Askep Konjungtivis
Askep Konjungtivis
Askep Konjungtivis
Disusun Oleh :
Lolo Monica Berutu
Lorena Sihombing
Maria Gefania Sitorus
Melvika Sagala
Muthia Nabila Ansari
Natalia Sitorus
Nehemia Panjaitan
Nelly Parapat
Paima Martogi Pardede
Paul Gilbert Sipahutar
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat terkena berbagai kondisi
diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada system
organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat
dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, local
akibat kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler/respon antigen antibody. Inflamasi
dan infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung lebih dari setengah
kelainan mata. Kelainan-kelainan umum yang terjadi pada mata orang dewasa meliputi :
1. Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, koroid, badan ciriary dan iris.
4. Retina robek/lepas.
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya penyakit
biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. Padahal bila penyakit radang mata tidak
segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan
menimbulkan komplikasi seperti glaucoma, katarak, maupun ablasi retina.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :
1.3 Tujuan
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem
Persepsi Sensori yang berjudul ”Konjungtivitis”. Tujuan umum penyusunan makalah ini
adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang penyakit Konjungtivitis. Sehingga
diharapkan kita semua terhindar dari hal tersebut dan tidak melakukan hal-hal yang dapat
menyebabkan terjadinya Konjungtivitis.
Penulisan makalah ini di awali dengan kata pengantar, daftar isi, BAB I pendahuluan
yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, sistematika penulisan, BAB II
pembahasan tentang konjungtivitis yang berisi tentang definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, klasifikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan asuhan
keperawatan dari Konjungtivitis, BAB III penutup yang berisi kesimpulan, saran, dan di
akhiri dengan daftar pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pinkeye.
(Elizabeth, Corwin: 2001)
2.2 Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius
seperti :
- Bakteri
- Klamidia
- Virus
- Jamur
- Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada reaksi alergi).
2.3 Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan terinfeksi
dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat menembus
pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-
kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi
konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat, ada
yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari factor penyebab
konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien. Pada
konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa
pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat
penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi
lain yang sifatnya local atau sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor
lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus
menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke
duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikrobatermasullisozim. Adanya
agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,
kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel).
Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel
kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva
yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal yang paling sering terjadi.
Bentuk konjungtivitis ini mungkin musiman atau musim-musim tertentu saja dan biasanya
ada hubungannya dengan kesensitifan dengan serbuk sari, protein hewani, bulu-bulu, debu,
bahan makanan tertentu, gigitan serangga, obat-obatan. Konjungtivitis alergi mungkin juga
dapat terjadi setelah kontak dengan bahan kimia beracun seperti hairspray, makeup, asap,
atau asap rokok. Asthma, gatal-gatal karena alergi tanaman dan eksim, juga berhubungan
dengan alergi konjungtivitis.
b. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga “PinkEye”. Bentuk ini adalah konjungtivitis yang mudah
ditularkan, yang biasanya disebabkan oleh staphylococcusaureus. Mungkin juga terjadi
setelah sembuh dari haemophylus influenza atau neiseriagonorhe.
d. Konjungtivitis Viral
jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling sering adalah
keratokonjungtivitisepidermika) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan
mononukleus. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga
konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
e. Konjungtivitis Blenore
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi
papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala
objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis
(kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran
akibat koagulasi fibrin.
1. Konjungtivitis Alergi
3. Konjungtivitis Viral
- Fotofobia
- Nyeri prorbital
- Kemerahan konjungtiva
- Mata merah
- Iritasi
- Nyeri palpasi
5. Konjungtivitis Blenore
- Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
- Perdarahan subkonjungtita dan kemotik
a) Pemeriksaan Mata
· Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat pemeriksaan
pandangan).
· Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel kornea).
· Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya kebocoran
kornea).
· Pemeriksaan oftalmoskop
· Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda menjadi
lebih besar disbanding ukuran normalnya).
b) Therapy Medik
· Antibiotictopical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes simplek
virus).
c) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat
sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang
polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan
giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
2.7 Pentalaksanaan
1. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotic tunggal, seperti
gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama 3-5 hari. kemudian bila tidak memberikan hasil
yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam
sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibioticspectrum obat salep luas tiap jam
mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.
· Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topical dan sistemik.
Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap
¼ jam.
· Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000/ml
setiap 1 menit sampai 30 menit.
· Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari
menghasilkan 3 kali berturut-turut negative.
3. Konjungtivitis Alergi
4. Konjungtivitis Viral
· Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak maka
pemberian obat tidak akan efektif.
