Anda di halaman 1dari 3

KOREKSI FISKAL

DAN PENGHASILAN KENA PAJAK

PERPAJAKAN II

Oleh:

Ni Luh Putu Melly Anawati

1833121184

D4

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

2020/2021
KOREKSI FISKAL

Penyusunan laporan keuangan suatu perusahaan tentu harus disesuaikan dengan


peraturan fiskal yang berlaku, apalagi ketika laporan keuangan tersebut dijadikan dasar untuk
membuat SPT PPh yang akan dilaporkan ke kantor pajak. Laporan keuangan umumnya
dibuat berdasarkan standar akuntansi keuangan yang belum tentu sama dan sesuai dengan
peraturan/ketentuan perpajakan. Oleh karena itu, dibutuhkan koreksi fiskal atau yang biasa
disebut dengan rekonsiliasi fiskal.

Koreksi fiskal merupakan koreksi atau penyesuaian yang dilakukan oleh wajib pajak
sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan wajib pajak orang
pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak). Koreksi
fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan/pengakuan penghasilan maupun biaya
antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak.

Dalam sebuah rekonsiliasi fiskal terdapat koreksi fiskal negatif dan koreksi fiskal positif.

 Koreksi fiskal negatif merupakan koreksi fiskal yang mengakibatkan laba fiskal berkurang
atau rugi fiskal bertambah, sehingga laba fiskal lebih kecil dari laba komersial atau rugi
fiskal lebih besar dari rugi komersial. Koreksi negatif biasanya disebabkan oleh beberapa
hal, seperti:
a. Adanya selisih komersial di bawah penyusutan fiskal.
b. Penghasilan yang dikenakan PPh Final dan penghasilan yang tidak termasuk objek
pajak namun termasuk dalam peredaran usaha.
c. Penyusutan fiskal negatif lain.
 Sedangkan koreksi fiskal positif merupakan koreksi yang mengakibatkan laba fiskal
bertambah atau rugi fiskal berkurang, sehingga laba fiskal lebih besar dari laba komersial
atau rugi fiskal lebih kecil dari rugi komersial. Koreksi positif bisa disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti:
a. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi wajib pajak.
b. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa.
c. Dana cadangan.
d. Jumlah melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
e. Pajak penghasilan.
f. Harta yang dihibahkan.
g. Gaji yang dibayarkan kepada pemilik.
h. Sanksi administrasi.
i. Selisih penyusutan/amortisasi komersial.
j. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang dikenakan PPh
Final.
k. Penyesuaian fiskal positif lain yang tidak berasal dari hal-hal yang telah disebutkan.

Terdapat dua jenis rekonsiliasi fiskal berdasarkan perbedaanya secara komersial dan fiskal,
yaitu:

1) Beda tetap
Rekonsiliasi beda tetap disebabkan oleh adanya transaksi yang diakui oleh
wajib pajak sebagai penghasilan atau biaya yang sesuai dengan standar akutansi
keuangan. Rekonsiliasi beda tetap merupakan perbedaan antara laba kena pajak dan
laba akuntansi sebelum pajak yang timbul akibat transaksi yang menurut UU
perpajakan tidak akan terhapus dengan sendirinya pada periode lain.
2) Beda waktu
Rekonsiliasi fiskal beda waktu terjadi karena adanya perbedaan waktu dari
sistem akuntansi dengan sistem perpajakan. Jadi dalam hal ini transaksi menurut
akuntasi komersial dan pajak sama, yang membedakan adalah waktu alokasi biaya.

Langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk melakukan rekonsiliasi fiskal di antaranya:

- Mengenal lebih dulu penyesuaian fiskal yang diperlukan.


- Menganalisa elemen penyesuaian untuk menentukan pengaruhnya terhadap laba
usaha kena pajak.
- Mengoreksi fiskal dengan memantau angka koreksi fiskal negatif dan positif.
- Menyusun laporan keuangan secara fiskal sebagai lampiran SPT tahunan pajak
penghasilan

PENGHASILAN KENA PAJAK

Anda mungkin juga menyukai