Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No.

2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
DETERMINAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI
R. Pranajaya*, Novita Rudiyanti*
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI. Diperkirakan 80% dari jumlah
ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan ASI dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya
secara penuh tanpa makanan tambahan selama enam bulan pertama. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Determinan produksi ASI pada pada ibu menyusui yang meliputi usia ibu, paritas, proses persalinan, proses
persalinan, umur kehamilan saat persalinan, pemberian makanan pralakteral, penggunaan alat kontrasepsi,
inisiasi menyusui dini, perawatan payudara, frekuensi menyusui, dan status gizi ibu, Penelitian ini menggunakan
desain cross sectional. Populasi adalah 379 orang ibu yang mempunyai bayi dengan sampel sebanyak 196 yang
diambil secara systematic Randome Sampling . Alat pengumpulan data adalah kuesioner dengan tehnik angket. Analisis
data adalah univariat dengan persentase dan bivariat menggunakan Chi square. Hasil penelitian menggambarkan
bahwa paritas (p-value 0,000), proses persalinan (p- value=0,000), penggunaan alat kontrasepsi (p- value=0,029),
pemberian makanan pralakteral (p-value 0,000), perawatan payudara (p- value=0,001), frekuensi menyusui (p-
value=0,001) dan gizi ibu (p- value=0,000) berhubungan dengan produksi ASI, sedangkan, usia ibu (p- value=0,147),
umur kehamilan saat persalinan (p- value=0,586), dan Inisiasi menyusui dini (p- value=0,175) tidak berhubungan
dengan produksi ASI. Kesimpulan penelitian ini dari 10 variabel yang diteliti terdapat 7 variabel yang
berhubungan dengan produksi ASI, sehinga peneliti menyarankan bagi keluarga agar mendampingi ibu dan bagi
petugas kesehatan agar meningkatkan konseling serta bimbingan bagi para ibu dimulai dari kehamilan untuk
dapat melakukan manajemen laktasi agar produksi ASI menjadi meningkat.

Kata Kunci: Produksi ASI

LATAR BELAKANG telah dicanangkannya Gerakan Nasional


Peningkatan Penggunaan ASI (GNPP-ASI)
Pertumbuhan dan perkembangan oleh Bapak Presiden pada hari Ibu tanggal
bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah 22 Desember 1990 yang bertemakan
ASI yang diperoleh termasuk energi dan "Dengan ASI, kaum ibu mempelopori
zat gizi lainnya yang terkandung di dalam peningkatan kualitas manusia Indonesia".
ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan Dalam pidatonya Presiden menyatakan
lain dapat mencukupi kebutuhan juga bahwa ASI sebagai makanan tunggal
pertumbuhan sampai usia sekitar enam harus diberikan sampai bayi berusia enam
bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi bulan (Kodrat, 2010).
sebagai sumber protein vitamin dan Terdapat beberapa faktor yang
mineral utama untuk bayi yang mendapat mempengaruhi produksi ASI yaitu status
makanan tambahan yang tertumpu pada gizi ibu, ibu yang cemas, perawatan
beras. Dalam pembangunan bangsa, payudara, pengaruh proses persalinan,
peningkatan kualitas manusia harus umur kehamilan saat persalinan, berat bayi,
dimulai sedini mungkin yaitu sejak dini frekuensi menyusui, teknik menyusui,
atau bayi. Salah satu faktor yang rawat gabung, penggunaan alat
memegang peranan penting dalam kontrasepsi, alkohol, merokok dan obat-
peningkatan kualitas manusia adalah ASI obatan (Kodrat, 2010; Soetjiningsih, 1997).
(Roesli, 2006). Pemberian ASI yang dianjurkan
Pemberian ASI semaksimal mungkin ditingkat internasional dan nasional adalah
merupakan kegiatan penting dalam pemberian ASI segera setengah jam setelah
pemeliharaan anak dan persiapan generasi bayi lahir, kemudian pemberian ASI saja
penerus di masa depan. Dukungan politis sampai bayi berusia 6 bulan, selanjutnya
dari pemerintah terhadap peningkatan pemberian ASI diteruskan sampai 2 tahun
penggunaan ASI termasuk ASI ekslusif dengan pemberian makanan pendamping
telah memadai, hal ini terbukti dengan ASI. Pemberian ASI eksklusif merupakan
[227]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

