Pemeriksaan Akuntansi Kel 4
Pemeriksaan Akuntansi Kel 4
“PROSES AUDIT”
Anggota:
1. Rinita Mutiarasani K (1613010043)
2. Laita Amalia (1613010083)
3. Nilam Sari (1613010095)
4. Aswin Tya Saputri (1613010098)
5. Ummu Asroriyah (1613010100)
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai cara berperilaku dalam organisasi. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna.oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
PEMBAHASAN
A. TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT
.Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem,
proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak
memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek
dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang
telah disetujui dan diterima.
Logika penggunaan pendekatan siklus ini adalah bahwa pendekatan ini menghubungkan
bagaimana transaksi-transaksi dicatat dalam jurnal dan diikhtisarkan dalam buku besar dan
laporan keuangan. Pendekatan siklus menggabungkan transaksi dalam jurnal yang berbeda
dengan saldo yang tercatat dibuku besar yang timbul karena transaksi tersebut.
5. Kategori asersi manajemen tentang laporan keuangan
Asersi manajemen adalah pernyataan tersirat atau tertulis oleh manajemen mengenai
kelompok-kelompok transaksi dan akun-akun terkait serta pengungkapan dalam laporan
keuangan.
b. Kelengkapan
apakah semua pengungkapan yang diharuskan telah dimasukkan dalam laporan keuangan.
c. Akurasi dan penilaian
apakah informasi keuangan telah diungkapkan dengan wajar dan dengan jumlah yang
tepat.
d. Klasifikasi dan pemahaman
apakah jumlah-jumlah telah diklasifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan dan
catatan kaki, serta apakah penjelasan saldo dan pengungkapan terkait dapat dipahami.
Tujuan khusus audi terkait transaksi : tujuan khusus audit terkait transaksi untuk setiap
kelompok transaksi yang penting dapat dikembangkan.
Tujuan khusus audi terkait transaksi : tujuan khusus audit terkait saldo dari setiap saldo
akun pada laporan keuangan dapat dikembangkan.
3) Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan : sama dengan asersi manajemen untuk
penyajian dan pengungkapan yang telah dibahas sebelumnya. Konsep yang sama yang
diterapkan untuk tujuan audit terkait saldo juga diterapkan untuk tujuan audit penyajian dan
pengungkapan.
Penyajian dan tujuan audit terkait pengungkapan terkait erat dengan tujuan audit terkait
saldo.
1) Merencanakan dan merancang sebuah pendekatan audit (fase 1)
a. Mendapatkan pemahaman atas entitas klien dan lingkungannya
b. Mamahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
c. Menilai risiko salah saji material
B. BUKTI AUDIT
. Bukti Audit merupakan segala informasi yang mendukung angka - angka atau
informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor
sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan
keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating
information) yang tersedia bagi auditor.
Informasi ini sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam meyakinkan auditor
bahwa laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Bukti audit mencakup informasi yang sangat persuasif, misalnya perhitungan
auditor atas sekuritas yang diperjualbelikan dan informasi yang kurang persuasif, misalnya
respons atas pertanyaan – pertanyaan dari para karyawan klien. Penggunaan bukti bukan hal
yang aneh bagi auditor. Bukti juga digunakan secara ekstentif oleh para ilmuwan, pengacara
dan ahli sejarah.
Buku harian, buku besar dan buku pembantu, memo, dan catatan tidak resmi seperti
daftar lembaran kerja (work sheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan
rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan.
Informasi pendukung lainnya meliputi semua dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak,
notulen rapat, konfirmasi dan pernyataan tertulis dari pihak yang kompeten, informasi yang
diperoleh auditor melalui tanya jawab, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta
informasi lain yang dihasilkan atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk
menarik kesimpulan dengan alasan kuat.
Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental di dalam audit, dan hal itu
dinyatakan dalam standar pekerjaan lapangan ketiga. Ikatan Akuntan Indonesia (2001 : 326
pr. 1) menyatakan bahwa : “ Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi : Bukti audit
kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pernyataan,
dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan auditan.”
• Definisi Bukti Audit
• Bukti Audit merupakan segala informasi yang mendukung angka - angka atau
informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh
auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung
laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat
(corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
• • Materialitas dan Resiko
Akun yang saldonya besar dalam laporan keuangan diperlukan jumlah bukti audit yang lebih
banyak bila dibandingkan dengan akun yang bersaldo tidak material. Untuk akun yang
memiliki kemungkinan tinggi untuk disajikan salah dalam laporan keuangan, jumlah bukti
audit yang dikumpulkan oleh auditor umumnya lebih banyak bila dibandingkan dengan akun
yang memilliki kemungkinan kecil untuk salah disajikan dalam laporan keuangan.
