Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS KELOMPOK

KEPERAWATAN DEWASA

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.H DENGAN FRAKTUR


FEMUR

DI RUANG BUGENVILE RSUD CASBULLAH ABDULMAJID BEKASI”

Dosen Pembimbing:

Ns. Tri Mochartini, M.Kep

Disusun oleh Kelompok 6 :

Alvian Fauzhan R (1032161008)

Nanda Putiharsyani S (1032161012)

Nuri Handayani (1032161029)

Krista Karomatul Ulfah (1032161037)

Annisa Nugrahani (1032161046)

Lisna Dwikurnianti (1032161052)

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMAD HUSNI THAMRIN

TAHUN 2019/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
Keperawatan Medikal Bedah III dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.H
Dengan Fraktur Femur Di Ruang Bugenvile Rsud Casbullah Abdulmajid Bekasi”. Kami
berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami sehingga makalah ini
dapat terselesaikan pada waktunya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Jakarta, 06 Januari 2020.

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3

A. Latar Belakang.......................................................................................................3

B. Rumusan Masalah..................................................................................................5

C. Tujuan....................................................................................................................5

1. Tujuan Umum....................................................................................................5

2. Tujuan Khusus...................................................................................................5

D. Manfaat.................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................6

A. Definisi...................................................................................................................6

B. Etilogi.....................................................................................................................6

C. Patoflow.................................................................................................................8

D. Manisfestasi Klinis...............................................................................................10

E. Komplikasi...........................................................................................................10

F. Penatalaksanaan...................................................................................................12

G. Discharge planning...............................................................................................13

H. Pengkajian............................................................................................................13

I. Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................................14

J. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................15

K. Rencana Keperawatan..........................................................................................16

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................................20

A. Pengkajian............................................................................................................20

B. Data Fokus...........................................................................................................28

C. Analisa Data.........................................................................................................29

D. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................30

E. Rencana Keperawatan..........................................................................................32

3
F. Pelaksanaan Keperawatan (Catatan Keperawatan)...............................................35

BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................38

BAB V KESIMPULAN..................................................................................................38

A. Kesimpulan..........................................................................................................38

B. Saran....................................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................38

4
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya diskontinuitas susunan tulang, biasanya disebabkan oleh


trauma atau tenaga fisik (Rendy & Margareth, 2012). Trauma yang menyebabkan tulang
patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang
menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung,
misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius
distal patah. Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan dan
arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan
tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka.
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang yang
disebut fraktur dislokasi (Sjamsuhidayat, 2011).

Badan kesehatan dunia mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta orang
meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami
kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi
yaitu insiden fraktur ekstrimitas bawah sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi.
Kasus fraktur ini mencapai lebih dari 250.000 kasus setiap tahunnya di Amerika Serikat
dan biasanya banyak terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Prevalensi terjadinya kasus ini
di seluruh dunia diperkirakan sejumlah 4,5 juta, 740.000 diantaranya dapat
mengakibatkan kematian dan 1,75 juta menyebabkan kecacatan di dunia per tahun serta
diperkirakan akan meningkat pada tahun 2050 mendatang. (E-JURNAL MEDIKA,
VOL.7 NO .12, DESEMBER,2018)

Fraktur di Indonesia juga menjadi penyebab kematian terbesar ketiga dibawah penyakit
jantung koroner dan tuberculosis. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 didapatkan bahwa angka kejadian cidera mengalami peningkatan
dibandingkan dari hasil pada tahun 2007. Kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera
antara lain karena terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam atau tumpul.
Kecenderungan prevalensi cedera menunjukkan kenaikan dari 7,5 % pada tahun 2007
menjadi 8,2% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013).

Peristiwa terjatuh terjadi sebanyak 45.987 dan yang mengalami fraktur sebanyak 1.775
orang (58 %) turun menjadi 40,9%, dari 20.829, kasus kecelakaan lalu lintas yang
mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (25,9%) meningkat menjadi 47,7%, dari 14.125

5
trauma benda tajam atau tumpul yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (20,6%)
turun menjadi 7,3%. Fraktur yang sering terjadi yaitu fraktur femur. Fraktur femur adalah
hilangnya kontinuitas tulang paha tanpa atau disertai adanya kerusakan jaringan lunak
(Helmi, 2012).

Penanganan fraktur terbagi menjadi dua jenis yaitu secara konservatif (tanpa
pembedahan) dan dengan pembedahan. Tindakan pembedahan salah satunya pemasangan
Open Reduction Internal Fixation (ORIF) sebagai alat fiksasi atau penyambung tulang
yang patah. Dengan tujuan agar fragment dari tulang yang patah tidak terjadi pergeseran
dan dapat menyambung lagi dengan baik. Setelah dilakukan tindakan post operasi ORIF
salah satu masalah keperawatan yang muncul yaitu gangguan mobilitas fisik (Muttaqin,
2011). Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau
lebih ekstermitas secara mandiri (PPNI, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Yandri, 2013 ) menyatakan bahwa
masalah keperawatan yang muncul yaitu gangguan mobilitas fisik pada penanganan patah
tulang femur yang diberikan penanganan dengan operatif ataupun konservatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Purwanti & Purwaningsih, 2013)
didapatkan bahwa pasien fraktur sebagian besar responden mengalami rentang gerak
(ROM) menurun dan penurunan kekuatan otot dengan skala kekuatan otot 0 yaitu
sebanyak 53,3%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Selvia, 2015)
didapatkan bahwa penurunan kekuatan otot merupakan faktor yang berhubungan
(etiologi) yang paling banyak muncul pada pasien dengan diagnosa keperawatan
gangguan mobilitas fisik, yaitu sebanyak 92,3%.