salah satu kontribusi terpenting bagi dan Lampung Barat sebesar 14,68% (Dinas
kesehatan, pertumbuhan, dan Kesehatan Provinsi Lampung, 2010).
perkembangan bayi baru lahir, bayi dan Untuk wilayah kabupaten di Propinsi
anak-anak. Manfaatnya akan semakin Lampung terlihat ada beberapa daerah
besar apabila pemberian ASI dimulai pada yang cakupan ASI eksklusifnya masih
1 jam pertama setelah kelahiran, dimana rendah yaitu Pesawaran, Tulang Bawang
bayi membutuhkan makanan dan tanpa dan Lampung Barat. Kecamatan Gedong
pemberian susu tambahan. Pemberian ASI Tataan merupakan salah satu wilayah di
juga melindungi bayi dari kematian dan kabupaten Pesawaran yang mempunyai
kesakitan. Bayi yang diberi ASI eksklusif dua puskesmas yaitu puskesmas Gedong
kemungkinan menderita diare dan infeksi Tataan dan puskesmas Bernung. Data
pernafasan hanya seperempat dari seluruh pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6
kejadian yang diderita bayi yang tidak bulan tahun 2010 di puskesmas Gedong
diberi ASI (Widyastuti,www.wikipedia, Tataan sebesar 15,1% (137 bayi) dari 907
2004). bayi, sedangkan di puskesmas Bernung
Survei Demografi Kesehatan sebesar 11,6% (55 bayi) dari 473 bayi
Indonesia (SDKI) pada tahun 2010 lebih (Dinas Kesehatan Kab.Pesawaran, 2010).
dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, Data dari puskesmas Bernung, pada
cakupan ASI Eksklusif pada usia 0-1 bulan bulan September 2011 dari 357 ibu
45,4%, usia 2-3 bulan 38,3% dan usia 4-6 menyusui terdapat 127 (35,6%) ibu yang
bulan 31% (Depkes, 2010). Tahun 2008 , produksi ASI cukup sehingga dapat
Pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 menyusui secara maksimal dan 230
bulan untuk Propinsi Lampung adalah (64,4%) ibu yang produksi ASInya kurang.
45.178 bayi atau hanya sekitar 26,7% dari (Laporan PWS Gizi Puskesmas Bernung,
jumlah bayi 168.989 bayi. Tahun 2009 2011). Hasil pre survei pada 20 orang ibu
Pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 yang ditemui pada saat kunjungan
bulan untuk Propinsi Lampung adalah dipuskesmas Bernung hanya 7 (35%)
77.495 bayi atau sekitar 38,6 % dari orang ibu yang mengatakan produksi ASI
jumlah bayi 200.792 bayi. Data terakhir cukup sehingga dapat menyusui, 13 (65%)
pada tahun 2010, Pemberian ASI eksklusif orang ibu mengatakan produksi ASI
pada bayi 0-6 bulan untuk Propinsi kurang sehingga tidak menyusui. Dari 20
Lampung adalah 46.501 bayi atau sekitar orang ibu ini terdapat 5 (25%) orang ibu
33,09% dari jumlah bayi 140.546 bayi sudah melakukan perawatan payudara
(Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, sejak hamil, 7 (35%) orang ibu mengalami
2010). Berdasarkan data tersebut terlihat persalinan yang normal dengan usia
ada kenaikan cakupan pemberian ASI kehamilan yang cukup bulan, 2 (10%)
ekslusif dari tahun 2008 ke tahun 2009 orang ibu mengaku merokok dan 6 (30%)
sebesar 11,9%, namun pada tahun 2009 ke orang ibu merupakan primigravida
tahun 2010 terdapat penurunan sebesar mengatakan cemas ASInya tidak keluar
4,7%. dan tidak bisa merawat bayinya pada hari-
Pemberian ASI eksklusif pada bayi hari pertama setelah melahirkan.
0-6 bulan untuk wilayah kabupaten Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti
dipropinsi Lampung pada tahun 2010 tertarik melakukan penelitian tentang
adalah Tanggamus sebesar 32,47%, faktor-faktor yang berhubungan dengan
Lampung Tengah sebesar 45,28%, produksi ASI pada ibu menyusui di
Lampung Utara sebesar 20,29%, Way Wilayah kerja Puskesmas Bernung
kanan sebesar 61%, Pringsewu sebesar Kabupaten Pesawaran Tahun 2012.
65,20%, Bandar Lampung sebesar 65,68%,
Metro sebesar 54,45%, Tulang Bawang
Barat sebesar 20,4%, Pesawaran sebesar
18,31%, Tulang Bawang sebesar 14,48%,

[228]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

METODE Paritas
Multipara 102 52,0
Penelitian ini merupakan penelitian Primipara 94 48,0
analitik dengan pendekatan Cross Total 196 100
sectional. Populasi dalam penelitian ini Penggunaan Alat Kontrasepsi
adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi Non estrogen 132 67,3
yang lahir pada bulan Juni 2011 – Mei Estrogen 64 32,7
2012 di wilayah kerja Puskesmas Bernung Total 196 100
Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 379 Inisiasi Menyusui Dini
orang dengan besar sampel 196 ibu yang Tidak 15 7,7
daimbil dengan teknik Propotional Ya 181 92,3
Random Sampling untuk menetapkan besar Total 196 100
sampel setiap desa. Selanjunya untuk
Pemberian Makanan Pralakteral
pengambilan sampel setiap desa
Tidak 100 51,0
menggunakan Sistematic Random
Ya 96 49,0
Sampling. Pengambilan sampel ini dengan
Total 196 100
membuat daftar nama responden dari dari
masing-masing desa dari 11 desa di Perawatan Payudara
wilayah kerja Puskesmas Bernung Dilakukan 56 28,6
Kabupaten Pesawaran. Tidak dilakukan 140 71,4
Jenis data yang diambil dalam Total 196 100
penelitian ini adalah data primer. Frekuensi Menyusui
Pengumpulan data dilakukan secara angket Cukup 114 58,2
dengan kuisioner. Kuisioner akan Kurang 82 41,8
dibagikan pada responden dengan bantuan Total 196 100
petugas kesehatan setempat yaitu bidan Status Gizi Ibu
atau kader posyandu Normal 100 51,0
Analisis data terdiri dari analisi Tidak normal 96 49,0
univariat berupa distribusi frekuensi dan Total 196 100
persentase, sedangkan analisis bivariat
dengan mengunakan uji statistik Chi Analisis Bivariat
Square dengan tingkat kepercayaan 95%,
(α = 0,05). Tabel 2: Distribusi Hubungan Usia Ibu
dengan Produksi ASI
HASIL
Produksi ASI
Analisis Univariat Tidak Total
Usia Ibu Cukup
Cukup
Tabel 1: Distribusi Responden Berdasar- f % f % f %
kan Variabel Dependent dan Reproduksi 110 64,7 67 35,3 177 100
Independen Sehat
Reproduksi 8 42,1 11 57,9 19 100
Variabel f % Tidak Sehat
Produksi ASI Total 118 78 196 100
Cukup 118 60,2 P value=0,147
Tidak Cukup 78 39,8
Total 196 100 Hasil analisis diperoleh bahwa 64,7
Usia % (110) responden yang usia reproduksi
Reproduksi sehat 177 90,3 sehat mempunyai produksi ASI cukup dan
Tdk reproduksi sehat 19 9,7 42,1 % (8) responden yang usia
Total 196 100 reproduksi tidak sehat mempunyai
[229]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

