Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA NUKLIR

SEMESTER 4, TAHUN AKADEMIK 2018/2019

PRAKTIKUM EN-04

RANGKAIAN PRE-AMPLIFIER DAN OPERATIONAL AMPLIFIER

ASISTEN PENGAMPU: HADI H. NABABAN

TANGGAL PRAKTIKUM : 28 MARET 2019

KELOMPOK : 4

OLEH : MAULIA SALSA RAHMADIYANI (NIM: 17/410400/TK/45757)

PARTNER : MOKHAMMAD NAUFAL ALATAS (NIM: 17/410402/TK/45759)

PARTNER : NAFISA IMTIYAZIFFATI R. MULARSO (NIM: 17/410403/TK/45760)

LAB. SENSOR DAN SISTEM TELEKONTROL

DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019
1. Tujuan
a. Memahami fungsi Amplifier dan Pre-Amplifier
b. Menganalisis dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan rangkaian
preamplifier dan amplifier
c. Memahami aplikasi rangkaian pre-amplifier dan amplifier dalam kehidupan sehari-
hari
2. Alat dan Bahan
a. Kapasitor 100nF (2 buah)
b. Transistor 2N3904
c. Resistor 10k (3 buah)
d. Resistor 100k (1 buah)
e. Resistor 2k (1 buah)
f. Resistor 1k (2 buah)
g. Op Amp LM741 C (4 buah)
h. Osiloskop
i. Function Generator
j. Catu Daya
k. Jumper (Secukupnya)
l. PCB
m. Solder
n. Timah (Secukupnya)
3. Dasar Teori
a. Pre-Amplifier
Preamplifier sering disebut preamp atau kontrol amplifier adalah sebuah alat
elektronik ampli yang mengolah atau memproses sinyal elektronik sebelum masuk
kedalam amplifier. Jadi, dengan kata lain, perangkat yang paling depan dalam
pengolahan sinyal. Tugasnya adalah memungut sinyal-sinyal yang sangat lemah
untuk dikuatkan terlebih dahulu agar cukup untuk dilanjutkan ke rangkaian
selanjutnya (atau sering disambungkan langsung ke amplifier). Biasanya hasil
penguatan pre-amp berorde mV atau umumnya berkisar 150 mV atau lebih. Untuk
pre-amp, biasanya mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang
lain. Hal ini tergantung pada keperluan masukan (input) dan keluarannya (output)
yang nantinya mencakup impedansi masukan (Zin, H) dan impedansi keluaran (Zin,
H), faktor penguatan, distorsi, dan lain sebagainya. Biasanya sebuah pre-amp disetel
mempunyai impedansi masukan yang tinggi dan impedansi keluaran yang rendah.
Semakin tinggi impedansi masukannya, semakin peka masukannya. Semakin rendah
impedansi keluarannya, semakin fleksibel ia terhadap impedansi masukan tahap
selanjutnya. Di Indonesia, pre-amp umumnya menggunakan transistor NPN
(Negative-Positive-Negative) sebagai komponen utamanya.
Secara umumnya fungsi dari preamp atau preamplifier adalah meng-ampli atau
menguatkan sinyal dari low level ke line level. Jadi sinyal yang keluar dari transduser
masuk ke rangkaian preamp, dalam rangkaian tersebut memproses sinyal elektronik
yang masuk, diolah ke level-level tertentu yang kemudian di teruskan kedalam
rangkaian ampli induk. Contoh-contoh sumber alat yang mengeluarkan sinyal low
level, antara lain:
 Pickup atau spul.
 Microphone.
 Turntable.
 Atau alat-alat transducer lainnya
Gambar. Rangkaian Pre-Amp

b. Operational Ampflier
Operasional amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat berpenguatan tinggi yang
terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input inverting dan non-
inverting dengan sebuah terminal output, dimana rangkaian umpan balik dapat
ditambahkan untuk mengendalikan karakteristik tanggapan keseluruhan pada
operasional amplifier (Op-Amp). Pada dasarnya operasional amplifier (Op-Amp)
merupakan suatu penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output. Op-amp ini
digunakan untuk membentuk fungsi-fungsi linier yang bermacam-mcam atau dapat

juga digunakan untuk operasi-operasi tak linier, dan seringkali disebut sebagai
rangkaian terpadu linier dasar. Penguat operasional (Op-Amp) merupakan komponen
elektronika analog yang berfungsi sebagai amplifier multiguna dalam bentuk IC dan
memiliki simbol sebagai berikut :