Gangguan mobilitas fisik dapat menyebabkan penurunan massa otot (atropi otot) sebagai
akibat kecepatan metabolisme yang turun dan kurangnya aktivitas, sehingga
mengakibatkan berkurangnya kekuatan otot sampai akhirnya koordinasi pergerakan
memburuk. Gangguan mobilitas fisik juga dapat mengakibatkan perubahan metabolik
pada sistem muskuloskeletal sehingga terjadi hiperkalesemia dan hiperkalsiuria yang
kemudian menyebabkan osteoporosis. Selain terjadi atropi otot, gangguan mobilitas fisik
juga dapat menyebabkan pemendekan serat otot. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya
kontraktur sendi yaitu persendian menjadi kaku, tidak dapat digerakkan pada jangkauan
gerak yang penuh, dan mungkin menjadi cacat yang tidak dapat disembuhkan. Klasifikasi
ektopik pada jaringan lemak sekitar persendian dapat menyebabkan ankilosis persendian
yang permanen (Asmadi, 2008).

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur menjadi penyebab
kematian terbesar di negara lain seperti di amerika maupun di Indonesia, di Amerika
Serikat biasanya banyak terjadi pada pasien di atas 50 tahun sedangkan di Indonesia
fraktur menjadi penyebab kematian terbesar ketiga dibawah penyakit jantung koroner dan
tuberculosis, fraktur yang terjadi di Amerika maupun di Indonesia adalah fraktur femur.
Fraktur femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha tanpa atau disertai adanya
kerusakan jaringan lunak, fraktur femur disebabkan oleh cedera antara lain karena
terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam atau tumpul.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat cidera
terhadap kejadian Fraktur femur
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan ini yaitu penulis mampu :
a. Mendeskripsikan Tanda dan Gejala fraktur femur
b. Mendeskripsikan Penanganan pada fraktur femur
c. Mendeskripsikan Penyebab fraktur femur
d. Mendeskripsikan Komplikasi yang mungkin terjadi pada fraktur femur
e. Mendeskripsikan Pengobatan pada fraktur femur
f. Mendeskripsikan Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
fraktur femur

D. Manfaat
Untuk menambahkan perkembangan ilmu dalam keperawatan dan mengetahui
penanganan yang tepat pada fraktur femur.

7
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenanga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.
(Price & Wilson, 2006 dalam Nurarif, 2015)
B. Etilogi
Klasifikasi fraktur menurut Chairuddin, 2003 dalam Nurarif, 2015
Klasifikasi etiologis.
1. Fraktur traumatic
2. Fraktur patologis terjadi pada tulang karena adanya kelinan atau penyakit yang
menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi, tumor, kelainan bawaan) dan dapat
terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan.
3. Fraktur stress terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang pada
daerah tulang yang menompang berat badan. Fraktur stress jarang sekali ditemukan
pada anggota gerak atas.
4. Gerakan pintir mendadak
5. Kontraksi otot ekstem
6. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

Klasifikasi klinis.
1. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran.
2. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
3. Fraktur tertutup (simple fraktur), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
4. Fraktur terbuka (compound fraktur), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar. Karena adanya perlukaan dikulit.
5. Fraktur dengan komplikasi, missal malunion, delayed, union, nonunion, infeksi
tulang.
6. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya
membengkak.

8
7. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
8. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
9. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
10. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang)
11. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada
daerah perlekatannnya.

Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat (menurut R. Gustino), yaitu :


1. Derajat I :
a. Luka < 1 cm
b. Kerusakan sederhana, transversal, atau kominutif ringan
c. Kontaminasi minimal
2. Derajat II :
a. Laserasi > 1 cm
b. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap / avulsi
c. Fraktur kominutif sedang
d. Kontaminasi sedang
3. Derajat III :
Terjadi karusakan jaringan lunak yang luas meliputi strukutur kulit, otot, dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.

