Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ELEKTRONIKA NUKLIR
PRAKTIKUM EN-04
KELOMPOK : 4
YOGYAKARTA
2019
1. Tujuan
a. Memahami fungsi Amplifier dan Pre-Amplifier
b. Menganalisis dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan rangkaian
preamplifier dan amplifier
c. Memahami aplikasi rangkaian pre-amplifier dan amplifier dalam kehidupan sehari-
hari
2. Alat dan Bahan
a. Kapasitor 100nF (2 buah)
b. Transistor 2N3904
c. Resistor 10k (3 buah)
d. Resistor 100k (1 buah)
e. Resistor 2k (1 buah)
f. Resistor 1k (2 buah)
g. Op Amp LM741 C (4 buah)
h. Osiloskop
i. Function Generator
j. Catu Daya
k. Jumper (Secukupnya)
l. PCB
m. Solder
n. Timah (Secukupnya)
3. Dasar Teori
a. Pre-Amplifier
Preamplifier sering disebut preamp atau kontrol amplifier adalah sebuah alat
elektronik ampli yang mengolah atau memproses sinyal elektronik sebelum masuk
kedalam amplifier. Jadi, dengan kata lain, perangkat yang paling depan dalam
pengolahan sinyal. Tugasnya adalah memungut sinyal-sinyal yang sangat lemah
untuk dikuatkan terlebih dahulu agar cukup untuk dilanjutkan ke rangkaian
selanjutnya (atau sering disambungkan langsung ke amplifier). Biasanya hasil
penguatan pre-amp berorde mV atau umumnya berkisar 150 mV atau lebih. Untuk
pre-amp, biasanya mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang
lain. Hal ini tergantung pada keperluan masukan (input) dan keluarannya (output)
yang nantinya mencakup impedansi masukan (Zin, H) dan impedansi keluaran (Zin,
H), faktor penguatan, distorsi, dan lain sebagainya. Biasanya sebuah pre-amp disetel
mempunyai impedansi masukan yang tinggi dan impedansi keluaran yang rendah.
Semakin tinggi impedansi masukannya, semakin peka masukannya. Semakin rendah
impedansi keluarannya, semakin fleksibel ia terhadap impedansi masukan tahap
selanjutnya. Di Indonesia, pre-amp umumnya menggunakan transistor NPN
(Negative-Positive-Negative) sebagai komponen utamanya.
Secara umumnya fungsi dari preamp atau preamplifier adalah meng-ampli atau
menguatkan sinyal dari low level ke line level. Jadi sinyal yang keluar dari transduser
masuk ke rangkaian preamp, dalam rangkaian tersebut memproses sinyal elektronik
yang masuk, diolah ke level-level tertentu yang kemudian di teruskan kedalam
rangkaian ampli induk. Contoh-contoh sumber alat yang mengeluarkan sinyal low
level, antara lain:
Pickup atau spul.
Microphone.
Turntable.
Atau alat-alat transducer lainnya
Gambar. Rangkaian Pre-Amp
b. Operational Ampflier
Operasional amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat berpenguatan tinggi yang
terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input inverting dan non-
inverting dengan sebuah terminal output, dimana rangkaian umpan balik dapat
ditambahkan untuk mengendalikan karakteristik tanggapan keseluruhan pada
operasional amplifier (Op-Amp). Pada dasarnya operasional amplifier (Op-Amp)
merupakan suatu penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output. Op-amp ini
digunakan untuk membentuk fungsi-fungsi linier yang bermacam-mcam atau dapat
juga digunakan untuk operasi-operasi tak linier, dan seringkali disebut sebagai
rangkaian terpadu linier dasar. Penguat operasional (Op-Amp) merupakan komponen
elektronika analog yang berfungsi sebagai amplifier multiguna dalam bentuk IC dan
memiliki simbol sebagai berikut :
Pada mode loop terbuka besarnya penguatan tegangan adalah tak berhingga
(∞), sehingga besarnya tegangan output hampir dan bisa dikatakan mendekati
Vcc. Expresi matematika pada penuat operasional mode loop terbuka adalah.
Sehingga tegangan output ≈ Vcc.
ii. Mode loop tertutup
Pada mode loop tertutup besarnya penguatan tegangan (Av) adalah besar
tetapi tidak mecapai nilai maksimalnya dan dapat dituliskan sebagai berikut:
Av=Max
iii. Mode Penguat Terkendali
d. Non-Inverting Op-Amp
c. Inverting Op-Amp
d. Non-Inverting Op-Amp
Pada percobaan poin a yaitu pre-amp dengan BJT, dimana BJT merupakan transistor
yang mempunyai tiga kaki, yaitu kaki emitor, kaki collector, dan kaki base. Sedangkan pada
percobaan b ialah percobaan pre-amp dengan menggunakan op-amp atau operational
amplifiers. Baik BJT (transistor) ataupun op-amp sama-sama berfungsi sebagai penguat
tegangan. Itu artinya, tagngan keluaran yang dihasilkan harusnya lebih besar daripada
tegangan masukan.
Adapun perbedaan dari transistor dengan op-amp sendiri yaitu jikalau op-amp terdiri atas
beberapa komponen yang tergabung menjadi satu, yaitu transistor, diode, resistor, dan
kapasitor yang terkoneksi dan terintegrasi sehingga bias berkemungkinan dapat
menyebabkan gain (penguat) yang lebih besar daripada sebuah komponen yang dipasangkan
dengan op-amp. Selain itu, jika menggunakan transistor, sinar keluaran akan kebawah lalu ke
atas, namun apabila memakai op-amp maka hasil kurvanya akan ke atas dahulu.