Prinsip kerja sebuah


operasional Amplifier
(Op-Amp) adalah
membandingkan nilai
kedua input (input inverting dan input non-inverting), apabila kedua input bernilai
sama maka output Op-amp tidak ada (nol) dan apabila terdapat perbedaan nilai input
keduanya maka output Op-amp akan memberikan tegangan output. Operasional
amplifier (Op-Amp) dibuat dari penguat diferensial dengan 2 input. Sebagai penguat
operasional ideal , operasional amplifier (Op-Amp) memiliki karakteristik sebagai
berikut:
- Impedansi Input (Zi) besar = ∞
- Impedansi Output (Z0) kecil= 0
- Penguatan Tegangan (Av) tinggi = ∞
- Band Width respon frekuensi lebar = ∞
- V0 = 0 apabila V1 = V2 dan tidak tergantung pada besarnya V1.
- Karakteristik operasional amplifier (Op-Amp) tidak tergantung temperatur / suhu.
Rangkaian dasar operasional amplifier (Op-Amp) dibuat dari bipolar transistor (BJT)
seperti terlihat pada gambar berikut.
Jika pada IC Op-Amp ini ditambahkan suatu jenis rangkaian masukkan dan suatu
jenis rangkaian umpan balik, maka IC ini dapat dipakai unruk mengerjakan berbagai
operasi matematika, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali,
mengintegrasi, dsb. Oleh karena itu, IC jenis ini dinamakan penguat operasional atau
operational amplifier, disingkat Op-Amp. Op-Amp dapat pula dimanfaarkan untuk
beragai keperluan, misalnya sebagai penguat audio, pengatur nada, osilator atau
pembangkit gelombang, rangkaian sensor, dan sebagainya. Op-Amp banyak disukai
karena faktor penguatnya yang mencapai 100.000 kali.
Pada penguat diferensial diatas terdapat dua sinyal masukan (input) yaitu V1 dan V2.
Dalam kondisi ideal, apabila kedua masukan identik (Vid = 0), maka keluaran Vod =
0. Hal ini disebabkan karena IB1 = IB2 sehingga IC1 = IC2 dan IE1 = IE2. Karena itu
tegangan keluaran (VC1 dan VC2) harganya sama sehingga Vod = 0. Apabila
terdapat perbedaan antara sinyal V1 dan V2, maka Vid = V1 – V2. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya perbedaan antara IB1 dan IB2. Dengan begitu harga IC1
berbeda dengan IC2, sehingga harga Vod meningkat sesuai sesuai dengan besar
penguatan Transistor. Untuk memperbesar penguatan dapat digunakan dua tingkat
penguat diferensial (cascade). Keluaran penguat diferensial dihubungkan dengan
masukan penguat diferensial tingkatan berikutnya. Dengan begitu besar penguatan
total (Ad) adalah hasil kali antara penguatan penguat diferensial pertama (Vd1) dan
penguatan penguat diferensial kedua (Vd2). Mode operasi dari sebuah operasional
amplifier (Op-Amp) dapat diset dalam beberapa mode penguatan sebagai berikut.
i. Mode loop terbuka

Pada mode loop terbuka besarnya penguatan tegangan adalah tak berhingga
(∞), sehingga besarnya tegangan output hampir dan bisa dikatakan mendekati
Vcc. Expresi matematika pada penuat operasional mode loop terbuka adalah.
Sehingga tegangan output ≈ Vcc.
ii. Mode loop tertutup