9
C. Patoflow

Trauma Langsung Trauma tidak langsung Patologis

Fraktur

Diskontinuitas tulang Pergeseran frakmen tulang Nyeri akut

Perubahan jaringan sekitar Kerusakan fragmen tulang

Tekanan sumsum tulang


Pergeseran fragmen tulang Spasme otot lebih tinggi dari kapiler

Deformitas Peningkatan tekanan kapiler Melepaskan katekolamin

Ggn fungsi ekstermitas Pelepasan histamin Metabolism asam lemak

Hambatan mobilitas fisik Protein plasma hilang Bergabung dengan trombosit

Laserasi kulit Edema Emboli

10
Penekanan pembuluh Menyumbat pembuluh
darah darah

Putus vena atau arteri Kerusakan integritas kulit Ketidakefektifan perfusi


resiko infeksi jaringan perifer

Perdarahan Resiko syok


Kehilangan volume cairan
(Hipovolemik)

11
D. Manisfestasi Klinis
1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jauh dari ketinggian atau jatuh dikamar
mandi)
4. Gangguan fungsi anggota gerak
5. Kelaninan gerak
6. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema
7. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
8. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat
diatas dan dibawah tempat fraktur
9. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
10. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

E. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan
posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup
di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga
menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan
kerusakan pada otot. Gejala-gejalanya mencakup rasa sakit karena
ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan
yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada
otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada
fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal
ini terjadi ketika gelembung - gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang
dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati

12
sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh – pembuluh darah
pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli
lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah,
marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke
tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur
(yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan
menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang
terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan
gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada
pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya
melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat
menahan beban
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi
pada fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang
dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous
(infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka
fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang
panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma
dan fraktur– fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki
risiko osteomyelitis yang lebih besar
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)

13
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena
penurunan supai darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang -kadang
dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang dapat
menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan
lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat
patologis.
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan
deformitas, angulasi atau pergeseran.

F. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur menurut Nurarif, 2015 meliputi:
1. Reduksi
Reduksi fraktur brati mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasi anatomis. Reduksi tertutup mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
(ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan memanipulasi dan traksi manual.
Alat yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka,
dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup,
plat, paku.
2. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna mempertahankan
dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran
darah, nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan
untuk penyatuan tulang yang mengalami fraktur adalah sekitar 3 bulan.
3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
a. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
b. Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
c. Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
d. Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi
disuse dan meningkatkan peredaran darah

14
G. Discharge planning
1. Meningkatkan masukan cairan
2. Dianjurkan untuk diet lunak terlebih dahulu
3. Dianjurkan untuk istirhat yang adekuat
4. Control sesuai jadwal
5. Minum obat seperti yang sudah diresepkan dan segera priksa jika ada keluhan
6. Menjaga masukan nutrisi yang seimbang
7. Aktifitas sedang dapat dilakukan untuk mencegah keletihan karena mengalami
kesulitan aktifitas
8. Hindari trauma tulang

H. Pengkajian
Pengkajian Primer
1. Airway
Adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk
2. Breathing
Kelemahan menelan atau batuk melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi saat aspires.
3. Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran
mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
4. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau
atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun cara yang
cukup jelas dan cepat adalah: AVPU (Alert, voice, pain, unrespon).

Pengkajian sekunder
1. Aktivitas/istirahat
a. Kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
b. Keterbatasan mobilitas
2. Sirkulasi
a. Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)

15
b. Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
c. Tachikardi
d. Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
e. Cailary refil melambat
f. Pucat pada bagian yang terkena
g. Masa hematoma pada sisi cedera
3. Neurosensori
a. Kesemutan
b. Deformitas, krepitasi, pemendekan
c. Kelemahan
4. Kenyamanan
a. Nyeri tiba-tiba saat cidera
b. Spasme/ kram otot
5. Keamanan
a. Laserasi kulit
b. Perdarahan
c. Perubahan warna
d. Pembengkakan lokal
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan
sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan
kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan
lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada
indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi.
Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi  kegunaan
pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang
harus dibaca pada x-ray :
a. Bayangan jaringan lunak.
b. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau
juga rotasi.
c. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
d. Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

16
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:

a. Tomografi:
Menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang
sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks
dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
b. Myelografi:
Menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang
tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
c. Arthrografi:
Menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
d. Computed Tomografi-Scanning:
Menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan
suatu struktur tulang yang rusak.

J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, Gerakan fragmen tulang, edema,
cedera jaringan lunak, pemasangan traksi.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah kejaringan.
3. Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)

17
18
K. Rencana Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan NOC NIC


o
Nyeri akut b.d agen injuri fisik,  Pain level Pain Management
1. spasme otot, Gerakan fragmen  Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
tulang, edema, cedera jaringan  Comfort level lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor
lunak, pemasangan traksi. Kriteria Hasil : presipitasi.
1. Mampu mengontrol nyeri 2. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
(tahu penyebab nyeri, 3. Evaluasi Bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
mampu menggunakan ketidakefektifan control nyeri masa lampau
tehnik nonfarmakologi 4. Kurangi factor presipitasi nyeri
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
2. Meloporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
3. Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang

