Anda di halaman 1dari 9

Nama : Aprilia Inovita Wijayanti

NIM : 1803015

Prodi/smt/kls : S1 Keperawatan/ VI/ A

Mata kuliah : Keperawatan Gawat Darurat

Pokok bahasan : 1. Konsep Keperawatan Gawat Darurat 1

2. Konsep Keperawatan Gawat Darurat 2

3. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

4. Issue End of Life dalam Area Keperawatan Kritis

5. Mekanisme Trauma

Konsep Keperawatan Gawat Darurat 1

Sistem penanggulangan penderita gawat darurat :

1. Komponen pra rumah sakit (luar RS)


a. Penolong pertama (orang awam)
b. Petugas kesehatan (yang menemukan dilokasi kejadian)
c. Upaya pelayanan transportasi penderita gawat darurat
2. Komponen intra Rumah Sakit (dalam RS)
a. Puskesmas
b. Rumah Sakit

Penanggulangan penderita gawat darurat :

1. Mencegah kematian dan cacat pada penderita gawat darurat


2. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai
3. Menaggulangi korban bencana

Prinsip penanggulangan penderita gawa darurat melalui :

1. Primary survey (ABCDE)


2. Secondary survey (fokus assesment, head to toe, riwayat penyakit, riwayat
psikososial, pengkajian nyeri, pemeriksaan diagnostik)

Karakteristik pelayanan di UGD :

1. Tingkat kegawatan dan jumlah pasien yang datang sering tidak terprediksi
2. Proses keperawatan diberikan untuk seluruh usia, seringkali dengan data dan waktu
yang sangat terbatas
3. Jenis tindakan yang diberikan merupakan tindakan yang memerlukan kecepatan dan
ketepatan yang tingi
4. Adanya saling ketergantungan yang tinggi antar profesi

Sifat pasien di UGD :

1. Perlu pengobatan segera


2. Unik/ egois
3. Tidak sabar menunggu
4. Mempunyai masalah patologis, psikologis, lingkungan dan keluarga

A. Pasien gawat darurat (label merah )


Pasien dengan kondidi terancam jiwanya dan harus segera diberikan pertolongan.
Contoh : pasien dengan AMI, trauma berat, sumbatan jalan nafas, pneumothorax, syok
hipovolemik, luka bakar dengan trauma inhalasi
B. Pasien gawat tidak darurat (label kuning)
Pasien dengan kondisi terancam jiwanya tetapi tidak membutuhkan pertolongan segera,
karena pertolongan yang diberikan harus melalui prosedur yang sesuai dan membutuhkan
proses persiapan yang cukup matang.
Contoh : pasien dengan kanker stadium akhir
C. Pasien darurat tidak gawat (label kuning)
Pasien yang datang karena mendapat musibah secara tiba-tiba, perlu mendapatkan
pertolongan segera tetapi tidak mengancam jiwanya.
Contoh : pasien dengan fraktur terbuka, cedera tualng belakang, trauma capitis tertutup,
luka bakar, apendiksitis akut
D. Pasien tidak gawat tidak darurat (label hijau)
Contoh : pasien dengan influenza, acne, dismenore, luka lecet. Luka memar, fraktur
ekstremitas atas, demam

Triage adalah metode pengelompokan pasien berdasarkan tingkat keseriusan kondisi.

Dasar-dasar triage :

1. Derajat cedera
2. Jumlah yang cedera
3. Sarana dan kemampuan
4. Kemungkinan bertahan hidup

Tindakan di triage :

1. Mengkaji keluhan utama pasien dan gejala


2. Riwayat kesehatan singkat
3. Pengkajian fisik (primer dan sekunder)
4. Menetapkan tingkat kegawatan
5. Membawa klien ke bagian yang sesuai dengan tingkat kegawatan
Sarana fisik UGD :