Pada mode loop tertutup besarnya penguatan tegangan (Av) adalah besar
tetapi tidak mecapai nilai maksimalnya dan dapat dituliskan sebagai berikut:
Av=Max
iii. Mode Penguat Terkendali

Pada mode operasi penguatan terkendali besarnya penguatan dari operasional


amplifier (Op-Amp) dapat ditentukan dari nilai resistansi feedback dan input.
Sehingga nilai penguatan tegangan (Av) pada mode operasi ini dapat
dituliskan sebgai berikut:
−Rf
Av=
Rin
Diperoleh besarnya tegangan output adalah :
−Rf
Vout = ×Vin
Rin
iv. Mode Penguatan 1
Mode operasi penguatan 1 pada operasional amplifier (Op-Amp) sering
disebut dengan istilah buffer (penyangga). Hal ini karena pada mode ini tidak
terjadi penguatan tegangan (Av) bernilai 1. Konfigurasi ini berfungsi untuk
memperkuat arus sinyal sehingga tidak drop pada saat diberikan beban
terhadap sinyal input. Besarnya tegangan output (Vout) sama dengan tegangan
input (Vin) karena penguatan tegangan (Av) operasional amplifier (Op-Amp)
bernilai 1.
4. Skema Rangkaian
a. Pre-Amp

i. Persiapkan alat dan komponen sesuai tuntutan praktikum


ii. Susun rangkaian seperti gambar 4.2
iii. Jika rangkaian sudah terpasang dengan benar, hubungkan Vcc dan Gnd pada
catu daya
iv. Hubungkan Vin pada kanal 1 dan Vout pada kanal 2 osiloskop.
v. Atur function generator sangat kecil
vi. Hidupkan catu daya
vii. Bandingkan dan amati sinyal masukan dan sinyal keluaran pada osiloskop
viii. Hitung frekuensi dan Vp-p sinyal masukan dan sinyal keluaran pada osiloskop
ix. Gambar sinyal tersebut
b. Pre-Amp dengan Op-Amp
i. Persiapkan alat dan komponen sesuai tuntutan praktikum
ii. Susun rangkaian seperti gambar 4.3. Lalu, pada PCB dan sambungkan dengan
melelehkan timah menggunakan solder.
iii. Hubungkan +Vcc pada 12V dan -Vcc pada -12V yang ada pada catu daya
iv. Hubungkan Vin pada kanal 1 dan Vout pada kanal 2 osiloskop
v. Atur function generator sangat kecil
vi. Hidupkan catu daya
vii. Bandingkan dan amati sinyal masukan dan sinyal keluaran pada osiloskop
viii. Hitung frekuensi dan Vp-p sinyal masukan dan sinyal keluaran pada osiloskop
ix. Gambar sinyal tersebut
c. Inverting Op-Amp

i. Persiapkan alat dan komponen sesuai tuntutan praktikum


ii. Susun rangkaian seperti gambar 4.4 pada PCB dan sambungkan dengan
melelehkan timah menggunakan solder.
iii. Hubungkan +Vcc pada 12V dan -Vcc pada -12V yang ada pada catu daya
iv. Hubungkan Vin pada kanal 1 dan Vout pada kanal 2 osiloskop
v. Hidupkan catu daya
vi. Bandingkan dan amati sinyal masukan dan sinyal keluaran pada osiloskop
vii. Hitung Vp-p sinyal masukan dan sinyal keluaran pada osiloskop
viii. Catat hasil pada tabel dan bandingkan dengan hasil perhitungan

d. Non-Inverting Op-Amp

i. Persiapkan alat dan komponen sesuai tuntutan praktikum


ii. Susun rangkaian seperti gambar 4.5 pada PCB dan sambungkan dengan
melelehkan timah menggunakan solder.
iii. Hubungkan +Vcc pada 12V dan -Vcc pada -12V yang ada pada catu daya
iv. Hubungkan Vin pada kanal 1 dan Vout pada kanal 2 osiloskop
v. Hidupkan catu daya
vi. Bandingkan dan amati sinyal masukan dan sinyal keluaran pada osiloskop
vii. Hitung Vp-p sinyal masukan dan sinyal keluaran pada osiloskop
viii. Catat hasil pada tabel dan bandingkan dengan hasil perhitungan
5. Hasil
a. Pre-Amp berbasis transistor (BJT)

