selesai
dikerjakan. Di atas kertas kerja audit harus dicantumkan nama klien, nama dan nomor akun,
dan tahun buku yang di audit serta petunjuk kepada program audit yang bersangkutan. Kertas
kerja audit harus lengkap sehingga bebas dari kekurangan-kekurangan sebagai berikut :
●    Kekurangan bukti bahwa system pengendalian intern telah diselidiki dan ternyata cukup baik
atau lemah.
●    Gagal menjelaskan sesuatu masalah yang timbul dari audit sebelumnya.
●    Gagal untuk menyajikan pembahasan biaya dan pendapatan yang tidak di analisis.
●    Lalai menunjukan prosedur audit yang dilaksanakan.
●    Gagal melakukan koreksi yang ada hubungannya antara pos yang satu dengan yang lain.
●    Data yang diperoleh tidak lengkap untuk menyusun laporan.
●    Dasar penilaian harga aktiva tidak diungkapkan, caranya dan konsistensinya.
●    Surat pernyataan manajemen tidak diperoleh mengenai persediaan barang, hutang, ataupun
komitmen lainnya.
●    Gagal meyiapkan hasil audit atas tranksaksi penting yang terjadi setelah tanggal neraca.
●    Gagal menyiapkan hasil audit atas penyelesaian hutang pajak tahun buku sebelumnya.
●    Gagal merinci nama-nama dan jenis efek / sekuritas serta wesel tagih.
●    Gagal membandingkan harga perolehan aktiva dengan harga pasar.
●    Gagal menyelidiki pengawasan atas persediaan barang, system pembebanan bahan, upah, dan
overhead serta pengawasan atas persediaan barang yang usang.
●    Gagal menjelaskan saldo kas yang sebenarnya bukan saldo kas (pinjaman).
●    Gagal mengumpulkan dan menganalisis hasil jawaban konfirmasi.
Dalam membuat kertas kerja audit perlu di perhatikan syarat-syarat pengerjaannya, yaitu
sebagai berikut :
1.      Tulis nama preusan yang di audit. di tengah sebelah atas sekali pada kertas kerja.
2.      Di bawah ad. 1 tulisan nama akun neraca, laba-rugi, atau sasaran alinnya.
3.      Di bawah ad. 1 dan ad. 2 tulis tahun buku yang di audit..
4.      Tulis nomor index di sebelah kanan atas.
5.      Tulis nomor index penunjuk ke mana / dari mana di pindahkan.
6.      Kertas kerja tidak diisi bolak-balik (tulisi bagian depan saja).
7.      Daftar penunjang harus terpisah dari daftar utama.
8.      Sebutkan cara verifikasi dan prosedur audit lainnya yang dipakai dan tulis kesimpulannya.
9.      Minta tembusan (bukan salinan sendiri) kontrak, peraturan, dan risalah rapat dan lain-lain,
untuk menghemat waktu.
10.  Tiap kertas kerja harus ditandatangani pelaksana dan ketua tim serta di  beri tanggal sebelah
bawah atau kanan atas.
11.  Bila perlu, pakai kode / simbol audit yang lain.
12.  Kertas kerja audit harus dibuat dengan bersh, jelas, teratur, dan mudah dibaca.
13.  Yakinkan bahwa tidak ada kesalahan perhitungan matematis.
14.  Jangan dimasukkan hal-hal yang tidak perlu atau tidak ada hubungannya.
15.  Koreksi yang perlu harus diberi penjelasan yang cukup dan harus sesuai dengan yang
tercantum dalam daftar koreksi audit serta neraca lajur.

      Kertas kerja audit harus diberi index agar memudahkan untuk melihat kembali bila sewaktu-
waktu diperlukan. Terdapat beberapa cara untuk memberi index, misalnya :
Cara 1             -     Dengan memberi nomor urut angka terhadap kertas kerja yang pokok dan
pada tiap daftar perincian utama. Daftar perincian penunjang di beri nomor urut sesuai
dengan daftar perincian utama dengan sub nomor urut angka. Cara ini dapat menampung
perluasan.
Cara II             -     Dengan memberi kode urut alphabet (huruf) terhadap kertas kerja
yangpokok dan pada tiap daftar perincian utama, sedangkan untuk daftar perincian penunjang
di beri nomor urut angka. Bila untuk daftar perincian utama telah di pakai seluruh alphabet,
maka selanjutnya dipaki huruf double.
Cara III            -     Dengan memberi kode huruf double untuk semua daftar di luar keuangan
(non financial) dan nomor urut angka mulai dari 101 untuk kertas kerja pokok dan daftar
perincian utama yang diikuti dengan huruf untuk daftar perincian penunjang.
Cara IV            -     Dengan memberi nomor urut angka, baik untuk daftar di luar keuangan
maupun daftar keuangan, daftar perincian utama dan daftar perincian penunjang. Cara ini
paling sederhana.

Anda mungkin juga menyukai