Askep Konjungtivis

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

ASKEP KONJUNGTIVITIS

Disusun Oleh :
 Lolo Monica Berutu
 Lorena Sihombing
 Maria Gefania Sitorus
 Melvika Sagala
 Muthia Nabila Ansari
 Natalia Sitorus
 Nehemia Panjaitan
 Nelly Parapat
 Paima Martogi Pardede
 Paul Gilbert Sipahutar

Kelas : 2C/D-III Keperawatan


DOSEN PENGAMPU : Solihuddin Harahap S.Kep.Ns.M.Kep

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


JURUSAN D-III KEPERAWATAN
T.A 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1              Latar  Belakang

Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat terkena berbagai kondisi
diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada system
organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat
dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.

Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, local
akibat kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler/respon antigen antibody. Inflamasi
dan infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung lebih dari setengah
kelainan mata. Kelainan-kelainan umum yang terjadi pada mata orang dewasa meliputi :

1.      Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, koroid, badan ciriary dan iris.

2.      Katarak, kekeruhan lensa.

3.      Glaucoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (IOP).

4.      Retina robek/lepas.

Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya penyakit
biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. Padahal bila penyakit radang mata tidak
segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan
menimbulkan komplikasi seperti glaucoma, katarak, maupun ablasi retina.

1.2       Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :

1.         Apa Pengertian dari Konjungtivitis?

2.         Apa Etiologi dari Konjungtivitis?

3.         Bagaimanakah patofisiologis pada Konjungtivitis?

4.         Apa saja manifestasi klinis dari Konjungtivitis?

5.         Apa saja klasifikiasi dari Konjungtivitis?

6.         Apakah pemeriksaan penunjang dari Konjungtivitis?


7.         Bagaimna penatalaksanaanya?

8.         Bagaimana komplikai Konjungtivitis?

9.         Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Konjungtivitis?

1.3    Tujuan

Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem
Persepsi Sensori yang berjudul ”Konjungtivitis”.  Tujuan umum penyusunan makalah ini
adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang penyakit Konjungtivitis. Sehingga
diharapkan kita semua terhindar dari hal tersebut dan tidak melakukan hal-hal yang dapat
menyebabkan terjadinya Konjungtivitis.

1.4       Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini di awali dengan kata pengantar, daftar isi,  BAB I pendahuluan
yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, sistematika penulisan, BAB II
pembahasan tentang konjungtivitis yang berisi tentang definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, klasifikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan asuhan
keperawatan dari Konjungtivitis, BAB III penutup yang berisi kesimpulan, saran, dan di
akhiri dengan daftar pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Definisi

Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan


eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
(Suzzane, 2001:1991)

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pinkeye.
(Elizabeth, Corwin: 2001)

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan


lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur),
alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001)

2.2       Etiologi

            Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius
seperti :

-          Bakteri

-          Klamidia

-          Virus

-          Jamur

-          Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada reaksi alergi).

Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral, penyebabnya


adalah toksik atau kimia. Organism penyebab tersering adalah stafilokokus, streptokokus,
pneumokokus, dan hemofilius. Adanya infeksi atau virus. Juga dapat disebabkan oleh butir-
butir debu dan serbuk sari, kontak langsung dengan kosmetika yang mengandung klorin, atau
benda asing yang masuk kedalam mata.

2.3       Patofisiologi

            Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan terinfeksi
dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat menembus
pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-
kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi
konjungtivitas.

            Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat, ada
yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari factor penyebab
konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien. Pada
konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa
pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat
penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi
lain yang sifatnya local atau sistemik.

            Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor
lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus
menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke
duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikrobatermasullisozim. Adanya
agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,
kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel).
Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel
kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva
yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.

            Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh


konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan
mengurang kearahlimbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan
dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas,
atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari
pembuluh darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit
pada iris atau badan siliare berarti kornea terkena.