Op-Amp yang digunakan pada praktikum ini yaitu Op-Amp LM741C. Dalam praktikum
ini diketahui bahwa gain pada praktikum berbasis BJT ialah 0.038 dan pre-amp berbasis op-
amp ialah 1.38. Dari sini dapat dilihat bahwa gain nya terlalu kecil. Padahal, gain yang
diharapkan biasanya bernilai dua atau nilai output tegangan dua kali dari nilai input tegangan.
Lalu, dari praktikum pre-amp dengan op-amp pada hasil diatas, nilai kurva nya tidak
sinusoidal seperti yang diharapkan. Hal ini bias terjadi karena, adanya noise yang disebabkan
salah satunya karena alat yang rentan berubah output tegangan ataupun inputnya ketika
terjadi getaran atau pergeseran, sehingga hal tersebut menimbulkan noise.
Kemudian. Pada praktikum inverting dan non-inverting, didapatkan hasil bahwa nilai
gain hasil eksperimen tidak sesuai dengan teori, yang mana seharusnya bernilai satu, dan
ketika inverting, kurva output tegangan harusnya membalik atau berkebalikan dengan kurva
input tegangan. Selanjutnya, ketika non-inverting, data yang didapat adalah gain nya juga
tidak 1. Padahal gain hasil teori adalah satu, tetapi kurvanya tetap, atau tidak membalik. Hal
ini sesuai dengan teori. Adapun alasan mengapa saat inverting kurvanya tidak membalik dan
sama seperti non-inverting adalah pada modul telah digambarkan bahwa skema alat ketika
inverting dan non-inverting sama, sehingga hal itu bias menjadi salah satu factor yang
menyebabkan kurva pada saat inverting tidak membalik.
Selanjutnya, dari keempat praktikum yang gain nya lumayan besar ialah praktikum pada
poin b. Hal itu karenaa susunan alatmya sudah nyaris benar, dan ketika mensolder hanya
terjadi sedikit, error. Hal ini karena pada papan PCB, jika timah mengenai bagian lain, maka
sama saja langsung ke ground. Dikarenakan masih ada beberapa timah yang melekat tidak
sesuai seperti yang diharapkan, maka hal itu menyebabkan gain nya tidak sesuai juga dengan
yang diharapkan.
Kemudian, untuk praktikum inverting dan non-inverting, nilai gain eksperimen juga tidak
seperti dengan gain teori. Ada beberapa factor penyebabnya, Ketika digunakan papan IC
UA741C, hal tersebut walopun tidak ada kegiatan solder-melnyoder, maka karena digunakan
hambatan yang lebih kecil dari yang diminta di praktikum, maka hal itu bias dijadikan alasan
mengapa nilai gain antara keduanya tidak sama.
Selain itu pada praktikum dari poin a sampai dengan d, dapat diketahui bahwa ada factor
kerusakan alat, yang menyebabkan hasil praktikum beberapa darinya tidak sesuai dengan
teori. Hal ini bias karena peralatan elektronika yang digunakan sudah terlalu tua, atau bias
karena hasil pakai dari kelompok yang sebelumnya telah melakukan praktikum sehingga
berpengaruh pada hasil praktikum.
Pada percobaan ini, digunakan IC UA741. Kompenen IC ini memiliki dua buah masukan.
Pada op amp ideal, terdapat metode open loop gain yang perbesarannya menuju tak hingga.
Akan tetapi, dikarena perbesaran yang tak terhingga ini menyebabkan komponen menjadi
tidak stabil sehingga memerlukan umpan balik negatif, agar nilai penguatannya dapat
terukur. Desain dan nama operational dari amplifer bervariasi, IC MC1741 adalah keluaran
Motorola, sedangkan UA741 buatan National Instruments. Transistor 2 N3904 adalah jenis
transistor yang dipakai pada praktikum ini yang mana penggunaannya adalah untuk
merangkai pre amplifier, osilator, dan di perangkat elektronik audio. Muatan maksimum
collectornya adalah 200mA, dengan power dissipation sebesar 625mW. Data Sheet Op-Amp
LM741 C adalah sebagai berikut.
7. Kesimpulan
a. Pre-Amplifier adalah rangkaian yang berfungsi untuk memperkuat tegangan yang
mana memperbesar masukannya secara halus atau perbesarannya kecil yang mana
pre-amplifier adalah instrument elektronika yang mengolah dahulu sinyal elektronik
sebelum dilanjutkan ke amplifier. Selan itu, fungsi yang lain adalah sebagai
penyeleras yang mana juga digunakan untuk mencegah kerusakab alat akibat
impedansi dan besar tegangan antara kedua rangkaian yang tidak sesuai. Pre-
Amplifier sendiri dapat dibuat dari BJT (transistor) ataupun dengan op-Amp, yang
mana op-amp berfungsi untuk memperkuat input. Adapun fungsi dari amplifier
adalah sebagai penguat sinyal sehingga arus dan tegangan juga dapat diperkuat.
b. Hasil dari praktikum ini tidak sesuai dengan teori (mendekati).
c. Dalam kehidupan sehari-hari, rangkaian pre-amp dan op-amp sering ditemukan
aplikasinya pada system audio seperti mikrofon ataupun system deteksi seperti yang
digunakan pada detector NaI(Tl).
Daftar Pustaka
Malvino, Albert dan Bates, David. 2007. Electronic Principles Eight Edition. McGraw-
Hill: New York.