19
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan  Circulation status Manajemen sensasi perifer
perifer b.d penurunan suplai darah  Tissue perfusion : cerebral 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
kejaringan. Kriteria Hasil : panas,
1. Mendemonstrasikan status 2. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada
sirkulasi yang ditandai isi atau laserasi
dengan : 3. Kolaborasi pemberian analgetik
a. Tekanan systole dan
diastole dalam rentang
yang diharapkan
b. Tidak ada ortostatik
hipertensi
c. Tidak ada tanda-tanda
peningkatan tekanan
intracranial >15mmhg
2. Mendemontrasikan
kemampuan kognitif
yang ditandai dengan :
a. Berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
b. Menunjukakan

20
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
c. Memproses
informasi
3. Kerusakan integritas kulit b.d  Tissue integrity : skin and Pressure management
fraktur terbuka, pemasangan traksi mucous 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
(pen, kawat, sekrup)  Membranranes longgar
 Hemodyalis akses 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Kriteria hasil : 3. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien setiap dua jam
1. Integritas kulit yang sekali)
baik bias 4. Monitor kulit akan adanya kemerahan
dipertahankan 5. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
(sensasi, elatisitas,
temperature, hidrasi,
pigmentasi)
2. Perfusi jaringan baik
3. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

21
22
BAB III

TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Tanggal Pengkajian : 19 Desember 2019
Tanggal Masuk : 14 Desember 2019
Ruang/ Kelas : Azalea
Nomor Register : 09.81.92.58
Diagnosa Medis : Fraktur Femur
2. Resume
Ny. H umur 60 tahun datang ke IGD tanggal 14 desember 2019 pukul 22.00
dengan dx medis fraktur femur (S), Ny. mengetahui nyeri pada paha kiri setelah
jatuh terpleset di rumah karena terpleset air ac, os mengatakan ada riwayat gula dan
HT , os rutin minum obat dan suntik insulin 3x 4 ui. Ny.H tampak menahan nyeri,
skala nyeri 6, ku : sedang, kes : CM, TTV : TD : 150/90 mmHg N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit S: 36,8 oC. Masalah keperawatan yang diambil yaitu nyeri,
tindakan keperawatan yang dilakukan adalah pemasangan infus rl 500 cc/20 tpm
dan pemberian obat keterolac dan omz. Evaluasi secara umum: klien mengatakan
nyeri pada area fraktur, klien tampak gelisah, klien tampak menahan nyeri, skala
nyeri 6, masalah belum teratasi
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama : Pusing, Bosan, Kaki sakit.
2) Kronologis keluhan
a) Factor pencetus : Jatuh
b) Timbulnya keluhan : (X ) Mendadak ( ) Bertahap
c) Lamanya : 30 menit
d) Upaya mengatasi : Tidur
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Riwayat penyakit sebelumnya (termasuk kecelakaan):
Pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan DM
2) Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan
Pasien tidak memiliki alergi
3) Riwayat pemakaian obat: insulin 3x4 ui

23
c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor resiko
: tidak ada
e. Riwayat psikososial dan spiritual
1) Adakah orang terdekat dengan pasien:
Suami
2) Interaksi dalam keluarga
a) Pola komunikasi : Baik
b) Pembuatan keputusan : Suami
c) Kegiatan kemasyarakatan : Suami
3) Dampak penyakit pasien terhadap keluarga
Tidak dapat melakukan kegiatan rumah
4) Masalah yang mempengaruhi klien
Tidak ada
5) Mekanisme koping terhadap stress
( ) Pemecahan Masalah ( ) Minum Obat
( ) Makan ( ) cari pertolongan
(X ) Tidur ( ) Lain – Lain
6) Persepsi pasien terhadap penyakitnya
a) Hal yang sangat dipikirkan saat ini
Bosan
b) Harapan setelah menjalani perawatan
Ingin cepat sembuh, nyeri dikaki berkurang, kaki dapat diluruskan
kembali
c) Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit
Tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari
7) System nilai kepercayaan
a) Nilai – nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
Tidak ada
b) Aktivitas agama / kepercayaan yang dilakukan :
Solat
8) Kondisi lingkungan rumah
Kondisi baik, tidak padat penduduk, rumah licin
4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum

24
1) Berat Badan : 70 Kg (Sebelum Sakit : 75 Kg)
2) Tinggi Badan :162 Cm
3) Keadaan Umum : ( ) Ringan (X )Sedang ( ) Berat
4) Pembesaran Kelenjar Getah Bening : ( ) Ya, Lokasi……….. (X ) Tidak
b. System Penglihatan
1) Posisi Mata : (X )Simetri ( ) Asimetri
2) Kelopak Mata : (X)Normal ( ) Ptosis
3) Pergerakan Bola Mata : (X) Normal ( )Abnormal
4) Konjungtiva : ( )Merah Muda (X)Anemis
( )Sangat Merah
5) Kornea : (X)Normal ( )Keruh/Berkabut
( )Terdapat Pendarahan
6) Sklera : ( X)Ikterik ( )Anikterik
7) Pupil : ( X)Isokor ( )Anisokor
( )Midriasis ( )Miosis
8) Otot-Ototo Mata : ( X) Tidak Ada Kelainan ( ) Juling Keluar
( ) Juling Ke Dalam ( )Berada Di Atas
9) Fungsi Penglihatan : ( X) Baik ( )Kabur
( )Dua Bentuk/ Diplopia
10) Tanda –Tanda Radang : Tidak
11) Pemakaian Kacamata : ( X)Tidak ( )Ya, Jenis……………
12) Pemakaian Lensa Kotak : Tidak
13) Reaksi Terhadap Cahaya : Tidak
c. System Pendengaran
1) Daun Telinga : (X) Normal ( )Tidak, Kanan/ Kiri……....
2) Karakteristik Serumen (Warna, Konsistensi, Bau):
……………………………
3) Kondisi Telinga Tengah : ( X)Normal ( )Kemerahan
( )Bengkak ( )Terdapat Lesi
4) Cairan Dari Telinga : ( X)Tidak ( )Ada,………
( )Darah, Nanah, Dll
5) Perasaan Penuh Di Telinga : ( )Ya (X )Tidak
6) Tinitus : ( )Ya ( X)Tidak
7) Fungsi Pendengaran : (X)Normal ( )Kurang
( )Tuli Kanan/ Kiri…………………….