2.4       Klasifikasi

a.                  Konjungtivitis Alergi

Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal yang paling sering terjadi.
Bentuk konjungtivitis ini mungkin musiman atau musim-musim tertentu saja dan biasanya
ada hubungannya dengan kesensitifan dengan serbuk sari, protein hewani, bulu-bulu, debu,
bahan makanan tertentu, gigitan serangga, obat-obatan. Konjungtivitis alergi mungkin juga
dapat terjadi setelah kontak dengan bahan kimia beracun seperti hairspray, makeup, asap,
atau asap rokok. Asthma, gatal-gatal karena alergi tanaman dan eksim, juga berhubungan
dengan alergi konjungtivitis.

b.      Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga “PinkEye”. Bentuk ini adalah konjungtivitis yang mudah
ditularkan, yang biasanya disebabkan oleh staphylococcusaureus. Mungkin juga terjadi
setelah sembuh dari haemophylus influenza atau neiseriagonorhe.

c.       Konjungtivitis Bakteri Hiperakut

Neisseriagonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan


mengancam penglihatan.

d.      Konjungtivitis Viral

jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling sering adalah
keratokonjungtivitisepidermika) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan
mononukleus. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga
konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.

e.       Konjungtivitis Blenore

Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore). Blenoreneonatorum


merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.

2.5       Manifestasi Klinis

            Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi
papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala
objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis
(kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran
akibat koagulasi fibrin.

            Adapun smanifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:

1.    Konjungtivitis Alergi

-          Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas

-          Rasa seperti terbakar

-          Injekstion vaskuler pada konjungtivitas

-          Air mata sering keluar sendiri

-          Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat


2.    Konjungtivitis Bakteri

-          Pelebaran pembuluh darah

-          Edema konjungtiva sedang

-          Air mata keluar terus

-          Adanya secret atau kotoran pada mata

-          Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan

3.    Konjungtivitis Viral

-          Fotofobia

-          Rasa seperti ada benda asing didalam mata

-          Keluar air mata banyak

-          Nyeri prorbital

-          Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea

-          Kemerahan konjungtiva

-          Ditemukan sedikit eksudat

4.    Konjungtivitis Bakteri hiperakut

-          Infeksi mata menunjukkan secretpurulen yang massif

-          Mata merah

-          Iritasi

-          Nyeri palpasi

-          Biasanya terdapat kemosis

-          Mata bengkak dan adenopatipreaurikuler yang nyeri

5.    Konjungtivitis Blenore

Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut:

-          Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO

-          Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm

-          Memberikan secretpurulen padat secret yang kental

-          Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
-          Perdarahan subkonjungtita dan kemotik

2.6       Pemeriksaan Penunjang

a)      Pemeriksaan Mata

·         Pemeriksaan tajam penglihatan

·         Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat pemeriksaan
pandangan).

·         Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel kornea).

·         Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya kebocoran
kornea).

·         Pemeriksaan oftalmoskop

·         Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda menjadi
lebih besar disbanding ukuran normalnya).

b)     Therapy Medik

·         Antibiotictopical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes simplek
virus).

c)      Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat
sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang
polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan
giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.        

2.7       Pentalaksanaan

Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan sulfonamide


(sulfacetamide 15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%), chloramphenicol 0,5%.
Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline
0,05%) atau dengan kortikosteroid (dexamentosone 0,1%). Umumnya konjungtivitis dapat
sembuhmtanpa pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan pengobatan, sembuh dalam
waktu 1-3 hari.

Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya adalah sebagai


berikut:

1.      Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotic tunggal, seperti
gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama 3-5 hari. kemudian bila tidak memberikan hasil
yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam
sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibioticspectrum obat salep luas tiap jam
mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.

2.      Konjungtivitis Bakteri Hiperakut

·      Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topical dan sistemik.
Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap
¼ jam.

·      Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.

Pengobatan biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan terisolasi, medikamenstosa :

·         Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000/ml
setiap 1 menit sampai 30 menit.

·         Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul pemberiansalep


penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.

·         Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.

·         Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari
menghasilkan 3 kali berturut-turut negative.