2.8 Komplikasi
1. Glaucoma
2. Katarak
3. Ablasi retina
PEMBAHASAN KASUS
Tn. K umur 30 tahun dating ke poli penyakit mata RS. Raden Mattaher Jambi dengan
keluhan sudah 3 hari kelopak matanya bengakak, mata merah dan gatal-gatal klien
mengatakan sudah diberikan obat tetes mata tapi belum sembuh juga. Klien juga mengatakan
rasa malu karena harus tetap bekerja sementara rekan-rekannya khawatir akan tertular
penyakitnya.
PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
[ Klien diberi instruksi untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata
yang sehat
2. Pemeriksaan fisik
c. Kenyamanan
DO: -
2 Adanya Gangguan konsep diri
- Klien mengatakan malu dengan perubahan (bodyimage menurun)
penyakitnya
pada kelopak
mata
DO: -
3 DS : Kurangnya Ansietas
- Klien khawatir rekan-rekannya akan pengetahuan
tertular dengan penyakitnya
tentang
proses
penyakitnya
DO: -
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori b.d edema dan iritasi konjungtiva d.d klien mengeluh sudah 3
hari mata bengkak, mata merah dan gatal-gatal.
2. Gangguan konsep diri (bodyimage menurun) b.d adanya perubahan pada kelopak mata d.d
klien mengatakan malu dengan penyakitnya.
Gangguan
persepsi
2. Usap eksudat secara
sensori 2. Membersihkan palpebra
perlahan dengan kapas
dari eksudat tanpa
teratasi yang sudah dibasahi
menimbulkan nyeri dan
salin dan setiap
meminimalkan penyebaran
KH: pengusap hanya dipakai
mikroorganisme.
satu kali.
Klien tidak 3. Mata yang tertutup
3. Beritahu klien agar
mengeluh merupakan media yang baik
tidak menutup mata
bagi pertumbuhan
matanya yang sakit.
mikroorganisme.
bengkak, mata
tidak merah,
4. Pada klien fotobia,
dan tidak
4. Anjurkan klien kacamata gelap dapat
gatal-gatal. menggunakan kacamata menurunkan cahaya yang
gelap. masuk pada mata sehingga
sensitivitas terhadap cahaya
menurun. Pada
konjungtivitis alergi,
kacamata dapat mengurangi
ekspose terhadap allergen
atau mencegah orotasi
lingkungan.
5. Mengurangi ekspose
allergen atau iritan.
Kolaborasi
7. Kolaborasi dalam
pemberian:
Kolaborasi
- Antibiotic
7. Dapat berguna:
- Mempercepat
penyembuhan pada
konjungtivitis infeksif dan
mencegah infeksi sekunder
pada konjungtivitis viral.
KH : 3. Kecermatan akan
3. Catat jika ada tingkah memberikan pilihan
Klien tidak
laku yang menyimpang. intervensi yang sesuai pada
malu lagi waktu individu menghadapi
dengan rasa duka dalam berbagai
cara yang berbeda.
penyakitnya.
4. Memberikan penjelasan
tentang penyakit yang
dialami kepada pasien/orang
4. Jelaskan perubahan terdekat sehingga ansietas
yang terjadi dapat berkurang.
berhubungan dengan
penyakit yang dialami. 5. Menyediakan, menegaskan
kesanggupan dan
meningkatkan kepercayaan
5. Berikan kesempatan pada klien.
klien untuk menentukan
keputusan tindakan yang
dilakukan.
N IMPLEMENTASI EVALUASI
O
1. Mengompres tepi palpebra (mata dalam keadaan bengkak, mata tidak merah
tertutup) dengan larutan salin selama kurang lebih 3 dan tidak gatal-gatal.
menit.
O : -
2. Mengusap eksudat secara perlahan dengan kapas
yang sudah dibasahi salin dan setiap pengusap hanya
dipakai satu kali. A :
3. Memberitahu klien agar tidak menutup mata yang
sakit. Gangguan persepsi sensori
teratasi.
4. Menganjurkan klien menggunakan kacamata gelap.
Kolaborasi
- Antibiotic
O : -
2. Mengajak klien mendiskusikan keadaan atau perasaan
A :
yang dialaminya.
Gangguan konsep diri
P :
4. Menjelaskan perubahan yang terjadi berhubungan
Intervensi dihentikan.
dengan penyakit yang dialami.
5. Memberikan kesempatan klien untuk menentukan
keputusan tindakan yang dilakukan.
A :
1.1 Kesimpulan
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti:
- Bakteri
- Klamidia
- Virus
- Jamur
- Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada reaksi alergi).
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda
asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris, dan
folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif
meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak
mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran akibat
koagulasi fibrin.
1.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tamsuri, Anas. 2010. Buku Ajar Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata Perhimpunan Dokter Spesialis Mata
Indonesia. Jakarta : CV. Sagung Seto
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III. Jakarta: Media Aeuscualpius.
http://pary08.wordpress.com/2011/01/03/askep-kojungtivitis/