Anda di halaman 1dari 2

LEARNING JOURNAL

NAMA : SHEILA FEBRIANTI

NIM : 180211100223

A. Pokok Pikiran

KEPEMIMPINAN WANITA MADURA

Perempuan merupakan kekuatan utama dalam sebuah perubahan. Membicarakan tentang topik
perempuan, khususunya di bidang politik seakan tidak pernah kehabisan daya tarik. Lebih-lebih jika di
sandingkan dengan pembahasan perempuan Madura dimana pandangan sebagian besar masyarakatnya
bahwa kiprah perempuan di ranah politik dinilai sangat tidak wajar bahkan di anggap sebagai pelanggaran
terhadap etika perempuan. Madura yang menganut sistem kekerabatan patrilinial cenderung lebih
mengedepankan laki-laki dibandingkan perempuan sehingga kaum perempuan selalu berada dibawah
kuasa kaum laki-laki dalam semua aspek. Selain itu mereka tidak diberikan hak untuk menilai suatu
apapun dengan cara pandang mereka sendiri. Akibatnya pemikiran sebagian besar dari mereka menjadi
tidak berkembang karena terkungkung dengan adat dan budaya yang ada. Tidak berbeda jauh dengan
pengaruh politik, wanita harus mendokrak pemikiran seperti itu. Dengan sekarang masyarakat Madura
juga mulai sedikit demi sedikitt berpikir dengan menyesuaikan pengalaman apa yang terjadi pada
lingkungannya.

KEPEMIMPINAN [KHARISMATIK] KYAI DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT MADURA

Pencintraan masyarakat Madura sebagai komunitas yang sangat memperhatikan Nilai nilai
keagamaan seberapapun sederhananya ungkapan itu dapat digunakan sebagai "pintu masuk" dalam
mengkaji kepemimpinan kyai dengan bertitik tolak dari teori proses islamisasi. Melalui kharisma yang
melekat padanya , kyai dijadikan Imam dalam bidang ubudiyyah dan sering diminta kehadirannya untuk
menyelesaikan problem yang menimpa masyarakat. Dalam pada itu pesantren khususnya di Jawa dan
madura menduduki posisi strategis dalam masyarakat serta mendapatkan pengaruh dan penghargaan besar
karena perannya dalam masyarakat. Kharisma kyai memperoleh dukungan masyarakat hingga batas
tertentu karena dia dipandang memiliki kemantapan moral dan kualitas Imam yang melahirkan model
kepribadian magnetis bagi para pengikutnya. Dengan kharisma yang dimilikinya, kyai tidak hanya
dikategorikan sebagai elit agama, tetapi juga sebagai elit pesantren dan tokoh masyarakat yang memiliki
otoritas tinggi dalam menyimpan dan menyebarkan pengetahuan keagamaan islam serta berkompoten
dalam mewarnai corak dan bentuk kepemimpinan terutama dalam pesantren. Kajian tentang kyai mesti
mengikutsertakan dimensi kepemimpinan karena keduany adalah bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dan mengandung status dan peran yang dimainkan sekaligus predikat yang disandangnya
dalam masyarakat. Istilah kyai dalam bahasa Jawa mempunyai pengertian yang luas. Ia berarti mencirikan
benda maupun manusia yang diukur dalam sifat sifatnya yang istimewa sehingga karenanya sangat
dihormati. Dalam kasus demikian, tampak jelas bahwa posisi kyai yang kharismatik dan sekaligu
terhormat sudah “mulai goyah”, dengan sebab yang tidak hanya bersumber pada perilaku kyai yang
“kurang patut diteladani”, tetapi juga karena adanya perubahan dalam norma sosial yang melandasi
hubungan sosial antar komunitas umat Islam. Misalnya, kyai terlibat dalam politik praktis, baik di tingkat
desa, seperti mendukung salah satu calon klebun (kepala desa), atau bahkan mencalonkan dirinya sendiri,
terlibat dalam partai politik, menjadi anggota DPR dan sebagainya.