1. Triage
2. Ruang tindakan (bedah dan non bedah)
3. Ruang RR
4. Ruang observasi
5. Ruang infeksi
6. Ruang jenazah sementara
7. Ruang neonatus
8. Laboratorium
9. Radiologi
10. Bank darah
11. Ruang pertemuan
12. Ruang administrasi
13. Ruang tunggu keluarga
14. Ruang dokter
15. Ruang perawat

Fasilitas dan obat-obatan :

1. Peralatan dan non medis (komunikasi dan transportasi)


2. Peralatan medis
a. Trolley emergency (alat dan obat emergency)
b. Monitor EKG
c. Pulse oxymetri
d. Defribilator
e. Infusion punp
f. Syringe punp
g. Ventilator
h. Nebulaizer
i. Bidai
j. Minor set, partus set
k. Alat pemeriksaan TTV, dll
3. Obat utama (Adrenalin, SA, Lidokain)
4. Obat tambahan (Aminophyllin, Diuretik, Analgetik, Kortikosteroid, Elektrolit,
Antispasmodik, ATS, SABU, AB, D 40%, dll)
5. Cairan (RL, NaCl 0,9%, D 5%, D 10%, koloid)

ICU adalah suatu tempat atau unit yang tersendiri di dalam RS yang memiliki straf khuus,
peralatan khusus ditujukan untuk menanggulangi pasien gawat karena penyakit, trauma atau
komplikasi-komplikasi.

Kemampuan minimal yang harus dimiliki :

1. RJP
2. Pengelolaan jalan nafas, termasuk ET dan penggunaan ventilator
3. Terapi oksigen
4. Pemantauan EKG terus menerus
5. Pemberian nutrisi enteral dan parental
6. Pemeriksaan lab khusus dengan cepat dan menyeluruh
7. Pemakaian infus pump dan shyring punp
8. Alat pemantau/ monitor

Konsep Keperawatan Gawat Darurat 2

Dalam memberikan pelayan gawat darurat perawat harus mampu melakukan :

1. Triage
2. Resusitasi dengan atau tanpa alat
3. Mengetahui prinsip stabilisasi dan terapi definitif
4. Mempu bekerja dalam tim
5. Melakukan komunikasi dengan tim, pasien dan keluarga pasien

Keperawatan gawat darurat adalah asuhan keperawatan yang diberikan di luar atau di
dadalam RS terhadap pasien berbagai usia yang mengalami sakit, injury baik fisik/
emosional, dipersepsikan aktual, dengan kasus akutkritis, dimana kondisi pasien tidak stabil
dan tidak terdiagnosa.

Dasar hukum keperawatan gawat darurat :

1. UU RI No. 36 Th 2009 tentang kesehatan


2. UU RI No. 44 Th 2009 tentang RS
3. UU RI No. 24 Th 2007 tentang penanggulangan bencana
4. UU RI No. 33 Th 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dengan daerah
5. PP No. 38 Th 2007 tentang pembagian urusan pemerintah
6. UU RI No. 8 Th 1999 tentang perlindungan konsumen
7. Kemenkes RI No. 145/Menkes/SK/IX/2007 tentang pedoman teknis penyelenggaraan
gadar dan bencana
8. Kemenkes RI No. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang standar IGD RS
9. Permenkes RI No. 02.02/148/Menkes/SK/I/2010 tentenag izin dan penyelenggaraan
praktek perawat
10. Kep. Men. Kes RI No. 1457/Menkes/SK/XII/2003 tentang standar minimal bidang
kesehatan di kabupaten/kota
11. Kep. Men. Kes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal
RS

Ruang lingkup pelayanan keperawatan gawat darurat :

1. Manajemen pasien
Memanajemen pasien melintasi rentang kehidupan dari lahir melewati kematian dan
semua kondisi kesehatan yang mendorong untuk mencari perawatan emergensi.
2. Lifesaving & Limb-saving
Pelayanan keperawatan dibatasi oleh perbedaan pengetahuan, pasien dan proses
pelayanan. Perawat memberikan perawatan terhadap semua usia dan populasi
melewati spektrum luas dari penyakit, pencegahan injuri, penilaian lifesaving dan
limb-saving.
3. Askep gadar
Memerlukan gabungan dari pengkajian, intervensi, dan keterampilan manajemen
umum dan khusus.
4. Tindakan gadar
Tindakan sistematis meliputi proses keperawatan, diagnosa keperawatan,
pengambilan keputusan, berpikir analitik, keilmuan dan inquiry.
5. Karakteristik perilaku profesional
Mahir, aplikasi badan pengetahuan dan keterampilan khusus, tanggung gugat,
tanggung jawab, komunikasi, otonomi, hubungan kolaborasi dengan profesi lain.