Vpp – in (V) Vpp-out (V) Gain


5.2 0.2 0.038

b. Pre-Amp berbasis Op-Amp

Vpp – in (V) Vpp-out (V) Gain


6.5 9 1.385

c. Inverting Op-Amp

R1 (ohm) R2 (ohm) Vpp-in (V) Vpp-out (V) Gain


Eksperimen Teori
1k 1k 7.6 1.4 0.184 2
R 1+ R 2 2000
Gain teori= = =2
R1 1000

d. Non-Inverting Op-Amp

R1 (ohm) R2 (ohm) Vpp-in (V) Vpp-out (V) Gain


Eksperimen Teori
2k 2k 8.5 1 0.116 2
R 1+ R 2 4000
Gain teori= = =2
R1 2000
6. Pembahasan

Pada percobaan poin a yaitu pre-amp dengan BJT, dimana BJT merupakan transistor
yang mempunyai tiga kaki, yaitu kaki emitor, kaki collector, dan kaki base. Sedangkan pada
percobaan b ialah percobaan pre-amp dengan menggunakan op-amp atau operational
amplifiers. Baik BJT (transistor) ataupun op-amp sama-sama berfungsi sebagai penguat
tegangan. Itu artinya, tagngan keluaran yang dihasilkan harusnya lebih besar daripada
tegangan masukan.

Adapun perbedaan dari transistor dengan op-amp sendiri yaitu jikalau op-amp terdiri atas
beberapa komponen yang tergabung menjadi satu, yaitu transistor, diode, resistor, dan
kapasitor yang terkoneksi dan terintegrasi sehingga bias berkemungkinan dapat
menyebabkan gain (penguat) yang lebih besar daripada sebuah komponen yang dipasangkan
dengan op-amp. Selain itu, jika menggunakan transistor, sinar keluaran akan kebawah lalu ke
atas, namun apabila memakai op-amp maka hasil kurvanya akan ke atas dahulu.

Op-Amp yang digunakan pada praktikum ini yaitu Op-Amp LM741C. Dalam praktikum
ini diketahui bahwa gain pada praktikum berbasis BJT ialah 0.038 dan pre-amp berbasis op-
amp ialah 1.38. Dari sini dapat dilihat bahwa gain nya terlalu kecil. Padahal, gain yang
diharapkan biasanya bernilai dua atau nilai output tegangan dua kali dari nilai input tegangan.
Lalu, dari praktikum pre-amp dengan op-amp pada hasil diatas, nilai kurva nya tidak
sinusoidal seperti yang diharapkan. Hal ini bias terjadi karena, adanya noise yang disebabkan
salah satunya karena alat yang rentan berubah output tegangan ataupun inputnya ketika
terjadi getaran atau pergeseran, sehingga hal tersebut menimbulkan noise.