INOVASI KEPEMIMPINAN KEPALA DAERAH


Kepala daerah memiliki peran penting dalam melakukan terobosan-terobosan dalam membangun
daerahnya melalui inovasi - inovasi daerah. Apalagi pada era otonomi daerah dituntut kemandirian bagi
daerah untuk membangun daerahnya. Era reformasi menjadi titik tolak perubahan hubungan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Diterbitkannya UU No. 22 Tahun 1999 (kemudian direvisi
menjadi UU No. 32/2004) tentang pemerintahan daerah menjadi pembatas sejarah baru tersebut Dengan
diberlakukannya otonomi daerah menjadikan pemerintah daerah kini memiliki kekuasaan penuh untuk
menyelenggarakan pemerintahan daerah sendiri. Kajian ini berusaha untuk menggambarkan secara
komperhensif jawaban dari sejumlah pertanyaan penelitian yang diajukan terkait dengan bagaimana
bentuk dan proses inovasi dalam Kepemimpinan Walikota Surabaya. Selain itu, penelitian ini juga
menyoroti bagaimana peran pemimpin perempuan serta efektifitas kepemimpinan, termasuk didalamnya
factor kunci keberhasilan dan hambatan dalam menjalankan inovasi. Untuk itu, kombinasi dari sejumlah
pendekatan telah dilakukan agar gambaran komperhensif tersebut dapat tercapai.Inovasi penyelenggaraan
pemerintahan juga mencakup perubahan dan pembaharuan struktur ataupun kebiasaan yang telah
berlangsung secara rutin. Brown (2008) seperti dikutip oleh Supriyono (2011:2) mengemukakan adanya
dua konsep inovasi yaitu Expansive Learning Theory (ELT) dan Socio Cultural Theory (SCT). Konsep
perluasan pembelajaran mengandung pemahaman bahwa inovasi terjadi ketika pandangan tradisional
menyediakan suatu pedoman pelaksanaan suatu pekerjaan tetapi tidak cukup dalam menghadapi
tantangan dan situasi yang baru, karenanya diperlukan pengembangan dan praktek yang baru melalui alih
teknologi (technology transfer). Bagian penting dari pandangan ini adalah memadukan antara pandangan
lama dan baru dalam melaksanakan sesuatu yang diarahkan pada perubahan dan pembaharuan.Geoffrey
Dudley dan Jeremy Richardson (2000:18-19) dalam Why Does Policy Change menyebutkan bahwa selain
faktor waktu sebagai penentu perubahan utama dalam inovasi pengelolaan pemerintahan, ada empat
faktor penpenting lain yang memungkinkan terjadinya perubahan. (inovasi) atau dinamika kebijakan
publik. Keempat faktor penentu dalam inovasi inovasi pemerintahan itu sering disebut sebagai 4, yaitu: 1.
Ideas, 2. Interests, 3. Institution; dan 4. Individuals.Dari hasil temuan lapangan, program-program inovasi
yang dilaksanakan di Kota Surabaya memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut dan
direplikasikan di daerah lain. Pada dasarnya program inovasi tersebut tidak begitu asing seperti program
pelayanan satu atap yang menjadi program nasional. Namun, Kota Surabaya selalu mempunyai
pengembangan yang begitu massif dan cepat.

B. PENERAPAN

Madura adalah sebuah pulau yang berada di jawa timur, pulau ini di isi oleh empat kabupaten dan
masing masing kabupaten mempunyai ciri has masing masing, tapi walaupun begitu untuk masalah
keagamaan di pulau ini jangan di ragukan lagi karna mayorita penduduk ayng ada di pulau iniberagam
islam, dalam segi kepercayaan pun di pulau ini masi kental dan banyak pemimpin yang di piplih di pualu
ini berdasarkan oleh karismatik yang di milikinya seperti para kiayi dan sebagainya, tapi apakah semua
itu mampu membuat madura ini lebih baik lagi dan berkembang, tentu saya tidak semudah itu, lalu
pemimpin seperti apa yang di butuhkan oleh madura ini, berikut kriterianya

1. Pemimpin yang mempunyai karismatik, karna tidak bisa kita pungkiri bahwa madura ini sangatlah
kental akan hal itu, dan jika pemipin yang karismatik memimpin madura ini maka lebih mudah untuk
mengatur para penduduknya
2. pemimpin yang benar, madura tidak membutuhkan pemimpin yang pintar karna sejatinya banyak
pemimpin yang pintar yang memimpin madura ini tapi ia malah menyalah gunakan kepemimpinanya,
jadi yang di butuhkan oleh madura ini adalah pemipin yang benar.
3. pemimpin yang berpendidikan, karna pemimpin yang berpendidikan akan lebih berkualitas daripada
pemimpin yang lahir dari orang orang blatir, atau orang yang tidak berendidikan.

Anda mungkin juga menyukai