C. PERENCANAAN AUDIT
Perencanaaan Audit meliputi pengembangan strategi pelaksanaan secara menyeluruh dan
Lingkup Audit yang diharapkan.
Dalam perencanaan Audit, Auditor harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut:
Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat usaha
entitas tersebut.
Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang
signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi
akuntansi pokok perusahaan
Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit
Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan peyesuaian
Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti
risiko kekeliruan atau kecurangan material atau adanya transaksi antar pihak – pihak yang
mempunyai hubungan istimewa
Sifat laporan Auditor yang diharapkan akan diserahkan ( sebagai contoh : laporan Auditor
tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam,
laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).
Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup, dan pada saat
pekerjaan harus dilaksanakan yaitu membuat suatu program audit secara tertulis (satu set
program audit tertulis) untuk setiap audit. Program audit harus menggariskan dengan rinci
prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit.
Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi sesuai dengan keadaan.
Selama berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat menyebabkan terjadinya perubahan
prosedur audit yang telah direncanakan tersebut.
Auditor harus mempertimbangkan apakah suatu keahlian khusus diperlukan, seperti dalam
mempertimbangkan dampak pengolahan komputer terhadap auditnya, untuk memahami
pengendalian intern, kebijakan dan prosedur, atau untuk merancang dan melaksakan prosedur
audit. Jika keahlian khusus diperlukan, auditor harus mencari asisten atau tenaga ahli yang
memiliki keahlian tersebut, yang mungkin berasal dari staf kantor akuntannya atau ahli dari
luar. Jika penggunaan jasa tenaga ahli tersebut direncanakan, auditor harus memiliki
pengetahuan memadai yang bersangkutan dengan computer untuk mengkomunikasikan
tujuan pekerjaan ahli lain tersebut; untuk mengevaluasi apakah hasil prosedur yang telah
ditentukan tersebut mencapai tujuan auditor; dan untuk mengevaluasi hasil prosedur audit
yang diterapkan berkaitan dengan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lain yang
direncanakan.
Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan tugasnya dengan sebaik –
baiknya, yakni sebagai berikut :
Untuk memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup dalam situasi saat itu
Untuk membantu menekan biaya audit
Untuk menghindari salah pengertian dengan klien
Terdapat tujuh bagian utama dalam perencanaan audit, yakni sebagai berikut :
Perencanaan awal audit
Memperoleh informasi mengenai latar belakang
Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien
Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
Menentukan materialitas dan risiko
Memahami struktur pengendalian intern
Mengembangkan rencana dan program audit secara menyeluruh
Tiga dokumen hukum dan catatan yang berkaitan erat yang harus diperiksa pada awal
penugasan Adalah (1) akta pendirian dan anggaran perusahaan, (2) risalah rapat direksi,
komisaris, dan pemegang saham dan (3) kontrak. Beberapa informasi mengenai kontrak,
harus diungkapkan dalam keuangan. Pengetahuan awal pengetahuan hokum dan catatan ini
akan memungkinkan auditor untuk menginterprestasikan bahan bukti selama penugasan
berlangsung dan menjamin bahwa pengungkapan yang pantas telah dilakukan dalam laporan
keuangan.
a. Memahami bidang usaha dan industri klien, diperlukan untuk mengetahui kekhasan
aturan akuntansi,menidentifikasi risiko industri dan risiko bawaan.
1) pihak terkait : adalah pihak terkait, pemilik utama perusahaan klien atau pihak lain
yang berhubungan dngan klien, dimana salah satu pihak dapat mempengaruhi manajemen
atau peraturan operasional lainnya.
2) corporate charter : diberikan oleh negara tempat perusahaan berada dab dokumen yang sah
diperlukan untuk mengenali perusahaan sebagai entitas terpisah
3) corporate minutes : catatan resmi dari pertemuan dewan direksi dan pemegang saham.
b. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien. Dokumen dan catatan hukum
yang diperlukan adalah akte pendirian dananggaran dasar perusahaan, notulen rapat, dan
kontrak. Client bussiness risk : resiko bahwa klien akan gagal dalam usahanya dan gagal
mencapai tujuannya
c. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan.
d. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko
bawaan .
e. Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko pengendalian .
f. Mengembangkan rencana audit dan program audit menyeluruh .
Materialistis dan risiko Adalah unsure penting dalam merencanakan audit dan merancang
pendekatan yang akan digunakan.