produksi ASI cukup. Hasil uji statistik Tabel 5: Distribusi Hubungan Umur
diperoleh nilai p value = 0,147, Kehamilan dengan Produksi ASI
disimpulkan secara statistik tidak ada
hubungan yang signifikan antara usia ibu Produksi ASI
dengan produksi ASI Umur Cukup Tidak Total
Kehamilan Cukup
Tabel 3: Distribusi Hubungan Paritas f % f % f %
dengan Produksi ASI Aterm 95 59,0 66 41,0 161 100
Prematur 23 65,7 12 34,3 35 100
Produksi ASI Total 118 60,2 78 39,8 196 100
Tidak Total P value=0,586
Cukup
Paritas Cukup
f % f % f % Hasil analisis diperoleh bahwa
Multipara 46 45,1 56 54,9 102 100 terdapat 59,0 % (95) responden yang umur
Primipara 72 76,6 22 23,4 94 100 kehamilan saat persalinannya aterm
Total 118 60,2 78 39,8 196 100 mempunyai produksi ASI cukup dan
P value=0,000 65,7 % (23) responden yang umur
kehamilan saat persalinannya prematur
Hasil analisis diperoleh bahwa 45,1 mempunyai produksi ASI cukup. Hasil uji
% (46) responden multipara yang statistik diperoleh nilai p value = 0,586,
mempunyai produksi ASI cukup dan 76,6 disimpulkan secara statistik tidak ada
% (72) responden primipara yang hubungan yang signifikan antara umur
mempunyai produksi ASI cukup. Hasil uji kehamilan saat persalinan dengan produksi
statistik diperoleh nilai p value = 0,000, ASI.
disimpulkan secara statistik ada hubungan
yang signifikan antara paritas dengan Tabel 6: Distribusi Hubungan Penggunaan
produksi ASI. Alat Kontrasepsi dengan Produksi
ASI
Tabel 4: Distribusi Hubungan Proses
Persalinan dengan Produksi ASI Produksi ASI
Penggunaan Tidak Total
Cukup
Produksi ASI Kontrasepsi Cukup
Proses Tidak Total f % f % f %
Cukup
Persalinan Cukup Non Estrogen 87 65,9 45 34,1 132 100
f % f % f % Estrogen 31 48,4 33 51,6 64 100
Normal 73 51,8 68 48,2 141 100 Total 118 60,2 78 39,8 196 100
Tdk Normal 45 81,8 10 18,2 55 100 P value=0,029
Total 118 60,2 78 39,2 196 100
P value=0,000 Hasil analisis diperoleh bahwa 65,9
% (87) responden yang menggunakan alat
Hasil analisis diperoleh bahwa 51,8 kontrasepsi non estrogen mempunyai
% (73) responden yang proses produksi ASI cukup dan 48,4 % (31)
persalinannya normal mempunyai responden yang menggunakan alat
produksi ASI cukup dan 81,8 % (45) kontrasepsi estrogen mempunyai produksi
responden yang proses persalinannya tidak ASI cukup. Hasil uji statistik diperoleh
normal mempunyai produksi ASI cukup. nilai p value = 0,029, disimpulkan secara
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = statistik ada hubungan yang signifikan
0,000, disimpulkan secara statistik ada antara penggunaan alat kontrasepsi dengan
hubungan yang signifikan antara proses produksi ASI.
persalinan dengan produksi ASI..