25
8) Gangguan Keseimbangan : ( X)Tidak ( ) Ya,…………………
9) Pemakaian Alat Bantu : ( X)Ya ( )Tidak
d. System Wicara : ( X) Normal ( )Tidak,………
( )Aphasia ( )Aphonia
( )Dysartria ( )Dysphasia
( )Anarthia
e. System Pernafasan
1) Jalan Nafas : ( X)Bersih ( )Ada Sumbatan,…………………
2) Pernafasan : ( X)Tidak Sesak ( )Sesak,………
3) Menggunakan Otot Bantu Pernafasan: ( )Ya (X )Tidak
4) Frekuensi : 20 X/Menit
5) Irama : ( X) Teratur ( )Tidak Teratur
6) Jenis Pernafasan :…(Spontan, Kusmaull, Cheynestoke, Biot, Dll)
7) Kedalaman : ( X) Dalam ( )Dangkal
8) Batuk : ( X) Tidak ( )Ya.(Produktif/ Tidak)
9) Sputum : ( X) Tidak ( )Ya,..(Putih/Kuning/Hijau)
10) Konsistensi : ( ) Kental ( )Encer
11) Terdapat Darah : ( ) Ya (v )Tidak
12) Palpasi Dada : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
13) Perkusi Dada :normal
14) Suara Nafas : (X) Vesikuler ( )Ronki
( ) Wheezing ( )Rales
15) Nyeri Saat Bernafas : ( ) Ya (X )Tidak
16) Penggunaan Alat Bantu Nafas : ( X) Tidak ( )Ya,…………
f. System Kardiovaskular
1) Sirkulasi Peripher
a) Nadi : 85X/Menit
b) Irama : (X ) Teratur ( )Tidak Teratur
c) Tekanan Darah : 140/80mmHg
d) Distensi Vena Jugularis
1) Kanan : ( ) Ya ( X)Tidak
2) Kiri : ( ) Ya ( X)Tidak
e) Temperature Kulit : ( X) Hangat ( )Dingin
f) Warna Kulit : (X ) Pucat ( )Cyanosis ( )Kemerahan
g) Pengisian Kapiler : <3Detik

26
h) Edema : ( ) Ya (X )Tidak
( ) Tungkai Atas ( )Tungkai Bawah
( ) Periorbital ( )Muka
( ) Skrotalis ( )Anasarka

2) Sirkulasi Jantung
a) Kecepatan Denyut Apical : 85X/ Menit
b) Irama : (X ) Teratur ( )Tidak Teratur
c) Kelainan Bunyi Jantung : ( ) Murmur ( )Gallop
d) Sakit Dada : ( ) Ya (X )Tidak
1) Timbulnya : ( ) Saat Aktivitas ( )Tanpa Aktivitas
2) Karakteristik : ( ) Seperti Ditusuk-Tusuk
( ) Seperti Terbakar
( )Seperti Tertimpa Benda Berat
3) Skala Nyeri :…………………………………………
g. System Hematologi
Gangguan Hematologi
1) Pucat : ( ) Ya ( X)Tidak
2) Pendarahan : ( X) Tidak ( )Ya,………………….
( ) Ptechie ( )Purpura ( ) mimisan
( ) pendarahan gusi ( )echimosis
h. System saraf pusat
1) Keluhan Sakit Kepala : pusing (Vertigo, Migraine, Dll)
2) Tingkat Kesadaran : ( X) Compos Mentis ( )Apatis
( ) Somnolent ( )Soporokoma
3) Glasgow Coma Scale (GCS) : E: 4 M: 5 V:6
4) Tanda –Tanda Peningkatan TIK : ( ) Ya (X )Tidak
( ) Muntah Proyektil
( ) Nyeri Kepala Hebat
( )Papil Edema
5) Gangguan System Persyarafan : ( )Kejang ( )Pelo
( )Mulut Mencong ( )Disorientasi
( )Polyneuritis/ Kesemutan
( )Kelumpuhan Ekstremitas

