Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TUGAS BESAR
“BETON PRATEGANG”
Disusun oleh :
Pada waktu yang hampir bersamaan, yaitu tahun 1888 CEW Doehring dari
Jerman memperoleh hak paten untuk pelat beton prategang dengan kawat baja. Semula
orang tidak tahu perlunya persyaratan mutu bahan untuk beton prategang. Eugene
Freyssinet dari Perancis menemukan bahwa setelah berselang lama, gala prategang yang
ada berkurang bahkan dapat hilang sama sekali, sehingga menjadi seperti beton bertulang
biasa. Berdasarkan pengalamannya membangun jembatan pelengkung tahun 1907 dan
1927, maka disarankan untuk memakai baja mutu sangat tinggi dengan perpanjangan yang
besar. Pada tahun 1940 diperkenalkan sistem prategangan yang pertama seperti yang
masih dipakai sampai sekarang.
Pada tahun 1949/1950 dibangun jembatan beton prategang yang pertama dengan
bentang 47 m di Philadelphia (Walnut Lane Bridge). Setelah diselidiki, ternyata supaya
besarnya gala prategang dapat bertahan lama, mutu beton dan mutu baja prategang harus
cukup tinggi, yaitu mutu beton sedikitnya fc’ = 35 MPa. Mutu baja prategang untuk seven-
wire strand grade 270 fpu = 1860 MPa, untuk steel bars grade 145 fpu = 1000 MPa dan
untuk steel bars grade 160 fpu = 1103 MPa.
Baja adalah bahan yang dikenal dengan kemampuan ketahanannya dan bersifat liat. Hal itu
menyebabkan baja mampu dibuat untuk bekerja dengan kekuatan tarik yang tinggi oleh
prategang. Sedangkan, beton adalah bahan yang getas dan kemampuannya menahan tarikan
diperbaiki dengan memberikan tekanan, sementara kemampuannya menahan tekanan tidak
dikurangi. Jadi beton prategang merupakan kombinasi yang ideal dari dua buah bahan
konstruksi modern berkekuatan tinggi.
Kelebihan dari segi teknis ini akan mempengaruhi biaya untuk memproduksi beton
prategang itu sendiri, dan dari segi ekonomis beton prategang juga memiliki beberapa
kelebihan antara lain:
• Volume beton yang digunakan untuk produksi beton prategang lebih sedikit
• Jumlah baja/besi yang digunakan untuk produksi beton prategang sedikit.
• Beton prategang akan lebih menguntungkan jika dibuat dalam jumlah besar
• Beton prategang hampir tidak memerlukan biaya pemeliharan, lebih tahan lama
karena, dapat membuat balok dengan bentang yang lebih panjang.
• Dengan menggunakan beton prategang bisa menghemat waktu pelaksanaan
konstruksi.
Pembuatan beton prategang dicapai dengan cara menarik baja dan menahannya ke beton,
jadi membuat beton dalam keadaan tertekan. Kombinasi aktif ini menghasilkan perilaku
yang lebih baik dari kedua bahan tersebut.
Baja adalah bahan yang dikenal dengan kemampuan ketahanannya dan bersifat liat. Hal itu
menyebabkan baja mampu dibuat untuk bekerja dengan kekuatan tarik yang tinggi oleh
prategang. Sedangkan, beton adalah bahan yang getas dan kemampuannya menahan tarikan
diperbaiki dengan memberikan tekanan, sementara kemampuannya menahan tekanan tidak
dikurangi. Jadi beton prategang merupakan kombinasi yang ideal dari dua buah bahan
konstruksi modern berkekuatan tinggi.
Beton prategang memiliki dua tahap pembebanan, tidak seperti pada beton bertulang biasa.
Pada setiap tahap pembebanan harus selalu diadakan pengecekan atas kondisi pada bagian
yang tertekan maupun bagian yang tertarik untuk setiap penampang. Dua tahap pembebanan
pada beton prategang adalah Tahap transfer dan Tahap service.
1. Tahap Transfer
Untuk metode pratarik, tahap transfer ini terjadi pada saat angkur dilepas dan gaya prategang
ditransfer ke beton. Untuk metode pascatarik, tahap transfer ini terjadi pada saat beton sudah
cukup umur dan dilakukan penarikan kabel prategang. Pada saat ini beban yang bekerja hanya
berat sendiri struktur, beban pekerja dan peralatan, sedangkan beban hidup belum bekerja
sepenuhnya, jadi beban yang bekerja sangat minimum, sementara gaya prategang yang
bekerja adalah maksimum karena belum ada kehilangan gaya prategang.
2. Tahap Service
Setelah beton prategang digunakan atau difungsikan sebagai komponen struktur, maka
mulailah masuk ke tahap service, atau tahap layan dari beton prategang tersebut. Pada tahap
ini beban luar seperti beban hidup, angin, dan gempa mulai bekerja, sedangkan pada tahap ini
semua kehilangan gaya prategang sudah harus dipertimbangkan didalam analisa strukturnya.
Pada setiap tahap pembebanan pada beton prategang harus selalu dianalisis terhadap
kekuatan, daya layan, lendutan terhadap lendutan ijin, nilai retak terhadap nilai batas yang
dizinkan. Perhitungan untuk tegangan dapat dilakukan dengan pendekatan kombinasi
pembebanan.