[230]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

Tabel 7: Distribusi Hubungan Inisiasi Tabel 9: Distribusi Hubungan Perawatan


Menyusui Dini dengan Produksi Payudara dengan Produksi ASI
ASI
Produksi ASI
Melakukan
Produksi ASI Tidak Total
Perawatan Cukup
Tidak Total Cukup
IMD Cukup Payudara
Cukup f % f % f %
f % f % f % Ya 23 41,1 33 58,9 56 100
IMD 12 80,0 3 20,0 15 100 Tidak 95 67,9 45 32,1 140 100
Tidak IMD 106 58,6 75 41,4 181 100 Total 118 60,2 78 39,8 196 100
Total 118 60,2 78 39,8 196 100 P value=0,001
P value=0,175
Hasil analisis diperoleh bahwa
Hasil analisis diperoleh bahwa 80,0 41,1% (23) responden yang melakukan
% (12) responden yang tidak Inisiasi perawatan payudara mempunyai produksi
Menyusui Dini mempunyai produksi ASI ASI cukup dan 67,9% (95) responden
cukup dan 58,6 % (106) responden yang yang tidak melakukan perawatan payudara
Inisiasi Menyusui Dini mempunyai mempunyai produksi ASI cukup. Hasil uji
produksi ASI cukup. Hasil uji statistik statistik diperoleh nilai p value = 0,001,
diperoleh nilai p value = 0,175, disimpulkan secara statistik ada hubungan
disimpulkan secara statistik tidak ada yang signifikan antara perawatan payudara
hubungan yang signifikan antara Inisiasi dengan produksi ASI.
Menyusui Dini dengan produksi ASI
Tabel 10: Distribusi Hubungan Frekuensi
Tabel 8: Distribusi Hubungan Pemberian Menyusui dengan Produksi
Makanan Pralakteral dengan ASI
Produksi ASI
Produksi ASI
Produksi ASI Frekuensi Tidak Total
Memberi Cukup
Tidak Total Menyusui Cukup
Makanan Cukup
Cukup f % f % f %
Prarektal
f % f % f % Cukup 80 70,2 34 29,8 114 100
Ya 73 73,0 27 27,0 100 100 Kurang 38 46,3 44 53,7 82 100
Tidak 45 46,9 51 53,1 96 100 Total 118 60,9 78 39,8 196 100
Total 118 60,2 78 39,8 196 100 P value=0,001
P value=0,000
Hasil analisis diperoleh bahwa
Hasil analisis diperoleh bahwa 70,2% (80) responden yang frekuensi
73,0% (73) responden yang tidak menyusuinya cukup mempunyai produksi
memberikan makanan pralakteral ASI cukup dan 46,3% (38) responden
mempunyai produksi ASI cukup dan yang frekuensi menyusuinya kurang
46,9% (45) responden yang memberikan mempunyai produksi ASI cukup. Hasil uji
makanan pralakteral mempunyai produksi statistik diperoleh nilai p value = 0,001,
ASI cukup. Hasil uji statistik diperoleh disimpulkan secara statistik ada hubungan
nilai p value = 0,000, disimpulkan secara yang signifikan antara frekuensi menyusui
statistik ada hubungan yang signifikan dengan produksi ASI.
antara pemberian makanan pralakteral
dengan produksi ASI.

[231]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

Tabel 11: Distribusi Hubungana Status mengatakan bahwa usia 35 tahun lebih
Gizi dengan Produksi ASI merupakan umur yang beresiko karena erat
kaitannya dengan anemia gizi yang dapat
Produksi ASI mempengaruhi produksi ASI. Pada
Status Gizi Tidak Total primipara dengan usia diatas 35 tahun
Cukup mengalami penurunan dalam produksi
Ibu Cukup
n % N % n % hormon sehingga proses laktasi juga
Normal 75 75,0 25 25,0 100 100 mengalami penurunan.
Tidak Namun penelitian ini sejalan dengan
43 44,8 53 55,2 96 100 penelitian menurut Lipsman (1991) yang
Normal
Total 118 60,2 78 39,8 196 100 menemukan bahwa umur tidak
P value=0,000 berhubungan dengan produksi ASI. Pada
ibu menyusui usia remaja atau usia tua
Hasil analisis diperoleh bahwa dengan gizi baik, intake ASI mencukupi
terdapat 75,0% (75) responden yang berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22
status gizi normal mempunyai produksi bayi dari 25 bayi.
ASI cukup dan 44,8% (43) responden yang Berdasarkan hasil penelitian terlihat
status gizi tidak normal mempunyai sebagian besar reponden masih berada
produksi ASI cukup. Hasil uji statistik pada rentang usia reproduksi sehat yaitu
diperoleh nilai p value = 0,000, 90,3% dimana semua organ tubuh masih
disimpulkan secara statistik ada hubungan bekerja secara optimal untuk dapat
yang signifikan antara status gizi dengan memproduksi ASI dan ada 9,7% responden
produksi ASI yang rentang usianya bukan termasuk
reproduksi sehat. Namun ada beberapa
PEMBAHASAN faktor yang lebih mempengaruhi produksi
ASI selain usia misalnya kondisi
Usia Ibu dengan Produksi ASI psikologis ibu sehingga pengeluaran
hormon yang merangsang produksi ASI
Usia yaitu umur individu yang juga terhambat.
terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat Penulis dapat menyimpulkan bahwa
berulang tahun. Usia reproduksi yang sehat umur yang terbaik bagi ibu untuk
adalah pada usia 20-35 tahun dimana usia memproduksi ASI adalah saat usia
tersebut merupakan periode yang paling reproduksi sehat namun ibu yang tidak
baik untuk hamil, melahirkan dan pada usia reproduksi sehat juga dapat
menyusui (Hartanto, 2003). Dalam kurun memproduksi ASI dengan baik asal
waktu reproduksi sehat produksi ASI akan didukung dengan kecukupan gizi.
cukup karena fungsi alat reproduksi masih
dapat bekerja secara optimal. Ibu yang Paritas dengan Produksi ASI
berusia <20 tahun masih belum matang
dalam fisik dan psikologisnya sehingga Paritas adalah banyaknya kelahiran
kemungkinan akan adanya gangguan hidup yang dipunyai oleh seorang wanita
dalam produksi ASI besar, sedangkan ibu (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo
yang berusia >35 tahun dianggap (2009), paritas dapat dibedakan menjadi
berbahaya karena baik alat reproduksinya primipara, multipara dan grandemultipara.
maupun organ tubuh lainnya sudah Paritas adalah jumlah kehamilan yang
mengalami penurunan sehingga resiko menghasilkan janin yang mampu hidup
terjadinya komplikasi baik dalam diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO,
kehamilan, persalinan dan menyusui sangat 2008). Sedangkan menurut Manuaba
tinggi (Depkes RI, 2006). (2007), paritas adalah wanita yang pernah
Hal ini tidak sejalan dengan melahirkan bayi aterm.
penelitian menurut Husnaini (1999)