27
(Kanan/Kiri/Atas/Bawah)

6) Pemeriksaan Reflek
a) Reflek Fisiologis : (X )Normal ( )Tidak………………………..
b) Reflek Patologis : ( X)Tidak ( )Ya,………………………….
i. System Pencernaan
Keadaan Mulut
1) Gigi : ( )Caries (X )Tidak
2) Penggunaan Gigi Palsu : ( )Ya ( X)Tidak
3) Stomatitis : ( )Ya ( X)Tidak
4) Lidah Kotor : ( )Ya ( X)Tidak
5) Salifa : ( X)Normal ( )Abnormal
6) Muntah : ( X)Tidak ( )Ya,……………..
a) Isi : ( )Makanan ( )Cairan ( )Darah
b) Warna : ( )Sesuai Makanan ( )Kehijauan
( )Coklat ( )Kuning ( )Hitam
c) Frekuensi :……………….X/Hari
d) Jumlah :……………….ml
e) Nyeri Daerah Perut : ( X)Tidak ( )Ya,…………………..
7) Skala Nyeri :…………………………………………………
8) Lokasi Dan Karakter Nyeri : ( )Seperti Ditusuk-Tusuk ( )Melilit
( )Cramp ()Panas/Seperti Terbakar
( )Setempat ( )Menyebar
( )Berpindah-Pindah ( )Kanan Atas
( )Kanan Bawah ( )Kiri Atas
( )Kiri Bawah
9) Bising Usus : 5X/Menit
10) Diare : ( X)Tidak ( )Ya,………………
a) Lamanya :……………Frekuensi:………………….X/Hari
b) Warna Feces : ( )Kuning ( )Putih Seperti Air Cucian
Beras
( )Coklat ( )Hitam ( )Dempul
c) Konsisteni Feces : ( )Setengah Padat ( )Cair
( )Berdarah ( )Terdapat Lender
(X )Tidak Ada Kelainan

28
d) Konstipasi : ( X)Tidak ( )Ya,…………..
Lamanya :………………………..Hari
11) Hepar : ( X)Teraba ( )Tidak Teraba
12) Abdomen : ( X)Lembek ( )Kembung ( )Acites
( )Distensi
j. System Endokrin
1) Pembesaran Kelenjar Tiroid : ( X)Tidak ( )Ya
( )Exoptalmus ( )Tremor
( )Diapotesis
2) Nafas Berbau Keton : ( )Ya (X )Tidak
( )Poliuri ( )Polidipsi ( )Poliphagi
3) Luka Gangrenen : ( X)Tidak ( ) Ya, Lokasi……………….
4) Kondisi Luka :………………………………………..
k. System Urogenital
1) Balance Cairan :Intake 2500 ml Output 2000 ml
2) Perubahan Pola Kemih : ( )Retensi ( )Urgency ( )Dysuria
( )Tidak Lampias ( )Nocturia
( )Inkontinensia ( )Anuria
3) BAK, Warna : (X)Kuning Jernih ( )Kuning Kental/
Coklat
( )Merah ( )Putih
4) Distensi/ Ketegangan Kandung Kemih : ( )Ya (X )Tidak
5) Keluhan Sakit Pinggang : ( )Ya (X ) Tidak
6) Skala Nyeri :………………………………………
l. System Integrumen
1) Tugor Kulit : (X)Elastis ( )Tidak Elastis
2) Termperatur Kulit : ( X)Hangat ( )Dingin
3) Warna Kulit : ( X)Pucat ( )Sianosis ( )Kemerahan
4) Keadaan Kulit : ( X)Baik ( )Lesi ( )Ulkus
( )Luka, Lokasi………………………….
( )Insisi Operasi, Lokasi……………………….
Kondisi,…………………………………..
( )Gatal Gatal ( )Memar/ Lebam
( )Kelainan Pigmen
( )Luka Bakar, Grade………….Presentase

29
( )Decubitus, Lokasi…………………….
5) Kelainan Kulit : ( X)Tidak ( )Ya, Jenis……………………
6) Kondisi Kulit Daerah Pemasangan Infus :baik, bersih, tidak ada
pembengkakan
7) Keadaan Rambut
a) Tekstur : ( X)Baik ( )Tidak ( )Alopesia
b) Kebersihan : ( X)Ya ( )Tidak………………..
m. System Musculoskeletal
1) Kesulitan Dalam Pergerakan : (X )Ya ( )Tidak
2) Sakit Pada Tulang, Sendi, Kulit : (X )Ya ( )Tidak
3) Fraktur : ( X)Ya ( )Tidak
Lokasi : Femur sebelah kiri
Kondisi : Edema
4) Kelainan Bentuk Tulang Sendi: ( X)Kontraktur ( )Bengkak
( )Lain-Lain, Sebutkan………………………
5) Kelainn Struktur Tulang Belakang : ( )Skoliasis ( )Lordosis
( )Kipesis
6) Keadaan Tonus Otot : ( )Baik ( )Hipotoni
( )Hipertoni ( )Atoni
7) Kekuatan Otot