3.      Konjungtivitis Alergi

Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan menghindarkan penyebab pencetus


penyakit. Dokter biasanya memberikan obat antihistamin atau bahan vasokonstkiktor dan
pemberian astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah. Rasa sakit dapat
dikurangi dengan membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan mengusap pelan-pelan
dengan salin (gram fisiologi). Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak
dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.

4.      Konjungtivitis Viral

Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian antihistamin/dekongestan


topical. Kompres hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki gejala.

5.      Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore berupa pemberian penisilin topical mata


dibersihkan dari secret. Pencegahan merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan
membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol.
Pengobatan dokter biasnay disesuaikan dengan diagnosis. Pengobatan konjungtivitis blenore :
·         Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan setiap
setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan setiap jam sampai terlihat tanda-tanda
perbaikan.

·         Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak maka
pemberian obat tidak akan efektif.

·         Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi chlamdya yang


banyak terjadi.

2.8       Komplikasi

                                    Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa  menyebabkan


kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa
komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani  diantaranya:

1.      Glaucoma

2.       Katarak

3.      Ablasi retina

4.       Komplikasi pada konjungtivitis kataralteronik merupakan segala penyulit dari blefaritis


seperti ekstropin, trikiasis .

5.      Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.

6.       Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh


akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan,
lama- kelamaan orang bisa menjadi buta.

7.      Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik  dapat mengganggu


penglihatan.
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

KASUS PEMICU KONJUNGTIVITIS

Tn. K umur 30 tahun dating ke poli penyakit mata RS. Raden Mattaher Jambi dengan
keluhan sudah 3 hari kelopak matanya bengakak, mata merah dan gatal-gatal klien
mengatakan sudah diberikan obat tetes mata tapi belum sembuh juga. Klien juga mengatakan
rasa malu karena harus tetap bekerja sementara rekan-rekannya  khawatir akan tertular
penyakitnya.

PENGKAJIAN

1.      Riwayat keperawatan

a.       Riwayat Perjalanan penyakit

[   Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan

[   Apa penyebabnya, kapan terjadinya iritasi atau trauma

[   Bagaimana dirasakan, kelopak matanya bengkak, mata merah dan gatal-gatal

[   Kehilangan kepercayaan diri pada klien


b.      Riwayat pengobatan sebelumnya

[  Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis antibioticsistemik atau topikal

[  Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut

[  Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir

c.       Proses pertolongan pertama yang dilakukan

[  Klien sudah memberian obat tetes mata

[  Klien diberi instruksi untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata
yang sehat

2.      Pemeriksaan fisik

a.       Mengidentifikasi tipe konjungtivitis

b.      Penglihatan perifer matanya bengkak, mata merah, dan gatal-gatal

c.       Kenyamanan

[  Klien merasa malu dengan penyakitnya

[  Klien khawatir rekan-rekannya akan tertular oleh penyakitnya

DATA YANG RELEVAN (ANALISA DATA)


N DATA ETIOLOGI MASALAH
O KEPERAAWATAN

1 Edema dan Gangguan persepsi sensori


- Klien mengeluh sudah 3 hari kelopak iritasi
matanya bengkak, mata merah dan
konjungtiva
gatal-gatal

DO: -
2 Adanya Gangguan konsep diri
- Klien mengatakan malu dengan perubahan (bodyimage menurun)
penyakitnya
pada kelopak
mata

DO: -

3 DS : Kurangnya Ansietas
 - Klien khawatir rekan-rekannya akan pengetahuan
tertular dengan penyakitnya
tentang
proses
penyakitnya
DO: -

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Gangguan persepsi sensori b.d edema dan iritasi konjungtiva d.d klien mengeluh sudah 3
hari mata bengkak, mata merah dan gatal-gatal.

2.      Gangguan konsep diri (bodyimage menurun) b.d adanya perubahan pada kelopak mata d.d
klien mengatakan malu dengan penyakitnya.

3.      Ansietasb.dkurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya d.d klien khawatir reken-


rekannya akan tertular dengan penyakitnya.