[232]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

Ibu yang melahirkan lebih dari satu Proses persalinan yang normal sangat
kali mampu memproduksi ASI lebih mendukung dalam pemberian ASI
banyak dibandingkan yang melahirkan khususnya sejam atau lebih setelah
pertama kali (Kodrat, 2010). Seorang yang persalinan. Persalinan yang normal akan
baru melahirkan pertama kali biasanya memudahkan ibu langsung berinteraksi
mempunyai pengetahuan dan pengalaman segera dengan si bayi. Sedangkan ibu yang
yang kurang dalam hal menyusui, mengalami proses persalinan abnormal
sedangkan ibu yang telah melahirkan lebih seperti vakum, forcep, operasi cesar,
dari sekali tentu sudah menpunyai perdarahan atau komplikasi lain akan sulit
pengalaman dalam hal menyusui sehingga untuk berinteraksi langsung dengan
manajemen laktasi akan dijalankan dengan bayinya. Hal ini disebabkan ibunya sendiri
baik. Selain itu kesiapan psikologis antara masih merasakan sakit, trauma dengan
primipara dan multipara sangat berbeda. proses persalinanya sehingga perhatiannya
Seorang primipara lebih mudah merasa bukan ke bayi tapi kedirinya sendiri.
cemas dan labil kondisi psikologisnya hal Berdasarkan hasil penelitian dan
ini akan mempengaruhi pengeluaran teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa
hormon yang berperan dalam produksi ASI ibu yang mengalami proses persalinan
(Soejtiningsih, 1997). normal cenderung dapat memproduksi ASI
Dalam penelitian ini terlihat cukup dengan cukup dibandingkan dengan ibu
banyak ibu yang produksi ASI cukup pada yang proses persalinannya mengalami
primipara yaitu 76,6% namun juga masih komplikasi. Maka pada saat seperti ini
ada ibu yang multipara ternyata produksi sangat diperlukan peran petugas kesehatan
ASInya tidak cukup yaitu 54,9%. Hal ini untuk menjelaskan kondisi yang sedang
dapat terjadi karena paritas bukan satu- dialami ibu, karena kondisi belum
satunya faktor yang berhubungan dengan keluarnya ASI membuat ibu mengira
produksi ASI, ibu yang primipara lebih bahwa ASInya tidak cukup sehingga ibu
banyak mengalami kecemasan sehingga akan berhenti menyusu.
mempengaruhi hormon yang membantu
produksi ASI sedangkan ibu yang Usia Kehamilan dengan Produksi ASI
multipara dipengaruhi oleh jarangnya
melalukan perawatan payudara, frekuensi Produksi ASI mulai aktif bekerja
menyusui juga umur kehamilan sehingga pada usia kehamilan sekitar 6-7
produksi ASI juga tidak cukup. bulan.Produksi ASI akan bekerja secara
optimal rata-rata sekitar 3-4 hari setelah
Proses Persalinan dengan Produksi ASI kelahiran bayi. Dalam rentang waktu itu
ada proses laktogenesis yaitu disebabkan
Persalinan adalah proses fisiologik oleh hormon prolaktin yang dihasilkan
dimana uterus mengeluarkan atau berupaya oleh kelenjar pituitari di otak sejak seorang
mengeluarkan janin dan plasenta setelah ibu positif hamil. Sejak usia kehamilan 16
masa kehamilan 20 minggu atau lebih minggu atau berkisar empat bulan
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan kehamilan, produksi ASI sudah mulai ada
lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tetapi dihambat oleh kadar hormon
tanpa bantuan. Persalinan adalah proses kehamilan yang tinggi. Baru, pada hari
pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) kedua atau ketiga pascapersalinan, kadar
yang telah cukup bulan atau hidup di luar hormon kehamilan turun drastis dan
kandungan melalui jalan lahir atau melalui hormon yang memengaruhi produksi ASI
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa yaitu hormon prolaktin semakin dominan.
bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, Saat itulah ASI mulai dikeluarkan dari
2007). payudara.
Menurut Arifin (2004) produksi ASI Jadi jika seorang ibu melahirkan
dapat dipengaruhi proses persalinan. dengan usia kehamilan >28 minggupun