Kompetensi inti dalam pelayan keperawatan gawat darurat :

1. Client assesment
2. Priority setting and critical thingking
3. Knowledge of emergency care
4. Technical skill
5. Communication
6. Certification
7. Certified emergency nurse (CEN)

Tingkat triage menurut Emergency Nurse Assosiation (ENA) :

1. TK I (RESUSITASI)
Perlu perhatian perawatan dan medis. Contoh : Cardiac Arrest
2. TK II (EMERGENT)
Segera dan cepat. Contoh : Herniasi Intrakranial
3. TK III (URGENT)
Perhatian cepat dapat menunggu 30 menit. Contoh : Distress pernafasan ringan.
4. TK IV (LESS URGENT)
Pasien dapat menunggu 1 jam. Contoh : nyeri kronik dipunggung
5. TK V (NON URGENT)
Pasien dapat menunggu 2 jam. Contoh : cramp menstrual

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

Proses keperawatan gawat darurat dipengaruhi oleh :

1. Waktu yang terbatas


2. Kondisi klien yang memerlukan bantuan segera
3. Kebutuhan pelayanan yang definitive di unit lain (OK, ICU)
4. Informasi yang terbatas
5. Peran dan sumber daya petugas

Pengkajian ABCDE (primary survey)

1. Airway
Penilaian pernafasan :
a. Look : tanda-tanda obstruksi jalan nafas
b. Listen : bising menentukan derajad obstruksi
c. Feel : tempatkan tangan atau mula di depam mulut pasien

Penyebab obstruksi jalan nafas :

a. Lidah menutupi faring


b. Muntahan, darah atau sekret
c. Benda asing
d. Pembengkakan jaringan
e. Edema laring
f. Spasme laring
g. Onstruksi trakeobronkial

Akibat obstruksi jalan nafas :

a. Menyebabkan penurunan PaO2


b. Resiko kerusakan hipoksia pada otak, ginjal dan jantung, henti jantung,
kematian

Penanganan masalah akibat obstruksi jalan nafas :

a. Suction
b. Posisi lateral
c. Pemasangan jalan nafas OPA

Selama melakukan pengkajian airway tidak boleh melakukan ekstensi, fleksi atau
rotasi pada leher pasien. Dalam melakukan usaha pembebasan jalan nafas pasien
menggunakan tehnik chin lift, jaw thrust.

Perencanaan resusitasi :

a. Jaw thrust atau chin lift


b. Naso-pharyngeal airway
c. Oro-pharyngeal airway
d. Intubasi endo-trachea
e. Erico-thyroidotomy

Diagnosa keperawatan yang sering muncul :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif


b. Tidak efektifnya jalan napas
c. Resiko aspirasi
2. Breathing
Penilaian pernafasan :
a. Look : tanda distres pernafasan
b. Hitung laju pernafasan
c. Nilai kedalaman pernafasan
d. Nilai pola pernafasan
e. Listen : bising pernafasa, suara nafas
f. Feel : suara perkusi dada

Penyebab gangguan pernafasan :

a. Penyakit pernafasan
b. Kelainan paru
c. Embolisme paru
d. Edema paru
e. Depresi sistem saraf pusat
f. Depresi pernafasan yang diikuti obat

Penanggulangan gangguan pernafasan :

a. Duduk tegak
b. Kolaborasi terapi oksigen

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :

a. Resiko pola nafas tidak efektif


b. Gangguan pertukaran gas
3. Circulation
Penilaian :
a. Look : warna tangan dan jari, CRT
b. Listen : TD
c. Feel : akral, palapasi denyut nadi perifer dan sentral