NCP (NURSING CARE PLANING)


N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O

1 DIAGNOSA Setelah Mandiri Mandiri


1 dilakukan 1.    Kompres tepi palpebra1.       Melepaskan eksudat yang
tindakan (mata dalam keadaan lengket pada tepi palpebra.
tertutup) dengan larutan
keperawatan
3x24 salin selama kurang
selama
lebih 3 menit.
jam:

Gangguan
persepsi
2.    Usap eksudat secara
sensori 2.       Membersihkan palpebra
perlahan dengan kapas
dari eksudat tanpa
teratasi yang sudah dibasahi
menimbulkan nyeri dan
salin dan setiap
meminimalkan penyebaran
KH: pengusap hanya dipakai
mikroorganisme.
satu kali.
         Klien tidak 3.       Mata yang tertutup
3.    Beritahu klien agar
mengeluh merupakan media yang baik
tidak menutup mata
bagi pertumbuhan
matanya yang sakit.
mikroorganisme.
bengkak, mata
tidak merah,
4.       Pada klien fotobia,
dan tidak
4.    Anjurkan klien kacamata gelap dapat
gatal-gatal. menggunakan kacamata menurunkan cahaya yang
gelap. masuk pada mata sehingga
sensitivitas terhadap cahaya
menurun. Pada
konjungtivitis alergi,
kacamata dapat mengurangi
ekspose terhadap allergen
atau mencegah orotasi
lingkungan.

5.       Mengurangi ekspose
allergen atau iritan.

5.    Anjurkan pada klien


wanita dengan
konjungtivitis alergi
agar menghindari atau
engurangi penggunaan
tatarias hingga semua
gejala konjungtivitis
hilang. 6.       Mengurangi risiko
kesalahan penggunaan obat
mata.
6.    Kaji kemampuan klien
menggunakan obat mata
dan ajarkan klien cara
menggunakan obat mata
dan ajarkan klien cara
menggunakan obat tetes
mata atau salep mata.

Kolaborasi

7.    Kolaborasi dalam
pemberian:
Kolaborasi
-   Antibiotic
7.   Dapat berguna:

-       Mempercepat
penyembuhan pada
konjungtivitis infeksif dan
mencegah infeksi sekunder
pada konjungtivitis viral.

-   Analgesic ringan-       Engurangi nyeri seperti


seperti asetaminofen. nyeri perorbital pada
konjungtivitis viral.

-   Vasokonstriktor seperti-       Mengurangi dilatasi

nafazolin. pembuluh darah pada


konjungtivitis alergi.

2 DIAGNOSA Setelah Mandiri Mandiri


2 dilakukan 1.     Kaji tingkat1.    Untuk mengetahui tingkat
tindakan penerimaan klien. ansietas yang dialami oleh
klien mengenai perubahan
keperawatan
dari dirinya.
selama 3x24
jam:
2.    Membantu pasien atau
Gangguan 2.     Ajak klien orang terdekat untuk
mendiskusikan keadaan memulai menerima
konsep diri
atau perasaan yang perubahan.
teratasi. dialaminya.

KH : 3.    Kecermatan akan
3.     Catat jika ada tingkah memberikan pilihan
         Klien tidak
laku yang menyimpang. intervensi yang sesuai pada
malu lagi waktu individu menghadapi
dengan rasa duka dalam berbagai
cara yang berbeda.
penyakitnya.
4.    Memberikan penjelasan
tentang penyakit yang
dialami kepada pasien/orang
4.     Jelaskan perubahan terdekat sehingga ansietas
yang terjadi dapat berkurang.
berhubungan dengan
penyakit yang dialami. 5.    Menyediakan, menegaskan
kesanggupan dan
meningkatkan kepercayaan
5.     Berikan kesempatan pada klien.
klien untuk menentukan
keputusan tindakan yang
dilakukan.