[233]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

sudah siap untuk memproduksi ASI. Jika mengakibatkan pembentukan sugar milk
umur kehamilan mempengaruhi intake dan sekresi ASI yang makin berkurang
ASI, hal ini disebabkan bayi yang lahir (Manuaba, 2007).
prematur (umur kehamilan kurang dari 37 Berdasarkan hasil penelitian dan
minggu) sangat lemah dan tidak mampu teori diatas dapat disimpulkan bahwa ibu
mengisap secara efektif sehingga stimulasi yang menggunakan alat kontrasepsi tanpa
untuk merangsang hormon produksi ASI mengandung hormone estrogen cenderung
lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak untuk memproduksi ASI dengan cukup
prematur. Lemahnya kemampuan dibandingkan dengan ibu yang
mengisap pada bayi prematur dapat menggunakan alat kontrasepsi estrogen.
disebabkan belum sempurnanya fungsi Oleh karena itu diharapkan adanya
organ (Manuaba, 2007). penyampaian informasi yang benar tentang
Berdasarkan teori dan hasil alat kontrasepsi dan bagi petugas kesehatan
penelitian dapat disimpulkan bahwa pada agar dapat membantu ibu yang menyusui
ibu yang melahirkan pada umur kehamilan untuk dapat memilih alat kontrasepsi yang
lebih dari 28 minggu dan kurang dari 37 tidak menganggu proses laktasi.
minggu (prematur) masih tetap dapat
memproduksi ASI dengan baik.. Inisiasi Menyusui Dini dengan Produksi
ASI
Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan
Produksi ASI Hasil penelitian ini bertentang
dengan teori yang mengatakan bahwa
Saat ini terdapat alat kontrasepsi Merangsang hormon lain yang membuat
yang mengandung hormon estrogen dan ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai
yang tidak mengandung hormon estrogen. bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri
Jenis progestin, obat ini bekerja dengan (karena hormon meningkatkan ambang
jalan menekan pembentukan hormon dari nyeri), dan timbul rasa sukacita/bahagia.,
otak sehingga mencegah terjadinya merangsang pengaliran ASI dari payudara,
ovulasi. Obat suntikan ini sangat cocok sehingga ASI matang (yang berwarna
diberikan pada ibu-ibu yang sedang putih) dapat lebih cepat keluar. Pada
menyusui karena cara kerjanya tidak penelitian ini hampir seluruh responden
mengganggu laktasi. Untuk jenis pil ada tidak melakukan inisiasi menyusui dini ,
yang hanya mengandong progesteron tapi hal ini disebabkan karena masih minimnya
juga ada yang mengandung progesteron pengetahuan ibu dan tenaga kesehatan
dan estrogen. Jenis pil yang tidak yang menolong persalinan sehingga hal
menganggu laktasi adalah yang tersebut tidak dilaksanakan.
mengandung progesteron saja. Berdasarkan uraian diatas dan
Kontrasepsi progestin merupakan membandingkan dengan teori maka
suatu metode kontrasepsi yang hanya penulis dapat menyimpulkan bahwa
mengandung hormon progesteron. inisiasi menyusui dini bukan merupakan
BKKBN merekomendasikan kontrasepsi salah satu faktor yang mempunyai
minipil untuk para ibu dalam masa hubungan bermakna dengan produksi ASI,
menyusui. Produksi ASI dipengaruhi oleh
hormon prolaktin, tetapi fungsinya belum Pemberian Makanan Pralakteral
mampu merangsang pengeluaran ASI dengan Produksi ASI
apabila dihalangi oleh estrogen dan
progesteron (Hartanto, 1996). Hormon Banyak ibu sekarang tidak menyusui
estrogen dapat mengurangi kerja prolaktin bayinya karena merasa ASI yang
sehingga produksi ASI menurun, diproduksinya tidak cukup banyak.
sedangkan hormon progesteron dapat Padahal, bila mengutip dari penelitian
mengurangi sintesis alfa laktbulin yang WHO, hanya ada satu dari 1.000 orang ibu