5555 5555
1111 5555

5. Data tambahan
Pasien mengetahui tentang penyakitnya yang sekarang dialami
6. Data Penunjang
Leukosit : 10.0 ribu/uL
Hemoglobin : 10.5 g/dL
Hematocrit : 32.1 %
Trombosit : 241 ribu/uL
GDS : 277 mg/dL
7. Penatalaksanaan
RL 500 CC/20tpm
OMZ 40 mg
Ketorolac 30 mg

30
Natrium : 142 mmol/L
Kalsium : 3.9 mmol/L
Klorida : 104 mmol/L

B. Data Fokus

Nama pasien : Ny. Haryati No. Rekam Medis : 09.81.92.58

Diagnose : Fraktur Femur Nama Perawat : Kelompok 6

Data Subyektif Data Obyektif


1. Klien mengatakan sulit beraktivitas kembali Keadaan Umum : Sedang
2. Klien mengatakan pusing Kesadaran : Compos Metis
3. Klien mengatakan nyeri pada bagian pahanya Tanda-tanda vital :
4.Klien mengatakan saat berjalan menggunakan TD : 140/80 mmHg
alat bantu seperti tongkat N : 85 x/menit
5. Klien mengatakan sulit tidur RR : 20 x/menit
S : 36,8 oC
Pemeriksaan Fisik :
Berat Badan : 70 Kg
(Sebelum Sakit : 75 Kg)
Tinggi Badan :162 Cm
Keadaan Umum : Sedang
Pembesaran Kelenjar Getah Bening : Tidak
GCS . E = 4, M = 6, V = 5

Data Penunjang (Cantumkan hasil yang


abnormal) :
Leukosit : 10.0 ribu/uL
Hemoglobin : 10.5 g/dL
Hematocrit : 32.1 %
Trombosit : 241 ribu/uL
GDS : 277 mg/dL

31
Penatalaksanaan :
RL 500 CC/20tpm
OMZ 40 mg
Ketorolac 30 mg

C. Analisa Data

No. Data Masalah


1. Data actual : Nyeri Akut
Ds :
a. Klien mengatakan sakit bagian paha nya
b. klien mengatakan skala nyeri 8
c. Klien mengatakan belum bisa menapakkan
telapak kaki kirinya

Do :
a. Skala nyeri 8
b. P = Ketika digerakkan
Q = Ditusuk-tusuk
R = Femur Kiri
S = Skala 8
T = Mendadak
c. Klien tampak tidak nyaman dengan
keadaannya

2. Data resiko : Resiko Infeksi


Ds: a.klien mengatakan tidak nyaman dengan
kringat,klien mengatakan kondisi badan
klien lengket karna sulit mandi di
rumah sakit
b.Klien mengatakan perban belum
diganti selama 1 hari lalu

Do : a. Klien tampak menggonakan pakaian

32
yang sama
b. klien mudah berkeringat
c.keadaan perban terlihat kotor
d. tempat tidur tampak tidak rapih
3. Wellness : Hambatan Mobilitas Fisik
Ds :
a. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari
beridiri ke duduk
b. Klien mengatakan takut jatuh karena
jalannya yang tidak seimbang
c. Klien mengatakan sulit bergerak karenan
fraktur pada femur kirinya

Do :
a. Klien tampak kesulitan membolak-balik
posisi
b. Klien tampak lambat saat bergerak
c. Klien tidak seimbang saat berjalan dan
tampak kesulitan

D. Diagnosa Keperawatan

No Diagnose Keperawatan (P & E) Nama Jelas


.
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, Gerakan Kelompok 6
fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan
traksi.

33
2. Resiko infeksi b.d trauma, imunitas tubuh primer menurun, Kelompok 6
prosedur invasive.

3. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka Kelompok 6


neuromuscular, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

34
E. Rencana Keperawatan

Tanggal No Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Evaluasi
(PES)
19 1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan intervensi a. Lakukan pengkajian nyeri secara a. Mengkaji lokasi,
Desembe fisik, spasme otot, Gerakan keperawatan selama 3x24 jam komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi
r 2019 fragmen tulang, edema, cedera di harapkan masalah pasien karakteristik, durasi ,frekuensi, kualitas ,frekuensi, kualitas dan
jaringan lunak, pemasangan dapat teratasi dengan Kriteria dan factor presipitasi factor presipitasi nyeri.
traksi. Hasil : b. Observasi reaksi nonverbal dari b. Melihat respon verbal
a. Mampu mengontrol ketidaknyamanan dan non verbal
nyeri (tahu penyebab c. Kontrol lingkungan yang dapat c. Menjaga suhu
nyeri, mampu mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,kebisingan,dan
menggunakan tehnik ruangan,, pencahayaan atau kebisingan pencahayaan
nonfarmakologi untuk d. Berikan analgetik untuk mengurangi d. Memenuhi kebutuhan
mengurangi nyeri, nyeri obat klien
mencari bantuan).
b. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
c. Mampu mengenali
nyeri