Materialistas Adalah jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi
akuntansi.
Rencana audit dan program audit berkaitan dengan jenis-jenis pengujian audit yang
dilakukan,yaitu prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian
intern,pengujian atas pengendalian,pengujian substantive atas transaksi,prosedur analisis dan
pengujian terinci atas saldo.
PROSEDUR ANALISIS
Prosedur analisis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan
mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data
keuangan yang lainnya,atai antara data keuangan dengan non keuangan.
Prosedur analisis antara lain mencakup hal-hal sebagao berikut :
Membandingkan informasi keuangan tahun berjalan dengan :
- Tahun-tahun sebelumnya
- Perusahaan lain di industry yang sama atau rata-rata industry
- Anggaran dan prakiraan
- Estimasi prediktif auditor
Analisis mengenai hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan yang diharapkan
bersesuian dengan pola yang terprediksi
Membandingkan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan
Membandingkan dari cabang yang satu dengan yang lainnya,atau antara lokasi yang satu
dengan yang lainnya.
Beberapa hal yang harus dinyatakan dari hasil pelaksanaan prosedur analisis,antara lain
sebagai berikut :
Pemahaman tentang bidang usaha dan industry klien
Karakteristik keuangan dari industry yang bersangkutan
Penetapan kemampuan klien untuk mempertahankan kelangsungan usahanya
Penekanan audit karena adanya indikasi kekeliruan dalam laporan keuangan seperti
adanya perbedaan yang signifikan antara data keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun
sebelumnya,atau antara data keuangan klien dengan data keuangan dari industry terkait
Contoh beberapa prosedur analisis dalam kaitannya dengan tes saldo nilai persediaan pada
siklus persediaan dan pergudangan Adalah sebagai berikut :
Tujuan prosedur analisis pada tahap penyelesaian audit Adalah untuk menunjukkan
kemungkinan adanya salah saji/kekeliruan (arahan perhatian) dan menilai kelangsungan
hidup usaha.
Prosedur analisis pada tahap penelaahan secara menyeluruh tersebut dapat membantu auditor
dalam menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan
keuangan secara keseluruhan. Penelahaan secara menyeluruh umumnya meliputi pembacaan
laporan keuangan dan catatannya serta mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
a. Kecukupan bukti yang terkumpul sebagai respon terhadap saldo yang tidak biasa atau yang
tidak diharapkan,yang diidentifikasi pada waktu perencanaan audit atau dalam pelaksanaan
audit.
b. Saldo atau hubungan yang tidak biasa atai tidak diharapkan yang sebelumnya tidak
diidentifikasi.
Sumber informasi
Sumber-sumber informasi yang dapat digunakan untuk melakukan prosedur analisis dapat
diperoleh dari :
Surat kabar dan majalah industry
Laporan keuangan periode berjalan dan periode-periode sebelumnya
Rencana kerja dan anggaran perusahaan
Data-data non keuangan
KERTAS KERJA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT
► Kertas Kerja Audit
Kertas kerja audit berguna sebagai alat bertahan bagi auditor terhadap tuntutan
pengadilan atas kelalaian atau penyelewengan yang di tuduhkan dan juga sebagai alat untuk
mengumpulkan segala informasi yang penting yang menjadi bahan laporan audit.
Kertas kerja audit akan mencerminkan standart audit dan prosedur audit yang dijalankan
serta kesimpulan apa yang dapat di tarik sebagai hasil audit.
Kertas kerja audit harus di buat secara teratur, hati-hati, bersih, dan teliti serta mudah di
mengerti. Penanggung jawab dan supervisor mereview kertas kerja audit dengan tujuan
sebagai berikut :
● Meyakinkan bahwa program audit telah dilaksanakan dengan tepat.
● Meyakinkan bahwa audit telah dilakukan sesuai dengan standart auditing yang di tetapkan
IAI.
● Meyakinkan bahwa laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
Kertas kerja audit bukan memuat salinan dari buku / dokumen perusahaan, tetapi memuat
ikhtisar data di sertai kesimpulan audit. Data yang dimuat dalam kertas kerja audit harus
merupakan data yang perlu untuk mendukung laporan, perlu untuk penyelidikan di kemudian
hari dan perlu untuk verifikasi ketepatan pembukuan tranksaksi.
Setiap kertas kerja harus ditanda tangani dan di beri tanggal oleh auditor pada saat selesai
dikerjakan. Di atas kertas kerja audit harus dicantumkan nama klien, nama dan nomor akun,
dan tahun buku yang di audit serta petunjuk kepada program audit yang bersangkutan. Kertas
kerja audit harus lengkap sehingga bebas dari kekurangan-kekurangan sebagai berikut :
● Kekurangan bukti bahwa system pengendalian intern telah diselidiki dan ternyata cukup baik
atau lemah.