[234]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

yang tidak menyusui. Meskipun bayi nipple rolling atau memuntir puting
hanya mendapat asupan pralaktal sedikit, payudara. Masase payudara dan memerah
ibu kemungkinan besar akan mengalami ASI pada awalnya meningkatkan aliran
masalah seperti pembengkakan payudara. ASI dengan membersihkan sinus-sinus dan
Akibatnya, kegiatan menyusui duktus-duktus laktiferus kolostrum
kemungkinan besar akan berhenti lebih pertama yang lengket, selanjutnya
awal dibandingkan bila bayi disusui membentuk aliran kolostrum yang kurang
eksklusif sejak lahir. pekat. Duktus dan sinus ini juga digunakan
Pemberian makanan pralaktal untuk mengurangi pembengkakan,
sebaiknya dihindari sejak awal, dengan membantu bayi menyusui, dan
memberikan ASI sejak lahir (menyusui mengumpulkan ASI.
dini), segera setelah lahir sebelum 1 jam. Hal ini juga sesuai dengan hasil
Jangan memberikan bayi kepada ibunya penelitian oleh Rochaeti yang
setelah bayi dibersihkan dan dibungkus menunjukkan bahwa dengan melakukan
untuk menyusui awal. Kontak kulit dengan perawatan payudara oleh ibu hamil setelah
kulit pada payi baru lahir dengan ibunya melahirkan ternyata menunjukkan produksi
adalah penting dalam proses menyusui dini ASI dengan kategori cukup 23 ibu (72,2
(Roesli, 2006). %).
Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan juga 27,0% ibu yang tidak didapatkan juga masih terdapat ibu yang
memberikan makanan pralakteral ternyata melakukan perawatan payudara namun
produksi ASInya tidak cukup dan masih produksi ASI tidak cukup dan ada ibu yang
ada 46,9% ibu yang memberikan makanan tidak melakukan perawatan payudara tapi
pralakteral ternyata mampu memproduksi mampu memproduksi ASI dengan cukup.
ASI dengan cukup. Pada ibu yang sudah melakukan perawatan
Berdasarkan hasil penelitian di atas payudara namun tidak diikuti dengan
dapat disimpulkan bahwa produksi air frekuensi menyusui yang cukup juga dapat
susu ibu sangat dipengaruhi oleh budaya. menurunkan produksi ASI. Selain itu
Ibu yang kurang percaya diri, rasa tertekan proses persalinan yang dialami mengalami
dan berbagai bentuk ketegangan komplikasi dan kecemasan dapat membuat
emosional, karena bayinya menangis psikologis ibu menjai tidak baik yang pada
karena lapar mungkin akan gagal dalam akhirnya berpengaruh pada produksi ASI.
menyusui bayinya. Sedangkan ibu yang tidak melakukan
perawatan payudara tapi mampu
Perawatan Payudara dengan Produksi memproduksi ASI dengan cukup banyak
ASI yang multipara. Ibu yang sudah punya
Perawatan payudara adalah suatu anak tentu mempunyai pengetahuan dan
tindakan untuk merawat payudara terutama pengalaman yang cukup sehingga lebih
pada masa nifas (masa menyusui) untuk siap dalam memproduksi ASI.
memperlancarkan pengeluaran ASI.
Perawatan payudara ini dilakukan dua kali Frekuansi Menyusui dengan Produksi
sehari pada waktu mandi pagi dan sore hari ASI
(Soetjiningsih, 1997).
Menurut Varney (2007) disamping Frekuensi penyusuan adalah
perawatan payudara, ibu juga perlu kekerapan bayi menyusu pada ibu (Kodrat,
mengetahui keterampilan-keterampilan 2010). Setiap bayi mempunyai pola
yang dapat digunakan oleh ibu ketika menyusu yang unik, tidak sama satu
memulai pemberian ASI dan selama diantara yang lain, beberapa bayi biasanya
periode menyusui bayi secara keseluruhan mengisap sedikit atau hanya sebentar akan
adalah masase payudara, pengeluaran ASI tetapi dengan frekuensi yang sering.
secara normal (memerah payudara), dan

[235]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

beberapa bayi juga menyusu lebih lama kondisi bayi yang prematur membuat
namun dengan frekuensi yang jarang. kekuatan isapan bayi lemah sehingga tidak
Pengisapan anak mempunyai mampu merangsang pengeluaran hormon
peranan penting dalam produksi air susu yang membantu produksi ASI.
ibu, karena memiliki pengaruh dalam Berdasarkan uraian diatas dan
pengeluaran hormon pituirin. Isapan anak membandingkan dengan teori maka
akan merangsang otot polos yang terdapat penulis dapat menyimpulkan bahwa ibu
dalam buah dada. Untuk berkontraksi yang yang frekuensi menyusuinya cukup
kemudian merangsang susunan syaraf di cenderung akan memproduksi ASI dengan
sekitarnya dan meneruskan rangsangan ini baik dibandingkan dengan ibu yang jarang
ke otak. Otak akan memerintahkan menyusui.
kelenjar hypophyse bagian belakang untuk
mengeluarkan pituirin lebih banyak, akan Status Gizi Ibu dengan Produksi ASI
mempengaruhi kuatnya kontraksi otot-otot
polos buah dada dan uterus. Kontraksi Hasil penelitian ini sejalan dengan
otot-otot polos pada buah dada berguna teori yang menyatakan bahwa asupan
untuk pembentukan air susu ibu, energi busui yang kurang dari 1500 kkal
sedangkan kontraksi otot-otot polos pada per hari ternyata dapat menurunkan
uterus berguna untuk mempercepat produksi ASI sebesar 15%. Kandungan
involusi (Wiyati, 2008). total lemak pun akan menurun disertai
Menurut hasil penelitian Hopkinson dengan perubahan pola asam lemak yang
pada studi 32 ibu dengan bayi prematur ada. Komponen imun dalam ASI (juga
disimpulkan bahwa produksi ASI akan kolostrum) kuantitasnya akan rendah
optimal dengan pemompaan ASI lebih dari seiring dengan semakin buruknya status
5 kali per hari selama bulan pertama nutrisi busui. Ibu dengan status gizi cukup
setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan akan menimbun cadangan makanan
karena bayi prematur belum dapat nutrien dalam tubuh yang digunakan
menyusu. Studi lain yang dilakukan pada untuk mengimbangi kebutuhan selama
ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan laktasi (Arisman, 2007).
bahwa frekuensi penyusuan 10 - 13 kali Kebutuhan gizi ibu menyusui lebih
perhari selama 2 minggu pertama setelah besar dibandingkan saat hamil. Saat
melahirkan berhubungan dengan produksi menyusui diperlukan energy ekstra untuk
ASI yang cukup. memulihkan kondisi kesehatan setelah
Dari hasil penelitian ini didapatkan melahirkan, untuk aktivitas sehari-hari,
bahwa sebagian besar responden serta pembentukan ASI. Pada bulan
mempunyai frekuensi menyusui yang pertama sesudah persalinan, produksi ASI
cukup tapi masih ada beberapa yang tidak umumnya sangat banyak sehingga akan
menghasilkan produksi ASI cukup. Data banyak keluar dihisap oleh bayi dan ibu
yang didapatkan terdapat 29,8% ibu yang akan lebih cepat merasa haus dan lapar.
frekuensi menyusuinya cukup tapi Agar jumlah kalori yang keluar tersebut
produksi ASInya tidak cukup dan ada seimbang maka diperlukan masukan nutrisi
46,3% ibu yang frekuensi menyusuinya yang seimbang karena energy ini akan
kurang dapat memproduksi ASI dengan diproses lagi untuk pembentukan ASI.
cukup. Hal ini dapt dipengaruhi faktor lain Selama menyusui ibu memproduksi
seperti kecemasan ibu dan faktor bayi. Ibu sekit ar 800-1000cc ASI (Paat h,2005).
yang cemas walaupun frekuensi Jumlah produksi ASI bergantung
menyusuinya cukup tapi tetap pada besarnya cadangan lemak yang
mempengaruhi pengelauran hormon tertimbun selama hamil dan dalam
oksitosin yang membuat produksi ASI juga batas t ertentu. Rata-rata volume ASI
menurun. Pada faktor bayi, ibu yang wanit a berstatus gizi baik sekit ar
menyusui dengan frekuensi cukup tapi 700-800 ml. Sement ara yang