Penyebab gangguan sirkulasi :

a. Sindroma koroner akut


b. Aritmia jantung
c. Shock
d. Gagal jantung
e. Embolisme paru

Penanganan gangguan sirkulasi :

a. Penggantian cairan
b. Kontrol perdarahan
c. Pegambilan perfusi jaringan
d. Terapi oksigen
e. Pemberian cairan IV line, dll

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :

a. Kurang volume cairan


b. Gangguan perfusi jaringan perifer
c. Gangguan perfusi jaringan serebri
d. Nyeri
4. Disability
Ditentukan dengan menghitung tingkat kesadaran pasien menggunakan GCS.
Penyebab perubahan tingkat kesadaran :
a. Hipoksia berat
b. Hiperkapnia
c. Hipoperfusi serebral
d. Hipoglikemi
e. Alkohol
5. Exposure
Memeriksa tubuh pasien secara keseluruhan, dilakukan dengan membuka baju pasien.

Sekundary survey

Dilakukan setelah primary survey selesai, resusitasi dilakukan dan penderita dalam kondisi
yang stabil. Dalam pelaksanaannya dilakukan secara komprehensive, humanistik dan holistic.

Fokus assesment :

1. Pengkajian riwayat penyakit


2. Pengkajian head to toe

Penilaian kondisi pasien secara komprehensif :

1. Keparahan
2. Waktu serangan
3. Jari tabuh/ clubing fingers
4. Bentuk dada
5. Perkusi dada
6. Auskultasi dada
7. Obat yang sedang dikonsumsi
8. Halitosis (bau mulut)
9. Posisi pasien
10. Riwayat penyakit dahulu
11. Riwayat penyakit keluarga
12. Riwayat kebiasaan, pekerjaan dan sosial
13. Usia pasien
14. Riwayat baru saja bepergian ke suatu tempat terpapar dengan virus/ bakteri
15. alergi
Issue End of Life dalam Area Keperawatan Kritis

Perawatan akhir hidup (End of life care) mengacu pada perawatan kesehatan, tidak hanya
pasien di jam-jam terakhir atau hari-hari kehidupan mereka, tetapi lebih dari sekedar peduli
pada orang dengan penyakit terminal atau kondisi terminal yang berlanjut, progresif dan tidak
dapat disembuhkan.

Persiapan untuk akhir hidup :

1. Advance directives
2. Advance care planning
3. Ethical and legal issues in advance care planning
4. Critical care issues in advance planning
5. Decision making and communication
6. Comfort care and symptom management
7. Providing comfort withdrawing life support
8. Professional issues regarding end of life in the ICU
9. Collaborative care

Mekanisme Trauma

Macam-macam trauma :

1. Trauma tumpul
2. Trauma tembus
3. Trauma termal
4. Trauma ledakan
Setiap terjadi trauma ledaran curiga kerusakan paru.

Bentuk kecelakaan yang umum terjadi :

1. Tabrakan depan (the head on collision)


Benturan dengan benda di depan kendaraan.
a. Perubahan bentuk setir
Curiga trauma muka, leher, dada, perut
b. Trauma dashboard
Curiga trauma mukaa, lutut, fraktur acetabulum atau pelvis
c. Trauma akibat benda dalam mobil
2. Tabrakan samping (the T bone atau lateral impact collision)
Benturan bagian samping kendaraan. Trauma yang paling sering terjadi yaitu trauma
kepala, leher, lengan/ bahu, thorax, abdomen, pelvis dan tungkai.
3. Tabrakan belakang (the rear end collision)
Terjadi karena kendaraan berhenti dan ditabrak dari bealakang.
4. Terguling (the rollover collision)
Pada kondisi ini kemungkinan akan mengalami trauma yang lebih serius dan dapat
diprediksi dengan mempelajari titik benturan pada kulit.

Anda mungkin juga menyukai