35
d. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
20 2. Resiko infeksi b.d trauma, Setelah dilakukan intervensi a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai a. Membersihkan
Desembe imunitas tubuh primer keperawatan selama 3x24 jam pasien lain lingkungan klien
r 2019 menurun, prosedur invasive. di harapkan masalah pasien b. Pertahanlan Teknik isolasi b. Melakukan teknik
dapat teratasi dengan Kriteria c. Pertahankan lingkungan aseptic isolasi
Hasil : selama pemasangan alat c. Meminimalisir infeksi
a. Klien bebas dari tanda d. Monitor tanda dan gejala infeksi saat pemasangan alat
dan gejala infeksi e. Ajarkan pasien dan keluarga tanda d. Melihat adanya tanda
b. Mendeskripsikan dan gejala infeksi gejala infeksi
proses penularan f. Ajarkan cara menghindari infeksi e. Memberikan
penyakit factor yang pengetahuan tentang
mempengaruhi tanda gejala infeksi
penularan serta pada keluarga
penatalaksanaannya. f. Mengajarkan cara
c. Menunjukkan menghindari infeksi
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
d. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
21 3. Hambatan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan intervensi a. Monitoring vital sign a. Melihat tanda tanda

36
Desembe kerusakan rangka keperawatan selama 3x24 jam sebelum/sesudah latihan dan lihat vital
r 2019 neuromuscular, nyeri, terapi di harapkan masalah pasien respon pasien saat latihan b. Konsultasi tentang
restriktif (imobilisasi) dapat teratasi dengan Kriteria b. Konsultasikan dengan terapi fisik rencana ambulasi
Hasil : tentang rencana ambulasi sesuai dengan sesuai kebutuhan
a. Klien meningkat dalam kebutuhan c. Melakukan pengajaran
aktivitas fisik c. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan tentang ambulasi
b. Mengerti tujuan dari lain tentang tehnik ambulasi kepada pasien atau
peningkatan mobilitas d. Kaji kemampuan pasien dalam tenaga kesehatan lain
c. Memverbalisasikan mobilisasi d. Mengkaji kemampuan
perasaan dalam pasien saat mobilisasi
meningkatkan e. Bantu mobilisasi klien
kekuatan dan
kemampuan berpindah
d. Bantu untuk mobilisasi
(walker)

37
F. Pelaksanaan Keperawatan (Catatan Keperawatan)

Tanggal No. Tindakan Keperawatan dan Respon Hasil Paraf dan


/ Waktu DK Nama
Jelas
1.  Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Kelompok
termasuk lokasi, karakteristik, durasi ,frekuensi, 6
kualitas dan factor presipitasi
 Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
 Mengkontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan,, pencahayaan atau
kebisingan
 Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
2.  Membersihkan lingkungan setelah dipakai pasien Kelompok
lain 6
 Mempertahanlan Teknik isolasi
 Memepertahankan lingkungan aseptic selama
pemasangan alat
 Memonitor tanda dan gejala infeksi
 Mengajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Mengajarkan cara menghindari infeksi
3.  Memonitoring vital sign sebelum/sesudah latihan Kelompok
dan lihat respon pasien saat latihan 6
 Mengkonsultasikan dengan terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
 Mengajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
tentang tehnik ambulasi
 Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

38
G. Evaluasi (Catatan Perkembangan)

NO. Hari/ Tanggal/ Jam Evaluasi Hasil (SOAP/SOAPIER) (Mengacu pada Paraf dan
DK Tujuan) Nama Jelas
1. S = Klien mengatakan otot kaki kirinya belum kuat Kelompok 6
untuk menopang berat badan, berjalan masih kesulitan.
O = Klien tampak masih kesulitan dalam bergerak dan
berjalan.
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi
a. Monitor TTV
b. Monitor pergerakan kakinya
c. Monitor Skala nyeri nya

2. S= klien mengatakan tidak nyaman dengan kondisi


perban yang kotor
O= 1. Klien tampak gelisah
2. klien tampak tidak nyaman
3. perban nampak kotor
A= masalah belum teratasi
P= intervensi di lanjutkan
a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
b. Pertahankan lingkungan aseptic selama
pemasangan alat
c. Monitor tanda dan gejala infeksi

3. S= klien mengatakan mengerti cara memobilisasi Kelompok 6


O= 1. Klien melakukan pergerakan di tempat tidur dari
berbaring ke duduk
2. klien dapat memobilisasi ringan kaki yang
mengalami fraktur
3. klien masih kesulitan melakukan aktivitas sehari
- hari
A= masalah belum teratasi
P= intervensi dilanjutkan
a. Monitoring vital sign sebelum/sesudah

39
latihan dan lihat respon pasien saat
latihan
b. Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi

40
BAB IV PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, TH. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan : definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta : EGC

Huda A.N, Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction.

Jhonson , Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Lousie,
Misouri : Mosby, Inc

McClpskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Lousie,


Misouri : Mosby, Inc

Purwanto, Hadi, 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Kemenkes

41

Anda mungkin juga menyukai