[236]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

berst atus gizi kurang hanya berkisar 500- value=0,586), dan inisiasi menyusui dini
600 ml. Jumlah ASI yang disekresikan (p- value=0,175).
pada 6 bulan pert ama sebesar 750 ml Berdasarkan kesimpulan tersebut
sehari. Sekresi pada hari pertama hanya maka penulis menyarankan bagi keluarga
terkumpul sebanyak 50 ml yang terutama suami agar selalu mendampigi
kemudian meningkat menjadi 500, dan membantu ibu untuk merawat bayi
650,dan 750 ml masing-masing pada agar ibu dapat beristirahat derngan cukup,
hari kelima bulan pert ama dan merasa tenang dan kondisi fisiknya juga
ket iga. Volume ASI pada bulan baik sehingga produksi ASI dapat berjalan
berikut nya menyusut menjadi 600 dengan baik pula. Serta perlu adanya
ml. Status gizi t idak berpengaruh dukungan aparatur desa dan masyarakat
terhadap mutu (kecuali volume) ASI, agar kegiatan posyandu dapat berjalan
meskipun kadar vitamin dan mineralnya dengan baik sehingga kader dapat
sedikit lebih rendah (Arisman, 2007). meningkatkan penyuluhan tentang
Pada penelitian ini responden yang manajemen laktasi.
status gizinya tidak normal masih
tergolong kekurangan berat badan ringan
dan kelebihan berat badan ringan, sehingga * Dosen Pada Prodi Kebidanan
cadangan lemak masih cukup untuk Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes
menghasilkan kalori yang membantu Tanjungkarang
produksi ASI. Selain itu data berat badan Email: rudiyantinovita@yahoo.com
ibu yang diambil belum bisa
menggambarkan kondisi status gizi ibu
yang sebenarnya karena data berat badan DAFTAR PUSTAKA
hanya yang diingat oleh ibu saja.
Sebaiknya berat badan ibu dapat dilihat Arisman, 2007., Gizi Daur Hidup, EGC.
dari bayi usia 0-6 bulan, jadi setiap Jakarta.
bulannya ibu akan dihitung status gizinya. Depkes RI, 2006., Petunjuk pelaksanaan
Dengan melihat uraian diatas dan ASI Ekslusif. Jakarta
membandingkan dengan teori maka Dinkes Kab. Pasawaran, 2010, Profil
penulis dapat menyimpulkan bahwa Kesehatan Kab. Pasawaran 2010.
dengan status gizi yang normal asalkan Dinkes Provinsi Lampung, 2010., Profil
tidak ada faktor lain yang menjadi Kesehatan Lampung Tahun 2010.
penghambat maka produksi ASI akan Kodrat, Laksono, 2010, Dasyatnya ASI
berjalan dengan baik pula dan Laktasi (Untuk kecerdasan Buah
Hati). Media Baca. Yogyakarta.
KESIMPULAN Manuaba, IBG. 2007., Pengantar Kuliah
Obstetri. EGC. Jakarta.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Prawirohardjo, 2009 Ilmu kebidanan.
dari 10 variabel, didapat 7 variabel yang Yayasan Bina Pustaka. Jakarta
berhubungan dengan produksi ASI yakni Roesli U. 2006., Mengenal ASI Ekslusif.
paritas (p-value 0,000), proses persalinan Pustaka pembangunan swasaya
(p- value=0,000), penggunaan alat nusantara. Jakarta
kontrasepsi (p- value=0,029), pemberian Soetjiningsih, Dr,DSAK. 1997., ASI
makanan pralakteral (p-value 0,000), Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.
perawatan payudara (p- value=0,001), EGC. Jakarta.
frekuensi menyusui (p- value=0,001) dan Varney, Hellen. 2008., Buku Ajar Asuhan
Gizi Ibu (p- value=0,000) dan 3 variabel Kebidanan Edisi 4. EGC. Jakarta .
yang tidak ada hubungan dengan Produksi
ASI yakni usia ibu (p- value=0,147), umur
kehamilan saat persalinan (p-

[237]

Anda mungkin juga menyukai