● Gagal menjelaskan sesuatu masalah yang timbul dari audit sebelumnya.
● Gagal untuk menyajikan pembahasan biaya dan pendapatan yang tidak di analisis.
● Lalai menunjukan prosedur audit yang dilaksanakan.
● Gagal melakukan koreksi yang ada hubungannya antara pos yang satu dengan yang lain.
● Data yang diperoleh tidak lengkap untuk menyusun laporan.
● Dasar penilaian harga aktiva tidak diungkapkan, caranya dan konsistensinya.
● Surat pernyataan manajemen tidak diperoleh mengenai persediaan barang, hutang, ataupun
komitmen lainnya.
● Gagal meyiapkan hasil audit atas tranksaksi penting yang terjadi setelah tanggal neraca.
● Gagal menyiapkan hasil audit atas penyelesaian hutang pajak tahun buku sebelumnya.
● Gagal merinci nama-nama dan jenis efek / sekuritas serta wesel tagih.
● Gagal membandingkan harga perolehan aktiva dengan harga pasar.
● Gagal menyelidiki pengawasan atas persediaan barang, system pembebanan bahan, upah, dan
overhead serta pengawasan atas persediaan barang yang usang.
● Gagal menjelaskan saldo kas yang sebenarnya bukan saldo kas (pinjaman).
● Gagal mengumpulkan dan menganalisis hasil jawaban konfirmasi.
Dalam membuat kertas kerja audit perlu di perhatikan syarat-syarat pengerjaannya, yaitu
sebagai berikut :
1. Tulis nama preusan yang di audit. di tengah sebelah atas sekali pada kertas kerja.
2. Di bawah ad. 1 tulisan nama akun neraca, laba-rugi, atau sasaran alinnya.
3. Di bawah ad. 1 dan ad. 2 tulis tahun buku yang di audit..
4. Tulis nomor index di sebelah kanan atas.
5. Tulis nomor index penunjuk ke mana / dari mana di pindahkan.
6. Kertas kerja tidak diisi bolak-balik (tulisi bagian depan saja).
7. Daftar penunjang harus terpisah dari daftar utama.
8. Sebutkan cara verifikasi dan prosedur audit lainnya yang dipakai dan tulis kesimpulannya.
9. Minta tembusan (bukan salinan sendiri) kontrak, peraturan, dan risalah rapat dan lain-lain,
untuk menghemat waktu.
10. Tiap kertas kerja harus ditandatangani pelaksana dan ketua tim serta di beri tanggal sebelah
bawah atau kanan atas.
11. Bila perlu, pakai kode / simbol audit yang lain.
12. Kertas kerja audit harus dibuat dengan bersh, jelas, teratur, dan mudah dibaca.
13. Yakinkan bahwa tidak ada kesalahan perhitungan matematis.
14. Jangan dimasukkan hal-hal yang tidak perlu atau tidak ada hubungannya.
15. Koreksi yang perlu harus diberi penjelasan yang cukup dan harus sesuai dengan yang
tercantum dalam daftar koreksi audit serta neraca lajur.
Kertas kerja audit harus diberi index agar memudahkan untuk melihat kembali bila sewaktu-
waktu diperlukan. Terdapat beberapa cara untuk memberi index, misalnya :
Cara 1 - Dengan memberi nomor urut angka terhadap kertas kerja yang pokok dan
pada tiap daftar perincian utama. Daftar perincian penunjang di beri nomor urut sesuai
dengan daftar perincian utama dengan sub nomor urut angka. Cara ini dapat menampung
perluasan.
Cara II - Dengan memberi kode urut alphabet (huruf) terhadap kertas kerja
yangpokok dan pada tiap daftar perincian utama, sedangkan untuk daftar perincian penunjang
di beri nomor urut angka. Bila untuk daftar perincian utama telah di pakai seluruh alphabet,
maka selanjutnya dipaki huruf double.
Cara III - Dengan memberi kode huruf double untuk semua daftar di luar keuangan
(non financial) dan nomor urut angka mulai dari 101 untuk kertas kerja pokok dan daftar
perincian utama yang diikuti dengan huruf untuk daftar perincian penunjang.
Cara IV - Dengan memberi nomor urut angka, baik untuk daftar di luar keuangan
maupun daftar keuangan, daftar perincian utama dan daftar perincian penunjang. Cara ini
paling sederhana.