Kemudian. Pada praktikum inverting dan non-inverting, didapatkan hasil bahwa nilai
gain hasil eksperimen tidak sesuai dengan teori, yang mana seharusnya bernilai satu, dan
ketika inverting, kurva output tegangan harusnya membalik atau berkebalikan dengan kurva
input tegangan. Selanjutnya, ketika non-inverting, data yang didapat adalah gain nya juga
tidak 1. Padahal gain hasil teori adalah satu, tetapi kurvanya tetap, atau tidak membalik. Hal
ini sesuai dengan teori. Adapun alasan mengapa saat inverting kurvanya tidak membalik dan
sama seperti non-inverting adalah pada modul telah digambarkan bahwa skema alat ketika
inverting dan non-inverting sama, sehingga hal itu bias menjadi salah satu factor yang
menyebabkan kurva pada saat inverting tidak membalik.
Selanjutnya, dari keempat praktikum yang gain nya lumayan besar ialah praktikum pada
poin b. Hal itu karenaa susunan alatmya sudah nyaris benar, dan ketika mensolder hanya
terjadi sedikit, error. Hal ini karena pada papan PCB, jika timah mengenai bagian lain, maka
sama saja langsung ke ground. Dikarenakan masih ada beberapa timah yang melekat tidak
sesuai seperti yang diharapkan, maka hal itu menyebabkan gain nya tidak sesuai juga dengan
yang diharapkan.

Kemudian, untuk praktikum inverting dan non-inverting, nilai gain eksperimen juga tidak
seperti dengan gain teori. Ada beberapa factor penyebabnya, Ketika digunakan papan IC
UA741C, hal tersebut walopun tidak ada kegiatan solder-melnyoder, maka karena digunakan
hambatan yang lebih kecil dari yang diminta di praktikum, maka hal itu bias dijadikan alasan
mengapa nilai gain antara keduanya tidak sama.

Selain itu pada praktikum dari poin a sampai dengan d, dapat diketahui bahwa ada factor
kerusakan alat, yang menyebabkan hasil praktikum beberapa darinya tidak sesuai dengan
teori. Hal ini bias karena peralatan elektronika yang digunakan sudah terlalu tua, atau bias
karena hasil pakai dari kelompok yang sebelumnya telah melakukan praktikum sehingga
berpengaruh pada hasil praktikum.

Pada percobaan ini, digunakan IC UA741. Kompenen IC ini memiliki dua buah masukan.
Pada op amp ideal, terdapat metode open loop gain yang perbesarannya menuju tak hingga.
Akan tetapi, dikarena perbesaran yang tak terhingga ini menyebabkan komponen menjadi
tidak stabil sehingga memerlukan umpan balik negatif, agar nilai penguatannya dapat
terukur. Desain dan nama operational dari amplifer bervariasi, IC MC1741 adalah keluaran
Motorola, sedangkan UA741 buatan National Instruments. Transistor 2 N3904 adalah jenis
transistor yang dipakai pada praktikum ini yang mana penggunaannya adalah untuk
merangkai pre amplifier, osilator, dan di perangkat elektronik audio. Muatan maksimum
collectornya adalah 200mA, dengan power dissipation sebesar 625mW. Data Sheet Op-Amp
LM741 C adalah sebagai berikut.
7. Kesimpulan
a. Pre-Amplifier adalah rangkaian yang berfungsi untuk memperkuat tegangan yang
mana memperbesar masukannya secara halus atau perbesarannya kecil yang mana
pre-amplifier adalah instrument elektronika yang mengolah dahulu sinyal elektronik
sebelum dilanjutkan ke amplifier. Selan itu, fungsi yang lain adalah sebagai
penyeleras yang mana juga digunakan untuk mencegah kerusakab alat akibat
impedansi dan besar tegangan antara kedua rangkaian yang tidak sesuai. Pre-
Amplifier sendiri dapat dibuat dari BJT (transistor) ataupun dengan op-Amp, yang
mana op-amp berfungsi untuk memperkuat input. Adapun fungsi dari amplifier
adalah sebagai penguat sinyal sehingga arus dan tegangan juga dapat diperkuat.
b. Hasil dari praktikum ini tidak sesuai dengan teori (mendekati).
c. Dalam kehidupan sehari-hari, rangkaian pre-amp dan op-amp sering ditemukan
aplikasinya pada system audio seperti mikrofon ataupun system deteksi seperti yang
digunakan pada detector NaI(Tl).
Daftar Pustaka
Malvino, Albert dan Bates, David. 2007. Electronic Principles Eight Edition. McGraw-
Hill: New York.

Anda mungkin juga menyukai