3 DIAGNOSA Setelah -       Mandiri -     Mandiri


3 dilakukan 1.     Kaji tingkat ansietas
1.      Bermanfaat dalam
tindakan penentuan intervensi yang
atau kecemasan. tepat sesuai dengan
keperawatan
kebutuhan klien.
selama 2x24
2.      Meningkatkan
jam: ansietas
pemahaman klien tentang
teratasi. 2.     Beri penjelasan proses penyakitnya.
tentang proses
KH: penyakitnya.
3.      Memberikan perasaan
         Klien tidak
tenang kepada klien.
khawatir 3.     Beri dukungan moril
rekan- berupa doa terhadap
pasien.
rekannya akan
4.      Memberikan kesempatan
tertular untuk pasien menerima
penyakitnya. situasi yang nyata,
4.     Dorong pasien untuk mengklarifikasikan
mengakui masalah dan kesalahpahaman dan
mengekspresikan pemecahan masalah.
perasaan.
5.      Memberi penelitian bahwa
pasien tidak sendiri dalam
menghadapi masalah.
5.     Identifikasi sumber
atau orang yang
menolong.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

N IMPLEMENTASI EVALUASI
O

1 Mandiri : klien tidak mengeluh matanya

1.      Mengompres tepi palpebra (mata dalam keadaan bengkak, mata tidak merah
tertutup) dengan larutan salin selama kurang lebih 3 dan tidak gatal-gatal.
menit.
O  : -
2.      Mengusap  eksudat secara perlahan dengan kapas
yang sudah dibasahi salin dan setiap pengusap hanya
dipakai satu kali. A  :
3.    Memberitahu  klien agar tidak menutup mata yang
sakit.          Gangguan persepsi sensori
teratasi.
4.      Menganjurkan  klien menggunakan kacamata gelap.

5.      Menganjurkan pada klien wanita dengan P  :


konjungtivitis alergi agar menghindari atau engurangi
penggunaan tatarias hingga semua gejala konjungtivitis         Intervensi dihentikan.
hilang.

6.      Mengkaji  kemampuan klien menggunakan obat mata


dan ajarkan klien cara menggunakan obat mata dan
ajarkan klien cara menggunakan obat tetes mata atau
salep mata.

Kolaborasi

7.      Kolaborasi dalam pemberian:

-   Antibiotic

-   Analgesic ringan seperti asetaminofen.

-   Vasokonstriktor seperti nafazolin.

2 Mandiri : Klien mengatakan tidak malu

1.    Mengkaji  tingkat penerimaan klien. lagi dengan penyakitnya.

O  : -
2.     Mengajak klien mendiskusikan keadaan atau perasaan
A  :
yang dialaminya.
         Gangguan konsep diri

3.     Mencatat  jika ada tingkah laku yang menyimpang. teratasi.

P  :
4.     Menjelaskan  perubahan yang terjadi berhubungan
         Intervensi dihentikan.
dengan penyakit yang dialami.
5.     Memberikan  kesempatan klien untuk menentukan
keputusan tindakan yang dilakukan.

3 -       Mandiri : klien tidak khawatir lagi

1.         Mengkaji tingkat ansietas atau kecemasan. rekan-rekannya akan tertular


penyakitnya.

2.         Member  penjelasan tentang proses penyakitnya. O  : -

A  :

         Risiko Perubahan Nutrisi


3.         Member  dukungan moril berupa doa terhadap
pasien. Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh Teratasi.ansietas
teratasi.
4.         Mendorong  pasien untuk mengakui masalah dan
mengekspresikan perasaan.
P  : Intervensi dihentikan.

5.         Mengidentifikasi  sumber atau orang yang


menolong.
BAB IV
PENUTUP

1.1              Kesimpulan

Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan


eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
(Suzzane, 2001:1991)

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti:

-          Bakteri

-          Klamidia

-          Virus

-          Jamur

-          Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada reaksi alergi).

Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda
asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris, dan
folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif
meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak
mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran akibat
koagulasi fibrin.

1.2              Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Tamsuri, Anas. 2010. Buku Ajar Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta : EGC

Ilyas, Sidarta dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata Perhimpunan Dokter Spesialis Mata
Indonesia. Jakarta : CV. Sagung Seto

Capernito-Moyet, LyndaJuall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC .

Marrilyn, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III. Jakarta: Media Aeuscualpius.

http://pary08.wordpress.com/2011/01/03/askep-kojungtivitis/

Anda mungkin juga menyukai